Mendengar apa yang diucapkan oleh Arman, Kenzie terdiam. Ia tidak tahu jika situasinya sampai separah itu hingga membuat Moreno dicari oleh kakak Mitha.Namun, Kenzie sangsi Moreno melakukan sesuatu yang melanggar hukum. Akan tetapi, tidak mungkin sang kakak sepupu berbohong apalagi, tadi Moreno sempat mengatakan bahwa ia diserang seseorang yang misterius. Sementara itu di waktu yang sama, di luar, mendengar pertanyaan Moreno, Jay menghela napas. "Kenapa masalah lama kamu ungkit kembali? Toh, Arman juga tidak menikah dengan Mitha, kenapa kamu membahas masalah itu?""Karena masalah itu sempat bikin gue kesal!""Lalu?""Apa lu pikir seseorang yang pernah bandel enggak bisa diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya?""Siapa yang tidak bisa memberikan kamu kesempatan? Aku? Mitha?""Kalian berdua!""Reno, apakah saat itu kamu memang berusaha untuk memperbaiki diri? Kamu selalu ingkar setiap kali berjanji, itu yang membuat Mitha lelah.""Saat itu gue masih SMA, tapi gue s
Laki-laki misterius itu memperhatikan jalannya pertarungan antara Roger dan Moreno dengan sangat serius sampai akhirnya, ia melihat baik Moreno dan Roger sama-sama terkapar di atas aspal. Melihat hal itu, pria tersebut melangkah mendekati di mana Moreno tergeletak tanpa menimbulkan suara. Dan tiba-tiba saja, ia menendang kepala Moreno hingga tubuh Moreno terpental.Moreno yang sudah kehabisan energi karena pertarungannya dengan Roger benar-benar tidak menyangka akan diserang seperti itu. Ia berusaha untuk melakukan perlawanan, tapi punggungnya diinjak dengan kuat hingga ia tidak bisa bangun setelah tersungkur akibat tendangan orang tersebut.Melihat apa yang terjadi pada Moreno, Roger segera bangkit dan berusaha untuk berdiri dengan kokoh.Roger melihat Moreno menatap ke arahnya dengan tatapan mata yang menahan rasa sakit pertanda pemuda itu tidak bisa melakukan perlawanan. Terseok-seok, Roger mendekati posisi di mana pria misterius itu menginjak punggung Moreno yang tersungkur di j
"Mau sampai kapan kamu selalu bersikap begini sama aku?""Sampai kamu patuh dengan apa yang aku katakan!""Padahal sudah begini, kamu masih aja bersikap begitu sama aku," ucap Mitha dengan suara perlahan, tapi cukup terdengar di telinga Moreno."Lakukan tugas kamu sebagai istri!" perintah Moreno tanpa menghiraukan ucapan Mitha yang bernada keluhan."Apa?""Ya, lakukan!""Maksud kamu?""Kamu itu enggak bodoh, aku yakin kamu tahu maksudku!"Mitha menghela napas. Rasanya, ia jadi kembali tertekan, tapi apa yang terjadi pada Roger saat ia membuka mata subuh hari sangat membuat hatinya bertanya-tanya, mengapa antara Roger dan Moreno memiliki kesamaan?Moreno mengalami luka-luka dan Roger juga mengalami hal yang sama meskipun tidak terlalu parah. Ketika ia bertanya mengapa sang suami demikian, suaminya hanya mengatakan bahwa ia terjatuh dari motor karena jalanan licin lantaran guyuran hujan, dan lebih membuatnya heran saat ia dijemput Danu untuk ke rumah sakit, Roger tidak melakukan penc
"Apa? Jangan gila kamu! Aku enggak mau melakukannya, kamu juga udah janji enggak akan melampui batas, apa kamu lupa dengan janji kamu itu?"Mitha sampai mundur menjauh mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno padanya tentang hukuman yang akan diberikan Moreno untuknya. "Ya, tapi kamu yang mengingkari janji kamu sendiri, Mitha, jadi jangan salahkan aku kalau aku hanya ingin membalasnya!""Tapi enggak begini caranya! Aku enggak mau melayani kamu segala!""Kalau dibalik? Aku yang melayani kamu?""Jangan gila, Reno! Kalau kamu kayak gini terus, aku juga bisa nekat untuk membalas kamu!""Terserah, kalau kamu tega dengan anak dan suami kamu!"Telapak tangan Mitha mengepal tatkala Moreno mengucapkan ancaman tersebut dengan angkuh. "Baiklah, sekarang aku minta maaf, aku minta maaf karena aku sudah pulang tanpa izin kamu, tapi kamu jangan meminta aku untuk melayani kamu segala di atas tempat tidur, aku enggak mau melakukannya!"Moreno ingin menanggapi apa yang diucapkan oleh Mitha, namun pin
Mitha menghindar ketika setelah mengatakan hal itu, Moreno mencondongkan tubuhnya hingga bibirnya nyaris menyentuh pipinya. Perempuan itu mendelik ke arah Moreno pertanda ia tidak suka Moreno melakukan hal itu padanya."Lebih baik, kamu enggak usah bicara, setiap kali kamu bicara, kamu selalu mengatakan sesuatu yang enggak sopan untuk didengar!" katanya pada Moreno. "Tergantung prilakumu! Kalau kamu patuh dan tidak banyak membantah, kamu juga aku perlakukan dengan sopan!"Mitha membuang napas. Benar-benar tidak bisa dipercaya, ia terlibat jauh dengan Moreno padahal mereka sudah tidak lagi berhubungan. Ia juga tidak menyangka, keputusannya dahulu saat meninggalkan Moreno, ternyata membuat laki-laki itu melakukan hal yang sekarang untuk membalasnya. Mampukah ia bertahan dalam jeratan sandiwara yang dirancang Moreno?"Jadi, berapa kali kalian berhubungan intim?"Pertanyaan yang sangat tidak disukai Mitha kembali dilontarkan oleh Moreno beberapa saat kemudian."Tiap hari!"Mitha menjawa
Teriakan Moreno yang membahana di ruang rawat inap pria tersebut membuat Mitha benar-benar berusaha untuk menahan kesabarannya."Bisa enggak kamu itu enggak ngancem aku dengan kata-kata kayak gitu? Aku keberatan, Reno! Aku enggak suka mendengarnya!""Itu bukan cuma ancaman, aku akan melakukan hal itu kalau kamu bertindak tanpa izin dariku! Ingat, kamu sekarang sedang dihukum!"Moreno tidak mau kalah, hingga Mitha geleng-geleng kepala pada akhirnya."Aku cuma mau ngomong sama Maira sebentar, abis itu kembali lagi!""Untuk apa?""Aku enggak enak sama dia, Reno, aku enggak mau dia salah paham sama aku!""Aku enggak mengizinkan!""Reno!""Kalau kamu bersikeras mau keluar, cium aku dulu baru kamu aku izinkan keluar!""Lupakan aja! Aku enggak jadi keluar!"Mitha mengurungkan niatnya untuk keluar karena Moreno lagi-lagi memberikan syarat yang keterlaluan padanya.Moreno tersenyum puas karena berhasil menguasai Mitha dan ia sangat menikmati situasi itu meskipun ia tahu wanita tersebut kesal p
Membaca pesan Moreno, rasa kesal Mitha sebenarnya terpancing, namun,ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantah kecuali mengiyakan saja pesan bernada ancaman yang ditulis Moreno padanya."Kamu sudah selesai bicara dengan Moreno?" tanya Mitha berusaha untuk mencari kata-kata yang sekiranya bisa membuat Kenzie pergi tapi tidak menyinggung perasaan Kenzie."Ah, sudah. Kamu lagi nulis ya? Maaf kalau aku mengganggu, silahkan dilanjutkan tapi apakah kamu enggak mau jawab pertanyaan aku tadi?"Kenzie yang penasaran tentang apa yang terjadi antara Mitha dan Moreno kembali membahas hal itu hingga Mitha melirik ke arah Moreno sesaat lalu akhirnya...."Enggak ada yang terjadi antara aku dan Moreno, aku di sini menengok aja masih nunggu istri Moreno, jadi, kamu enggak usah salah paham."Kenapa rasanya Mitha seperti berbohong? Dia memang bicara seolah-olah enggak terjadi apa-apa, tapi aku merasa, dia sedang tertekan....Hati Kenzie bicara, dan itu membuat ia memperhatikan Mitha sesaat sebelum ak
"Kalau Moreno memang bersalah, tidak mungkin ia di penjara hanya sebentar, ia ditangkap karena bukti belum cukup aja, buktinya dia enggak di penjara dengan hukuman yang berat, kan?""Ya, benar, tapi itu tidak semudah yang kita pikirkan, meskipun Tuan Moreno tidak terbukti bersalah, isu itu cukup membuat rekan bisnis perusahaan Pak Marvel berpikir beberapa kali untuk bekerja sama, katakanlah yang dilakukan oleh Pak Marvel itu adalah bentuk dari perlindungan nama baik perusahaan.""Tapi sekarang, masalah itu kembali mencuat, apa ada seseorang yang sengaja ingin merusak nama baik Moreno karena ia sekarang memimpin perusahaan?""Saya juga berpikir seperti itu, Nona, sepertinya memang ini ada hubungannya dengan Tuan Moreno yang kembali ke rumah dan mengambil alih perusahaan, jadi saya harap, Nona selalu mendukung Tuan Moreno karena Tuan Moreno sangat butuh dukungan dan semangat dari Nona."Moreno dulu menyelamatkan aku, dia terseret kasus pembunuhan karena aku, kalau aku acuh dengan keadaa
"Mungkin...."Aku ini kenapa? Kenapa jadi semakin tidak tahu malu, rasanya ini bukan aku tapi aku enggak bisa mundur lagi sekarang....Hati Maira bicara, jari jemarinya saling menggenggam, seolah berusaha untuk mengatasi perasaannya yang kacau akibat perbuatan nekatnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Cinta itu perlu dipaksakan, Maira, karena kalau tidak, bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh?Entah kenapa ucapan Dafa terngiang di telinganya membuat Maira yang awalnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dafa perlahan justru mencoba mempraktekkannya. Apakah dengan memaksa Moreno, pemuda itu akhirnya bisa membuka hati dan bisa bangkit dari masa lalunya?Tuan Moreno sekarang seperti hilang semangat, Maira, aku tahu, itu karena ia sekarang putus asa untuk berharap Nona Mitha bisa menerimanya kembali, apalagi ia melihat hubungan Nona Mitha dengan suaminya tetap baik-baik saja meskipun ujian demi ujian terus menerpa pernikahan mereka, jika kau memang benar-benar tulus pa
"Kenapa? Takut aku peluk?""Enggak, tapi gue enggak nyaman aja!""Bilang aja kamu takut berdebar karena aku peluk!"Moreno menyeringai mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Ya, udah! Naik!"Mendengar izin dari Moreno untuk membiarkan dirinya ikut di belakang pemuda tersebut, Maira menarik napas lega. Perempuan itu segera naik ke atas boncengan motor milik Moreno dan nekat memeluk pinggang Moreno meskipun ia sebenarnya tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, sudah terlanjur kesal Maira dengan Moreno sampai ia akhirnya nekat melakukan hal yang sebenarnya tidak mau dilakukannya.Dia benar-benar nekat meluk gue ternyata, oke, lu mau gue bikin ketar ketir? Tunggu aja! Gue akan buat lu benci sama gue, Maira Jasmine!Hati Moreno bicara sambil menambahkan kecepatan motornya. Pemuda itu tidak membawa Maira pulang ke kostnya tapi ia membawa Maira berkeliling tanpa tujuan dengan harapan Maira mabuk perjalanan karena ia membabi buta membawa motor miliknya.Namun apa yang diharapkan Moreno
"Berarti, dia kena karma.""Reno!""Emang salah? Bener, kan? Dia kena karma, karena dulu nyalahin bininya melulu yang enggak subur, emang gue salah?""Iya. Emang kamu enggak salah, tapi apa harus seblak-blakan itu? Rasanya, kayak enggak tega aja Reno, apalagi sekarang dia udah kehilangan segalanya.""Dia kehilangan segalanya karena salah dia sendiri, ngapain gue mikirin? Dia juga banyak bikin aset gue terjual, biarin aja, lah! Karma, gue enggak peduli!""Jadi, kamu enggak mau memaafkan dia?""Belum puas kalo belum gebuk dia!""Kau ini, terserah kamu saja, aku cuma menyampaikan pesan itu, mau kamu terima atau enggak permintaan maaf dia, itu terserah kamu!""Ya, udah. Gue pulang kalo gitu, masih banyak urusan!"Moreno bangkit, dan hendak beranjak meninggalkan Maira tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Dafa yang entah darimana munculnya sudah mendekati meja di mana ia dan Maira bercakap tadi.Dafa mendekati Maira tapi Maira segera bangkit berdiri membuat Moreno yang ingin melan
"Aku bukan peduli, aku hanya ingin Xoyen sadar dan menghentikan semuanya, karena aku gerah melihat apa yang dilakukannya. Dia sudah menerima konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, kau harus mengakhiri perseteruan kalian, begitu juga kau, Ridwan."Dragon menatap Moreno dan Ridwan satu persatu setelah ia bicara seperti itu pada keduanya. "Tapi, aku masih tidak puas jika aku belum membunuhnya!" bantah Ridwan dengan nada suara yang masih terdengar meninggi."Kalau kau membunuhnya dia justru senang karena lepas dari segala hal yang perlu ia pertanggungjawabkan.""Jadi, aku tidak perlu membunuhnya?""Memangnya kau ingin jadi seorang pembunuh?""Untuk seseorang yang sudah melakukan hal jahat pada kerabatku, kurasa itu tidak jadi soal.""Kau akan masuk penjara, Ridwan, kakakmu tidak akan senang jika itu kau lakukan, sudahlah, padamkan api kemarahanmu, Xoyen sudah mendapatkan karma dari apa yang dia perbuat, biarkan kita melihat apakah dia bisa berubah atau tidak. Tidak perlu mengotori tanga
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ridwan, Mister X tertawa. Ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatannya meskipun ada dua orang pria yang menginginkan kematiannya. Ia masih terlihat santai hingga Moreno dan Ridwan benar-benar heran dengan hal itu."Kenapa kau tertawa, Brengsek! Kau meremehkan aku!!" teriak Ridwan yang ingin mendekati sisi tempat tidur di mana Mister X berbaring tapi Moreno segera mencegah hal itu dengan mencengkram salah satu bahu Ridwan."Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya lu udah balik ke Jakarta? Kenapa lu justru ke sini lagi? Enggak jadi balik, lu?" tanya Moreno pada Ridwan. "Aku sudah kembali ke Jakarta, aku bahkan sudah mulai bekerja lagi dan berusaha untuk melupakan semua yang sudah terjadi, tapi ada seseorang yang kenal dengan Mister X, tapi sekarang ia juga sudah berusaha untuk memulai hidup baru seperti aku setelah lama bersama dengan dia, dia yang mengatakan segalanya, dan setelah aku berusaha mencari tahu, memang kenyataannya seperti itu,
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Viona membuat Maira menghentikan tangannya yang sedang sibuk membuat es teh."Ibu dan Bapak masih saling mencintai, tentu saja memberikan kesempatan kedua itu tidak bodoh, yang penting saat diberi kesempatan, suami Ibu memang benar-benar terlihat berubah.""Semuanya berubah, termasuk kehidupan kami yang biasanya glamor, tapi bukan sesuatu yang penting menurut aku karena uang bisa dicari, yang penting adalah sikapnya berubah lebih perhatian dan lebih peduli dengan perasaanku.""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Bu. Semoga, Ibu dan Bapak bisa terus bersama sampai akhir hayat, dan bisa mendapatkan keturunan....""Amiiiiin, jangan singgung soal keturunan di hadapannya, ya? Aku tahu, mukjizat itu pasti ada, tapi dia selalu bilang, apakah mukjizat bisa diberikan pada pendosa seperti dia?""Oooh, baik, Bu. Aku tidak akan membahas masalah keturunan dengan bapak, tapi, apakah Ibu yakin bapak memang sulit memiliki keturunan?""Sepertinya, ya. Dia tida
"Baik, Panglima. Aku paham, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk tetap berinteraksi dengan kakakku." Panglima Tanakarma hanya mengiyakan tanpa bicara panjang lebar lagi, lalu dalam hitungan detik, pria dari alam gaib itu dirasakan Mitha tidak lagi ada di dalam ruangan tersebut meskipun ia tidak melihat. "Apakah dia sudah pergi?" tanya Moreno, pada Mitha beberapa menit kemudian. "Sudah." "Kamu yakin bisa memenuhi syarat untuk bisa bertemu dengan Miko?" "Yakin tidak yakin, aku harus yakin." "Mustahil...." Moreno hanya bicara seperti itu sambil melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mitha yang masih melontarkan kata-kata, bahwa ia akan tetap berusaha untuk membuat utangnya lunas bagaimanapun caranya. Moreno dan juga Mitha akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing didampingi oleh keluarga mereka. Moreno banyak diam, meskipun masa masa kritisnya sudah lewat, tapi berdasarkan keterangan Panglima Tanakarma, keadaannya dengan Mitha memang sepe
"Kamu masih tidak percaya juga bahwa aku bisa berubah?" tanya Pak Salim sambil menatap wajah Viona dengan sangat serius."Bukan tidak percaya, tapi aku trauma, Maira adalah temanku, aku sudah menganggap dia seperti seorang adik, jadi wajar jika aku merasa takut kalau-kalau kamu justru masih menyukainya, aku harus bagaimana bersikap dengan dia....""Viona, aku benar-benar tidak lagi memiliki keinginan untuk memiliki Maira, aku hanya berpikir ingin bersamamu jika masih diberi kesempatan, tapi jika tidak, aku juga tidak memaksa, aku tahu diri.""Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk membuat aku tidak khawatir lagi tentang perasaan kamu dengan Maira?""Aku akan membantu Maira untuk bisa mendapatkan Moreno lagi...."Wajah Viona seketika berubah semringah mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Salim. "Kamu serius?""Sangat serius.""Kenapa kamu ingin melakukan hal itu?""Karena aku tahu, Maira sangat mencintai Moreno.""Ya, kamu benar, Maira memang sangat mencintai Moreno, tapi pemuda itu
"Iya, aku yang sulit memiliki keturunan, bukan kamu...." "Kamu ke dokter? Periksa?""Tidak sengaja, saat itu, aku mencari pekerjaan, bertemu dengan temanku yang jadi dokter, kami makan bersama dan banyak mengobrol, lalu entah siapa yang memulai sampai akhirnya kami bicara soal anak, dan aku mengatakan bahwa kita tidak punya anak, dia terkejut.""Terkejut karena kita masih muda tapi sulit dapat keturunan?""Ya.""Terus, dia menyarankan kamu untuk periksa?""Ya.""Kenapa kamu mau? Kamukan selalu bilang, kamu sehat dan yang sakit itu aku?""Aku menantang diri sendiri, aku merasa aku memang sehat dan masalahnya ada padamu, jadi karena itulah aku periksa.""Jika benar, yang bermasalah itu aku, kamu akan datang padaku dan menyudutkan aku?""Tidak, Viona. Aku memang egois, selalu merasa paling benar, tapi aku berusaha untuk berpikir jernih, dan selama kita berpisah, aku benar-benar merasa, aku memang sudah keterlaluan sama kamu."Viona memandang wajah Pak Salim dengan sorot mata yang tajam,