Setelah Yudistira mengikuti Rani, dan mengetahui sebuah rahasia besar yaitu bahwa Dania adalah putri kandung Bu Ena. Yudistira memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia berpikir keras untuk menanyakan semuanya pada ibunya. Sesampainya di kantor, Yudistira terkejut, ketika di ruangannya, ia melihat Rendi duduk di kursi kerja miliknya.“Yudistira, aku belum mengucapkan selamat atas apa yang kamu capai. Mungkin kamu merayu Mamahku untuk mendapatkan kedudukan sebagai CEO Agratama Corp.” Rendi memgucapkannya dengan nada tinggi. Hal itu membuat Yudistira geram.“Merayu, aku bekerja secara profesional dan loyalitas. Sesuatu yang tidak dimiliki Haris,” balas Yudistira dengan lantang, Yudistira berdiri tepat di hadapan Rendi, yang masih duduk di kursi dengan angkuhnya.“Perusahaan ini adalah milik Bu Ena, Mamah kandungku. Suatu saat semuanya akan menjadi milikiku. Dan jika saat itu tiba, bersiap-siaplah untuk pergi dari kantor ini,” timpal Rendi, sembari bangkit dari tempat duduknya, dan
Sepulang dari kafe, Yudistira masih penasaran. Jawaban yang diberikan ibunya, belumlah menjawab rasa penasaran, terutama tentang siapa ayah biologisnya. Yudistira melajukan mobilnya dengan kencang, setelah mengantarkan Rani pulang. Sesampainya di rumah didapatinya Keysha sudah tertidur lelap. Setelah membersihkan diri dan melaksanakan shalat, Yudistira merebahkan diri di samping Keysha, netranya memandang langit–langit kamar sambil berpikir.“Apakah laki-laki yang menodai Ibu, adalah Haris. Golongan darah Nana, Haris dan aku sama yaitu AB negatif,” gumam Yudistira dalam hati. Lamunannya membuyar, ketika Keysha terbangun dari tidurnya dan menyapa Yudistira.“Mas, baru pulang?” tanya Keysha, seraya mengusap mata dan menguap, Keysha merapatkan tubuhnya ke tubuh lelaki yang hampir sau tahun menjadi suaminya, ada rasa nyaman yang menyelimuti hatinya. Yudistira memeluk erat tubuh Keysha, sebenarnya ia ingin bercerita banyak tentang hal
Hari berlalu begitu cepat, tidak terasa pesta ulang tahun Keysha telah tiba. Pagi yang cerah, secerah hati Keysha yang berbunga-bunga. Hampir setiap tahun, ulang tahunnya dirayakan sangat meriah, tidak terkecuali hari ini. Setelah mendapat persetujuan dari Yudistra, Keysha begitu bersemangat, segala persiapan dilakukannya. Dan saat ini tibalah waktu yang di tunggu–tunggu.“Selamat ulang tahun sayang, semoga berbahagia selalu,” ucap Yudistira seraya, mendaratkan sebuah kecupan di kening istri cantiknya.“Terima kasih, mana hadiahnya,” balas Keysha bergelayut manja, memegang lengan Yudistira.“Sebentar.” Yudistira melepaskan tangan Keysha dari lengannya dan berjalan ke arah almari, membuka pintu lemari dan mengambil sebuah kotak merah ukuran sedang.“Ini untukmu,” ujar Yudistira menyerahkan kotak warna merah.Keysha nampak sumringah, meraih kotak itu dari tangan Yudistira, lalu dibukanya kotak itu, terdapat sebuah kalung emas dengan
Malam semakin larut, Keysha semakin gelisah. Pembawa acara memanggilnya untuk pemotongan kue ulang tahun.“Sha, cepat sana ke depan, untuk pemotongan kue,” bisik Risma.“Sebentar Mah. Mas Yudis belum datang,” balas Keysha, dengan raut wajah kesal.“Sudah kamu hubungi?” timpal Rama dengan kesal.“Sudah Pah, tapi ponselnya tidak aktif.” Keysha semakin kesal, di saat seperti ini ponsel Yudistira tidak bisa di hubungi.“Keterlaluan sih, apa dia sengaja, ingin berduaan dengan Dania di rumah sakit,” tukas Risma geram.“Bu Keysha, mohon ke depan untuk pemotongan kue,” panggil pembawa acara kesekian kalinya.“Ayo Sha, potong kuenya!” teriak beberapa tamu.Akhirnya Keysha maju ke depan, bersama kedua orang tuanya. Dan dengan rasa kecewa yang dalam, ia memotong kue ulang tahun. Sambil mengulas senyum, Keysha mulai memotong kue, dan menyuapkan potongan kue ke Risma dan Rama.“Terima kasih, Mamah, Papah. I love you,” ucap Keysha diringi pelukan pada kedua orang tuanya.“Selamat ulang tahun sayan
Sayup terdengar adzan subuh. Yudistira membuka matanya, dengan berlahan, ia sangat terkejut, ketika mendapati dirinya tertidur di kursi tunggu depan kamar rumah sakit. Dengan segera ia bangkit dan duduk sebentar. Lalu netranya melirik jam tangan, yang melingkar di tangannya, jarum jam menunjukkan pukul empat pagi.“Ahh, kenapa aku bisa ketiduran di sini. Aku tidak datang ke pesta ulang tahun Keysha,” gumam Yudistira.Yudistira bangkit dari duduknya, kemudian berjalan menuju pintu kamar, dengan berlahan dibukanya pintu, terlihat ibunya sedang tertidur di sofa kamar, sedangkan Dania masih terbaring di tempat tidur rumah sakit. Yudistira melangkahkan kaki pelan, dan dengan berlahan ia membangunkan ibunya.“Bu...Bu..,” ucap Yudistira sambil mengoyangkan bahu ibunya dengan pelan.Rani terbangun, ia menatap Yudistira dan berucap, ”Yudis, kamu sudah bangun.”“Bu, bagaimana keadaan Dania?” tanya Yudistira.“Dania, baik-baik saja, dokter bilang dia keracunan minuman yang telah kadaluarsa,” j
Yudistira, menyimpan botol minuman keras, hatinya mulai was-was. Tidak biasanya Keysha semarah ini, dan sekaligus tergambar kesedihan yang teramat dalam. Yudistira melangkah ke taman, tempat di mana pesta semalam di adakan. Beberapa properti pesta masih ada tempatnya, langkahnya terhenti, ketika melihat pintu kamar bawah terbuka sedikit. Lalu Yudistira berjalan ke arah pintu dan membuka pintu lebar. Di amatinya seluruh ruangan, tempat tidur tampak berserakan seakan–akan habis di pakai tidur.“Mbak Siti,” panggil Yudistira pada asisten rumah tangganya.“Iya Pak, ada apa?”“Tolong dirapikan kamar ini!” perintah Yudistira.“Baik Pak,” jawab Siti.Yudistira kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke kantor Agratama Corp. Walau ia merasa sesuatu yang buruk, telah terjadi di malam pesta ulang tahun Keysha, tapi perasaan itu segera di tepisnya.***Sementara Rendi, sehabis membersihkan diri, ia termenung di balkon kamarnya apartemennya, satu pertanyaan yang mengusik hatinya, yaitu tenta
Yudistira datang ke rumah Rama, ketika mengetahui Keysha pingsan, rasa khawatir mendera di dalam dada. Ia melangkah cepat menuju pintu depan rumah Rama. Sampai di depan pintu terlihat Rama dan Risma sudah duduk di ruang tamu.“Yudistira, Papah ingin bicara,” titah Rama.Yudistira mengempaskan diri di kursi, ia menatap datar kedua mertuanya, tampak wajah keduanya menahan marah.“Apa yang terjadi dengan Keysha, Pah?” tanya Yudistira, penasaran“Seharusnya Papah yang bertanya seperti itu. Apa yang terjadi pada Keysha, setelah pesta semalam, hingga membuatnya depresi, hingga tidak mau makan seharian kemarin!” bentak Rama, menatap tajam menantunya itu.“Satu kesalahan Yudistira, karena tidak hadir di malam itu. Yudistira pulang ke rumah di saat sudah pagi. Dan Keysha marah besar waktu itu, dan memutuskan meninggalkan rumah,” jelas Yudistira.“Kamu tidak berselingkuh dengan Dania ‘kan?” tuduh Risma.“Dania sakit dan aku ketiduran di rumah sakit. Demi Tuhan, Mah, Yudistira tidak selingkuh,
Empat hari berlalu, Keysha masih menutup diri di dalam kamar. Membuat Rama dan Risma semakin mengkhawatirkan keadaanya. Risma berusaha mendekati putrinya yang nampak sedih, matanya masih sembab, bahkan ada lingkaran hitam di bawah matanya, menandakan bahwa Keysha kurang tidur.“Sha, Mamah masuk ya,” ucap Risma lirih“Heem,”“Sha, sayang kalau kamu ada masalah, tolong cerita ke Mamah.” Risma berucap sambil membelai rambut Keysha.Keysha menoleh ke arah Mamahnya dan mengulas senyum tipis, seakan–akan mengatakan, jika dirinya baik-baik saja.“Keysha, baik –baik saja Mah, Keysha hanya perlu waktu. Mamah dan Papah tidak usah khawatir,” ucap Keysha pelan.“Baiklah sayang, kalau kamu masih ingin diam, jaga kesehatan, jangan lupa makan,” ucap Risma.“Iya, Mah. Terima kasih,” jawab Keysha.Risma keluar kamar, walau hati kecilnya mengatakan, jika putrinya mempunyai masalah besar, tapi Risma tidak bisa berbuat apa-apa, karena sampai saat ini Keysha memilih diam.***Yudistira melajukan kendaraan