Empat hari berlalu, Keysha masih menutup diri di dalam kamar. Membuat Rama dan Risma semakin mengkhawatirkan keadaanya. Risma berusaha mendekati putrinya yang nampak sedih, matanya masih sembab, bahkan ada lingkaran hitam di bawah matanya, menandakan bahwa Keysha kurang tidur.“Sha, Mamah masuk ya,” ucap Risma lirih“Heem,”“Sha, sayang kalau kamu ada masalah, tolong cerita ke Mamah.” Risma berucap sambil membelai rambut Keysha.Keysha menoleh ke arah Mamahnya dan mengulas senyum tipis, seakan–akan mengatakan, jika dirinya baik-baik saja.“Keysha, baik –baik saja Mah, Keysha hanya perlu waktu. Mamah dan Papah tidak usah khawatir,” ucap Keysha pelan.“Baiklah sayang, kalau kamu masih ingin diam, jaga kesehatan, jangan lupa makan,” ucap Risma.“Iya, Mah. Terima kasih,” jawab Keysha.Risma keluar kamar, walau hati kecilnya mengatakan, jika putrinya mempunyai masalah besar, tapi Risma tidak bisa berbuat apa-apa, karena sampai saat ini Keysha memilih diam.***Yudistira melajukan kendaraan
Yudistira membawa Keysha pulang ke rumahnya. Rama dan Risma sedikit lega, walau sampai saat ini, mereka belum mengetahui kejadian yang menimpa Keysha.Sementara Keysha berusaha melupakan peristiwa di malam ulang tahunnya. dengan sering berlibur dengan Yudistira. Dan hal itu membuat Rani geram, ia merasa usahanya sia-sia. Yudistira tetap menerima Keysha, bahkan Yudistira semakin perhatian pada Keysha.Satu bulan berlalu. Dania mendapat kabar jika ibunya yaitu Bu Warni sedang sakit keras. Oleh karena itu Dania bergegas, menemui ibunya di Yogyakarta.Sesampainya di Yogyakarta, Dania terlihat sedih. Ia memeluk Warni yang nampak begitu lemah, terbaring di tempat tidur rumah sakit.“Bu, maafkan Dania, jarang berkunjung ke sini,” ucap Dania, sambil menitikkan air mata.“Nggak apa-apa Nia, Ibu senang cita-citamu tercapai. Ibu ingin memberitahumu sebuah rahasia, sebelum ibu pergi,” ucap Warni dengan nada bicara lemah.“Rahasia, tentang apa Bu?” tanya Dania, hatinya bergemuruh.“Sebenarnya, ak
Ena membawa Dania ke rumahnya. Rasa bahagia menyelimuti keduanya. Apalagi Ena, tidak menyangka akan bertemu putrinya setelah puluhan tahun menghilang. Ena berniat memberitahu hal ini pada Nana dan Rendi. Oleh karena itu, Ena memanggil Rendi untuk pulang ke Jakarta.Malam itu, Rendi sampai di Jakarta, ia langsung menuju rumah Mamahnya. Sebenarnya Rendi ingin sekali bertemu dengan Keysha, tetapi semenjak peristiwa di malam ulang tahun, Keysha memblokir namanya di ponsel .Dan sejak saat itu, Keysha tidak bisa dihubungi lagi.Taxi berhenti di rumah mewah Ena, setelah membayar ongkos taxi, Rendi berjalan ke arah pintu. Di ruang tamu ada seseorang yang Rendi kenal yaitu Pak Satria, pengacara keluarga Ena. Rendi mengerutkan kedua alisnya ketika melihat Pak Satria sudah duduk manis, di sofa ruang tamu.“Malam Pak Satria, ada perlu apa malam-malam ke sini?” tanya Rendi.“Ibu Ena, mau mengumumkan sesuatu yang penting. Oleh karena itu, semuanya anggota keluarga berkumpul di sini,” jawab Satria
“Kenapa kamu diam Sha, kamu harus pastikan ke dokter, apa kamu hamil atau tidak!” perintah Rani.Tiba-tiba ketakutan akan kehamilan, menyeruak hati Keysha, rasa bahagia beberapa menit yang lalu, seketika hancur, ketika ibu mertuanya meragukan, jika yang dikandungnya bukan anak Yudistira. Keysha masih terpaku di tempatnya, kepala yang masih pening tidak di rasakannya.“Sha, Ibu akan mengantarmu ke dokter, bersiap-siaplah kamu,” ajak Rani.Keysha menatap datar Rani. Lalu ia mengangguk dan beranjak ke lantai atas. Kemudian ia turun, dan sudah siap untuk mengikuti perintah ibu mertuanya, untuk pergi ke dokter dan memastikan apakah saat ini dirinya hamil atau tidak. Dengan menaiki mobil miliknya, Keysha dan Rani meninggalkan rumah, dan menuju ke klinik. Sepanjang perjalanan, Keysha berharap bahwa dugaan kehamilannya tidak terjadi. Ia dan Yudistira baru saja memulai hubungan yang baru, sejak peristiwa malam ulang tahun. Dan kabar kehamilan, bukan waktu yang tepat untuk saat ini.Berbeda d
Hari menjelang sore. Yudistira masih sibuk di depan laptopnya, sesekali menyesep kopi sebagai penghilang rasa kantuk. Konsentrasinya buyar, ketika pintu ruangan di ketok.Tok!...tok!...”masuk,” jawab Yudistira.Seorang wanita muda, berambut pendek muncul di balik pintu, dan berkata, ”Pak Yudistira, ada tamu ingin bertemu Bapak, namanya Bu Hanin dari kantor pengacara.”“Oh Hanin, suruh masuk!” perintah Yudistira.Tidak lama kemudian, Hanin memasuki ruang kerja Yudistira. Melihat kedatangan Hanin, Yudistira melempar senyum sambil bangkit dari kursi kerjanya beralih duduk menuju sofa.“Hai, Han. Apa kabar? Silakan duduk,” sapa Yudistira.“Baik, Pak Yudistira,” jawab Hanin, nampak tegang.“Jangan panggil Pak, terlalu formal, kamu ‘kan sahabat Keysha otomatis kita berteman,” ujar Yudistira sambil tersenyum ke arah Hanin.“Tapi saat ini aku datang sebagai seorang pengacara, untuk menyampaikan sesuatu dari Keysha.” Hanin, berkata sambil memasang wajah serius.“Ada masalah apa?” tanya Yudisti
“Dania, bagaimana kabar Bu Ena?” tanya Rani, meletakkan dua cangkir teh di atas meja.“Mama Ena sehat, beliau nitip salam, pada Ibu dan Mas Yudistira, mungkin lain waktu, Mama akan mengundang, ibu dan Mas Yudistira untuk makan malam,” jawab Dania.“Salam juga ya, buat mamamu, kami pasti senang, jika di undang untuk makan malam. Iya ‘kan, Yudis,” ucap Rani menatap Yudistira.“Iya Bu,” jawab Yudistira singkat.Yudistira dan Dania menyerutup teh, yang ada di hadapannya. Tanpa curiga sama sekali, jika teh sudah di campur dengan obat perangsang.Beberapa menit kemudian Dania merasa kepalanya pusing, dan segera Rani menyuruh Dania beristirahat di kamar Yudistira. Sedangkan Yudistira merasa aneh dengan dirinya, tubuhnya terasa panas, pikirannya melayang pada Keysha, Dan ia menganggap Keysha ada di dekatnya. Dan di luar kesadarannya, ia masuk ke kamar, karena dalam imajinasinya Dania adalah Keysha. Rani yang melihat itu hanya diam, dan membiarkan Yudistira berada di dalam kamar bersama Da
Satu bulan sudah, sejak surat peceraian di tandatangani Yudistira. Pagi itu Hanin datang ke kantor Yudistira, untuk menyerahkan surat akta cerai. Kini Yudistra dan Keysha resmi bercerai. Yudistira menatap selembar kertas yang menyatakan dirinya telah bercerai talak 1 dengan Keysha. Tidak terasa, titik embun ada di sudut matanya. Mengenang kebersamaannya selama satu tahun, hidup bersama sebagai suami istri. Rasa rindu akan wajah cantik, wangi tubuh Keysha, manjanya Keysha menyisir dalam hati.“Kenapa kamu lakukan ini padaku, Sha,” desis Yudistira.Yudisitra bangkit dari duduknya, melangkah ke arah jendela. Kini pikirannya melayang, pada sosok wanita yang di nodainya, dan ia harus bertanggungjawab untuk menikahinya. Dania teman kecilnya itu, akan dijadikan istri. Lalu diraihnya ponsel dari dalam sakunya dan mengirim pesan lewat chat WA pada Dania.{Dania, nanti malam aku akan datang, menemui Bu Ena untuk melamarmu}Pesan chat langsung dibaca dan dibalas oleh Dania{Iya, Mas Yudistira.
Rani, sudah berdiri di depan pintu rumah, setelah beberapa kali menekan bell, akhirnya pintu di buka, Bi Arum muncul dari balik pintu.“Mau ketemu siapa?” tanya wanita bertubuh lebar, dengan menatap Rani, dan tatapannya penuh curiga.“Aku, mau bertemu Rama,” balas Rani nampak tenang dan mengulas senyum.“Bapak Rama sedang sakit, sedangkan nyonya tidak di rumah,” timpal Bi Arum, seakan–akan enggan mempersilakan, orang yang tidak di kenalnya untuk masuk ke dalam rumah.“Aku, hanya sebentar, mau mengantarkan undangan penting, percayalah, beri aku waktu 10 menit, untuk berbicara dengan Rama,” pinta Rani dengan santun.Akhirnya Bi Arum mempersilakan Rani untuk masuk dan mengantarnya ke taman samping rumah. Terlihat di sana, Rama sedang duduk di kursi roda, menikmati hangatnya sinar matahari pagi yang menyentuh kulitnya yang mulai keriput.“Tuan, ada tamu ingin mengantarkan undangan,” ucap Bi Arum. Rama pun menganggukkan kepala tanda mengiyakan.Bi Arum memberi kode pada Rani untuk mendekat
Satu bulan berlalu, Yudistira dan Dania resmi bercerai. Yudistira resign dari CEO Agratama Corp.Yudistira, mengemasi barang-barangnya dan memasukkanya didalam kardus, meja kerja yang selalu menemaninya selama hampir 5 tahun, ini, kini nampak kosong. Terlihat Ena muncul di balik pintu, ia tersenyum getir ketika menatap Yudistira.“Aku, menyesal, dengan keputusan kalian untuk bercerai. Aku tahu kamu tidak mencintai Dania, walaupun Dania berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Kamu tahu, aku merasa ini tidak adil untuk Dania, salah putriku apa? Hingga ia mengalami luka yang dalam seperti ini,” ucap Ena, ada gurat kesedihan di wajahnya, memikirkan nasib Dania.“Maafkan aku Bu Ena, ini juga diluar kuasaku, aku pun berniat mempertahankan pernikahanku dengan Dania, tapi ia sendiri yang memutuskan bercerai,” balas Yudistira.“Kamu akan menikahi Keysha?” tanya Ena, tatapannya nanar ke arah Yudistira.“Aku dan Keysha, memang tak seharusnya berpisah, yang patut di salahkan atas kekacauan ini
Di malam tanpa bintang, di tempat berbeda, Dania termenung menatap halaman rumahnya dari atas balkon, bayang-bayang peristiwa tadi siang membuatnya berpikir keras untuk membuat keputusan, akhirnya ia meraih ponsel dan menghubungi seseorang. “Hallo, selamat malam, Pak Satria. Tolong siapkan berkas gugatan ceraiku terhadap Yudistira.” Tak biasanya pagi ini, sinar mentari seakan enggan bersinar. Awan hitam mengantung di langit, mewakili tiga hati yang sedang galau, terbelenggu dalam sebuah cinta segi tiga yang begitu rumit. Dania berjalan pelan, menuruni anak tangga, setelah di beritahu Bi Marni, jika Pak Satria sudah menunggu di ruang tamu. Kedua matanya yang sembab hanya di sapu dengan bedak tipis, supaya menyamarkan, jika dia semalaman habis menangis. “Pagi, Pak Satria,” sapa Dania begitu melihat tamunya sudah duduk di sofa tamu. “Pagi, Bu Dania,” jawab Pak Satria, pengacara keluarga Ena. “Bagaimana Pak, apa berkas gugatan perceraian sudah disiapkan.” “Sudah Bu, ini beberapa b
Keesokan harinya, Dania pergi menemui Tiara di sekolahnya. Dania ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, yang membuat Tiara di marahi oleh Keysha. Langkahnya terhenti di pintu masuk kelas Tiara. Bu lastri menghentikan Dania. “Maaf Bu Dania, Bunda Tiara yaitu Ibu Keysha, melarang Bu Dania menemui Tiara,” ucap Bu Lastri. “Iya, saya tahu, saya ke sini ingin meminta maaf pada Tiara, sebentar saja,” pinta Dania, netranya berkaca-kaca membuat Bu Lastri tidak tega. Akhirnya dengan berat hati Bu Lastri menginizikan Dania menemui Tiara. Lalu Dania mengajak Tiara ke taman sekolah, mereka duduk di bangku taman. “Bu Nia, Bunda melarang Tiara berteman dengan Ibu. Tiara tidak tahu kenapa Bunda marah pada Bu Nia,” ucap polos gadis yang belum genap berusia 5 tahun itu. “Nggak apa-apa, Bunda marah, karena Bunda takut kehilangan Tiara. Bunda sangat sayang pada Tiara. Bu Nia, ke sini ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, jangan hiraukan pertengkaran kami kemarin, karena orang dewasa kadang jug
Dret...dret...bunyi getar ponsel milik Keysha. Sejenak mata Keysha beralih dari laptop dan menatap ponselnya, kiriman chat dari nomor tidak di kenal, lalu di bukanya isi chat tersebut. Deg.. Jantungnya terasa berhenti berdetak, ketika melihat gambar seorang wanita, yang sangat di kenalnya nampak akrab dengan Tiara. “Dania,” desah kesal Keysha, seraya bangkit dari kursi kerjanya, lalu meraih tas kecilnya dan melangkah lebar keluar butik, wajahnya nampak tegang menahan marah. Dalam dada bergemuruh rasa kecewa pada Yudistira karena merasa di khianati. “Kamu bohong Mas, Kamu tidak menepati janjimu, kenapa sekarang Tiara ada di rumahmu,” gerutu Keysha, sambil menyetir mobil dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan ibukota yang semakin siang semakin panas. Seperti hati Keysha saat ini, panas terbakar melihat keakraban Tiara dan Dania. Beberapa menit kemudian mobil Keysha memasuki halaman rumah milik Dania,. Mata Keysha menyapu ke sekeliling rumah, dan terlihat Dania dan Tiara sedang bers
Yudistira kaget mendengar tuduhan yang di layangkan Keysha pada dirinya, ia merasa tidak pernah sedikitpun mempengaruhi Tiara untuk tinggal bersamanya. Yudistira mendesah pelan, Lalu menatap datar Keysha yang masih menunggu jawabannya.“Sha, aku tidak pernah mempengaruhi, Tiara untuk tinggal bersamaku. Aku juga memikirkan perasaan Dania, aku tidak mungkin, mengajak Tiara tinggal bersamaku, tanpa seizin Dania,” jelas Yudistira, sambil memegang bahu Keysha.Keysha menepis tangan Yudistira yang memegang bahunya, lalu ia bangkit berdiri, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.“Dengar, ya Mas! aku tidak akan mengizinkan Tiara tinggal bersamamu, walaupun Dania mengizinkannya. Aku tidak mau berbagi kasih sayang Tiara dengan Dania. Tiara anakku. Istrimu tidak boleh sedikitpun menyayangi Tiara,” ucap Keysha dengan bibir bergetar menahan tangis.Yudistira, bangkit dari tempat duduknya, refleks ditariknya tubuh Keysha ke dalam pelukannya. ”Sha, aku berjanji, semua akan terjadi sesuai keing
Dania melangkah mendekat ke arah Tiara, ia sedikit berjongkok dan berucap, ”Siapa namamu gadis cantik?”“Tiara,” jawab Tiara dengan bersemangat dan tersenyum kecil.“Nama yang bagus,” ucap Dania, sambil mengusap pipi Tiara dengan lembut.Setelah perkenalan usai. Dania berpamitan, dan akan kembali esok pagi sesuai jadwal yang telah di tetapkan. Dengan fokus menyetir mobilnya Dania tersenyum puas, rencana hari ini sesuai dengan kemauannya. Mobil melaju cepat ke arah klinik, sesampainya di sana ia membuat proposal kerja untuk Tk. Pelita Hati. Konsentrasinya buyar ketika Ena, mengetuk pintu ruang dan masuk ke dalam.“Mama,” sapa Dania pada Ena.“Dania, mama mau bertanya, apa kamu ada masalah dengan Yudistira, Mama kepikiran dengan kata-kata Rendi. Dan Mama lihat semalam Yudistira pergi dengan membawa travel bag, ada apa sayang?” tanya Ena yang nampak cemas.Dania menarik napas panjang, kemudian di lepas pelan, sebenarnya ia berat membagi masalah ini, tapi karena Mamanya bertanya, akhirny
Yudistira terdiam, ia terkejut. Kenapa Dania harus tahu, sebelum ia bercerita tentang semua yang terjadi. Kini tenggorokannya terasa tercekat, Yudistira tidak tahu harus mulai darimana, dilihatnya Dania menangis, ia berjalan menuju ranjang, kemudian menghempaskan tubuhnya di tepi ranjang, kedua telapak tangannya terus mengusap air mata yang menganak sungai.“Jawab Mas! Kamu berhubungan lagi dengan Keysha. Dan siapa anak yang bersama kalian?” tanya Dania dengan menatap tajam Yudistira dan suara yang tinggi.Berlahan Yudistira berjalan mendekati Dania, kemudian duduk di sebelah Dania, dan mengenggam tangan Dania, dengan kasar Dania mengibaskan tangan Yudistira.“Aku, bertemu Keysha, waktu di Karimun Jawa. Dan aku baru tahu, jika kepergian Keysha beberapa tahun yang lalu, ternyata dia hamil. Keysha mengira anak yang di kandungnya adalah anak Rendi, makanya Ia memilih pergi. Lalu waktu aku sampai di Karimun Jawa, aku mendonorkan darahku pada anak kecil, dan ternyata anak kecil itu adalah
Setelah melihat Keysha, turun dari mobil Yudistira, Dania nampak geram sekaligus sedih, tapi juga penasaran dengan anak kecil yang bersama Keysha dan Yudistira. Ia pun berniat untuk membuntuti mereka bertiga. “Pak, tunggu saya di sini,” pinta Dania pada sopir taxi. “Baik Bu,” jawab Sopir taxi singkat. Dania turun dari taxi. Hatinya terasa di tusuk ribuan pisau, kebohongan Yudistira yang membuat sakit, beribu pertanyaan tersimpan di dalam dada. Dari jauh Dania melihat kebersamaan, Yudistira dengan mantan istrinya. Dalam hati, Dania mempertanyakan, siapa gadis kecil yang bersama mereka? Yudistira dan Keysha seperti keluarga yang lengkap, tangan mereka menggandeng gadis kecil. Titik embun menggenang di sudut netra Dania, ia berjalan mengikuti Yudistira dan Keysha, yang tengah tertawa bahagia bersama gadis kecil itu. Hingga Dania merasa tidak kuat, melihat pemandangan yang begitu sempurna, oleh karena itu, Dania memutuskan untuk pulang. Dengan menaiki taxi yang menunggunya di tempat p
Malam semakin larut, Dania semakin gelisah memikirkan Yudistira, perkataan Nana terus terngiang di telinganya. Benarkah suaminya pergi ke arena bermain, dan hanya melihat sekumpulan anak-anak bermain. Dania menyibukkan dirinya menyiapkan makan malam untuk Yudistira, walau hati gundah, ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Pukul 10 malam, mobil Yudistira memasuki garasi mobil, kemudian ia melangkah masuk ke dalam rumah. Di lihatnya Dania duduk di kursi ruang makan, Dania menatap kosong, menu yang ada di depan meja makan, semua makanan itu disiapkan Dania untuk suaminya. Yudistira merasa bersalah, di dekatinya Dania. “Dania, maaf aku terlambat pulang,” ucap Yudistira, membuat Dania terjingkat karena kaget. “Mas.. baru pulang, kemana saja pulang selarut ini?” tanya Dania pelan sambil mengamati suaminya, yang berdiri di samping kursi, kemeja warna biru muda, dengan lengan dilinting sampai siku dan jam tangan warna hitam, persis yang dikatakan Nana barusan. “Aku,