Share

Rencana Kabur

Penulis: Ayu Kristin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Asih mengemasi semua barang-barangnya lalu memasukkannya ke dalam koper. Wajahnya terlihat panik dan terburu-buru.

"Aku harus segera pergi meninggalkan rumah ini dan aku harus memberitahukan pada warga jika Tejo sudah membunuh Wini. Agar arwah Wini tidak menghantuiku lagi," lirih Asih ketakutan.

Setelah memasukkan barang-barangnya, Asih bergegas membawa koper itu keluar dari dalam kamar. Dengan langkah cepat ia menuruni anak tangga, sebelum Tejo kembali ke rumahnya.

"Tejo benar-benar seperti psikopat!" gerutu Asih masih tidak menyangka jika Tejo akan berbuat senekad itu pada istrinya sendiri.

Asin tercekat saat melihat lelaki berkumis tebal itu justru muncul dari balik pintu rumah yang ia buka. 

Tejo menjatuhkan tatapannya kepada koper yang berada di belakang punggung Asih. Kemudian kepada wanita yang berdiri di depannya dengan tatapan heran.

"Asih, kena

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Kobaran Api

    Aroma bensin sangat menyengat masuk dalam indra pernapasan. Entah berapa liter bensin yang sudah Tejo siraman pada kayu-kayu bakar itu yang sudah pesan dan ia susun di belakang rumah.Perlahan Asih membuka netranya yang terasa sangat lengket sekali. Wanita itu terkejut, saat mendapati kedua tangan dan kakinya terikat pada ranjang. Mulut wanita itupun tersumpal oleh kain yang membuatnya merasa sangat mual sekali.Eh ... Eh ...Asih berusaha menggerakkan kedua tangannya yang terikat. Ia pun berusaha untuk berteriak. Namun, usahanya percuma saja. Asih tergugu, butiran bening jatuh membasahi pelipisnya."Asih .... !"Deg!Suara panggilan itu lagi. Asih mencari keberadaan Wini, arwah penasaran yang belakangan ini terus menghantuinya. Kedua netra Asih membeliak saat melihat tubuh Wini tiba-tiba melayangkan di atas tubuhnya.Hah .....

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Kesaksian

    Rumah mewah milik Tejo hangus terbakar tidak tersisa. Begitu juga dengan gudang kelapa milik juragan kaya raya itu. Semua rata dengan tanah, dilahab si jago merah. Bahkan Tejo yang jatuh di atas bara api pun tidak dapat di selamatkan. Lelaki itu hangus terbakar menjadi arang.Perlahan Asih membuka netranya dari obat bius yang berangsur menghilang. Rasa perih dan sakit semakin menjalar pada sekujur tubuh Asih yang dibalut oleh kain perban. Luka bakar pada wanita itu hampir menjalar di sekujur tubuhnya.Asih mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya, semua terasa perih dan sangat sakit sekali."Neng, ini ibu, Neng!" ucap wanita paruh baya yang terlihat senang melihat Asih telah sadar. Netranya berkaca-kaca melihat Asih sudah sadar."Bu!" lirih Asih menggerakkan bibirnya sangat pelan sekali. Karena tidak hanya tubuh Asih yang dipenuhi oleh luka bakar.

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Suara Dari Kamar Lastri

    Prapto berlari tergopoh-gopoh menghampiri Lastri yang sedang berada di dalam gudang kelapa. Wajahnya panik setelah mendengar kabar tentang kematian Tejo dan semua harta benda Tejo yang habis terbakar tidak tersisa."Ada apa, Prapto!" sergah Lastri terkejut dengan kedatangan menantunya."Bu, ada kabar buruk, Bu!" sergah Prapto dengan nafas yang masih tersengal."Ada apa, Prapto?" Lastri mengalihkan tatapannya dari buku nota yang ada di tangannya, kemudian melihat pada Prapto."Kabar buruk, Bu! Pak De Tejo meninggal dunia!" cetus Prapto setelah nafasnya sedikit berangsur normal."Apa!" Lastri membungkam mulutnya yang menganga dengan mata membeliak. "Prapto, jangan asal bicara kamu, darimana kamu dapat berita seperti itu, Prapto!" pekik Lastri dengan wajah kesal."Benar, Bu, sumpah! Saya tidak bohong!" tukas Prapto penuh keyakinan.Nota yang

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Putus Asa

    Perlahan Prapto menarik gagang pintu kamar Lastri. Bayangan manusia berbulu hitam tengah bergumul dengan Lastri di atas ranjang."Astaghfirullahaladzim!" batin Prapto. Satu tangan lelaki itu mengusap dadanya yang masih terkejut. Seketika tubuh Prapto bergetar ketakutan.Lastri terlihat menikmati permainan dengan makhluk yang dipenuhi bulu hitam itu. Bahkan erangan Lastri semakin keras terdengar sangat menjijikan. Prapto perlahan menarik gagang pintu kamar Lastri dan menutupnya kembali.Jantung Prapto hampir terlepas dari tempurungnya. "Apa yang sebenernya ibu lakukan dengan mahluk itu!" batin Prapto ketakutan. Dengan sangat hati-hati sekali Prapto memutar tubuhnya menuju lantai bawah.____Subuh buta Prapto sudah meninggalkan rumah. Setelah ia menyiapkan semua keperluan Indah. Saat ia pergi lelaki itu juga sudah memasrahkan istrinya kepada Bibik pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah Last

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Misteri Semeru

    Sorot mata Indah menatap lekat pada Prapto yang berkaca-kaca. Sepersekian detik Indah dan Prapto saling bersitatap dalam pikiran mereka masing-masing."Dek, apakah kamu sudah mengingat aku?" seloroh Prapto dengan wajah senang. Baru kali ini Indah merespon ucapan Prapto meskipun bukan dengan sebuah tatapan."Tak lelo lelo ledung, cup menengo ...!"Prapto terduduk lesu. Ternyata Indah masih saja sama. Wanita itu memalingkan wajahnya menatap kepada boneka yang berada di pangkuannya, lalu menembangkan lagu jawa khas untuk menidurkan bayi.Prapto tergugu. Lelaki itu menengelamkan wajahnya pada kedua kakinya yang di tekuk di hadapan Indah. Wanita dengan dress merah itu sama sekali tidak peduli, Indah justru semakin merdu menyanyikan tembang jawa untuk boneka bayi yang berada di pangkuannya."Aku harus bagaimana, Dek!" isak Prapto. "Sebenarnya Mas sangat menyayangimu, tapi di sini sangat bahaya sekali untuk kita, Dek!" Prapto mengangkat wajahnya men

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Korban

    Kerongkongan Prapto terasa tercekat. Entah mengapa perutnya terasa sudah penuh. Lingkar hitam di sekitar netranya pun nampak begitu jelas. Prapto hanya mengaduk-aduk makanan yang berada di dalam piring. Sesekali ia menyuapkannya ke dalam mulut hanya seujung sendok."Den, kenapa tidak di makan? Masakan Bibik tidak enak?" seloroh Bibik membuyarkan lamunan Prapto."Eh, Bik, engak kok, engak ada apa-apa!" balas Prapto tergeragap."Ada apa, Bik?" Lastri yang baru datang bergegas menghampiri Prapto yang sedang menikmati sarapan pagi. Wanita itu menarik bangku yang berada tepat di hadapan Prapto."Enggak, Bu, Enggak apa-apa kok!" sela Prapto sebelum Bibik menjawab pertanyaan Lastri.Lastri meraih piring kemudian mengisinya dengan nasi dan beberapa lauk pauk yang terhidang di atas meja. "Prapto di mana, Indah?" tanya Lastri yang tidak menemukan keberadaan putrinya di meja makan.

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Psikiater

    Bibik menatap lekat pada Prapto. Bibir lelaki itu bergetar hebat dengan wajah menegang."Ada apa, Den?" Bibik mengulangi pertanyaannya. Wanita itu berusaha untuk membantu Indah bangkit. Namun, sorot matanya tertuju pada Prapto yang nampak masih syok."Sebenernya Indah adalah korban ...!" Prapto yang kalut ingin mengucapkan semua beban yang menyiksa batinnya pada Bibik. Namun, tiba-tiba Lastri muncul dari ambang pintu kamar Indah."Indah!" Lastri tercekat, wanita itu mempercepat langkah kakinya menghampiri Indah yang masih tergulai di atas lantai."Ada apa ini, Bik?" sergah Lastri membantu Bibik membopong tubuh Indah pada bagaian kepalanya dan meletakannya di atas pangkuan."Indah, bangun!" Lastri menepuk lembut pipi Indah, sorot matanya penuh kekhawatiran pada Indah yang masih pingsan."Prapto, apa yang sudah terjadi?" sergah Lastri mengalihkan tatapann

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Kumat

    "Halo Mbak Indah, perkenalkan nama saya Puspita. Bagaimana kabar Mbak Indah?" tutur wanita berseragam putih yang bernama Puspita itu dengan sangat ramah sekali.Indah masih saja tidak bergeming. Sorot matanya tertuju pada boneka bayi menyeramkan yang ada di pangkuannya."Dulu, saya juga pernah kehilangan bayi sama seperti yang Mbak Indah alami. Saya tahu itu adalah hal yang sangat sulit sekali. Tapi saya yakin, akan selalu ada pelangi yang datang setelah badai hujan yang lebat. Mbak Indah harus tetap semangat ya." Psikiater wanita itu berusaha untuk memancing perhatian Indah."Dek, ayolah bicaralah sesuatu!" Prapto berusaha mengoyangkan bahu Indah. Indah mengelak, ia menepis tangan Prapto dari atas bahunya."Pelan-pelan saja, Pak!" tutur Dokter Puspita melemparkan senyuman kecil pada Prapto kemudian kembali mengalihkan tatapannya pada Indah."Saya boleh lihat boneka bayi, I

Bab terbaru

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 143

    Langkah Zaki seketika terhenti, saat lirih suara Indah memanggil namanya. Begitu juga dengan Angga dan Dimas yang nampak terkejut melihat tatapan Indah hampir sama dengan Sekar."Dek, kamu manggil, Mas Zaki?" Prapto yang hendak beranjak kembali terduduk menatap serius pada Indah."Zaki!" lirih Indah lagi.Perlahan Zaki menyeret langkah kakinya berat menghampiri Indah. Tatapannya menerawang pada wanita yang duduk di hadapannya."Hati-hati di jalan! Jaga teman-teman!" lirih Indah dengan suara berat, seperti sedang menahan tangis.Tubuh Zaki gemetaran, ia merasa jika seseorang yang berada dalam diri wanita gila itu bukanlah Indah lagi."Siapa kamu?" lirih Zaki.Indah yang sempat menjatuhkan tatapan pada Zaki, kini kembali terdiam dengan tatapan kosong. Sorot mata itu seketika berubah."Jawab siapa kamu?" Zaki menai

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 142

    Zaki menerobos tubuh Angga dan Dimas. Mendekat pada wanita yang hampir mirip sekali dengan Hanum, netranya yang jeli begitu juga dengan suaranya."Hanum! Apakah itu kamu?" lirih Zaki menyentuh pada kedua bahu wanita yang berdiri di hadapannya. Lelaki bertubuh atletis itu sama sekali tidak dapat menyembunyikan kerinduan dan kesedihannya pada kekasihnya yang sudah meninggal."Dek, siapa?"Deg!Wajah Zaki seketika berubah pias saat mendengar suara lelaki dari dalam rumah. Sepertinya panggilan itu di tunjukkan pada wanita di hadapan Zaki. Dimas menyambar tangan Zaki dan menarik tubuh lelaki itu sedikit menjauh dari wanita yang berada di dalam pintu. Wanita yang hampir mirip sekali dengan Hanum itu nampak tercengang."Maaf, mbak!" ucap Dimas menyungingkan senyuman."Siapa, dek?" Lelaki berkulit sawo matang itu muncul dari dalam rumah. "Oh, kalian!" Semburat

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 141

    Zaki tergeragap, menoleh pada pria berseragam petugas kebersihan yang berdiri di belakang punggungnya menenteng ember dan alat pel di tangannya."Itu Mas, ehm ... Tadi saya mendengar ada orang menangis di dalam kamar ini!" ucap Zaki gugup."Menangis?" Lelaki yang mengenakan seragam kebersihan itu mengeryitkan dahi, menjatuhkan tatapan heran pada Zaki."Mas, yakin ngak salah dengar kan?" cetus petugas kebersihan nampak ragu dengan ucapan Zaki."Iya, Mas, benar, saya mendengar orang menangis dari dalam, makanya saya ingin melihatnya," ucap Zaki penuh keyakinan.Wajah petugas kebersihan itu seketika berubah menjadi takut. "Mas, jangan nakut-nakutin saya deh!" protesnya."Tidak, Mas, saya tidak tahu nakutin Mas," seloroh Zaki. "Tadi saya benar-benar mendengar orang sedang menangis dari dalam situ," imbuhnya."Tapi Mas, di dalam kamar itu suda

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 140

    Dimas dan Zaki mendengarkan cerita Angga dengan seksama. Mereka nampak tenggelam dengan cerita yang Angga sampaikan."Lalu siapa wanita buruk rupa itu?" celetuk Dimas dengan wajah penasaran."Dia adalah ibu Yuda,"jawab Angga melirik pada Zaki."Apa?" Lagi-lagi Dimas dan Zaki terhenyak serentak. Mereka menggeleng bersama."Iya, wanita yang aku lihat saat aku berusia tujuh tahun itu adalah ibu Yuda," tegas Angga dengan sorot mata menerawang jauh."Jadi ibu kamu adalah istri nomor ...?" Dimas kelepasan, satu tangannya segera membungkam mulutnya menghentikan ucapannya. Wajahnya meringis saat Angga menoleh padanya."Ternyata ibuku adalah istri kedua ayahku. Jadi aku dan Yuda miliki ayah yang sama dengan ibu yang berbeda. Semenjak itu aku tinggal bersama Yuda, tapi entah mengapa Ayah lebih perhatian padaku, semua ayah lakukan untuk aku. Seolah Yuda dan ibunya tidak

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 139

    Wajah Yuda yang meradang tidak tinggal diam. Hati yang sakit dengan dendam yang menguasai membuat pemuda itu menjadi lepas kendali. Yuda melompati meja, menjatuhkan tinjauan tepat pada hidung Angga.Bruk!Tubuh Angga hampir terjatuh, beruntungnya ada Zaki yang menopang tubuh pemuda tampan itu. Meskipun hidungnya tetap saja terasa sakit sekali."Hay ... Apa yang kamu lakukan!" sentak seorang lelaki.Petugas penjaga segera menghampiri Yuda. Ia menarik tubuh lelaki itu menjauh dari Angga.Satu tangan Angga memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah segar. Wajahnya meringis menahan sakit. Sementara Yuda, netranya memicing pada Angga dengan dada bergerak naik turun."Angga, kamu nggak apa-apa, kan?" sergah Zaki panik.Beberapa saat Angga tidak menjawab. Hidungnya terasa sangat pedih sekali. "Aku baik-baik saja!" lirih Angga menatap pada telap

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 138

    "Zak, ada apa?" seloroh Dimas membuat Zaki tergeragap."Tidak!" balas Zaki mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Suara yang tidak asing itu masih terus mendengung dalam indera pendengarannya."Kamu mencari apa, Zaki?" ucap Dimas menatap aneh pada sikap Zaki yang ada di belakang punggungnya.Zaki nampak gelisah. "Tidak, aku tidak sedang mencari apapun. Mungkin aku tadi hanya salah dengar saja!" imbuh Zaki menarik sebelah sudut bibirnya. "Ayo masuk!" ajak Zaki melingkarkan tangannya pada bahu Dimas masuk ke dalam ruangan Angga.____Jangan pernah menanyakan sinar matahari di lereng Semeru. Sekalipun ia menampakkan cahayanya, ia tidak akan pernah membuatmu terasa panas. Justru yang ada ia akan memberi kehangatan dalam dinginnya udara yang membekukan. Semejak semalam, gerimis masih turun seperti biasa, soalnya hujan tidak memiliki jeda di daerah pegunungan itu. Beberapa kali Dimas berjalan monda

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 137

    Zaki beranjak bangun karena terkejut, sesaat lelaki yang mengenakan topeng itupun juga menatap ke arahnya. Dengan gerakan cepat lelaki yang mengenakan topeng itu berhambur lari menuju ke arah pintu."Angga!" teriak Dimas terkejut melihat Angga tengah sekarat bersimbah dengan darah.Zaki bingung, hendak menyelamatkan Angga atau menangkap lelaki bertopeng itu. Zaki memutuskan untuk mengejar lelaki yang mengenakan topeng itu hingga menuju pintu keluar rumah Pak Samsul.Lengan kekar Zaki menyambar jaket kupluk yang lelaki itu kenakan. Tubuh lelaki terpelanting dan terjatuh."Ough!" Suara lelaki yang mengenakan topeng itu mengaduh kesakitan, karena benturan yang cukup keras.Zaki segera mengambil kesempatan untuk menangkap tubuh lelaki itu. Sayangnya lelaki itu menendang tubuh Zaki hingga terjatuh. Saat Zaki hendak melakukan penyerang padanya. Tubuh Zaki tersungkur dengan wajah mering

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 136

    "Hey, tunggu!" teriak Angga dari ambang jendela.Menyadari jika Angga dan Zaki melihat kehadirannya. Lelaki yang bersembunyi di balik pohon pisang itu segera berlari masuk ke dalam kebun pisang."Tunggu!" teriak Zaki terus mempercepat langkah kakinya mengejar lelaki yang mengenakan jaket hitam dan berlari sangat cepat sekali.Mantan jawara beladiri itu tidak kesulitan untuk menangkap lelaki yang mengintai rumah Pak Samsul. Satu tangannya menyambar jaket yang lelaki itu kenakan hingga terjatuh. Secepatnya Zaki, mengunci tubuh lelaki itu, dengan kaki yang menindih pada bagian perut dan tangan yang mencengkeram kuat pada kedua pergelangan tangan lelaki tersebut."Ampun Mas, ampun!" lirih lelaki itu dengan wajah ketakutan."Apa?" Seketika Zaki terkesiap. Melihat sosok lelaki yang berada di bawah tubuhnya bukanlah Yuda. Sahabat yang ia kira sedang mengintai rumah Pak Samsul.&n

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 135

    Lelaki yang mengenakan topeng itu terus menyerang Dimas. Dimas tidak bisa berkutik, karena lelaki itu menindih tubuh Dimas dari belakang punggungnya."Le-lepaskan!" lirih Dimas, satu tangannya hendak meraih penutup topeng yang lelaki itu kenakan.Plak!Lelaki yang menindih tubuh Dimas itu memberikan tamparan tepat pada pipi Dimas. Seketika wajah Dimas pun berpaling hingga kacamata yang ia kenakan pun terlepas. Saat itu juga meramunlah penglihatan Dimas. Ia tidak bisa lagi melihat siapa yang sudah menyerangnya, apalagi gelap malam semakin membuatnya hampir seperti orang buta.Dimas semakin panik, ia tahu lelaki itu bisa leluasa menyakitinya karena kini dirinya hampir tidak dapat melihat sama sekali."Tolong!" teriak Dimas memberontak. Sayangnya tenaga lelaki itu jauh lebih kuat. Beberapa kali lelaki itu menjatuhkan tinjuan pada Dimas."Hentikan!"&n

DMCA.com Protection Status