Share

5. Puspa 1

Author: Lis Susanawati
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

PERNIKAHAN

- Puspa

Keguguran?

Puspa tidak tahu harus bahagia atau bersedih. Dua hari yang lalu dia kebingungan saat tahu positif hamil. Bagaimana cara memberitahu suaminya? Sedangkan Bram sangat dingin dan mendiamkannya.

Kalau diberitahu apakah Bram percaya kalau itu anaknya?

Harusnya Bram percaya. Sebab di hari pernikahan mereka Puspa sedang haid dan suaminya tahu hal itu. Kemudian Bram ke Semarang selama lima hari. Setelah pulang Sony sakit typus dan mesti opname. Setelah suasana stabil, suatu malam menjadi milik mereka.

Dirinya memang salah. Tapi Puspa hanya berusaha menutup aibnya sendiri. Luka yang pernah membuatnya putus asa dan putus harapan. Berharap mendapatkan sandaran, tapi suami yang berpengalaman tahu dan tidak bisa terima.

"Kenapa tadi kamu nggak cerita kalau lagi hamil?" tanya Pipit yang membantunya minum air putih.

Puspa tidak harus di kuret karena janinnya yang baru berumur sekitar empat minggu sudah luruh semua. Dia hanya perlu minum obat dan istirahat.

"Masih terlalu awal kalau kuceritakan, Pit."

"Kamu telepon dulu suamimu. Pak Bram harus dikabari."

"Nggak usah."

"Loh, kok nggak usah?"

"Mas Bram nggak di rumah, Pit. Lusa baru kembali dari Surabaya," jawab Puspa dengan suara lemah. Di area bawah sana terasa nyeri. Perutnya juga tidak nyaman.

Sejak tadi malam sebenarnya dia sudah merasakan hal itu. Dipikirnya wanita hamil pasti akan mengalaminya. Ternyata pagi ini dia keguguran. Tadi Puspa mampir ke rumah sahabatnya setelah mengantarkan Sony ke sekolah.

Mungkin terlalu stres yang menyebabkan janin itu tidak bisa bertahan. Dada Puspa terasa sebak. Bayangan sikap Bram yang begitu dingin berkelindan dalam benak. Sedih sekali rasanya. Air mata mengalir dari sudut netra. Pipit menggenggam jemarinya untuk menguatkan. Yang ia tahu, pasti Puspa sangat sedih kehilangan calon bayinya.

Ah, Pipit tidak tahu apa-apa karena Puspa tidak pernah bercerita pada sahabatnya. Sedekat apapun mereka, tapi aib itu dan segala permasalahannya dengan Bram, cukup dipendam sendiri. Kecuali sikap Vanya yang tidak bisa menerimanya sebagai ibu tiri diketahui oleh Pipit.

"Pit, temani aku di sini dulu ya. Beberapa jam lagi aku bisa minta pulang. Toh aku sudah nggak apa-apa."

"Kamu perlu perawatan paling tidak sampai besok."

"Nggak usah. Dokter bilang kalau aku sudah lebih baik, boleh pulang."

"Kamu nggak ngabari orang tuamu juga?"

Puspa menggeleng. "Belum ada yang tahu aku hamil. Biar saja. Lagian janin ini sudah nggak ada."

Pipit heran memperhatikan sahabatnya. Kondisi seperti ini seharusnya dia butuh support dan perhatian terutama dari suami. Tapi kenapa Puspa justru tidak ingin memberitahu mereka. Dia mengenal baik Puspa sebagai gadis yang periang. Namun sekarang terlihat memiliki beban. "Puspa, kamu ada masalah?"

"Nggak ada. Aku hanya sedih. Oh ya, Pit. Gimana aku bisa pulang dengan memakai celana penuh darah ini. Bisa minta tolong untuk membelikan rok dan celana dalam untukku?"

"Aku bisa ke rumahmu untuk mengambilkan baju ganti."

"Nggak usah. Tolong belikan saja, ya. Nggak perlu bagus yang penting bisa kupakai ganti untuk pulang. Uangnya ada di tasku itu." Puspa memandang atas meja.

Pipit yang curiga dengan sikap sahabatnya, bangkit dan mengambil tas di meja. Setelah Puspa memberikan uang, gadis sebaya dengan Puspa melangkah pergi.

Air mata Puspa mengalir deras setelah Pipit keluar. Inikah jalan terbaik untuknya? Lebih baik janin itu gugur di tengah kemelut rumah tangganya. Belum tentu Bram bahagia mengetahui kehamilannya. Andai dia ingin memastikan itu anaknya apa bukan, Bram bisa melakukan tes DNA.

Tapi tidak menjamin lelaki itu bisa menerima, walaupun anak itu benihnya sendiri. Memiliki anak dari perempuan ternoda, mungkin bukan keinginannya. Bisa jadi sekarang Bram telah merencanakan perpisahan. Dia hanya menunggu waktu yang tepat karena sang mama masih dalam keadaan kurang sehat. Dan Puspa harus siap jika saat itu akhirnya tiba.

Secepat inikah?

***L***

"Puspa, kalau kamu ada masalah. Ceritakan padaku. Nggak mungkin kamu bisa memendam semuanya sendirian. Ada apa, sih? Kamu nggak bahagia dengan pernikahanmu? Aku tahu Vanya nggak menyukaimu." Pipit khawatir melihat Puspa.

"Aku hanya sedih karena keguguran, Pit. Soal Vanya, sudah kuanggap hal biasa. Nggak semua anak tiri bisa menerima sepenuh hati kehadiran bapak atau ibu tirinya. Begitu juga sebaliknya."

"Tapi kenapa kamu nggak mau ngabari suamimu kalau kamu keguguran?"

"Setelah Mas Bram pulang, pasti kukasih tahu. Kalau sekarang kukabari, aku khawatir akan membuatnya cemas."

"Oh, ya sudah. Kirain kamu lagi ada masalah."

Puspa tersenyum getir.

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Nevertiti Jasry
saya senang dg cara puspa bersikap
goodnovel comment avatar
Bundanya Izam
kenapa sih gak mau jujur aja,rahasia apa sampai gak berani cerita
goodnovel comment avatar
Ayu Anita
ayo berani cerita toh Bram udah suamimu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   6. Puspa 2

    Ponsel Pipit berdering dan gadis itu keluar dari kamar perawatan. Air mata Puspa kembali tumpah. Sesalnya begitu dalam. Seharusnya dia jujur saja sejak awal. Kehilangan Bram sebelum pernikahan terjadi, tentu lebih baik daripada menjalani keadaan seperti ini. Dirinya serasa sangat tidak berharga di hadapan lelaki rupawan itu. Tentu Bram menyesal. Kenapa setelah kehilangan bidadari, sekarang mendapatkan perempuan sehina dirinya. Malam sebelum keberangkatan Bram ke Surabaya, ia mendapati lelaki itu termenung di ruang kerja. Menghadap foto keluarganya yang masih tergantung di dinding. Foto-foto mantan istrinya masih terpasang rapi di kamar anak-anak dan ruang kerjanya. Kalau di dinding ruang keluarga sudah diturunkan semua. Dirinya bukan pengganti wanita itu. Karena selamanya Sandra tidak akan pernah tergantikan. Istilahnya sekarang, Bram hanya melanjutkan hidup dengan menikahinya. Semua sudah habis untuk orang lama. Kalimat yang pernah seliweran dan ia baca di beranda akun media so

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   7. Serba Salah 1

    PERNIKAHAN- Serba Salah Suaminya pulang malah membuat Puspa bingung harus bagaimana. Menyambutnya atau pura-pura tidak tahu. Serba salah sampai tubuh Puspa gemetar.Suara langkah kaki Bram melewati teras. Sedangkan Puspa masih mematung dengan wajah pias. Ketika hendak melangkah untuk menyambut Bram ke ruang tamu, kakinya terhenti saat mendengar suara Vanya dan Sony lebih dulu menyambut papa mereka."Kukira Papa pulang sore." Suara Vanya terdengar. Gadis itu baru pulang sekolah beberapa menit yang lalu."Kerjaan papa sudah selesai, makanya buru-buru pulang.""Besok Sony ada pertandingan sepakbola antar sekolahan di stadion, Pa. Papa, bisa nganterin nggak? Bunda sakit soalnya."Dada Puspa berdesir mendengar Sony memberitahu papanya. Jantung berdentum hebat menunggu apa reaksi sang suami."Sakit apa?" Pertanyaan datar Bram."Masuk angin katanya.""Oke. Papa mau mandi dulu. Nanti malam sambil makan, kita ngobrol lagi."Puspa mundur ke belakang supaya tidak terlihat oleh Bram yang melang

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   8. Serba Salah 2

    Bram menanyakan kondisi sang mama. Wanita itu mengeluhkan beberapa hal. Membuat Bram khawatir. Semakin hari, kesehatan sang mama kian menurun. Tapi wanita itu tetap keukeh tidak mau diajak tinggal di rumahnya. Bertahan di rumah joglo mereka yang berarsitektur klasik. Rumah yang menerapkan nilai-nilai filosofi Jawa pada setiap bagian rumah. Sangat kontras dengan rumah yang dibangun oleh Bram. Rumah bergaya modern dengan sedikit sentuhan scandinavian. Almarhumah sang istri yang menentukan konsep rumahnya.Menjelang salat magrib, Bram dan Puspa kembali ke rumah. Mereka melangkah tanpa percakapan apa-apa.Makan malam di dominasi cerita anak-anak tentang kegiatan mereka selama papanya tidak di rumah. Puspa hanya mendengarkan sambil memaksa diri untuk menelan makanan. Sesaknya dada, membuat tidak berselera untuk makan. Seharian tadi lebih banyak minum air putih dan melewatkan makan siang.Setelah selesai makan malam, Bram menghampiri Puspa yang baru selesai mengemas meja. "Kutunggu di luar.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   9. Tidak Percaya Diri 1

    PERNIKAHAN- Tidak Percaya Diri "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Bram yang mendapati Puspa duduk sambil menulis sesuatu di buku. Namun setelah menyadari kehadirannya, Puspa buru-buru menutup bukunya. Tentu Puspa sangat terkejut. Apalagi dia hanya menyalakan lampu belajar yang menyinari meja saja. Kehadiran Bram yang berdiri menjulang di belakangnya membuat kaget."Nggak apa-apa," jawab Puspa gugup."Sudah malam. Tidurlah. Kamu sedang sakit, kan? Jangan tidur di luar. Aku tidak ingin anak-anak terganggu dengan permasalahan antara aku dan kamu." Bram kembali melangkah ke kamarnya setelah selesai bicara.Untuk beberapa saat, Puspa diam menatap dinding yang gelap di depannya. Lantas berdiri dan masuk kamar yang sama. Berbaring miring seperti biasa.Bram memikirkan perasaan anak-anaknya, bukan perasaannya. Wajar bukan, dirinya hanya orang baru yang saat ini dianggap sebagai penipu.***L***"Kita tahu kan Pak Bos gimana orangnya. Dia paling nggak suka dicurangi seperti semalam. Bisa-

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   10. Tidak Percaya Diri 2

    Puspa meletakkan piring di depan suaminya. Dia juga duduk untuk sarapan. Kalau tidak ingat harus minum obat, rasanya malas untuk makan."Mas, aku minta waktu untuk bicara. Nggak harus sekarang, selonggarnya mas saja." Puspa bicara pelan dan hati-hati. Sekarang atau nanti, ia harus memberikan penjelasan. Entah diterima atau tidak. Namun Puspa sangat pesimis melihat sikap Bram yang dingin. Bram hanya mengangguk tanpa bersuara apapun. Makan belum selesai, seorang karyawan kantor muncul dari pintu dapur dengan wajah tegang. Tampaknya ada yang urgent.Pria kepercayaan Bram masuk setelah dipanggil. Ternyata truk yang mengirimkan barang ke pelabuhan mengalami kerusakan di jalan tol. Bram langsung meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan nasinya.Puspa menghela nafas panjang. Nasi serasa enggan untuk ditelan. Apakah Bram akan mendengarkannya nanti? Apa dia akan ditinggalkan atau dirinya yang harus pergi dengan kerelaan hati. Masih terbayang kemegahan pernikahan mereka dua bulan yang lalu.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   11. Patah Hati 1

    PERNIKAHAN - Patah Hati Pria itu merokok dengan tatapan menerawang. Mungkin tengah memperhatikan foto keluarga yang berada tepat di dinding depannya. Atau memperhatikan foto mendiang sang istri.Puspa mundur kembali ke kamar dan duduk di tepi pembaringan. Nyalinya menciut. Dia benci dengan situasi seperti ini. Pergi ke mana keberaniannya tadi. Rasa kepercayaan diri benar-benar memudar di hadapan lelaki yang bergelar suami.Ditariknya napas dalam-dalam. Jutaan kata yang terangkai buyar sudah. Yang tersisa hanya embun di kelopak matanya.Beberapa lama hanyut dalam rasa pedih dan sakit, akhirnya ia beranjak meraih ponsel yang berpendar di meja rias. Netranya sedikit berbinar melihat siapa yang mengirim pesan. Dita, teman kuliahnya dari Surabaya.[Apa kabar, Puspa? Waduh yang pengantin baru jarang banget mau nongol di grup sekarang. Lagi nikmatin bulan madu ya, Neng? Cie cie cie.][Hmmm, ganteng banget suamimu. Dewasa dan pasti pengertian kan? Tajir pula tuh. Bisa ngemong kamu. Pantesan

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   12. Patah Hati 2

    [Ada apa sih, Pus? Kita kenal sudah lama. Aku tahu bagaimana kamu. Dari gadis ceria, tiba-tiba menjadi menutup diri. Kamu bukan korban perjodohan dari orang tua, kan? Ayah ibumu bukan orang seperti itu, deh. Mereka sangat terbuka orangnya. Beberapa kali kau ajak aku pulang ke desa dan nginap di sana, Pak Lurah sangat baik.][Puspa, apa ada yang kamu rahasiakan dari pertemanan kita?][Nggak ada, Say. Aku baik-baik saja. Mungkin aku dan Rayyan nggak berjodoh. Itu saja. Btw, kamu kerja di mana sekarang?][Aku masih nunggu panggilan. Entah diterima apa nggak. Doain diterima ya, Say.][Iya. Aku doain. Udah ya, Dit. Besok kita sambung lagi.] Buru-buru Puspa menelungkupkan ponsel di nakas tanpa menunggu balasan Dita. Sebab ia mendengar langkah suaminya ke arah kamar. Puspa segera menarik selimut dan meringkuk seperti bayi. Bram tidak boleh curiga lagi. Dan ia juga tidak bisa bicara dengan perasaan kacau begini. Kacau karena mengetahui betapa Rayyan patah hati karenanya.Pintu kamar terbuka.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   13. Malam 1

    PERNIKAHAN - MalamSuara gedebug mengagetkan Bram. Spontan pria itu meloncat dari tempat tidur. Puspa merintih sambil memegangi lengannya yang sakit."Puspa, kamu kenapa?""A-aku nggak apa-apa." Puspa tergagap sambil bangkit. Bram berusaha meraihnya. "Aku bisa sendiri, Mas. Jangan sentuh. Aku kotor untukmu." Puspa menghindari tangan yang hendak membantunya.DEG. Bram terkesiap oleh kalimat itu. Sejenak terpaku menatap Puspa yang terlihat sangat berantakan. Ucapan Puspa terasa nyeri di dadanya. Dalam remang lampu kamar, Bram melihat wajah istrinya yang sembab. Rambutnya masai terurai sebagian menutupi wajah."Kenapa bisa jatuh?""Nggak apa-apa," jawab Puspa canggung. Entahlah, kenapa dia bisa jatuh. Dia tadi hendak bangun, perasaan kaki sudah menapak di lantai, ternyata masih jauh dan akhirnya dia tersungkur."Kamu mau ke mana?""Aku mau ngambil air minum." Tak ada lagi kata saya, yang ada sebutan aku.Bram mengikuti istrinya yang keluar kamar dan mengambil air minum dari dispenser ya

Latest chapter

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   196. Teman Lama 3

    Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Maya memandangi suasana alun-alun yang selalu ramai di Minggu pagi.Meski mereka sudah berbincang-bincang, tapi Dikri tidak memberitahu bahwa ia pernah melihat mantan suami Maya bersama wanita lain di dalam mobil."Oh ya, kamu belum punya anak?""Pernikahanku sebenarnya dibilang baik-baik saja hanya dua bulan, Dik. Selebihnya kami pisah rumah hingga bercerai. Dia sudah membawa wanita lain ke rumah semenjak ketahuan selingkuh. Mungkin ini balasanku karena ninggalin kamu disaat sedang butuh dukungan.""Nggak, May. Jangan punya pikiran seperti itu. Anggap semuanya takdir." Dikri tidak ingin Maya punya pikiran demikian, karena dirinya juga bukan tunangan yang baik. "Nomer teleponmu masih sama?""Aku sudah ganti nomer semenjak menikah.""Boleh minta?""Iya."Keduanya menyimpan nomer masing-masing. Dilanjut berbincang hingga hari beranjak siang. "Sudah siang, aku mau pulang dulu, Dik. Kapan-kapan ketemuan lagi.""Kamu naik apa?"

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   195. Teman Lama 2

    Maya diam sejenak. Ada jeda yang panjang, Maya tidak tahu harus mulai dari mana. Wajah Maya tertunduk. Sejujurnya, sejak ia bercerai, ia kerap membayangkan jika takdir membawanya bertemu Dikri lagi. Namun itu sungguh tidak tahu diri. Dia yang tega memutuskan pertunangan mereka disaat Dikri sedang terpuruk."Dikri, aku …" Maya menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Banyak hal yang terjadi dalam hidupku setelah kita ....""Setelah kamu menikah?" potong Dikri seolah tidak ada beban. Dia sudah melupakan dan tidak pernah dendam pada Maya setelah ditinggalkan.Maya mengangguk, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuknya. "Iya. Pernikahan itu nggak seperti yang kubayangkan. Setelah beberapa bulan, suamiku mulai berubah. Dia kasar, dan ternyata dia juga selingkuh. Aku malu cerita seperti ini sama kamu. Aku merasa sangat bersalah telah meninggalkanmu di saat-saat sulit demi menuruti keinginan orang tuaku."Kami memutuskan hubungan pertunangan waktu itu juga

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   194. Teman Lama 1

    PERNIKAHAN- Teman Lama"Kamu pakai baju seperti itu?" seloroh Bu Ira saat melihat Dikri keluar kamar hanya memakai kaus dan celana pendek."Iya, Ma. Memangnya kenapa?"Bu Ira tampak termangu sejenak. Kalau sang anak memakai baju seperti itu, berarti dia tidak sedang janjian sama cewek. "Oh, nggak apa-apa. Hati-hati di jalan. Kamu mau ketemuan sama temanmu di mana?""Di car free day, Ma.""Jam segini car free day sudah buyar, Dik." Bu Ira memandang jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan."Kami cuman mau ngopi sama ngobrol. Siapa tahu ada prospek bisnis yang bisa kujadikan sampingan.""Ya sudah.""Aku pergi dulu, Ma. Motornya kubawa. Assalamu'alaikum.""Iya, hati-hati. Wa'alaikumsalam," jawab Bu Ira seraya membereskan meja makan. Kecewa. Ternyata belum ada tanda-tanda Dikri dekat dengan perempuan.Motor Dikri melaju pelan di jalan desa pinggir sawah. Sinar matahari semakin terang, membuat embun di dedaunan perlahan-lahan menguap dan menghilang. Namun, kesejukan pagi masih

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   193. Masih Normal 3

    "Semoga kamu selalu sehat sampai lahiran. Mbak ikut bahagia, Pus." Netra Indah berkaca-kaca. "Aamiin." Puspa merangkul sang kakak. Sekali pun sudah ikhlas menerima kondisinya, tapi dalam hati Indah, pasti berharap bisa hamil lagi. Untung ada Denny yang sangat menghiburnya.Dalam kesempatan itu, mereka foto bersama-sama dengan seluruh keluarga. Bram menggendong A'im seraya memeluk pinggang sang istri. Di samping kiri dan kanan berdiri Vanya, Sony, orang tua mereka dan kerabat yang lain. Angin yang semilir dan bulan purnama di angkasa sana, seolah menjadi saksi kebagian Bram dan keluarganya.***L***"Siapa yang ngasih lapis Surabaya ini, Ma?" tanya Dikri yang baru keluar dari kamarnya. Mencomot satu potong kue dan memakannya. Biasa kalau libur kerja, habis salat subuh kembali tidur dan bangun sekitar jam delapan pagi."Jiya yang ngasih. Semalam baru datang. Tadi Rayyan juga mencarimu ke sini. Mama bilang kalau kamu belum bangun.""Dia masih di sini?" Bram melihat ke luar lewat pintu.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   192. Masih Normal 2

    Rayyan mengangguk. "Jiya juga asli sini, Mas. Cuman kerjanya di Kediri. Kantornya bersebelahan dengan kantor saya." Rayyan mengulas sedikit kedekatan mereka, juga menyebutkan tempat tinggal Najiya. Bram yang asli kota angin, tahu desa tempat tinggal gadis itu.Pesanan mereka datang dan langsung makan sambil berbincang. Puspa lega, Rayyan sudah menemukan tambatan hatinya. Tidak terbelenggu lagi oleh kisah mereka yang tidak pernah kesampaian.Puspa menghindari bertemu pandang dengan lelaki itu. Karena binarnya masih terlihat ada cinta untuknya. Bram bisa membawa keadaan menjadi sangat nyaman dan hangat. Dia bertanya, juga menceritakan tentang kondisi perekonomian sekarang ini. Berbagi pendapat dengan Rayyan. Bram yang disangkanya kaku oleh Rayyan, bisa seramah itu dan cukup enak diajak berbincang.Tentu saja. Sebab Bram seorang wirausaha yang sering berhadapan dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Tentang cemburu, bukan tidak ada lagi rasa itu. Namun dia tahu bagaimana cara menge

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   191. Masih Normal 1

    PERNIKAHAN- Masih Normal "Kenapa Mbak Santi itu nggak pernah bersikap ramah sedikit saja sama aku ya, Mas?" Puspa penasaran. Saat itu mereka sudah di perjalanan."Kamu kepikiran tentang hal itu?" "Nggak, sih. Heran saja.""Nggak usah heran. Memang ada orang yang seperti itu. Sudah tabiatnya. Jika nasehat manusia tidak bisa menyadarkannya, biar Allah saja yang menegur dengan cara-Nya."Puspa merinding mendengar ucapan suaminya. Pak Maksum, istrinya, dan Dikri saja bisa menyadari kesalahannya dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Kenapa Santi yang tidak separah mereka, tidak juga mau berubah.Mungkin dia menganggap sikapnya itu hal yang wajar. Jadi tidak pernah merasa keliru. Kalau terlalu fatal seperti keluarga Pak Maksum, sangat kentara dan akhirnya membuat mereka bisa instrospeksi diri.Bram pun sudah tidak mempermasalahkan keluarga mertuanya hendak seperti apa. Bukan urusannya lagi, selagi mereka tidak menghasut Vanya dan Sony. Anak-anak pun sekarang sudah mengerti, mana

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   190. Kebesaran Hati 3

    "Nggak apa-apa, Pa. Aku sudah bisa menerima semuanya. Setahun ini, aku merasa hidupku jauh lebih tenang. Aku sekarang lebih fokus ke Dikri, memastikan dia segera menikah. Usianya sudah tiga puluh satu tahun.""Papa juga mengingatkan Dikri untuk segera berumahtangga."Kembali keheningan menerpa. Dikri yang diam-diam menajamkan pendengaran dari balik pintu kamar, cukup geram. Kedua orang tuanya masih juga berbelit-belit seperti anak muda."Kalau Papa ingin menikah lagi, monggo. Di usia tua, perlu juga pendamping hidup supaya ada teman. Tapi selesaikan dulu urusan di antara kita." Bu Ira bicara dengan pembawaan yang kalem. Tidak ada amarah dan emosi seperti dulu.Pak Maksum menghela nafas panjang. "Apa papa sudah nggak diberikan kesempatan lagi untuk kembali bersama kalian, Ma? Papa tahu terlalu sering menyakiti. Namun papa sudah menyadari kesalahan itu."Papa ingin menghabiskan masa tua dengan keluarga kita. Biar Dikri tenang dan bisa memikirkan untuk masa depannya."Bu Ira memandang l

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   189. Kebesaran Hati 2

    Ponsel Bram di atas meja kecil berdering. Puspa melihat siapa yang menelepon. "Mas, ada telepon dari Bu Harso.""Angkat saja.""Halo, Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam." Bukan suara Bu Harso, tapi suaranya Santi."Ada apa, Mbak?""Aku mau bicara sama Mas Bram.""Mas Bram lagi sibuk, Mbak. Ada pesan apa nanti saya sampaikan.""Sebentar saja. Bisa nggak?" Wanita di seberang memaksa."Nggak bisa diganggu Mas Bram-nya, Mbak. Jangan khawatir, nanti pasti saya sampaikan." Puspa jadi geram. Memangnya mau bicara apa. Bram pun sudah memberitahu Santi atau Bu Harso, kalau ada urusan yang mungkin perlu disampaikan ke Vanya dan Sony, bisa bicara langsung pada Puspa. Tapi wanita itu sepertinya tidak percaya padanya."Besok malam, ada acara arisan keluarga di rumah mama. Vanya dan Sony disuruh datang atau biar aku yang jemput mereka.""Oke. Nanti aku kasih tahu ke Mas Bram."Panggilan langsung ditutup begitu saja tanpa mengucapkan salam. Bram mendekat sambil mengendong A'im. "Ada apa?""Mbak Sant

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   188. Kebesaran Hati 1

    PERNIKAHAN - Kebesaran Hati "Mama, belum tidur?" Dikri kaget saat masuk rumah, lampu ruang tengah tiba-tiba dinyalakan. Jam satu malam ia baru sampai rumah."Mana mungkin mama bisa tidur kalau kamu belum pulang.""Kalau gitu, mama sekarang istirahat. Sudah jam satu.""Kamu mau mandi, biar mama rebusin air dulu.""Nggak usah, Ma. Aku cuci tangan sama kaki saja terus tidur. Oh ya, ini ada oleh-oleh dari papa." Dikri memberikan paper bag pada sang mama. Kemudian m meletakkan tasnya di atas kursi dan langsung ke kamar mandi.Selesai cuci kaki, tangan, dan ganti baju terus rebah di ranjangnya. Dalam hitungan detik, Dikri terlelap karena kecapekan.Bu Ira tidak langsung tidur. Dia ke belakang untuk berwudhu dan menunaikan salat mutlaq. Setiap bermunajat dalam keheningan malam, ia merasa sangat tenang. Baginya sekarang, tidak ada yang lebih menentramkan kecuali beribadah.***L***"Mama, dikasih oleh-oleh apa sama papa?" tanya Dikri pagi itu ketika mereka tengah sarapan. Dia memang tidak me

DMCA.com Protection Status