Share

176. Makan Uang Orang! (Bagian C)

Penulis: Aksara Ocean
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-13 07:53:55

176. Makan Uang Orang! (Bagian C)

"Itu 'kan, karena Bibi memang suka melihat orang lain sedang kesusahan!" kataku mencebik sinis.

"Loh, memangnya kamu tidak senang, melihat Lisa susah seperti itu?" tanya Bi Ramlah lagi.

"Ye … Bibi jangan membuat seolah-olah aku ini adalah orang yang jahat, ya! Aku tidak pernah merasa senang sama sekali, ketika melihat orang lain susah!" kataku dengan nada ketus.

Namun, tidak terasa obrolanku dengan Bi Ramlah membuat kami berdua tidak sadar, kalau saat ini kami sudah sampai ke pasar. Aku segera memarkirkan motorku di tempat parkir, dan setelah mendapatkan kupon parkir aku langsung memasukkannya ke dalam dompet.

Bi Ramlah sudah menunggu di ujung sana, dia terlihat sangat antusias. Padahal, katanya tidak mau membeli apapun. Aku langsung menatapnya dengan pandangan tajam.

"Kamu nggak usah mandang Bibi seperti itulah, An. Seperti Bibi ini punya salah saja, sama kamu!" kata Bi Ramlah sambil menggamit lenganku dengan sangat akrab.

Seolah-olah kami ini adalah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   177. Tabungan Anak Sekolah (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)177. Tabungan Anak Sekolah (Bagian A)“Hah? Gimana? Gimana?” Mbak Rini langsung tanggap.Dia langsung memasang wajah penasaran, aku langsung memutar bola mataku dengan malas. Sifat wanita, suka sekali dengan ghibah dan juga gosip. Tidak munafik, aku juga salah satu yang menyukainya. Walau aku tahu, itu salah, sih! Hahahaha!Tapi, entah kenapa jika itu berhubungan dengan anggota keluarga, maka aku akan berubah menjadi sensitif. Walau aku tidak menyukai Lisa, tapi dia adalah Kakak iparku. Aku tidak nyaman saat ada yang menggosipi dia."Yah, Mbak Rini ketinggalan, nih!" Mbak ruli mencebik sinis.Mbak Rini yang memang belum mengetahui apa-apa, hanya bisa menggaruk pelipisnya yang tertutup jilbab instan berwarna mocca. Dia sepertinya kebingungan, apalagi saat melihat situasi yang terjadi.Mbak Ruli dan Bi Ramlah sudah sibuk bergosip sambil memilah bawang, sedangkan aku menyibukkan diri dengan memilih cabai dan memasukkannya ke dalam k

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   178. Tabungan Anak Sekolah (Bagian B)

    178. Tabungan Anak Sekolah (Bagian B)Mbak Ruli langsung mengangguk mengerti, dia kemudian menatap Mbak Rini dengan pandangan dalam dan juga lekat.“Eh, Rin! Kamu tahu nggak, kalau ada gosip yang beredar akhir-akhir ini di sekolah?” tanya Mbak Ruli sambil berbisik kecil. “Gosip apa? Ya aku mana tahu, aku kan tidak bekerja di sekolah, Rul. Aku kan bekerja di pasar, ya mana aku tahu gosip yang ada di sekolahan. Memangnya ada apa, sih?” tanya Mbak Rini dengan nada penasaran.“Lah bukannya anak kamu sekolah di sana? Memangnya anak kamu tidak pernah berbicara apa-apa sama kamu?” tanya Mbak Ruli lagi.“Nggak tuh! Memangnya ada apa? Maya tidak pernah berbicara apa-apa kepada diriku, dan ketika aku bertanya bagaimana sekolahnya, dia paling jawab kalau semuanya berjalan lancar. Memangnya ada apa?” tanya Mbak Rini lagi.Bi Ramlah dan juga Mbak Ruli langsung saling berpandangan, mereka sepertinya keheranan karena anak Mbak Rini yang bernama Maya itu, tidak menyampaikan apapun perihal yang ada d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   179. Tabungan Anak Sekolah (Bagian C)

    179. Tabungan Anak Sekolah (Bagian C)"Sebenarnya … ini kan, sudah mau semester akhir, semester kedua, loh, dan seharusnya uang tabungan anak murid sudah dibagikan. Tetapi, ketika dipinta oleh mereka, si Lisa selalu mengelak dan mengundur-undur waktu. Jadi banyak yang curiga kalau Lisa menelan uang tabungan anak-anak Sekolah," kata Mbak Ruli dengan semangat."Astaghfirullahaladzim! Eh, ini beneran tidak? Kalau tidak, ini jatuhnya fitnah, lho!" kata Mbak Rini dengan cepat."Beneran! Wong anakku salah satunya!" kata Mbak Ruli dengan nada ketus. "Si Alif itu kan, anak muridnya Lisa. Lah tabungannya itu akeh, buaaaanyak lho, Rin. Sekitar enam ratus ribu, lah kok bisa pas dipinta itu bilangnya tidak ada. Gimana coba? Ya jelas aku meradang!" kata Mbak Ruli dengan cepat.Aku pura-pura tak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Mbak Ruli dengan memilih kembali sayuran, yang bahkan tidak aku perlukan.Aku hanya berusaha untuk menghindari percakapan ini, dengan menyibukkan diriku sendiri. S

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   180. Bapak dan Mas Abi (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)180. Bapak dan Mas Abi (Bagian A)Di sepanjang perjalanan pulang menuju rumah, aku sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Setelah perbincangan kami di pasar tadi, aku dan Bi Ramlah memutuskan untuk pulang. Lebih tepatnya aku yang memaksa Bi Ramlah untuk pulang dengan ancaman, jika dia tidak mau ikut denganku sekarang maka aku akan meninggalkannya di pasar sendirian dan dia harus pulang berjalan kaki atau naik kendaraan umum.Walaupun Bi Ramlah terlihat enggan karena dia masih asyik berbicara dengan Mbak Ruli dan juga Mbak Rini, tetapi dengan ancaman yang seperti itu dia akhirnya ikut pulang denganku.Setelah sebelumnya dia mengambil satu ikat kangkung, dan juga sekilo kentang untuk dimasukkan ke dalam belanjaanku. Katanya, mumpung ada donatur dan juga orang baik. Toh, aku yang memang tidak mempermasalahkan hal itu langsung membayarkan pesananku dan juga Bi Ramlah.Bi Ramlah juga tidak terlalu banyak bicara saat kami ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   181. Bapak dan Mas Abi (Bagian B)

    181. Bapak dan Mas Abi (Bagian B)“Ya suka, Pak. Masak bapaknya datang ke rumah ndak suka, mana ada anak yang begitu ke orang tuanya,” kataku sambil tertawa kecil.“Ya terus? Kok, tanya-tanya?” tanya Bapak lagi.“Bapak gimana, sih? Ana cuma tanya, kok balasannya begitu?”Ehhhhh?Aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah belakang, dan menemukan Mas Abi yang tengah menatap kami dengan pandangan kesal. Suamiku itu mengernyitkan dahinya, terlihat tidak suka.Sedangkan Bapak langsung diam, dan kembali menghisap rokoknya dengan dalam dan mengepulkan asapnya ke udara. Tidak terlihat terganggu dengan ucapan Mas Abi yang terdengar tak enak di telinga.Tunggu, mereka kenapa, sih? Sejak kapan suamiku ini bisa bersikap begini pada bapaknya sendiri? Mas Abi itu tipe anak yang sangat hormat pada orang tuanya, tidak pernah membantah, dan juga tidak pernah melawan.Ini untuk pertama kalinya, loh!Namun, saat aku menatap Mas ABi dengan pandangan lekat, suamiku itu malah membuang mukanya dan memanda

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   182. Bapak dan Mas Abi (Bagian C)

    182. Bapak dan Mas Abi (Bagian C)“Ya mana Mas tahu,” balas Mas Abi cuek. “Lagian Mas nggak peduli juga, wong Mas nggak ngerokok!” kata Mas Abi lagi.Aku mengangguk, yang dikatakan Mas Abi memang suatu kebenaran. Dia tidak merokok, dan artinya aku aman. Tapi, sepertinya mau harga rokok naik ataupun tidak, para laki-laki tidak akan peduli. Toh, mereka tetap membeli tanpa pusing dengan harganya.Saat aku baru saja selesai dengan kegiatan makan malam kami, aku langsung membereskan piring dan juga peralatan makan yang kotor. Dengan sigap aku membawanya ke dalam rumah sedangkan Mas Abi langsung menyapu teras toko. Ketika aku kembali ke depan, aku bisa melihat ada Mas Joko di toko. Bujang lapuk di desa ini, kebanyakan milih, pelit, dan sok merasa paling tampan, mengakibatkan dia yang belum menikah sampai sekarang.“Mau beli apa, Mas Ko?” tanyaku ingin tahu.“Ehhhh, ada Dik Ana … tambah bening aja,” katanya dengan nada merayu.Aku hanya memutar bola mata dengan malas, dia ini seusia Mas Abi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   183. Suka Keributan! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)183. Suka Keributan! (Bagian A)Aku bisa melihat Mas Joko yang langsung mengerutkan keningnya, dia kemudian berbalik ke arahku setelah aku melepaskan tudung hoodie yang dia pakai. Sedangkan Mas Abi juga langsung mendekati kami, wajahnya juga terlihat terheran-heran dan menatap Mas Joko dengan pandangan bingung."Kamu kok, nggak bayar sih, Ko? Kok, main ambil begitu saja?" kata Mas Abi memprotes tindakan Mas Joko barusan.Sedangkan Mas Joko langsung menepuk keningnya dengan kuat, sepertinya dia lupa membayar, karena setelahnya aku bisa melihat dia yang merogoh kantung hoodienya.Eh? Tapi kenapa dia bukan mengeluarkan dompet miliknya? Saat ini dia malah mengeluarkan ponselnya dan mengotak-atik ponselnya itu sebentar. Kemudian dia memperlihatkan layar ponselnya ke arah kami berdua, aku menyipitkan mataku saat layar ponsel Mas Joko tepat berada di wajahku, dan setelahnya aku langsung mendecih sinis saat melihat tulisan yang ada di sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   184. Suka Keributan! (Bagian B)

    184. Suka Keributan! (Bagian B)Sedangkan mereka adalah orang yang kuat, bisa bekerja, dan juga bisa menghasilkan uang dengan mudah. Lalu kenapa aku harus memberi mereka kasbon? Terutama kasbon untuk Mas Aji, aku tidak mau melakukannya. Sorry sorry sajalah."Iya, tokoku ini tidak melayani kasbon untuk Mas Aji saja, itu permasalahannya. Jadi kalau kalian mau membeli, silahkan beli menggunakan uang. Tapi kalau kalian mau kasbon, silahkan kasbon ke toko yang lain!" kataku dengan nada enteng.Aku lalu mendudukkan diriku di meja kasir, dan menyibukkan diriku kembali dengan ponsel yang aku pegang, melanjutkan kegiatanku melihat-lihat media sosial milikku.Aku bisa mendengar Mas Joko yang menggerutu, namun tentu saja dia tidak berani menggerutu kepadaku ,karena aku akan membalasnya dengan yang lebih pedas. Tak lama kemudian aku bisa mendengar suara motornya yang menjauh, dan setelahnya aku bisa mendengar langkah kaki Mas Abi yang mendekat."Apa katanya tadi, Mas?" tanyaku dengan wajah penasa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14

Bab terbaru

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   532. Keadaan Lisa!

    532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)

    531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)

    529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)

    528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)

    526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)

    525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata

DMCA.com Protection Status