Klarisa mendekati ruangan yang didesain memiliki ukiran indah ala ketimuran. Terlihatlah Daffa sedang berdzikir di sana. "Kak...." Ragu-ragu Klarisa memanggilnya. Daffa menengok perlahan. "Sayang... bangun?" "Aku pikir Kakak ke mana." Daffa tersenyum simpul, "lagi kangen sama Allah. Tidur saja l
Permintaan Gila Kakakku 61 Sore hari, kendaraan yang Daffa janjikan sudah menepi di depan rumah. Mobil mewah itu terlihat cantik dan sangat nyaman. Cocok untuk Klarisa dan Arsyla bepergian. “Jadi aku gak boleh nyetir sendiri nih?” tanya Klarisa setelah memeriksa kursi bagian penumpang. “Tugasmu c
Permintaan Gila Kakakku 62 Malam hari di salah satu taman kota, lampu-lampu hias berkerlapan di sepanjang jalanan berpaving juga pohon-pohon; air pada danau kecil memantulkan pemandangan langit malam yang dihiasi taburan bintang dan rembulan yang bersinar pucat. Seorang lelaki gagah berdiri di tep
Permintaan Gila Kakakku 63 Malam, bada Isya, motor menepi di kediaman Hanny. Sebuah rumah yang cukup besar dengan halaman luas. Cat putih kekuningan. Beberapa laron dan cecak memutari lampu-lampu yang menyala terang. Hanny memimpin jalan. Wanita itu langsung memencet bell. "Bunda...." Perempuan b
"Pergi kau anak muda! Sebelum kulaporkan sekuriti kompleks ini." "Ayah ...." Hanny meronta. Dengan lemas, Mandala berdiri. "Jangan pergi, Mandala!" "Diam, Hanny!" "Kalau kamu pergi, aku ikut." "Apa yang kau harapkan dari berandalan macam itu?!" Mandala masih menatap wanita yang ingin dinikahi
Permintaan Gila Kakakku 64 "Nodai saja aku, Mandala!" kata Hanny sambil berusaha membuka kancing bajunya secara kasar. Meski bukan pria baik, Mandala tidak sebrengsek itu. Dia punya ibu dan adik wanita, melindungi sudah mengakar dalam diri. Mandala tidak akan merusak wanita dengan cara sehina itu.
Keras kepala. Hanny tersenyum dan kembali mengibaskan rambutnya. “Aku bersyukur ayah memberiku nama Hanny.” “Kenapa?” “Karena kamu memanggil aku sayang setiap waktu.” “Begitukah?” “Hm…” Hanny mengeratkan pelukannya. Menyimpan dagu di pundak Mandala “Kamu tahu? Aku tidak ingin malam ini berlal
Permintaan Gila Kakakku 65 Klarisa mengikuti Sovia. Jam delapan pagi, Sovia meninggalkan rumah. Berhenti di salah satu rumah sakit paling elite. Klarisa meminta orang suruhannya untuk mengikuti dan merekam apa yang Sovia lakukan di dalam sana. Dari layar ponsel, terlihat Sovia memasuki salah satu
“Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama
PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m
“Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,
PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar
“Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan