230. Aji Naik Pitam! (Bagian C)Dia Lalu mengedipkan matanya ke arah Maryam, memberikan kode kepada istrinya itu untuk ikut berbicara, dan sepertinya Maryam langsung mengerti akan kode yang diberikan oleh suaminya itu.“Ya Allah, Ji. Ibu nggak bermaksud seperti itu loh, Ibu minta maaf ya … kalau kamu tersinggung. Ibu suka kok, dengan uang yang kalian berikan ini. Kamu benar! Uang tiga ratus ribu ini, bisa Ibu gunakan untuk bermacam-macam hal!” kata Maryam dengan cepat.“Loh! Bukan tadi Ibu yang bilang, kalau kami ini mengejek dengan memberikan uang segitu? Tapi, kenapa sekarang Ibu berubah pikiran?” tanya Aji dengan seringai mengejek,yang dia sunggingkan di kedua belah bibirnya.“Ya … maksud Ibu bukan begitu. Ibu juga bercanda loh,” kata Maryam gelagapan.“Oh, jadinya ibu dan juga Mbak Rosa suka bercanda dengan perasaan orang lain? Begitu?” tanya Aji dengan alis yang terangkat tinggi.Melihat Aji yang semakin menjadi mencecar kedua orang tuanya dan juga keluarganya, Rosa berubah menja
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)231. Aji dan Abi! (Bagian A)Jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, dan Aji serta Lisa baru saja sampai di rumah. Dengan membawa Naufal dan juga Salsa, mereka sampai di rumah dengan aman dan juga selamat.Aji tidak mengeluarkan sepatah katapun dari tadi, dia hanya diam sambil menunjukkan wajah masam dan juga keruh. Lisa yang biasanya cerewet dan juga tak bisa diam, kali ini juga ikut senyap dan hening.Setelah menidurkan Naufal dan juga salsa ke dalam kamar mereka masing-masing, Lisa berjalan ragu menuju kamarnya sendiri. Dia berdiam diri lama sekali di depan kamar, wanita itu bimbang, antara ingin kembali atau maju dan masuk ke dalam.Dia bisa saja bersikap seperti tidak terjadi apapun barusan, tapi Lisa tahu kalau dia masuk ke dalam kamar sekarang, Aji pasti akan kembali mengungkit hal yang terjadi di rumahnya tadi.Sial! Lisa mendengus pelan, merasa kesal luar biasa akan tingkah menyebalkan keluargany
232. Aji dan Abi! (Bagian B)"Aku? Salah? Kesalahanku apa?" tanya Aji menahan kesal."Loh, ya kamu salah lah. Kesalahan kamu itu karena sudah melontarkan kata-kata yang pedas buat keluargaku! Jadi kamu harus minta maaf!" kata Lisa dengan tegas, seolah memberi ultimatum buat Aji agar mematuhi kata-katanya.Wanita itu kesal, karena Aji tidak mau mengikuti kata-katanya dan malah menunjukkan penolakan. Hei! Dia sudah berbicara sangat lembut tadi, dan ternyata Aji lebih suka dengan cara kekerasan seperti ini."Nggak! Aku nggak mau! Enak aja aku harus minta maaf, yang salah siapa … yang minta maaf siapa!" Aji menolak dengan tegas.Dia lalu merebahkan dirinya, dan menarik selimut. Dia membelakangi Lisa, agar tidak melihat wajah cantik istrinya itu dan dia juga menghindari pertengkaran. Karena Aji yakin, jika hal ini terus dilanjutkan maka ujung-ujungnya mereka akan bertengkar."Mas, Ibu emang salah karena nyindir-nyindir Mas. Tapi, beliau itu orang tuaku. Nggak mungkinlah dia yang minta maaf
233. Aji dan Abi! (Bagian C)Aji tak menyahut lagi, dia bisa mengambil kesimpulan kalau adiknya itu juga rindu dengan kamar ini. Dulu mereka akan berebut untuk tidur di sini, dan ujung-ujungnya Abi serta Aji akan tidur di sini berdua. Dan kedua orang tuanya malah tidur di kamar mereka."Mas …." Kini giliran Abi yang membuka pembicaraan, dia memanggil Aji dengan lirih."Apa?" tanya Aji cepat."Gimana masalah tabungan anak-anak? Udah ada jalan keluar?" tanya Abi."Mbakmu punya uang sepuluh juta kemarin, dan aku akan suruh dia jual emas-emasnya dulu nanti buat nutupin kekurangannya," sahut Aji dengan lesu. "Hahhhh … aku nggak tahu kalau uang itu habis, Bi. Aku kira uangnya memang disimpan, dan akan dikembalikan secepatnya," lanjut Aji lagi."Memangnya berapa semuanya?" tanya Abi tanpa menoleh."Tiga puluh delapan juta tiga ratus tujuh puluh lima ribu!" Aji menyahuti.Abi diam, sedikit banyak dia sudah menebak jumlah uang yang Lisa pakai. Menurut penuturan Anwar, uang tabungan Jesi, Gina,
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)234. Murka Sri! (Bagian A)Abi sudah kembali, sambil membawakan sepiring nasi lengkap dengan lauk pauk untuk Aji. Dia memberikan piring itu kepada kakaknya, yang sudah menunggu dengan wajah yang terlihat sangat sumringah."Lama amat! Ngapain aja sih, kamu di dapur?" tanya Aji penasaran."Aku buat minum Mas, buat sirup. Aku nggak tahu sirupnya di mana, ternyata di letak Ibu di lemari bawah. Lagian ngambil es batunya juga susah, aku harus mengeluarkan tenaga dalam ekstra untuk mengeluarkan es batu itu!" kata Abi menyahuti.Dia lalu mendudukkan dirinya di lantai, dan bersandar di lemari jati milik kedua orang tuanya, tepat berhadapan dengan Aji yang kini makan sambil bersila di atas tempat tidur."Di bawah aja, Mas. Nanti kalau makanan Mas tumpah ke sprei milik Ibu, Ibu pasti akan mengamuk," kata Abi mengingatkan."Aku udah pw, Bi. Aku males turun," sahut Aji dengan cuek.Dia lalu melanjutkan makannya dengan lahap, hari ini ibunya m
235. Murka Sri! (Bagian B)"Sudah, sudah! Nggak usah banyak alasan! Sana cepat keluar, makan di ruang makan! Jangan makan di kamar! Memangnya kamu itu pengantin baru? Pakai acara makan di kamar segala, kamu itu tidak takut menjadi ular kalau makan di kasur? Hah?" ujar Sri tidak mau mendengar, dia menunjuk ke arah luar."Itu hanya mitos, Bu. Aku bukan anak kecil lagi yang bisa Ibu takut-takuti seperti itu!" Aji menggerutu dengan kesal.Dia langsung berdiri dan keluar dari kamar dengan kaki yang menghentak, sedangkan Abi saat ini sudah terkekeh sambil memegangi perutnya. Lelaki itu merasa lucu karena ibunya mengusir Aji, dengan cara menyampaikan mitos yang dulu sering dia sampaikan kepada mereka berdua.Dulu, sewaktu mereka masih kecil, mereka memang sangat sering meminta makan di kamar. Karena Abi dan juga Aji memang ada tipe anak yang malas untuk keluar, dan lebih memilih untuk berada di kamar. Karena di kamar mereka, memang disediakan PlayStation oleh Sri dan juga Amran. Dan untuk m
236. Murka Sri! (Bagian C)Anak sulungnya ini bukan tipe pemikir, suka bekerja, bertindak, dan juga bicara tanpa berpikir lebih dahulu. Dan melihat Aji yang tengah berpikir serius seperti ini, tentu saja adalah hal yang langka."Nggak mikirin apa-apa, Bu. Cuma lagi pusing saja," sahut Aji dengan lesu."Pusing kenapa?" tanya Sri cepat."Uang tabungan anak-anak, Bu." Aji berujar lirih.Sri langsung diam, benar tebakannya tadi. Memang firasat seorang Ibu tidak akan meleset, dan dia kembali membuktikannya walau sudah puluhan tahun lamanya dia menjadi Ibu dari kedua putranya ini."Kenapa memangnya?" tanya Sri ingin tahu. "Kan, kemarin istrimu bilang semuanya sepuluh juta. Dan uangnya juga sudah ada, lalu apa masalahnya lagi, Ji?" tanya Sri dengan cemas.Hahhhhhhh ….Aji menghela nafas berat, dia kemudian mendudukkan dirinya dan menyugar rambutnya. Terlihat sangat frustasi dan juga hilang arah, sukses membuat Sri semakin cemas dan kini menatap Abi meminta penjelasan.Sedangkan yang ditatap,
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)237. Terungkap (Bagian A)"I—itu …." Sri menunggu, begitu juga dengan Abi yang diam-diam menyimak. Walau terlihat cuek tapi dia juga penasaran, uang enam ratus juta itu tidak sedikit. Dan Abi setuju dengan apa yang ibunya katakan, dia juga tidak yakin kalau Aji dan Lisa mempunyai tabungan sebanyak itu.Apalagi ditilik dari kehidupan kakak iparnya itu yang begitu hedon dan juga mewah Lisa selalu saja bersikap seperti Tuan Putri yang harus dituruti keinginannya baik itu oleh Aji oleh kedua orang tuanya dan juga orang-orang di sekitar mereka"Ji, ngomong itu yang jelas. Dari mana kamu dapat uang segitu banyaknya?" Sri kembali bertanya, semakin menekan Aji dengan pertanyaannya.Mimik wajahnya sudah terlihat panik, dan juga cemas. Kekhawatiran itu terlihat jelas, membuat Aji langsung tidak enak hati. Bagaimanapun juga, dia tahu kalau Sri sampai mengetahui hal ini. Maka dia tidak akan selamat."I—itu …."Aji sudah berusaha untuk berbi