Lagi-lagi, Moreno menekan ujung kalimatnya dengan nada yang tegas pertanda ia sedang tidak main-main saat mengatakan bahwa Mitha harus patuh lantaran itu karena perintah.Mitha menghela napas. Meskipun tidak suka karena Moreno kembali memanggilnya dengan sebutan sayang, tapi seperti yang sudah-sudah, walau ia melancarkan aksi protes pun, tetap saja itu tidak akan bisa membuat Moreno merubah perilakunya.Wanita itu mendekat. Dan berhenti tepat di sisi tempat tidur di mana Moreno berbaring. "Lebih dekat lagi!" perintah Moreno, sambil memberikan isyarat untuk Mitha agar terus mendekat. "Enggak!""Dadaku sakit, tanganku juga sakit, apa kau tidak kasihan memintaku untuk bergeser mendekati kamu dengan kondisi yang seperti ini?""Kamu bicara di situ aja kan, bisa? Aku bisa dengar!""Kalau tiba-tiba ada yang masuk dan mendengar bagaimana?""Enggak ada yang masuk, kamu melarang orang untuk membesuk kamu, kan?"Moreno tertawa getir."Kenapa? Tidak mau mendekat karena khawatir aku akan mencium
"Aku sudah melakukan sesuatu yang di luar dari balapan liar, tapi Moreno itu terlalu sulit untuk disentuh, dia seperti punya seribu nyawa, aku tahu, bukan hanya aku yang mengincarnya, tapi aku ingin hanya aku yang membuat dia menerima semua yang pernah diperbuatnya itu pada kakakku."Dragon bisa melihat betapa geram Ridwan saat bicara tentang Moreno. Membuat Dragon yakin pria tersebut tidak main-main, tapi mengapa sampai separah itu? Sejauh itu kah tindakan Moreno sampai menghilangkan nyawa seseorang untuk seorang wanita?"Kau tahu wanita yang membuat Moreno membunuh itu siapa?" tanya Dragon setelah beberapa menit terdiam."Mitha.""Mithavic Himura?""Entahlah, yang aku tahu, perempuan itu adalah pacar Moreno.""Mereka sudah putus, Ridwan!""Tapi kejadian itu saat mereka masih bersama! Jika mereka sudah putus, itu karma untuk Moreno, hanya demi perempuan, dia menghilangkan nyawa seseorang, apakah itu benar?"Dulu aku pernah mendengar Red One memang suka mengganggu hubungan para pembal
Heeem, kalo aku nanya hal ginian sama Mitha, yang ada dia malah marah-marah pasti sama aku....Hati Moreno bicara demikian, sambil berusaha untuk mencari jawaban yang tepat untuk merespon pertanyaan Dokter Bryan."Sebenarnya enggak lama juga sih, Dokter, tergantung kepuasan, dan aku tidak pernah memaksakan kehendak kalau ingin lebih dari satu kali dalam satu hari.""Berarti bukan itu masalahnya, yang penting tidak melakukan pemaksaan karena reproduksi wanita akan trauma jika dipaksa untuk berhubungan dan rasa trauma itu akan membuat si wanita mendapatkan efek yang macam-macam.""Jadi pada intinya, Dokter ingin mengatakan bahwa kami harus menunda untuk memiliki momongan dahulu?""Ya!""Baik, nanti aku akan mengatakan secara perlahan pada istriku, terima kasih Dokter!"Dokter Bryan hanya mengangguk mendengar perkataan Moreno. Ia menuliskan sejumlah resep vitamin yang harus ditebus dan dikonsumsi oleh Mitha setelah itu ia mengizinkan Moreno untuk pamit."Ini semua harus di minum!"Moreno
"Gue tau apa yang gue lakukan, Maira! Dan lu, enggak usah banyak mikirin persoalan orang lain!""Tapi setidaknya aku itu lebih tahu Rani itu gimana orangnya, dia-""Dia mengkhianati lu yang udah baik sama dia, dia merebut segalanya dari lu, sekarang, apa yang lu khawatirkan? Dia kerja sama gue di sini apa yang lu khawatirkan?""Aku cuma khawatir kedatangan dia di sini itu, cuma diperalat seseorang untuk mengawasi kamu.""Dafa?""Aku enggak tahu, tapikan -""Kembali kerja, enggak usah banyak ikut campur dalam urusan penerimaan karyawan, gue tau apa yang gue lakukan!"Maira menghela napas panjang. Moreno memang sangat sulit untuk dibujuk, pria itu sangat keras, Maira tahu itu, tapi kenapa ia tidak bisa mengabaikannya?Entah kenapa, Maira merasa ada sesuatu yang membuat Rani bergabung di perusahaan Moreno, tapi Maira tidak tahu apakah itu benar, karena sekarang ia belum memiliki bukti.Ketika ia keluar dari ruangan Moreno, Maira melihat ke arah di mana Rani berada. Seperti biasa, Rani se
"Ada apa dengan dadamu?" tanya Moreno pada Rani. "Ah, enggak, Pak. Enggak ada apa-apa, memangnya kenapa? Bapak lihat?"Meskipun kesal dengan pertanyaan Moreno yang di luar dugaan, Rani tetap menahan diri untuk tidak marah. Siapa tahu, Moreno hanya belum tergoda, begitu pikirnya."Bajumu itu tidak ada yang lebih besar? Dadamu tidak muat, sampai kancing tidak ditautkan dengan baik, kenapa percaya diri ke kantor dengan penampilan seperti itu? Apa bosmu yang terdahulu mengajarkan kamu berpakaian seperti ini?"Wajah Rani merah mendengar ucapan Moreno yang sangat menohok. Dadanya yang tadi sengaja dibusungkan, buru-buru dinormalkan kembali oleh Rani, dan ia juga mengancingkan kembali kemejanya setelah itu pamit keluar tanpa banyak bicara. "Wanita murahan! Lu pikir gue demen liat body obralan?" gerutu Moreno lalu ia kembali fokus lagi dengan pekerjaannya setelah Rani pergi dari ruangannya.Sementara itu, setibanya di luar, Rani langsung mencak-mencak. Ia tidak sadar, tingkahnya diperhatika
"Baiklah, mumpung sekarang Anda membahas tentang masalah itu, bagaimana jika sekarang saya juga ikut membahasnya, Anda sepertinya banyak tahu tentang masalah saya di masa lalu dan saya rasa itu sedikit tidak masuk akal, kasus itu sudah sangat lama dan dari pihak kami juga tidak mau khalayak luas tahu tentang itu karena menjaga hati masing-masing orang, setahu saya, orang seperti Anda tidak mungkin tahu detail tentang masalah itu, kan?"Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, Pak Salim terdiam untuk sesaat, seolah tidak menyangka, Moreno bisa bicara demikian di hadapannya.Kenapa dia bisa berubah sebanyak itu? Aku pikir anak ingusan ini tidak bisa mengendalikan diri jika aku membahas masalah tersebut, tapi dia terlihat tenang, ada apa, hebat sekali?Hati Pak Salim bicara. Sembari berpikir, kalimat apa yang tepat untuk menanggapi apa yang dikatakan oleh Moreno."Untuk kasus kriminal apalagi yang terjadi di kalangan atas seperti itu, kurasa tidak ada yang sulit untuk diketahui, memang
"Hanya sementara, Salim, tidak selamanya, hanya saat hutang kita sudah lunas!""Aku tidak percaya dengan mereka, apalagi si Moreno itu, Pi! Bisa aja ini trik mereka agar mereka menguasai selamanya perusahaan kita!""Terus, kau mau menjual aset perusahaan?""Kalau itu adalah jalan keluarnya, kenapa tidak?""Kau takkan bisa membayar lunas semuanya hanya dengan menjual aset perusahaan, Salim, meskipun bisa, ketika kau menjualnya, kau juga akan kesulitan untuk mengembalikan apa yang sudah kau jual, perusahaan akan kolaps dan kau akan di penjara, apakah kau mau?"Telapak tangan Pak Salim mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh sang ayah. Detik berikutnya, ia langsung pergi meninggalkan sang ayah meskipun ayahnya masih ingin bicara dengannya.Pak Salim benar-benar tidak bisa membayangkan jika ia harus menyerahkan tampuk kekuasaannya di perusahaan pada Moreno. Akan dikemanakan harga dirinya jika itu sampai terjadi?Masalah dirinya yang belum memiliki anak pun masih membuat orang tuanya
"Apa yang akan kau lakukan padanya jika kalian bertemu?" tanya Dragon seraya menatap wajah Moreno dengan sorot mata yang serius."Gue mo mastiin apakah dia yang mau ngebunuh gue tempo hari?"Dragon diam sesaat. Rasanya ia sedikit sulit untuk mengabulkan apa yang diinginkan oleh Moreno. Akan tetapi, ia penasaran juga apa benar Ridwan pelaku yang dikatakan oleh Moreno bahwa pria adik Red One itu yang mencoba melakukan pembunuhan pada Moreno?Pada akhirnya, Dragon menyanggupi permintaan Moreno karena ia juga ingin tahu tentang kebenaran prasangka Moreno pada Ridwan yang ia sendiri saja tidak yakin dan tidak percaya bahwa Ridwan bisa melakukan hal tersebut.***Maira melangkah masuk ke dalam sebuah cafe ketika ia melihat dari jauh, Viona sudah menunggunya. Semenjak bersandiwara dan ia selalu mengikuti apa yang diinginkan oleh Viona, mereka memang sangat jarang bertemu khawatir ada yang curiga terutama Pak Salim suami Viona. Viona mempersilakan Maira duduk ketika perempuan itu sudah tiba