Satu bulan sudah, sejak surat peceraian di tandatangani Yudistira. Pagi itu Hanin datang ke kantor Yudistira, untuk menyerahkan surat akta cerai. Kini Yudistra dan Keysha resmi bercerai. Yudistira menatap selembar kertas yang menyatakan dirinya telah bercerai talak 1 dengan Keysha. Tidak terasa, titik embun ada di sudut matanya. Mengenang kebersamaannya selama satu tahun, hidup bersama sebagai suami istri. Rasa rindu akan wajah cantik, wangi tubuh Keysha, manjanya Keysha menyisir dalam hati.“Kenapa kamu lakukan ini padaku, Sha,” desis Yudistira.Yudisitra bangkit dari duduknya, melangkah ke arah jendela. Kini pikirannya melayang, pada sosok wanita yang di nodainya, dan ia harus bertanggungjawab untuk menikahinya. Dania teman kecilnya itu, akan dijadikan istri. Lalu diraihnya ponsel dari dalam sakunya dan mengirim pesan lewat chat WA pada Dania.{Dania, nanti malam aku akan datang, menemui Bu Ena untuk melamarmu}Pesan chat langsung dibaca dan dibalas oleh Dania{Iya, Mas Yudistira.
Rani, sudah berdiri di depan pintu rumah, setelah beberapa kali menekan bell, akhirnya pintu di buka, Bi Arum muncul dari balik pintu.“Mau ketemu siapa?” tanya wanita bertubuh lebar, dengan menatap Rani, dan tatapannya penuh curiga.“Aku, mau bertemu Rama,” balas Rani nampak tenang dan mengulas senyum.“Bapak Rama sedang sakit, sedangkan nyonya tidak di rumah,” timpal Bi Arum, seakan–akan enggan mempersilakan, orang yang tidak di kenalnya untuk masuk ke dalam rumah.“Aku, hanya sebentar, mau mengantarkan undangan penting, percayalah, beri aku waktu 10 menit, untuk berbicara dengan Rama,” pinta Rani dengan santun.Akhirnya Bi Arum mempersilakan Rani untuk masuk dan mengantarnya ke taman samping rumah. Terlihat di sana, Rama sedang duduk di kursi roda, menikmati hangatnya sinar matahari pagi yang menyentuh kulitnya yang mulai keriput.“Tuan, ada tamu ingin mengantarkan undangan,” ucap Bi Arum. Rama pun menganggukkan kepala tanda mengiyakan.Bi Arum memberi kode pada Rani untuk mendekat
“Tidak Rendi, Mamahmu tidak perlu tahu. Jika tahu pun, Ena tidak akan membatalkan pernikahan, karena Ena lebih memikirkan perasaan Dania di banding egonya, lagi pula tidak penting bagi Ena, Yudistira anak siapa. Baginya yang terpenting, kebahagian Dania anaknya yang menghilang dan kini ditemukan,” jelas Haris.Rendi semakin kecewa. Papahnya seakan-akan melindungi Yudistira. Rendi semakin membenci Yudistira, walaupun ia tahu, bahwa Yudistira adalah kakaknya. Hal itu tidak menyurutkan kebenciannya pada Yudistira. Apalagi sekarang Yudistira akan menjadi anggota keluarga Ena Adi Wijaya, itu akan membuat posisinya, semakin kuat di PT. Agratama Corp.Dengan geram, Rendi pergi meninggalkan Haris. Dengan menyetir mobil ia terus memikirkan pernikahan Yudistira. Tiba-tiba ingatanya tertuju pada Keysha. Rendi penasaran, dimana sekarang Keysha berada, nomor ponselnya sudah tidak dapat di hubungi lagi, ini sudah hampir 5 bulan Rendi tidak bertemu dan berbicara dengan Keysha. Wajah cantik Keysha se
Hari yang selalu ditunggu Dania akhirnya tiba. Hari ini adalah pernikahannya dengan Yudistira, lelaki yang diimpikannya sejak kecil, sahabatnya dan juga cintanya. Dengan senyum semringah Dania duduk di depan cermin, 2 orang perias di sampingnya siap untuk mengubah Dania menjadi ratu sehari. Wajah nan ayu itu mulai dirias, dengan sentuhan make yang natural tapi elegan. Dania semakin cantik, kedua manik berwarna cokelat menambah kecantikannya, dengan bulu lentiknya. Tatanan rambut yang di sanggul modern, kebaya putih dengan kain brokat, serta belahan dada rendah, memperlihatkan bahu Dania yang kulit kuning langsat bersih tanpa cacat. Bawahan kain batik yang melekat di tubuh Dania. Terlihat begitu mewahnya kebaya pengantin yang kenakan Dania. Berkali-kali Dania memantaskan diri di depan cermin. Hingga Dania di kejutkan oleh kehadiran Ena.“Dania, kamu sangat cantik, sayang sekali, baru saja Mamah menumpahkan kasih sayang, kini kamu akan menikah,” ucap Ena, dengan raut muka sedih, dan ma
Sha!” teriak Yudistira di tengah-tengah tidurnya, hingga ia terbangun.Terlihat Dania yang tidur di sebelahnya, membuka matanya. Hatinya terasa di tusuk ribuan pisau, setiap kali suaminya menyebut nama Keysha, di tengah–tengah tidurnya. Dan setelah itu Yudistira akan bangkit dari tidurnya, menuju ballkon kamar, lalu akan menyalakan rokok dan menghisapnya. Seakan–akan ia ingin lari dari dunianya sekarang.Dania, hanya diam, berpura-pura tidur, tapi dalam hatinya ia ingin menjerit. Hampir 5 tahun sudah pernikahannya dengan Yudistira tapi sampai detik ini, Yudistira masih belum menyerahkan hati sepenuhnya untuk Dania. Yang dilakukan Yudistira, hanyalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang suami. Tanpa cinta, ternyata sebuah pernikahan terasa hampa.Dania bangun dari tidurnya, membersihkan diri dan kemudian turun menuju ruang makan, terlihat mamanya dan adiknya Nana telah menunggunya untuk sarapan bersama.“Pagi Ma, Nana,” sapa Dania, dengan melempar senyum.“Pagi sayang,
Pagi hari yang cerah, tapi tidak secerah wajah Dania. Hari ini Dania kembali lagi untuk menjalani serangkaian test di rumah sakit. Hatinya merasa was-was. Ia takut tidak bisa memberikan keturunan pada pria yang sangat dicintainya itu. Berkali-kali Yudistira berusaha membuatnya tenang, tapi semuanya itu sia-sia, sejak semalam Dania terus saja menangis. Walapun ia seorang psikolog, tapi hatinya tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran tentang keadaan rahimnya.Pagi jam 10, Dania di dampingi Yudistira sudah berada di rumah sakit, Hospital Healty. Dania pun sudah diintruksikan untuk menjalani serangkaian test. Dan Yudistira dengan setia menunggu. Hampir satu jam Dania di dalam bersama dokter. Tidak lama kemudian Dania keluar, bulir bening mengalir di pipinya. Dengan segera Yudistira menghampirinya.“Dania, ada apa?” tanya Yudistira begitu cemas, melihat Dania menangis.“Mas, rahimku harus diangkat,” ucap Dania lirih, hampir tak terdengar.“Apa? separah itukah?”Dania mengangguk dan menangi
“Siang, Dania,” ucap Andra, seraya tersenyum dan melangkah menghampiri Dania, yang siang itu bersiap-siap untuk meninggalkan rumah sakit.“Selamat siang Dokter Andra,” balas Dania dengan membalas senyuman Andra.“Aku dengar dari Dokter Ida, siang ini kamu di izinkan pulang. Jadi sebagai direktur utama Hospital Healty, saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan pada kami. Dan semoga sehat selalu,” ucap Andra, sambil menyerahkan satu buket bunga mawar warna merah muda kepada Dania.Dania mengulas senyum dan meraih bunga mawar dari tangan Andra, kemudian bunga mawar diciumnya.“Terima kasih, Dokter Andra,” ucap Dania pelan, air matapun menggenang di pelupuk matanya.“Hai, kenapa nangis. Dania, aku mau sharing denganmu, maukah kamu mendengar sebentar,” pinta Andra, dengan tatapan penuh harap pada Dania.“Baik Dokter, silakan,” balas Dania, sembari mempersilahkan Andra untuk duduk di sofa, dan kemudian Dania pun menyusul duduk di sofa.“Dania, sebenarnya aku juga mengala
Yudistira menuju Bandara Sutta dengan menaiki taxi, sebuah travel bag ditariknya, memasuki boording room, menaruh travel bag di kompartemen. Dan setelah itu, Yudistira mencari tempat duduk sesuai tiket. Tak lama kemudian pesawat take off. Sekitar 45 menit, pesawat akhirnya mendarat di bandara Ahmad Yani, Semarang – Jakarta.Yudistira berjalan cepat menuju keluar bandara Ahmad Yani. Mobil taxi yang sudah dipesannya, sudah menunggu di depan bandara. Dengan cepat ia menghempaskan pantatanya di jok belakang taxi, kemudian menunjukan alamat tujuan di layar ponsel. Dengan cepat taxi melaju ke lokasi yang dituju. Sekitar 40 menit Yudistira sudah sampai di lokasi.“Pak, bisakah tunggu sekitar dua jam, setelah acara ini selesai, antar saya ke pelabuhan Tanjung Emas,” pinta Yudistira pada sopir taxi.“Baik Pak, saya akan tunggu.” jawab sopir taxi.Sebelum keluar taxi, Yudistira merapikan kemeja dan memakai jas, Lalu menyisir rapi rambutnya, setelah itu keluar dari pintu taxi. Beberapa orang m
Satu bulan berlalu, Yudistira dan Dania resmi bercerai. Yudistira resign dari CEO Agratama Corp.Yudistira, mengemasi barang-barangnya dan memasukkanya didalam kardus, meja kerja yang selalu menemaninya selama hampir 5 tahun, ini, kini nampak kosong. Terlihat Ena muncul di balik pintu, ia tersenyum getir ketika menatap Yudistira.“Aku, menyesal, dengan keputusan kalian untuk bercerai. Aku tahu kamu tidak mencintai Dania, walaupun Dania berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Kamu tahu, aku merasa ini tidak adil untuk Dania, salah putriku apa? Hingga ia mengalami luka yang dalam seperti ini,” ucap Ena, ada gurat kesedihan di wajahnya, memikirkan nasib Dania.“Maafkan aku Bu Ena, ini juga diluar kuasaku, aku pun berniat mempertahankan pernikahanku dengan Dania, tapi ia sendiri yang memutuskan bercerai,” balas Yudistira.“Kamu akan menikahi Keysha?” tanya Ena, tatapannya nanar ke arah Yudistira.“Aku dan Keysha, memang tak seharusnya berpisah, yang patut di salahkan atas kekacauan ini
Di malam tanpa bintang, di tempat berbeda, Dania termenung menatap halaman rumahnya dari atas balkon, bayang-bayang peristiwa tadi siang membuatnya berpikir keras untuk membuat keputusan, akhirnya ia meraih ponsel dan menghubungi seseorang. “Hallo, selamat malam, Pak Satria. Tolong siapkan berkas gugatan ceraiku terhadap Yudistira.” Tak biasanya pagi ini, sinar mentari seakan enggan bersinar. Awan hitam mengantung di langit, mewakili tiga hati yang sedang galau, terbelenggu dalam sebuah cinta segi tiga yang begitu rumit. Dania berjalan pelan, menuruni anak tangga, setelah di beritahu Bi Marni, jika Pak Satria sudah menunggu di ruang tamu. Kedua matanya yang sembab hanya di sapu dengan bedak tipis, supaya menyamarkan, jika dia semalaman habis menangis. “Pagi, Pak Satria,” sapa Dania begitu melihat tamunya sudah duduk di sofa tamu. “Pagi, Bu Dania,” jawab Pak Satria, pengacara keluarga Ena. “Bagaimana Pak, apa berkas gugatan perceraian sudah disiapkan.” “Sudah Bu, ini beberapa b
Keesokan harinya, Dania pergi menemui Tiara di sekolahnya. Dania ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, yang membuat Tiara di marahi oleh Keysha. Langkahnya terhenti di pintu masuk kelas Tiara. Bu lastri menghentikan Dania. “Maaf Bu Dania, Bunda Tiara yaitu Ibu Keysha, melarang Bu Dania menemui Tiara,” ucap Bu Lastri. “Iya, saya tahu, saya ke sini ingin meminta maaf pada Tiara, sebentar saja,” pinta Dania, netranya berkaca-kaca membuat Bu Lastri tidak tega. Akhirnya dengan berat hati Bu Lastri menginizikan Dania menemui Tiara. Lalu Dania mengajak Tiara ke taman sekolah, mereka duduk di bangku taman. “Bu Nia, Bunda melarang Tiara berteman dengan Ibu. Tiara tidak tahu kenapa Bunda marah pada Bu Nia,” ucap polos gadis yang belum genap berusia 5 tahun itu. “Nggak apa-apa, Bunda marah, karena Bunda takut kehilangan Tiara. Bunda sangat sayang pada Tiara. Bu Nia, ke sini ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, jangan hiraukan pertengkaran kami kemarin, karena orang dewasa kadang jug
Dret...dret...bunyi getar ponsel milik Keysha. Sejenak mata Keysha beralih dari laptop dan menatap ponselnya, kiriman chat dari nomor tidak di kenal, lalu di bukanya isi chat tersebut. Deg.. Jantungnya terasa berhenti berdetak, ketika melihat gambar seorang wanita, yang sangat di kenalnya nampak akrab dengan Tiara. “Dania,” desah kesal Keysha, seraya bangkit dari kursi kerjanya, lalu meraih tas kecilnya dan melangkah lebar keluar butik, wajahnya nampak tegang menahan marah. Dalam dada bergemuruh rasa kecewa pada Yudistira karena merasa di khianati. “Kamu bohong Mas, Kamu tidak menepati janjimu, kenapa sekarang Tiara ada di rumahmu,” gerutu Keysha, sambil menyetir mobil dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan ibukota yang semakin siang semakin panas. Seperti hati Keysha saat ini, panas terbakar melihat keakraban Tiara dan Dania. Beberapa menit kemudian mobil Keysha memasuki halaman rumah milik Dania,. Mata Keysha menyapu ke sekeliling rumah, dan terlihat Dania dan Tiara sedang bers
Yudistira kaget mendengar tuduhan yang di layangkan Keysha pada dirinya, ia merasa tidak pernah sedikitpun mempengaruhi Tiara untuk tinggal bersamanya. Yudistira mendesah pelan, Lalu menatap datar Keysha yang masih menunggu jawabannya.“Sha, aku tidak pernah mempengaruhi, Tiara untuk tinggal bersamaku. Aku juga memikirkan perasaan Dania, aku tidak mungkin, mengajak Tiara tinggal bersamaku, tanpa seizin Dania,” jelas Yudistira, sambil memegang bahu Keysha.Keysha menepis tangan Yudistira yang memegang bahunya, lalu ia bangkit berdiri, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.“Dengar, ya Mas! aku tidak akan mengizinkan Tiara tinggal bersamamu, walaupun Dania mengizinkannya. Aku tidak mau berbagi kasih sayang Tiara dengan Dania. Tiara anakku. Istrimu tidak boleh sedikitpun menyayangi Tiara,” ucap Keysha dengan bibir bergetar menahan tangis.Yudistira, bangkit dari tempat duduknya, refleks ditariknya tubuh Keysha ke dalam pelukannya. ”Sha, aku berjanji, semua akan terjadi sesuai keing
Dania melangkah mendekat ke arah Tiara, ia sedikit berjongkok dan berucap, ”Siapa namamu gadis cantik?”“Tiara,” jawab Tiara dengan bersemangat dan tersenyum kecil.“Nama yang bagus,” ucap Dania, sambil mengusap pipi Tiara dengan lembut.Setelah perkenalan usai. Dania berpamitan, dan akan kembali esok pagi sesuai jadwal yang telah di tetapkan. Dengan fokus menyetir mobilnya Dania tersenyum puas, rencana hari ini sesuai dengan kemauannya. Mobil melaju cepat ke arah klinik, sesampainya di sana ia membuat proposal kerja untuk Tk. Pelita Hati. Konsentrasinya buyar ketika Ena, mengetuk pintu ruang dan masuk ke dalam.“Mama,” sapa Dania pada Ena.“Dania, mama mau bertanya, apa kamu ada masalah dengan Yudistira, Mama kepikiran dengan kata-kata Rendi. Dan Mama lihat semalam Yudistira pergi dengan membawa travel bag, ada apa sayang?” tanya Ena yang nampak cemas.Dania menarik napas panjang, kemudian di lepas pelan, sebenarnya ia berat membagi masalah ini, tapi karena Mamanya bertanya, akhirny
Yudistira terdiam, ia terkejut. Kenapa Dania harus tahu, sebelum ia bercerita tentang semua yang terjadi. Kini tenggorokannya terasa tercekat, Yudistira tidak tahu harus mulai darimana, dilihatnya Dania menangis, ia berjalan menuju ranjang, kemudian menghempaskan tubuhnya di tepi ranjang, kedua telapak tangannya terus mengusap air mata yang menganak sungai.“Jawab Mas! Kamu berhubungan lagi dengan Keysha. Dan siapa anak yang bersama kalian?” tanya Dania dengan menatap tajam Yudistira dan suara yang tinggi.Berlahan Yudistira berjalan mendekati Dania, kemudian duduk di sebelah Dania, dan mengenggam tangan Dania, dengan kasar Dania mengibaskan tangan Yudistira.“Aku, bertemu Keysha, waktu di Karimun Jawa. Dan aku baru tahu, jika kepergian Keysha beberapa tahun yang lalu, ternyata dia hamil. Keysha mengira anak yang di kandungnya adalah anak Rendi, makanya Ia memilih pergi. Lalu waktu aku sampai di Karimun Jawa, aku mendonorkan darahku pada anak kecil, dan ternyata anak kecil itu adalah
Setelah melihat Keysha, turun dari mobil Yudistira, Dania nampak geram sekaligus sedih, tapi juga penasaran dengan anak kecil yang bersama Keysha dan Yudistira. Ia pun berniat untuk membuntuti mereka bertiga. “Pak, tunggu saya di sini,” pinta Dania pada sopir taxi. “Baik Bu,” jawab Sopir taxi singkat. Dania turun dari taxi. Hatinya terasa di tusuk ribuan pisau, kebohongan Yudistira yang membuat sakit, beribu pertanyaan tersimpan di dalam dada. Dari jauh Dania melihat kebersamaan, Yudistira dengan mantan istrinya. Dalam hati, Dania mempertanyakan, siapa gadis kecil yang bersama mereka? Yudistira dan Keysha seperti keluarga yang lengkap, tangan mereka menggandeng gadis kecil. Titik embun menggenang di sudut netra Dania, ia berjalan mengikuti Yudistira dan Keysha, yang tengah tertawa bahagia bersama gadis kecil itu. Hingga Dania merasa tidak kuat, melihat pemandangan yang begitu sempurna, oleh karena itu, Dania memutuskan untuk pulang. Dengan menaiki taxi yang menunggunya di tempat p
Malam semakin larut, Dania semakin gelisah memikirkan Yudistira, perkataan Nana terus terngiang di telinganya. Benarkah suaminya pergi ke arena bermain, dan hanya melihat sekumpulan anak-anak bermain. Dania menyibukkan dirinya menyiapkan makan malam untuk Yudistira, walau hati gundah, ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Pukul 10 malam, mobil Yudistira memasuki garasi mobil, kemudian ia melangkah masuk ke dalam rumah. Di lihatnya Dania duduk di kursi ruang makan, Dania menatap kosong, menu yang ada di depan meja makan, semua makanan itu disiapkan Dania untuk suaminya. Yudistira merasa bersalah, di dekatinya Dania. “Dania, maaf aku terlambat pulang,” ucap Yudistira, membuat Dania terjingkat karena kaget. “Mas.. baru pulang, kemana saja pulang selarut ini?” tanya Dania pelan sambil mengamati suaminya, yang berdiri di samping kursi, kemeja warna biru muda, dengan lengan dilinting sampai siku dan jam tangan warna hitam, persis yang dikatakan Nana barusan. “Aku,