Sayup terdengar adzan subuh. Yudistira membuka matanya, dengan berlahan, ia sangat terkejut, ketika mendapati dirinya tertidur di kursi tunggu depan kamar rumah sakit. Dengan segera ia bangkit dan duduk sebentar. Lalu netranya melirik jam tangan, yang melingkar di tangannya, jarum jam menunjukkan pukul empat pagi.“Ahh, kenapa aku bisa ketiduran di sini. Aku tidak datang ke pesta ulang tahun Keysha,” gumam Yudistira.Yudistira bangkit dari duduknya, kemudian berjalan menuju pintu kamar, dengan berlahan dibukanya pintu, terlihat ibunya sedang tertidur di sofa kamar, sedangkan Dania masih terbaring di tempat tidur rumah sakit. Yudistira melangkahkan kaki pelan, dan dengan berlahan ia membangunkan ibunya.“Bu...Bu..,” ucap Yudistira sambil mengoyangkan bahu ibunya dengan pelan.Rani terbangun, ia menatap Yudistira dan berucap, ”Yudis, kamu sudah bangun.”“Bu, bagaimana keadaan Dania?” tanya Yudistira.“Dania, baik-baik saja, dokter bilang dia keracunan minuman yang telah kadaluarsa,” j
Yudistira, menyimpan botol minuman keras, hatinya mulai was-was. Tidak biasanya Keysha semarah ini, dan sekaligus tergambar kesedihan yang teramat dalam. Yudistira melangkah ke taman, tempat di mana pesta semalam di adakan. Beberapa properti pesta masih ada tempatnya, langkahnya terhenti, ketika melihat pintu kamar bawah terbuka sedikit. Lalu Yudistira berjalan ke arah pintu dan membuka pintu lebar. Di amatinya seluruh ruangan, tempat tidur tampak berserakan seakan–akan habis di pakai tidur.“Mbak Siti,” panggil Yudistira pada asisten rumah tangganya.“Iya Pak, ada apa?”“Tolong dirapikan kamar ini!” perintah Yudistira.“Baik Pak,” jawab Siti.Yudistira kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke kantor Agratama Corp. Walau ia merasa sesuatu yang buruk, telah terjadi di malam pesta ulang tahun Keysha, tapi perasaan itu segera di tepisnya.***Sementara Rendi, sehabis membersihkan diri, ia termenung di balkon kamarnya apartemennya, satu pertanyaan yang mengusik hatinya, yaitu tenta
Yudistira datang ke rumah Rama, ketika mengetahui Keysha pingsan, rasa khawatir mendera di dalam dada. Ia melangkah cepat menuju pintu depan rumah Rama. Sampai di depan pintu terlihat Rama dan Risma sudah duduk di ruang tamu.“Yudistira, Papah ingin bicara,” titah Rama.Yudistira mengempaskan diri di kursi, ia menatap datar kedua mertuanya, tampak wajah keduanya menahan marah.“Apa yang terjadi dengan Keysha, Pah?” tanya Yudistira, penasaran“Seharusnya Papah yang bertanya seperti itu. Apa yang terjadi pada Keysha, setelah pesta semalam, hingga membuatnya depresi, hingga tidak mau makan seharian kemarin!” bentak Rama, menatap tajam menantunya itu.“Satu kesalahan Yudistira, karena tidak hadir di malam itu. Yudistira pulang ke rumah di saat sudah pagi. Dan Keysha marah besar waktu itu, dan memutuskan meninggalkan rumah,” jelas Yudistira.“Kamu tidak berselingkuh dengan Dania ‘kan?” tuduh Risma.“Dania sakit dan aku ketiduran di rumah sakit. Demi Tuhan, Mah, Yudistira tidak selingkuh,
Empat hari berlalu, Keysha masih menutup diri di dalam kamar. Membuat Rama dan Risma semakin mengkhawatirkan keadaanya. Risma berusaha mendekati putrinya yang nampak sedih, matanya masih sembab, bahkan ada lingkaran hitam di bawah matanya, menandakan bahwa Keysha kurang tidur.“Sha, Mamah masuk ya,” ucap Risma lirih“Heem,”“Sha, sayang kalau kamu ada masalah, tolong cerita ke Mamah.” Risma berucap sambil membelai rambut Keysha.Keysha menoleh ke arah Mamahnya dan mengulas senyum tipis, seakan–akan mengatakan, jika dirinya baik-baik saja.“Keysha, baik –baik saja Mah, Keysha hanya perlu waktu. Mamah dan Papah tidak usah khawatir,” ucap Keysha pelan.“Baiklah sayang, kalau kamu masih ingin diam, jaga kesehatan, jangan lupa makan,” ucap Risma.“Iya, Mah. Terima kasih,” jawab Keysha.Risma keluar kamar, walau hati kecilnya mengatakan, jika putrinya mempunyai masalah besar, tapi Risma tidak bisa berbuat apa-apa, karena sampai saat ini Keysha memilih diam.***Yudistira melajukan kendaraan
Yudistira membawa Keysha pulang ke rumahnya. Rama dan Risma sedikit lega, walau sampai saat ini, mereka belum mengetahui kejadian yang menimpa Keysha.Sementara Keysha berusaha melupakan peristiwa di malam ulang tahunnya. dengan sering berlibur dengan Yudistira. Dan hal itu membuat Rani geram, ia merasa usahanya sia-sia. Yudistira tetap menerima Keysha, bahkan Yudistira semakin perhatian pada Keysha.Satu bulan berlalu. Dania mendapat kabar jika ibunya yaitu Bu Warni sedang sakit keras. Oleh karena itu Dania bergegas, menemui ibunya di Yogyakarta.Sesampainya di Yogyakarta, Dania terlihat sedih. Ia memeluk Warni yang nampak begitu lemah, terbaring di tempat tidur rumah sakit.“Bu, maafkan Dania, jarang berkunjung ke sini,” ucap Dania, sambil menitikkan air mata.“Nggak apa-apa Nia, Ibu senang cita-citamu tercapai. Ibu ingin memberitahumu sebuah rahasia, sebelum ibu pergi,” ucap Warni dengan nada bicara lemah.“Rahasia, tentang apa Bu?” tanya Dania, hatinya bergemuruh.“Sebenarnya, ak
Ena membawa Dania ke rumahnya. Rasa bahagia menyelimuti keduanya. Apalagi Ena, tidak menyangka akan bertemu putrinya setelah puluhan tahun menghilang. Ena berniat memberitahu hal ini pada Nana dan Rendi. Oleh karena itu, Ena memanggil Rendi untuk pulang ke Jakarta.Malam itu, Rendi sampai di Jakarta, ia langsung menuju rumah Mamahnya. Sebenarnya Rendi ingin sekali bertemu dengan Keysha, tetapi semenjak peristiwa di malam ulang tahun, Keysha memblokir namanya di ponsel .Dan sejak saat itu, Keysha tidak bisa dihubungi lagi.Taxi berhenti di rumah mewah Ena, setelah membayar ongkos taxi, Rendi berjalan ke arah pintu. Di ruang tamu ada seseorang yang Rendi kenal yaitu Pak Satria, pengacara keluarga Ena. Rendi mengerutkan kedua alisnya ketika melihat Pak Satria sudah duduk manis, di sofa ruang tamu.“Malam Pak Satria, ada perlu apa malam-malam ke sini?” tanya Rendi.“Ibu Ena, mau mengumumkan sesuatu yang penting. Oleh karena itu, semuanya anggota keluarga berkumpul di sini,” jawab Satria
“Kenapa kamu diam Sha, kamu harus pastikan ke dokter, apa kamu hamil atau tidak!” perintah Rani.Tiba-tiba ketakutan akan kehamilan, menyeruak hati Keysha, rasa bahagia beberapa menit yang lalu, seketika hancur, ketika ibu mertuanya meragukan, jika yang dikandungnya bukan anak Yudistira. Keysha masih terpaku di tempatnya, kepala yang masih pening tidak di rasakannya.“Sha, Ibu akan mengantarmu ke dokter, bersiap-siaplah kamu,” ajak Rani.Keysha menatap datar Rani. Lalu ia mengangguk dan beranjak ke lantai atas. Kemudian ia turun, dan sudah siap untuk mengikuti perintah ibu mertuanya, untuk pergi ke dokter dan memastikan apakah saat ini dirinya hamil atau tidak. Dengan menaiki mobil miliknya, Keysha dan Rani meninggalkan rumah, dan menuju ke klinik. Sepanjang perjalanan, Keysha berharap bahwa dugaan kehamilannya tidak terjadi. Ia dan Yudistira baru saja memulai hubungan yang baru, sejak peristiwa malam ulang tahun. Dan kabar kehamilan, bukan waktu yang tepat untuk saat ini.Berbeda d
Hari menjelang sore. Yudistira masih sibuk di depan laptopnya, sesekali menyesep kopi sebagai penghilang rasa kantuk. Konsentrasinya buyar, ketika pintu ruangan di ketok.Tok!...tok!...”masuk,” jawab Yudistira.Seorang wanita muda, berambut pendek muncul di balik pintu, dan berkata, ”Pak Yudistira, ada tamu ingin bertemu Bapak, namanya Bu Hanin dari kantor pengacara.”“Oh Hanin, suruh masuk!” perintah Yudistira.Tidak lama kemudian, Hanin memasuki ruang kerja Yudistira. Melihat kedatangan Hanin, Yudistira melempar senyum sambil bangkit dari kursi kerjanya beralih duduk menuju sofa.“Hai, Han. Apa kabar? Silakan duduk,” sapa Yudistira.“Baik, Pak Yudistira,” jawab Hanin, nampak tegang.“Jangan panggil Pak, terlalu formal, kamu ‘kan sahabat Keysha otomatis kita berteman,” ujar Yudistira sambil tersenyum ke arah Hanin.“Tapi saat ini aku datang sebagai seorang pengacara, untuk menyampaikan sesuatu dari Keysha.” Hanin, berkata sambil memasang wajah serius.“Ada masalah apa?” tanya Yudisti