Share

144. Semua Pergi 2

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Anak-anak masuk dan mencium tangan kedua orang tuanya. Vanya mencomot satu udang krispi lalu di cocolkan ke saus sambal. "Enak, Bun," pujinya sambil mengunyah.

"Besok pagi aku bawain bekal udang krispi aja, Bun," lanjutnya.

"Kamu dapat jatah makan siang di sekolah kan, Kak," ujar Bram.

"Iya, Pa. Tapi kan boleh juga bawa lauk dari rumah."

"Oke. Besok pagi Bunda bikinkan udang krispi."

"Makasih, Bun." Vanya berlalu menaiki tangga.

"Aku juga mau, Bun." Sony ikut nimbrung .

"Oke, Sayang."

"Makasih ya, Bun." Sony mengambil lagi satu udang kemudian beranjak ke depan televisi, karena tidak ingin ketinggalan film kartun kesukaannya.

Kemudian Puspa membawa sepiring ubi rebus, Bram membawa minumnya dan mereka naik ke kamar dan duduk di balkon. Menikmati gerimis yang masih turun dan menguarkan hawa dingin.

"Mas sebenarnya khawatir denganmu tadi. Tapi mas lega setelah melihatmu ceria." Bram bicara sambil makan ubi ungu yang dipanen Mak Sri di kebun belakang gudang.

"Nggak ada alasan aku nggak ba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
sippp 🫶🏻🫶🏻🫶🏻🫶🏻
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
tutup buku masa lalu.. buka lembaran baru penuh kebahagiaan..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   145. Semua Pergi 3

    "Mereka bisa bertahan dengan membuka komunikasi dua arah dengan baik. Toh mereka sudah menjalani pernikahan selama sembilan tahun. Berteman dan pacaran saja sudah bertahun-tahun juga. Kalau kamu diajak ngobrol sama kakakmu, tolong sarankan supaya mereka berdua mengikuti konseling pernikahan. Dengan bantuan profesional, mereka bisa menyelamatkan pernikahan. Sebab tidak semua permasalahan rumah tangga, harus diselesaikan dengan perceraian, Puspa. Apalagi permasalahan ini, bukan karena perselingkuhan. "Mas juga marah, saat ayah dicurigai Irwan tentang dana kampanye. Namun masih bisa dibicarakan kalau Irwan ada itikad baik untuk meminta maaf dan berubah. Sekalipun ayah sangat keras, tapi beliau orang tua yang bijaksana.""Iya, kalau nanti Mbak Indah ngajak ngobrol, aku bilang gitu, Mas.""Itu hanya saran. Kita tidak tahu pasti apa yang terjadi dalam rumah tangga mereka.""Hu um. Makasih banyak, Mas.""Sudah berapa kali kamu bilang terima kasih?""Aku belajar darimu, kan? Mas, selalu bila

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   146. Hadiah Anniversary 1

    PERNIKAHAN - Hadiah Anniversary "Makasih banyak sudah bantuin saya tadi. Mas, mau pulang ke mana?" Dikri menyalami Rayyan."Ke Kediri, Mas. Saya asli Surabaya tapi saya kerja di Kediri. Mas, mau ke mana?""Rumah saya di Nganjuk sini saja. Berapa nomor ponselnya, kalau saya ke Kediri saya hubungi dan kita bisa ketemuan." Dikri mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Mencatat nomer yang disebutkan oleh Rayyan."Kapan-kapan kita ketemu, Mas," ujar Dikri.Rayyan tersenyum kemudian pamitan. "Saya pergi dulu ya, Mas."Dikri mengangguk. Mereka masuk mobil masing-masing dan akhirnya berpisah di pertigaan. Rayyan belok ke kiri, jalan ke arah Kediri. Sementara Dikri mengambil jalan lurus untuk mampir ke rumah pengacara papanya. Ingin rasanya tidak peduli lagi pada sang papa, tapi hati kecilnya pun tak tega. Seburuk apapun Pak Maksum adalah papanya. Orang yang pernah mendekapnya dengan kasih sayang, entah setulus apa cinta itu untuknya. Dia juga seorang papa yang membiayai hidupnya selama in

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   147. Hadiah Anniversary 2

    "Saya mengerti. Bagaimana kalau saya menemui Pak Hendra, Pak. Walaupun mungkin akan sia-sia, tapi setidaknya saya sudah berusaha.""Oke. Saya salut sama Anda, Mas Dikri. Dalam keadaan sudah hancur begini, masih berpikir keras untuk memulihkan keadaan."Dikri tersenyum tipis. Mungkin dengan cara seperti ini, dia bisa menebus kesalahannya. Tetap berbakti sebagai anak, terlepas dari sifat egois kedua orang tuanya.***L***Sabtu jam sepuluh pagi, Dikri sudah sampai di alamat yang diberikan oleh Pak Ali tadi malam. Dikri sadar, mungkin ini kesempatan terakhirnya untuk mencoba berbicara dari hati ke hati dengan suami dari wanita yang menjadi selingkuhan sang papa. Dengan tekad yang kuat, ia melangkah ke rumah besar dan megah yang kini seolah menjadi simbol kehancuran sebuah keluarga.Setelah bicara dengan ART yang menemuinya, tidak lama kemudian muncul seorang laki-laki pendek berperut buncit. Wajahnya menunjukkan ketegasan dan kemarahan yang belum reda. Mata mereka bertemu."Punya keberan

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   148. Hadiah Anniversary 3

    "MasyaAllah, terima kasih, Ma." Bram merangkul mamanya. Ganti Puspa pula yang memeluk sang mertua. Mendapatkan mertua yang baik, merupakan rezeki yang tiada terkira. "Kami berangkat dulu ya, Ma. Titip anak-anak.""Hati-hati ya kalian. Jangan khawatirkan anak-anak di rumah.""Makasih, Ma," jawab Puspa.Bu Dewi memperhatikan anak dan menantunya melangkah pergi. Baru kembali fokus pada tanaman bunganya setelah mobil Bram berderu meninggalkan rumah.Perjalanan ini sangat panjang. Sebab Bram menepati janjinya untuk membawa Puspa ke pantai. Pilihannya adalah Pantai Balekambang yang berada di pesisir Malang Selatan. 4 jam 15 menit melewati tiga kota. Bram berhenti dua kali untuk istirahat.Sekarang mereka sudah memasuki sebuah hotel yang akan menjadi tempat menginap untuk tiga hari dua malam.Puspa langsung melepaskan jilbab, membersihkan diri, salat zhuhur, baru kemudian berbaring di ranjang."Capek?" Bram mendekat."Hmm, jauh juga ya, Mas?""Lumayan.""Kamu tampak tegang di perjalanan tadi

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   149. Gila-gilaan 1

    PERNIKAHAN - Gila-gilaan Bram terharu sekaligus bahagia. Sebelumnya ia berharap, setelah bulan madu kali ini, bulan depan Puspa kembali hamil. Karena setelah stop memakai kontrasepsi, baru kali ini Bram punya kesempatan mengajak istrinya staycation. Tapi ternyata dia mendapatkan kejutan lebih cepat dari perkiraannya. Sebagai hadiah pernikahan yang sangat istimewa."Sayang, kapan kamu tahu kalau sedang hamil?""Setelah stop nggak ke bidan untuk suntik kontrasepsi, aku mulai merhatiin siklus haidku. Di tanggal yang seharusnya menstruasi, ternyata aku tidak mendapatkannya. Tiap jam delapan pagi, aku ngantuk berat persis seperti kehamilan kedua. "Tapi kubiarkan saja sampai lewat seminggu. Habis itu aku langsung periksa ke dokter pas Mas pergi sehari ke Surabaya. Ternyata hasilnya positif dan janinnya sehat." Binar mata Puspa terlihat sangat bahagia ketika bercerita."Kenapa tidak langsung memberitahu mas?" "Karena aku ingat kalau hari ini anniversary pertama kita. Jadi ingin kujadika

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   150. Gila-gilaan 2

    Bram yang biasa langsung tertidur beberapa saat setelah pillow talk dengan sang istri, kali ini masih terjaga. Sebentar lagi dia akan menjadi ayah tiga anak. Mungkin juga beberapa tahun ke depan, menjadi ayah dari empat atau lima anak. Membayangkan itu dia sudah sangat bahagia. Rumahnya pasti ramai. Tapi saat itu Vanya sudah kuliah dan Sony sekolah menengah. Dia masih punya 'mainan baru' yang menghidupkan suasana di rumah disaat anak-anak yang sudah besar sibuk belajar. "Kamu nggak nikah lagi aja to, Le?" tanya seorang kerabat disaat Bram masih sendiri setelah tiga tahun Sandra meninggal."Belum, Bulek.""Saya belum kepikiran untuk menikah dalam waktu dekat ini.""Saya masih fokus ke anak-anak."Begitu jawaban Bram tiap kali ada yang bertanya. Sudah pasti mereka pada heran. Itu hal yang wajar, karena sebagai seorang laki-laki normal pasti butuh pendamping. Apalagi dia pria yang paket lengkap. Tidak hanya tampan dan kaya, tapi shaleh.Namun apa mereka tahu, kalau orang berpengalaman

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   151. Gila-gilaan 3

    "Sampai kapan kita begini, In?""Sampai kita merasa harus kembali atau lebih baik berpisah, Mas.""Kamu belum bisa memaafkanku?""Sudah kumaafkan.""Lalu tunggu apa lagi?""Kita cari waktu untuk fokus bicara berdua saja. Kasihan kalau Naina sampai mendengarnya."Akhirnya tidak ada kesepakatan lagi. Mereka pulang ke rumah yang berbeda. Indah juga mempertimbangkan tawaran pekerjaan dari seorang rekannya. Ini yang membuat Irwan galau. Naina pun sudah mulai terbiasa dengan keadaan sekarang ini. Dia enjoy dan bahagia. Apalagi di desa sana, memiliki banyak teman yang sebaya. Kalau tinggal di perumahan, Naina tidak mempunyai teman. Berkumpul dengan teman-temannya pas sekolah atau mengaji di TPQ."Kalau istrimu nggak juga mau berdamai, untuk apa kamu bertahan. Jika ingin pisah, ya kabulkan saja. Ribet." Papanya marah tadi sore.Tapi sang mama yang selalu memberinya semangat dan masukkan untuk terus bertahan."Jangan dengerin papamu. Kamu sadar kan kalau kamu yang salah. Kamu itu egois. Dengan

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   152. Menjemput Asa 1

    PERNIKAHAN- Menjemput Asa Kembali ke meja makan, tidak ada yang bertanya pada Bram. Bagi mereka, urusan dengan Dahlan pasti masalah pekerjaan.Ngobrol dilanjutkan tentang calon anggota keluarga baru. Sony sudah tidak sabar untuk menunggu adiknya lahir. Anak itu memang suka sekali adik bayi. Kalau bermain ke rumah teman-temannya, tak segan dia mengajak bermain atau menggendong adik dari temannya."Untuk sementara, Puspa nggak usah ngelakuin pekerjaan apapun. Banyakin istirahat sampai trimester pertama terlewati. Ingat pengalaman kemarin. Jangan sampai terjadi sesuatu lagi." Bu Dewi menasehati."Ya, Ma."Selesai makan, anak-anak langsung ke ruang depan karena sebentar lagi guru les mereka datang. Bu Dewi kembali ke rumah. Puspa duduk di ruang santai sambil membuka laptop. Mencari artikel parenting, new mom, dan berbagai artikel tentang kehamilan. Sementara Bram pamitan untuk keluar sebentar. Dia menemui sang mama di rumahnya."Ada apa?" Bu Dewi menghampiri Bram yang duduk di joglo.

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   197. Nikah Yuk! 1

    PERNIKAHAN - Nikah, yuk!Dikri memperhatikan seorang perempuan yang memakai setelan kantoran warna abu-abu berdiri di seberang jalan. Segera disusulnya Maya untuk diseberangkan. Karena lalu lintas sangat ramai."Kamu istirahat sampai jam berapa?" tanya Dikri saat mereka berjalan beriringan masuk ke rumah makan."Jam satu lebih tiga puluh lima menit. Tapi aku harus salat zhuhur juga."Mereka duduk dan langsung memesan makanan. "Kamu biasa makan siang di sini?" tanya Dikri."Nggak. Biasanya aku bawa bekal atau makan di kantin. Kebetulan hari ini aku nggak bawa karena tadi aku dan mama bangun kesiangan. Siang ini pas banget dapat traktiran." Maya terkekeh. Dia terlihat ceria daripada saat bertemu Dikri beberapa waktu yang lalu. "Oh ya, tadi kamu bertemu klien di mana?""Di Kertosono.""Setelah ini nanti langsung kembali ke kantor?""Iya. Kamu pulang jam berapa?""Jam empat. Kalau banyak kerjaan, kadang jam tujuh malam baru nyampe rumah.""Makan dulu, May." Dikri mempersilakan saat pra

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   196. Teman Lama 3

    Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Maya memandangi suasana alun-alun yang selalu ramai di Minggu pagi.Meski mereka sudah berbincang-bincang, tapi Dikri tidak memberitahu bahwa ia pernah melihat mantan suami Maya bersama wanita lain di dalam mobil."Oh ya, kamu belum punya anak?""Pernikahanku sebenarnya dibilang baik-baik saja hanya dua bulan, Dik. Selebihnya kami pisah rumah hingga bercerai. Dia sudah membawa wanita lain ke rumah semenjak ketahuan selingkuh. Mungkin ini balasanku karena ninggalin kamu disaat sedang butuh dukungan.""Nggak, May. Jangan punya pikiran seperti itu. Anggap semuanya takdir." Dikri tidak ingin Maya punya pikiran demikian, karena dirinya juga bukan tunangan yang baik. "Nomer teleponmu masih sama?""Aku sudah ganti nomer semenjak menikah.""Boleh minta?""Iya."Keduanya menyimpan nomer masing-masing. Dilanjut berbincang hingga hari beranjak siang. "Sudah siang, aku mau pulang dulu, Dik. Kapan-kapan ketemuan lagi.""Kamu naik apa?"

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   195. Teman Lama 2

    Maya diam sejenak. Ada jeda yang panjang, Maya tidak tahu harus mulai dari mana. Wajah Maya tertunduk. Sejujurnya, sejak ia bercerai, ia kerap membayangkan jika takdir membawanya bertemu Dikri lagi. Namun itu sungguh tidak tahu diri. Dia yang tega memutuskan pertunangan mereka disaat Dikri sedang terpuruk."Dikri, aku …" Maya menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Banyak hal yang terjadi dalam hidupku setelah kita ....""Setelah kamu menikah?" potong Dikri seolah tidak ada beban. Dia sudah melupakan dan tidak pernah dendam pada Maya setelah ditinggalkan.Maya mengangguk, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuknya. "Iya. Pernikahan itu nggak seperti yang kubayangkan. Setelah beberapa bulan, suamiku mulai berubah. Dia kasar, dan ternyata dia juga selingkuh. Aku malu cerita seperti ini sama kamu. Aku merasa sangat bersalah telah meninggalkanmu di saat-saat sulit demi menuruti keinginan orang tuaku."Kami memutuskan hubungan pertunangan waktu itu juga

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   194. Teman Lama 1

    PERNIKAHAN- Teman Lama"Kamu pakai baju seperti itu?" seloroh Bu Ira saat melihat Dikri keluar kamar hanya memakai kaus dan celana pendek."Iya, Ma. Memangnya kenapa?"Bu Ira tampak termangu sejenak. Kalau sang anak memakai baju seperti itu, berarti dia tidak sedang janjian sama cewek. "Oh, nggak apa-apa. Hati-hati di jalan. Kamu mau ketemuan sama temanmu di mana?""Di car free day, Ma.""Jam segini car free day sudah buyar, Dik." Bu Ira memandang jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan."Kami cuman mau ngopi sama ngobrol. Siapa tahu ada prospek bisnis yang bisa kujadikan sampingan.""Ya sudah.""Aku pergi dulu, Ma. Motornya kubawa. Assalamu'alaikum.""Iya, hati-hati. Wa'alaikumsalam," jawab Bu Ira seraya membereskan meja makan. Kecewa. Ternyata belum ada tanda-tanda Dikri dekat dengan perempuan.Motor Dikri melaju pelan di jalan desa pinggir sawah. Sinar matahari semakin terang, membuat embun di dedaunan perlahan-lahan menguap dan menghilang. Namun, kesejukan pagi masih

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   193. Masih Normal 3

    "Semoga kamu selalu sehat sampai lahiran. Mbak ikut bahagia, Pus." Netra Indah berkaca-kaca. "Aamiin." Puspa merangkul sang kakak. Sekali pun sudah ikhlas menerima kondisinya, tapi dalam hati Indah, pasti berharap bisa hamil lagi. Untung ada Denny yang sangat menghiburnya.Dalam kesempatan itu, mereka foto bersama-sama dengan seluruh keluarga. Bram menggendong A'im seraya memeluk pinggang sang istri. Di samping kiri dan kanan berdiri Vanya, Sony, orang tua mereka dan kerabat yang lain. Angin yang semilir dan bulan purnama di angkasa sana, seolah menjadi saksi kebagian Bram dan keluarganya.***L***"Siapa yang ngasih lapis Surabaya ini, Ma?" tanya Dikri yang baru keluar dari kamarnya. Mencomot satu potong kue dan memakannya. Biasa kalau libur kerja, habis salat subuh kembali tidur dan bangun sekitar jam delapan pagi."Jiya yang ngasih. Semalam baru datang. Tadi Rayyan juga mencarimu ke sini. Mama bilang kalau kamu belum bangun.""Dia masih di sini?" Bram melihat ke luar lewat pintu.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   192. Masih Normal 2

    Rayyan mengangguk. "Jiya juga asli sini, Mas. Cuman kerjanya di Kediri. Kantornya bersebelahan dengan kantor saya." Rayyan mengulas sedikit kedekatan mereka, juga menyebutkan tempat tinggal Najiya. Bram yang asli kota angin, tahu desa tempat tinggal gadis itu.Pesanan mereka datang dan langsung makan sambil berbincang. Puspa lega, Rayyan sudah menemukan tambatan hatinya. Tidak terbelenggu lagi oleh kisah mereka yang tidak pernah kesampaian.Puspa menghindari bertemu pandang dengan lelaki itu. Karena binarnya masih terlihat ada cinta untuknya. Bram bisa membawa keadaan menjadi sangat nyaman dan hangat. Dia bertanya, juga menceritakan tentang kondisi perekonomian sekarang ini. Berbagi pendapat dengan Rayyan. Bram yang disangkanya kaku oleh Rayyan, bisa seramah itu dan cukup enak diajak berbincang.Tentu saja. Sebab Bram seorang wirausaha yang sering berhadapan dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Tentang cemburu, bukan tidak ada lagi rasa itu. Namun dia tahu bagaimana cara menge

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   191. Masih Normal 1

    PERNIKAHAN- Masih Normal "Kenapa Mbak Santi itu nggak pernah bersikap ramah sedikit saja sama aku ya, Mas?" Puspa penasaran. Saat itu mereka sudah di perjalanan."Kamu kepikiran tentang hal itu?" "Nggak, sih. Heran saja.""Nggak usah heran. Memang ada orang yang seperti itu. Sudah tabiatnya. Jika nasehat manusia tidak bisa menyadarkannya, biar Allah saja yang menegur dengan cara-Nya."Puspa merinding mendengar ucapan suaminya. Pak Maksum, istrinya, dan Dikri saja bisa menyadari kesalahannya dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Kenapa Santi yang tidak separah mereka, tidak juga mau berubah.Mungkin dia menganggap sikapnya itu hal yang wajar. Jadi tidak pernah merasa keliru. Kalau terlalu fatal seperti keluarga Pak Maksum, sangat kentara dan akhirnya membuat mereka bisa instrospeksi diri.Bram pun sudah tidak mempermasalahkan keluarga mertuanya hendak seperti apa. Bukan urusannya lagi, selagi mereka tidak menghasut Vanya dan Sony. Anak-anak pun sekarang sudah mengerti, mana

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   190. Kebesaran Hati 3

    "Nggak apa-apa, Pa. Aku sudah bisa menerima semuanya. Setahun ini, aku merasa hidupku jauh lebih tenang. Aku sekarang lebih fokus ke Dikri, memastikan dia segera menikah. Usianya sudah tiga puluh satu tahun.""Papa juga mengingatkan Dikri untuk segera berumahtangga."Kembali keheningan menerpa. Dikri yang diam-diam menajamkan pendengaran dari balik pintu kamar, cukup geram. Kedua orang tuanya masih juga berbelit-belit seperti anak muda."Kalau Papa ingin menikah lagi, monggo. Di usia tua, perlu juga pendamping hidup supaya ada teman. Tapi selesaikan dulu urusan di antara kita." Bu Ira bicara dengan pembawaan yang kalem. Tidak ada amarah dan emosi seperti dulu.Pak Maksum menghela nafas panjang. "Apa papa sudah nggak diberikan kesempatan lagi untuk kembali bersama kalian, Ma? Papa tahu terlalu sering menyakiti. Namun papa sudah menyadari kesalahan itu."Papa ingin menghabiskan masa tua dengan keluarga kita. Biar Dikri tenang dan bisa memikirkan untuk masa depannya."Bu Ira memandang l

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   189. Kebesaran Hati 2

    Ponsel Bram di atas meja kecil berdering. Puspa melihat siapa yang menelepon. "Mas, ada telepon dari Bu Harso.""Angkat saja.""Halo, Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam." Bukan suara Bu Harso, tapi suaranya Santi."Ada apa, Mbak?""Aku mau bicara sama Mas Bram.""Mas Bram lagi sibuk, Mbak. Ada pesan apa nanti saya sampaikan.""Sebentar saja. Bisa nggak?" Wanita di seberang memaksa."Nggak bisa diganggu Mas Bram-nya, Mbak. Jangan khawatir, nanti pasti saya sampaikan." Puspa jadi geram. Memangnya mau bicara apa. Bram pun sudah memberitahu Santi atau Bu Harso, kalau ada urusan yang mungkin perlu disampaikan ke Vanya dan Sony, bisa bicara langsung pada Puspa. Tapi wanita itu sepertinya tidak percaya padanya."Besok malam, ada acara arisan keluarga di rumah mama. Vanya dan Sony disuruh datang atau biar aku yang jemput mereka.""Oke. Nanti aku kasih tahu ke Mas Bram."Panggilan langsung ditutup begitu saja tanpa mengucapkan salam. Bram mendekat sambil mengendong A'im. "Ada apa?""Mbak Sant

DMCA.com Protection Status