"Kalau Moreno memang bersalah, tidak mungkin ia di penjara hanya sebentar, ia ditangkap karena bukti belum cukup aja, buktinya dia enggak di penjara dengan hukuman yang berat, kan?""Ya, benar, tapi itu tidak semudah yang kita pikirkan, meskipun Tuan Moreno tidak terbukti bersalah, isu itu cukup membuat rekan bisnis perusahaan Pak Marvel berpikir beberapa kali untuk bekerja sama, katakanlah yang dilakukan oleh Pak Marvel itu adalah bentuk dari perlindungan nama baik perusahaan.""Tapi sekarang, masalah itu kembali mencuat, apa ada seseorang yang sengaja ingin merusak nama baik Moreno karena ia sekarang memimpin perusahaan?""Saya juga berpikir seperti itu, Nona, sepertinya memang ini ada hubungannya dengan Tuan Moreno yang kembali ke rumah dan mengambil alih perusahaan, jadi saya harap, Nona selalu mendukung Tuan Moreno karena Tuan Moreno sangat butuh dukungan dan semangat dari Nona."Moreno dulu menyelamatkan aku, dia terseret kasus pembunuhan karena aku, kalau aku acuh dengan keadaa
Untuk sesaat, Dafa terdiam mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Maira. Pria itu seperti berpikir, jawaban apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Maira."Kamu enggak bisa jawab?" tanya Maira ketika sudah sekian menit, Dafa tetap diam sambil terus fokus menyetir.Dafa menarik napas."Ya, dia itu membunuh seseorang demi mantannya."Jemari tangan Maira menggenggam erat tepi pakaiannya ketika mendengar Dafa mengucapkan kata-kata itu padanya."Apakah dia benar-benar membunuh, atau dia tidak sengaja membunuh?"Maira masih mencoba menepis anggapan bahwa Moreno memang pembunuh, dan berharap yang salah itu adalah Mitha, tapi Dafa meyakinkan padanya bahwa Moreno membunuh secara sengaja bukan tidak disengaja seperti beberapa versi yang ia dengar. "Jadi, dia melakukan itu semua untuk mantannya?""Madumu, bukan?"Deg!Maira merasa jantungnya seolah berhenti berdetak. Ia tadi awalnya mengira, Dafa tidak tahu siapa istri kedua Moreno, tapi ternyata mantan tunangannya itu tahu. "Maira, cinta
Moreno bingung mendengar apa yang diucapkan oleh pria tersebut padanya."Kenapa lu mau gue mati? Apakah gue punya masalah sama lu?" tanyanya pada sangat penyerang. Pria itu tidak bereaksi mendengar pertanyaan Moreno. Ia tetap maju ke arah di mana Moreno dan Mitha berada hingga Moreno menghalangi Mitha yang ada di belakangnya meskipun keadaannya sendiri tidak mendukung kondisinya untuk melindungi."Tetap di belakangku, lalu cari kesempatan untuk melarikan diri keluar, aku akan mengecoh perhatian orang ini," bisik Moreno pada Mitha."Enggak, kamu enggak bisa melakukan itu, lihat, darah yang keluar dari bekas infusan kamu itu bahaya kalau enggak dihentikan, kamu yang harus keluar, biarkan aku yang mengecoh!"Mitha yang melihat untuk berdiri saja Moreno tidak bisa dengan kokoh bicara seperti itu pada Moreno dan meminta Moreno untuk melakukan apa yang tadi dikatakannya. Akan tetapi, tentu saja Moreno tidak mau mengorbankan Mitha agar membuat dirinya selamat. Hingga pemuda itu menolak per
Lagi-lagi, Moreno menekan ujung kalimatnya dengan nada yang tegas pertanda ia sedang tidak main-main saat mengatakan bahwa Mitha harus patuh lantaran itu karena perintah.Mitha menghela napas. Meskipun tidak suka karena Moreno kembali memanggilnya dengan sebutan sayang, tapi seperti yang sudah-sudah, walau ia melancarkan aksi protes pun, tetap saja itu tidak akan bisa membuat Moreno merubah perilakunya.Wanita itu mendekat. Dan berhenti tepat di sisi tempat tidur di mana Moreno berbaring. "Lebih dekat lagi!" perintah Moreno, sambil memberikan isyarat untuk Mitha agar terus mendekat. "Enggak!""Dadaku sakit, tanganku juga sakit, apa kau tidak kasihan memintaku untuk bergeser mendekati kamu dengan kondisi yang seperti ini?""Kamu bicara di situ aja kan, bisa? Aku bisa dengar!""Kalau tiba-tiba ada yang masuk dan mendengar bagaimana?""Enggak ada yang masuk, kamu melarang orang untuk membesuk kamu, kan?"Moreno tertawa getir."Kenapa? Tidak mau mendekat karena khawatir aku akan mencium
"Aku sudah melakukan sesuatu yang di luar dari balapan liar, tapi Moreno itu terlalu sulit untuk disentuh, dia seperti punya seribu nyawa, aku tahu, bukan hanya aku yang mengincarnya, tapi aku ingin hanya aku yang membuat dia menerima semua yang pernah diperbuatnya itu pada kakakku."Dragon bisa melihat betapa geram Ridwan saat bicara tentang Moreno. Membuat Dragon yakin pria tersebut tidak main-main, tapi mengapa sampai separah itu? Sejauh itu kah tindakan Moreno sampai menghilangkan nyawa seseorang untuk seorang wanita?"Kau tahu wanita yang membuat Moreno membunuh itu siapa?" tanya Dragon setelah beberapa menit terdiam."Mitha.""Mithavic Himura?""Entahlah, yang aku tahu, perempuan itu adalah pacar Moreno.""Mereka sudah putus, Ridwan!""Tapi kejadian itu saat mereka masih bersama! Jika mereka sudah putus, itu karma untuk Moreno, hanya demi perempuan, dia menghilangkan nyawa seseorang, apakah itu benar?"Dulu aku pernah mendengar Red One memang suka mengganggu hubungan para pembal
Heeem, kalo aku nanya hal ginian sama Mitha, yang ada dia malah marah-marah pasti sama aku....Hati Moreno bicara demikian, sambil berusaha untuk mencari jawaban yang tepat untuk merespon pertanyaan Dokter Bryan."Sebenarnya enggak lama juga sih, Dokter, tergantung kepuasan, dan aku tidak pernah memaksakan kehendak kalau ingin lebih dari satu kali dalam satu hari.""Berarti bukan itu masalahnya, yang penting tidak melakukan pemaksaan karena reproduksi wanita akan trauma jika dipaksa untuk berhubungan dan rasa trauma itu akan membuat si wanita mendapatkan efek yang macam-macam.""Jadi pada intinya, Dokter ingin mengatakan bahwa kami harus menunda untuk memiliki momongan dahulu?""Ya!""Baik, nanti aku akan mengatakan secara perlahan pada istriku, terima kasih Dokter!"Dokter Bryan hanya mengangguk mendengar perkataan Moreno. Ia menuliskan sejumlah resep vitamin yang harus ditebus dan dikonsumsi oleh Mitha setelah itu ia mengizinkan Moreno untuk pamit."Ini semua harus di minum!"Moreno
"Gue tau apa yang gue lakukan, Maira! Dan lu, enggak usah banyak mikirin persoalan orang lain!""Tapi setidaknya aku itu lebih tahu Rani itu gimana orangnya, dia-""Dia mengkhianati lu yang udah baik sama dia, dia merebut segalanya dari lu, sekarang, apa yang lu khawatirkan? Dia kerja sama gue di sini apa yang lu khawatirkan?""Aku cuma khawatir kedatangan dia di sini itu, cuma diperalat seseorang untuk mengawasi kamu.""Dafa?""Aku enggak tahu, tapikan -""Kembali kerja, enggak usah banyak ikut campur dalam urusan penerimaan karyawan, gue tau apa yang gue lakukan!"Maira menghela napas panjang. Moreno memang sangat sulit untuk dibujuk, pria itu sangat keras, Maira tahu itu, tapi kenapa ia tidak bisa mengabaikannya?Entah kenapa, Maira merasa ada sesuatu yang membuat Rani bergabung di perusahaan Moreno, tapi Maira tidak tahu apakah itu benar, karena sekarang ia belum memiliki bukti.Ketika ia keluar dari ruangan Moreno, Maira melihat ke arah di mana Rani berada. Seperti biasa, Rani se
"Ada apa dengan dadamu?" tanya Moreno pada Rani. "Ah, enggak, Pak. Enggak ada apa-apa, memangnya kenapa? Bapak lihat?"Meskipun kesal dengan pertanyaan Moreno yang di luar dugaan, Rani tetap menahan diri untuk tidak marah. Siapa tahu, Moreno hanya belum tergoda, begitu pikirnya."Bajumu itu tidak ada yang lebih besar? Dadamu tidak muat, sampai kancing tidak ditautkan dengan baik, kenapa percaya diri ke kantor dengan penampilan seperti itu? Apa bosmu yang terdahulu mengajarkan kamu berpakaian seperti ini?"Wajah Rani merah mendengar ucapan Moreno yang sangat menohok. Dadanya yang tadi sengaja dibusungkan, buru-buru dinormalkan kembali oleh Rani, dan ia juga mengancingkan kembali kemejanya setelah itu pamit keluar tanpa banyak bicara. "Wanita murahan! Lu pikir gue demen liat body obralan?" gerutu Moreno lalu ia kembali fokus lagi dengan pekerjaannya setelah Rani pergi dari ruangannya.Sementara itu, setibanya di luar, Rani langsung mencak-mencak. Ia tidak sadar, tingkahnya diperhatika
"Mungkin...."Aku ini kenapa? Kenapa jadi semakin tidak tahu malu, rasanya ini bukan aku tapi aku enggak bisa mundur lagi sekarang....Hati Maira bicara, jari jemarinya saling menggenggam, seolah berusaha untuk mengatasi perasaannya yang kacau akibat perbuatan nekatnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Cinta itu perlu dipaksakan, Maira, karena kalau tidak, bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh?Entah kenapa ucapan Dafa terngiang di telinganya membuat Maira yang awalnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dafa perlahan justru mencoba mempraktekkannya. Apakah dengan memaksa Moreno, pemuda itu akhirnya bisa membuka hati dan bisa bangkit dari masa lalunya?Tuan Moreno sekarang seperti hilang semangat, Maira, aku tahu, itu karena ia sekarang putus asa untuk berharap Nona Mitha bisa menerimanya kembali, apalagi ia melihat hubungan Nona Mitha dengan suaminya tetap baik-baik saja meskipun ujian demi ujian terus menerpa pernikahan mereka, jika kau memang benar-benar tulus pa
"Kenapa? Takut aku peluk?""Enggak, tapi gue enggak nyaman aja!""Bilang aja kamu takut berdebar karena aku peluk!"Moreno menyeringai mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Ya, udah! Naik!"Mendengar izin dari Moreno untuk membiarkan dirinya ikut di belakang pemuda tersebut, Maira menarik napas lega. Perempuan itu segera naik ke atas boncengan motor milik Moreno dan nekat memeluk pinggang Moreno meskipun ia sebenarnya tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, sudah terlanjur kesal Maira dengan Moreno sampai ia akhirnya nekat melakukan hal yang sebenarnya tidak mau dilakukannya.Dia benar-benar nekat meluk gue ternyata, oke, lu mau gue bikin ketar ketir? Tunggu aja! Gue akan buat lu benci sama gue, Maira Jasmine!Hati Moreno bicara sambil menambahkan kecepatan motornya. Pemuda itu tidak membawa Maira pulang ke kostnya tapi ia membawa Maira berkeliling tanpa tujuan dengan harapan Maira mabuk perjalanan karena ia membabi buta membawa motor miliknya.Namun apa yang diharapkan Moreno
"Berarti, dia kena karma.""Reno!""Emang salah? Bener, kan? Dia kena karma, karena dulu nyalahin bininya melulu yang enggak subur, emang gue salah?""Iya. Emang kamu enggak salah, tapi apa harus seblak-blakan itu? Rasanya, kayak enggak tega aja Reno, apalagi sekarang dia udah kehilangan segalanya.""Dia kehilangan segalanya karena salah dia sendiri, ngapain gue mikirin? Dia juga banyak bikin aset gue terjual, biarin aja, lah! Karma, gue enggak peduli!""Jadi, kamu enggak mau memaafkan dia?""Belum puas kalo belum gebuk dia!""Kau ini, terserah kamu saja, aku cuma menyampaikan pesan itu, mau kamu terima atau enggak permintaan maaf dia, itu terserah kamu!""Ya, udah. Gue pulang kalo gitu, masih banyak urusan!"Moreno bangkit, dan hendak beranjak meninggalkan Maira tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Dafa yang entah darimana munculnya sudah mendekati meja di mana ia dan Maira bercakap tadi.Dafa mendekati Maira tapi Maira segera bangkit berdiri membuat Moreno yang ingin melan
"Aku bukan peduli, aku hanya ingin Xoyen sadar dan menghentikan semuanya, karena aku gerah melihat apa yang dilakukannya. Dia sudah menerima konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, kau harus mengakhiri perseteruan kalian, begitu juga kau, Ridwan."Dragon menatap Moreno dan Ridwan satu persatu setelah ia bicara seperti itu pada keduanya. "Tapi, aku masih tidak puas jika aku belum membunuhnya!" bantah Ridwan dengan nada suara yang masih terdengar meninggi."Kalau kau membunuhnya dia justru senang karena lepas dari segala hal yang perlu ia pertanggungjawabkan.""Jadi, aku tidak perlu membunuhnya?""Memangnya kau ingin jadi seorang pembunuh?""Untuk seseorang yang sudah melakukan hal jahat pada kerabatku, kurasa itu tidak jadi soal.""Kau akan masuk penjara, Ridwan, kakakmu tidak akan senang jika itu kau lakukan, sudahlah, padamkan api kemarahanmu, Xoyen sudah mendapatkan karma dari apa yang dia perbuat, biarkan kita melihat apakah dia bisa berubah atau tidak. Tidak perlu mengotori tanga
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ridwan, Mister X tertawa. Ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatannya meskipun ada dua orang pria yang menginginkan kematiannya. Ia masih terlihat santai hingga Moreno dan Ridwan benar-benar heran dengan hal itu."Kenapa kau tertawa, Brengsek! Kau meremehkan aku!!" teriak Ridwan yang ingin mendekati sisi tempat tidur di mana Mister X berbaring tapi Moreno segera mencegah hal itu dengan mencengkram salah satu bahu Ridwan."Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya lu udah balik ke Jakarta? Kenapa lu justru ke sini lagi? Enggak jadi balik, lu?" tanya Moreno pada Ridwan. "Aku sudah kembali ke Jakarta, aku bahkan sudah mulai bekerja lagi dan berusaha untuk melupakan semua yang sudah terjadi, tapi ada seseorang yang kenal dengan Mister X, tapi sekarang ia juga sudah berusaha untuk memulai hidup baru seperti aku setelah lama bersama dengan dia, dia yang mengatakan segalanya, dan setelah aku berusaha mencari tahu, memang kenyataannya seperti itu,
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Viona membuat Maira menghentikan tangannya yang sedang sibuk membuat es teh."Ibu dan Bapak masih saling mencintai, tentu saja memberikan kesempatan kedua itu tidak bodoh, yang penting saat diberi kesempatan, suami Ibu memang benar-benar terlihat berubah.""Semuanya berubah, termasuk kehidupan kami yang biasanya glamor, tapi bukan sesuatu yang penting menurut aku karena uang bisa dicari, yang penting adalah sikapnya berubah lebih perhatian dan lebih peduli dengan perasaanku.""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Bu. Semoga, Ibu dan Bapak bisa terus bersama sampai akhir hayat, dan bisa mendapatkan keturunan....""Amiiiiin, jangan singgung soal keturunan di hadapannya, ya? Aku tahu, mukjizat itu pasti ada, tapi dia selalu bilang, apakah mukjizat bisa diberikan pada pendosa seperti dia?""Oooh, baik, Bu. Aku tidak akan membahas masalah keturunan dengan bapak, tapi, apakah Ibu yakin bapak memang sulit memiliki keturunan?""Sepertinya, ya. Dia tida
"Baik, Panglima. Aku paham, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk tetap berinteraksi dengan kakakku." Panglima Tanakarma hanya mengiyakan tanpa bicara panjang lebar lagi, lalu dalam hitungan detik, pria dari alam gaib itu dirasakan Mitha tidak lagi ada di dalam ruangan tersebut meskipun ia tidak melihat. "Apakah dia sudah pergi?" tanya Moreno, pada Mitha beberapa menit kemudian. "Sudah." "Kamu yakin bisa memenuhi syarat untuk bisa bertemu dengan Miko?" "Yakin tidak yakin, aku harus yakin." "Mustahil...." Moreno hanya bicara seperti itu sambil melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mitha yang masih melontarkan kata-kata, bahwa ia akan tetap berusaha untuk membuat utangnya lunas bagaimanapun caranya. Moreno dan juga Mitha akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing didampingi oleh keluarga mereka. Moreno banyak diam, meskipun masa masa kritisnya sudah lewat, tapi berdasarkan keterangan Panglima Tanakarma, keadaannya dengan Mitha memang sepe
"Kamu masih tidak percaya juga bahwa aku bisa berubah?" tanya Pak Salim sambil menatap wajah Viona dengan sangat serius."Bukan tidak percaya, tapi aku trauma, Maira adalah temanku, aku sudah menganggap dia seperti seorang adik, jadi wajar jika aku merasa takut kalau-kalau kamu justru masih menyukainya, aku harus bagaimana bersikap dengan dia....""Viona, aku benar-benar tidak lagi memiliki keinginan untuk memiliki Maira, aku hanya berpikir ingin bersamamu jika masih diberi kesempatan, tapi jika tidak, aku juga tidak memaksa, aku tahu diri.""Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk membuat aku tidak khawatir lagi tentang perasaan kamu dengan Maira?""Aku akan membantu Maira untuk bisa mendapatkan Moreno lagi...."Wajah Viona seketika berubah semringah mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Salim. "Kamu serius?""Sangat serius.""Kenapa kamu ingin melakukan hal itu?""Karena aku tahu, Maira sangat mencintai Moreno.""Ya, kamu benar, Maira memang sangat mencintai Moreno, tapi pemuda itu
"Iya, aku yang sulit memiliki keturunan, bukan kamu...." "Kamu ke dokter? Periksa?""Tidak sengaja, saat itu, aku mencari pekerjaan, bertemu dengan temanku yang jadi dokter, kami makan bersama dan banyak mengobrol, lalu entah siapa yang memulai sampai akhirnya kami bicara soal anak, dan aku mengatakan bahwa kita tidak punya anak, dia terkejut.""Terkejut karena kita masih muda tapi sulit dapat keturunan?""Ya.""Terus, dia menyarankan kamu untuk periksa?""Ya.""Kenapa kamu mau? Kamukan selalu bilang, kamu sehat dan yang sakit itu aku?""Aku menantang diri sendiri, aku merasa aku memang sehat dan masalahnya ada padamu, jadi karena itulah aku periksa.""Jika benar, yang bermasalah itu aku, kamu akan datang padaku dan menyudutkan aku?""Tidak, Viona. Aku memang egois, selalu merasa paling benar, tapi aku berusaha untuk berpikir jernih, dan selama kita berpisah, aku benar-benar merasa, aku memang sudah keterlaluan sama kamu."Viona memandang wajah Pak Salim dengan sorot mata yang tajam,