Share

188. Bergulat! (Bagian C)

Author: Aksara Ocean
last update Last Updated: 2022-07-16 02:14:17

188. Bergulat! (Bagian C)

"Mau ke mana, An?"

Rasanya dejavu, saat aku melihat Bi Ramlah yang sedang menatapku dengan pandangan berbinar. Bukankah ini sama seperti kemarin? Jangan bilang dia ma—

"Ke pasar? Ikut, dong!"

Hap! Dia langsung melompat ke atas boncengan, padahal aku belum mengiyakan. Ya Allah, Bi Ramlah benar-benar sesuatu.

"Bibi mau apa? Kalau nggak beli apa-apa jangan ikut," kataku ketus, menolak secara terang-terangan.

"Ish, suudzon saja!" sahut Bi Ramlah sambil mencubit kecil pinggangku. "Bibi mau belanja sayur, kok!" katanya dengan semangat.

"Tunggu Kang Ujang aja, lah," tolakku lagi.

"Ya Allah, An! Orang nebeng doang pun, pelit amat!" sahutnya mendramatisir keadaan.

"Udah deh, Dek! Ajak aja lah, lagian kan kamu jadi ada temannya," pekik Mas Abi dari dalam.

Aku memutar bola mata, dan Bi Ramlah memkik senang. Ish, jika saja bukan Mas Abi yang menyuruh maka aku akan kekeh untuk tidak mengajak Bi Ramlah ke pasar.

Aku menarik gas, sehingga motorku mulai berjalan dengan la
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)    189. Sidang di Balai Desa (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant) 189. Sidang di Balai Desa (Bagian A)Aku bahkan tidak mampu mengeluarkan suaraku, saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Mbak Rini. Bagaimana bisa Mbak Ruli dan juga Lisa bergumul habis-habisan di sini tadi?“Yang bener, Mbak? Ini bukan hoax, kan?” tanyaku ingin tahu."Ya bener, An! Kamu kira Mbak bohong gitu?" tanya Mbak Rini tidak suka."Ya bukannya gitu, Mbak. Tapi ini Lisa loh, Lisa yang somsenya naudzubillahimindzalik. Kok, bisa gitu loh … dia bergumul di pasar sama Mbak Ruli? Emang masalahnya apa?" tanyaku lagi."Iya, yah! Sayang banget kita tadi berhenti di rumah ibumu, An! Kalau tadi kita langsung ke sini, kan kita bisa melihat tuh pertarungan Ruli sama Lisa. Haduh … nggak rezeki!" ujar Bi Ramlah tiba-tiba.Aku menatap Bibi suamiku itu dengan pandangan tajam, tapi sepertinya dia terlihat tidak peduli karena dia malah asik memilih cabai hijau sekarang.Bi Ramlah terlihat cuek bebek, dia sama sekali tidak kelihat

    Last Updated : 2022-07-16
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)    190. Sidang di Balai Desa (Bagian B)

    190. Sidang di Balai Desa (Bagian B)"Oh, maaf, maaf, Mbak. Itu sama belanjaanku sekalian, ya udah sini tak bawakan. Ayo kita duduk dulu, aku mau cerita!" kata Bi Ramlah dengan tergesa-gesa.Dia kemudian menarik lengan Ibu dan mendudukkan diri mereka di kursi teras, sedangkan aku berjalan mendekat dengan santai. Biarkan saja biarlah yang menjelaskan, aku tidak mau ikut-ikutan."Apaan, sih? Gosip apa? Kalau tidak penting, aku tidak mau tahu ya!" kata Ibu sambil menatap Bi Ramlah dengan pandangan tajam."Nggak penting bagaimana? Kalau ini berkaitan dengan menantu kesayangan Mbak itu," sahut Bi Ramlah sambil mencibir."Lisa? Kenapa sama dia?" tanya Ibu dengan kening yang berkerut bingung."Lisa itu berantem sama Ruli di pasar tadi, dan sekarang sudah dibawa ke kantor desa," kata Bi Ramlah menjelaskan."Astaghfirullahaladzim! Berantem sama Ruli, di pasar? Kok, bisa Ram?" tanya Ibu dengan panik."Ya, mana aku tahu, Mbak. Aku nggak sempat nanya pula, lagian pas aku sampai sana sama Ana, pe

    Last Updated : 2022-07-16
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)    191. Sidang di Balai Desa (Bagian C)

    191. Sidang di Balai Desa (Bagian C)Sedangkan aku duduk di belakang Mas Abi, dan mencubit kecil bahu suamiku itu hingga da terlonjak kaget dan menoleh."Eh! Kamu kok, di sini, Dek?" tanya Mas Abi dengan bingung."Iya, dengar kabar tadi di pasar. Langsung ke sini sama Ibu dan Bi Ramlah," sahutku dengan cepat. "Mas kok di sini? Siapa yang jaga toko?" tanyaku ingin tahu."Diajak Bapak, ya udah Mas ikut. Toko tutup, Dek," sahut Mas Abi tak kalah cepat."Mana si Lisa?" bisikku padanya."Lah, segitu besarnya kamu nggak kelihatan?" tanya Mas Abi sambil menunjuk ke depan.Dan aku langsung bisa melihat keberadaan Lisa dan Mbak Ruli di depan sana, duduk di kursi, bersebelahan, di tengah-tengah ruangan. Seperti tersangka kejahatan saja."Udah mulai? Masalahnya apa, Mas?" tanyaku pada Mas Abi."Belum, lagi nunggu suami Mbak Ruli," balas Mas Abi pelan. Ahhhh! Aku mengangguk paham, keluarga Mbak Ruli memang belum ada di sini, baik itu suaminya, ataupun keluarganya yang lain. Bisa habis si Lisa d

    Last Updated : 2022-07-16
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   192. Persidangan yang alot! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)192. Persidangan yang alot! (Bagian A)Semua orang yang ada di sana langsung terdiam, hening, sunyi, sepi, bahkan suara napas semua orang tidak bisa aku dengar. Apa semua orang menahan napas dengan kompak, ya? Hebat!Lisa dan juga Mbak Ruli di depan sana langsung terdiam, aku tidak tahu pasti bagaimana dengan wajah mereka, karena aku hanya bisa melihat punggung mereka. Tapi yang pasti, aku bisa yakin kalau mereka saat ini pasti takut dengan teriakan yang baru saja dikeluarkan oleh Pak Kades.Pak Kades itu baik, sopan, jujur, dan juga bertanggung jawab. Sebagai pemimpin, dia tidak pernah neko-neko. Tapi, aku maklum saat dia kehilangan kewarasan saat berhadapan dengan Lisa dan juga Mbak Ruli. Siapa sih, yang tahan berhadapan dengan mereka berdua sekaligus?Hmmmm, mungkin tidak ada!"Maaf, Pak. Silahkan lanjutkan," ujar Mbak Ruli memecah keheninganLumayan, setidaknya dia mau meminta maaf. Tidak seperti Lisa yang malah memalingkan w

    Last Updated : 2022-07-18
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   193. Persidangan yang alot! (Bagian B)

    193. Persidangan yang alot! (Bagian B)"Dia siapa, Bi?" tanyaku berbisik ke arah Bi Ramlah."Oh, si Runa? Anak Pak Kades yang dulu itu," sahut Bi Ramlah lagi."Hemmm? Yang mana?" tanyaku ingin tahu."Dulu, mantan kades yang kemarin. Itu anaknya, kerja di desa setelah selesai dengan pendidikannya di kota," kata Bi Ramlah lagi."Ohhh, aku kok nggak tahu ya, Bi?" tanyaku dengan bingung."Ya nggak tahu, padahal si Runa udah dua tahun kerja di kantor desa," sahut Bi Ramlah lagi. "Makanya jangan cuma di rumah aja, An," cibirnya padaku.Aku hanya menatapnya dengan pandangan datar, benar-benar kesal dengan ejekan yang Bi Ramlah lontarkan. Namun, sepertinya Bi Rlah tidak ambil pusing dan malah mendekatkan dirinya ke arahku dan berbisik kecil yang sukses membuat aku menganga. "Runa itu mantan pacarnya si Aji, putus gara-gara Aji selingkuh dengan Lisa. Soalnya si Runa masih SMA dan Aji sudah bekerja dulu, dan ketemu sama Lisa!"Wah, pantas saja Lisa ketus sekali, ada kaitannya dengan masa lalu

    Last Updated : 2022-07-18
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   194. Persidangan yang alot! (Bagian C)

    194. Persidangan yang alot! (Bagian C)"Ya harus tahu aja kami itu kan kalau di rumah harus punya pembicaraan. Entah itu mengenai pekerjaan, ataupun mengenai orang-orang di desa ini. Lah kalau berita sebesar ini, dia harus tahulah," kata Bi Ramlah lagi.Aku hampir menepuk jidatku karena mendengar kata-kata Bi ramlah barusan, ternyata dia dan juga Pak Lek sama sama tukang gosip. Pantas saja mereka ini dijuluki pasangan yang sangat klop, walaupun kehidupannya yang kurang beruntung.Masih mengontrak, dan juga bekerja sebagai kuli bangunan, sama seperti kehidupanku yang dulu. Tapi Bi Ramlah dan juga Pak Lek, memang sangat jarang bertengkar, bahkan bisa dibilang tidak pernah bertengkar.Ternyata rahasianya ini, mereka mempunyai hobi yang sama, makanya menjadi pasangan yang sangat klop. Aku kembali menetap ke arah depan, saat mendengar Mbak Ruli yang terkekeh dan juga menatap Lisa dengan pandangan tajam."Jawab dong, gimana itu nasib tabungan anak-anak kami? Ingat ya Lisa, kalau kamu tidak

    Last Updated : 2022-07-18
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   195. Amarah Bapak! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)195. Amarah Bapak! (Bagian A)Semuanya kembali hening, setelah tadi Pak Kades yang berteriak, kini Bapak yang melakukan hal itu. Dia menatap Mas Aji dengan pandangan tajam, dan juga tatapan memperingatkan."Kami akan bertanggung jawab tentunya, tapi mohon untuk di selesaikan sampai di sini. Kita bisa berbicara secara kekeluargaan di rumah," lanjut Bapak lagi.Setelah sebelumnya dia sedikit berteriak, agar menarik atensi orang-orang yang sudah sangat tertarik dengan Mas Aji dan juga Mas Badra yang sepertinya akan ikut bergelut melanjutkan perkelahian istri-istri mereka tadi."Bagaimana, Badra? Ruli? Bisa kita bicarakan di rumah saja? Tentunya dengan cara kekeluargaan!" kata Bapak lagi.Mas Badra langsung menatap Mbak Ruli, lelaki itu langsung menatap keluarganya yang lain. Dan orang tua Mbak Ruli hanya mengangguk menyetujui, hingga membuat kedua mertuaku langsung tersenyum lega."Kalau Pakde yang bicara begitu, maka saya ikut saja

    Last Updated : 2022-07-18
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   196. Amarah Bapak! (Bagian B)

    196. Amarah Bapak! (Bagian B)Aku hanya bergidik ngeri, kemudian menatap ke arah depan dengan pasti. Namun diam-diam mataku tetap memantau Ibu dan juga pasangan Mas Aji serta Lisa di belakang, menggunakan kaca spion.Aku bisa melihat wajah Ibu yang memerah, terlihat sekali kalau beliau sedang menahan amarah."Ibu tidak mau tahu kalian itu punya janji dengan siapa, mau itu presiden kek, gubernur kek, yang penting kalian harus ke rumah sekarang! Karena Ibu dan Bapak mau berbicara dengan kalian, dengar?!" kata Ibu dengan ketus.Dia lalu naik ke boncengan, namun matanya tetap menoleh ke belakang. "Cepat! Kalian berjalan duluan, dan kami yang di belakang. Karena kalau tidak begitu, Ibu tidak yakin kalau kalian akan mengikuti kami. Bisa saja kalian kabur!" kata Ibu lagi.Aku bisa melihat wajah Mas Aji dan juga Lisa yang terlihat ogah-ogahan, tapi melihat amarah Ibu mereka sepertinya ciut juga. Karena Mas Aji langsung naik ke motor, begitu juga dengan Lisa dan mereka melaju di depan kami den

    Last Updated : 2022-07-18

Latest chapter

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   532. Keadaan Lisa!

    532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)

    531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)

    529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)

    528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)

    526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)

    525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata

DMCA.com Protection Status