“Ada apa ma? Kenapa aku harus pulang mendadak begini? Apa ada hal buruk terjadi di rumah?” tanya Reina heran.
“Tidak bukan hal buruk Rein, kamu tidak perlu khawatir. Mama hanya ingin bicara denganmu secara langsung di rumah, tapi kamu bisa pulang kan? Kalau bisa mama akan pesankan tiket untukmu.”
“Bisa ma,” jawab Reina, ia berpikir untuk apa tetap disini jika tidak ada pekerjaan sebaiknya ia pulang saja ke rumahnya.
“Okay okay, mama akan pesan tiket dari Perth menuju Glasglow sekarang. Kau ambil cuti saja dari pekerjaanmu Rein. Mama tutup ya masih banyak kerjaan. Take care Reinn,” ucap mamanya.
"Tunggu ma, sebenarnya aku sudah tidak bekerja lagi mulai hari ini," Reina memotong omongan mamanya.
Untuk beberapa saat tidak ada suara yang masuk dari telfon.
Reina mulai khawatir.
"Baik itu bukan masalah yang penting kau sehat dan bisa ke Glasgow besok."
Telfon sudah ditutup. Suara Mama Grace tampak santai ketika mengetahui Reina sudah tidak bekerja, membuat Reina lega. Namun Reina masih bertanya-tanya. Selama merantau Reina tidak pernah diminta pulang oleh mamanya, mereka terbiasa untuk mengatur jadwalnya masing-masing. Reina telah kehilangan papanya sejak umur 10 tahun, itu yang membuat mamanya bekerja keras untuk bisa menghidupi putri semata wayangnya, namun karirnya yang melejit dengan pesat justru membuatnya tidak memiliki waktu untuk putrinya.
Walaupun pikirannya berkecamuk, Reina tetap mementingkan kebutuhan perut. Membeli makan adalah yang utama sekarang. Reina bergegas keluar pintu apartemen dan menuju lift. Ia harus melewati kamar nomor 22 yang merupakan kamarnya Kyle sebelum tiba di depan lift. Namun kamar nomor 22 tampak sepi.
[Sepertinya tukang servis sudah selesai membereskan kerusakan pipa air] benak Reina kemudian melanjutkan perjalanannya menuju restaurant Tiongkok yang ada di sebelah gedung apartemennya.
“Pesan capcay 1, dimsum 1 porsi dan teh manisnya 1 liter ya Pak,” ucap Reina kepada pemilik resto tersebut.
“Hari ini Nona memesan banyak, apa sedang ada tamu?” tanya Bapak tersenyum sambil mencatat pesanan Reina ke mesin kasir.
“Tidak, aku hanya sedang ingin makan dengan porsi besar,” ucap Reina santai.
“Baik ditunggu ya Nona.”
Reina duduk di kursi tunggu khusus untuk pesanan dibawa pulang, kursi itu mengarah ke jendela luar. Pandangannya menjadi luas. Dia bisa melihat orang yang berlalu lalang di trotoar jalan, bahkan dia juga bisa melihat ke sebrang jalan.
Reina melihat tetangganya, Kyle memasuki mobil sedan hitam. Mobil itu bermerk mahal. “Wah keren juga dia,” gumam Reina.
[Jika dia memiliki kendaraan seperti itu kenapa dia tinggal di apartemen sederhana ya.] Reina mulai berpikir, memang di daerah ini agak sulit untuk menemukan apartemen mewah dan dengan fasilitas nomor satu karena ini merupakan daerah pinggiran kota. Untuk menuju pusat kota butuh waktu sekitar 1 jam. Reina memilih bekerja disini karena ia menginginkan kehidupan yang berbeda dari tempat asalnya.
“Nona pesananmu sudah siap. Pembayaran tunai atau kartu Nona?” ucap pemilik restoran kepada Reina sambil menyerahkan pesanan Reina yang sudah terbungkus rapih dan menggunakan kantong belanja.
“Kartu saja, ini kartunya Pak.”
“Pembayaran berhasil, aku memasukkan 1 porsi nasi di dalamnya barangkali Nona ingin memakan nasi. Terima kasih sudah membeli makan disini,” Bapak itu menyerahkan kartu Reina sambil membungkuk bebarapa kali, setiap Reina datang ke restonya ia selalu gembira karena Reina salah satu pelanggan tetap yang ia miliki.
“Wah terima kasih banyak, terima kasih sekali lagi Pak. Aku akan menikmatinya,” Reina pun ikut membungkuk beberapa kali.
“Akhir-akhir ini nona tampak kurus tidak seperti pertama kali datang kesini, saya jadi khawatir. Makan yang banyak ya,” Bapak itu tersenyum kemudian mempersilahkan Reina untuk pulang, Reina pamit kepada Bapak pemilik restoran dan kembali ke apartemennya.
Ia kembali berjalan kaki menuju apartemennya, menaiki lift dan berjalanan menuju kamarnya namun dia melihat sesuatu menggantung di pintu kamarnya. Sebuah paper bag yang entah apa isinya. Terlihat rapih dan bersih seperti dari toko atau tempat makan. Reina melihat sekelilingnya, memastikan ada orang atau tidak. Barangkali paper bag ini milik seseorang atau seorang kurir yang salah melihat nomor kamar sehingga paper bag ini bisa ada dipintu Reina, karena Reina tidak memesan apapun sebelumnya. Ketika ia melepas paper bag itu dari gagang pintu, ia melihat ada secarik kertas yang jatuh.
Aku sudah memencet bel kamarmu beerkali-kali namun sepertinya kamu sedang keluar, ada kudapan manis untukmu tanda terima kasih karena kamu sudah membantuku.
Ttd. Kyle.
“Dia manis juga,” komentar Reina setelah membaca pesan tersebut kemudian masuk ke dalam kamarnya.
Reina membuka pembungkus makanan yang ia beli kemudian membaginya menjadi dua, untuk disantap saat ini dan sebagian disimpan untuk makan malam. Sisa makanan dan teh manis yang dia beli, ia simpan di kulkas dan penyimpanan makanan kemudian Reina tak lupa untuk menambahkan es batu pada teh manisnya. Dan untuk kudapan, Reina berencana memakannya ketika malam hari.
Sebetulnya Reina masih ingin bersantai disini apabila mamanya tidak menyuruhnya untuk cepat-cepat pulang. Bagaimanapun juga Reina menyukai pemandangan kota ini karena kota ini dekat dengan gunung yang membuat udaranya sejuk dan serta minim polusi karena terletak di pinggir kota. Bedanya kota ini dan kota yang ditinggali Reina semasa kecilnya adalah kota ini masih seperti pedesaan. Tidak ada mall hanya supermarket dan toko-toko biasa.
Walaupun begitu, perekonomian di kota ini maju karena banyaknya perkebunan dan industri yang menjadi sumber pemasukan kota ini. Hal ini mendorong para pengusaha besar untuk membuka usaha di kota ini, karena mereka melihat potensi perkembangan ekonomi yang menjanjikan di masa depan.
Seperti Ma Coffe, perusahaan tempat bekerja Reina dulu yang berpusat di Kota Glasglow, kini telah membuka empat cabang di kota ini. Bahkan saat ini mall besar sedang dibangun dan akan dibuka dalam beberapa bulan lagi, sayangnya Reina sudah tidak tinggal disini.
Makan siang Reina telah habis ia santap dan sekarang saatnya untuk berbenah. Ia menyiapkan wadah besar untuk mengelompokkan barang bawannya. Seperti pakaian, selimut, handuk akan disatukan dalam satu wadah lalu barang elektronik seperti catokan, hairdryer, dan lainnya akan disimpan dalam wadah tebal dan kokoh agar aman sampai rumah. Reina akan mengirim barang-barang besar ini melalui pengiriman express, nanti sore akan ada kurir datang untuk mengambil barang Reina. Sedangkan untuk barang-barang perintilan akan dibawa Reina sendiri menggunakan kereta.
Reina lebih menyukai perjalanan menggunakan kereta, karena ia dapat menikmati pemandangan yang berbeda jika menggunakan transportasi roda empat. Mama Reina yang sudah paham betul mengenai hal tersebut dengan otomatis memesankan tiket kereta untuk Reina di kelas eksekutif setelah Reina menyetujui untuk pulang.
Semua barang Reina telah terbungkus dengan rapih, sejam lagi petugas ekspedisi akan datang. Reina memutuskan untuk membersihkan diri. Ia melepas bajunya daan hanya menggunakan tank-top renda berwarna maroon dan celana pendek berwarna hitam. Ia masuk kedalam kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya.
Petugas ekspedisi datang di waktu yang telah dijanjikan, semua barang sudah dibawa menggunakan mobil dan segera dikirim. Pembayaran dilakukan diawal sehingga jika ada kerusakan ketika barang datang maka Reina bisa mengklaim asuransi kerusakan barang.
Reina memikirkan kegiatan lain yang dapat dilakukannya pada hari terakhir di kota ini. Sepertinya jalan-jalan merupakan ide yang bagus. Cuaca hari ini masih sama seperti siang hari tadi, tidak panas namun tidak mendung, sejuk seperti biasa. Reina memilih outfit simple bergaya casual dengan riasan tipis dan memakai sneakers. Ia juga membawa sligbag klasik bermerk ternama yang limited edition.
Pekerjaan Reina di kota ini memang tidak memiliki gaji yang besar namun cukup untuk Reina. Bahkan tiap bulan ia masih dikirimi uang oleh mamanya karena mamanya tidak ingin Reina bekerja terlalu keras. Sebelumnya Reina pernah bekerja sebagai posisi HRD di sebuah perusahaan besar di kota asalnya, Kota Glasglow, namun ia hanya bertahan selama 6 bulan. Reina keluar karena masalah kesehatan.
Setelah bersiap-siap, ia keluar dari kamar apartemennya dan menuju lift.
Di dalam lift ada seorang pria berumur 40 tahunan yang tidak Reina kenali. Reina menekan tombol turun dan Pria itu menekan tombol menuju basement. Reina keluar terlebih dahulu dan berjalan kaki menyusuri pertokoan yang ada di sepanjang Valerie Street.
Di sini terdapat bermacam-macam toko, ada yang menjual pakaian, make-up, peralatan sekolah, bahan kue, cemilan, bahkan toko bunga pun ada. Selain itu, disini juga pusatnya makanan. Mulai dari makanan berat sampai kudapan, semuanya dijual dengan harga yang relatif murah.
Reina mampir ke beberapa toko baju dan membeli beberapa baju untuknya. Tepat di sebelah toko baju terdapat toko buku tua yang dikelola oleh pria paruh baya. Walaupun begitu toko ini selalu cantik dan terawat. Reina selalu menyempatkan mampir kesini dan membeli beberapa buku untuk membantu kakek melariskan dagangannya.
Tempat terakhir yang dikunjungi adalah kafe yang sangat nyaman dan indah. Reina ingin menikmati kudapan manis dan segelas coklat panas sambil menikmat lampu-lampu malam yang indah.
“Silahkan pesanannya kak,” ucap pelayan yang mengantar pesanan Reina ke mejanya.
“Terima kasih,” balas Reina dengan senyuman.
Reina duduk di kursi yang berada di luar ruangan agar bisa menikmati tiap hembusan angin yang menyapu rambut indahnya. Semakin malam udara akan semakin sejuk, suasana inilah yang disukai Reina. Terlebih lagi ia menikmati malam yang indah ditemani sepiring croissant waffle dengan toping buah strawberry dan tambahan selai coklat.
Selama ia menikmati hidangan tersebut, diam-diam ada sosok pria tampan yang memperhatikannya dari kejauhan.
Reina telah menyiapkan barang yang tersisa untuk dibawa hari ini. Sebelumnya ia telah menghubungi pihak apartemen bahwa unitnya akan segera kosong, pihak apartemen pun datang pagi-pagi untuk mengecek kondisi apartemen Reina. Karena semuanya baik-baik saja, pemilik apartemen mengembalikan uang deposit.Reina memanggil taksi yang lewat dihadapannya namun semuanya telah terisi penumpang. Ia takut telat sampai ke stasiun, disaat keputusasaannya ini ada suara yang memangil dari arah basement.“Reina, kau ingin pergi?” ternyata itu Kyle. Dia datang diwaktu yang tepat.“Aku akan ke stasiun, 40 menit lagi keretaku datang tapi aku tidak mendapatkan taksi.”“Ayo aku antar,” belum selesai bicara namun Kyle sudah sigap mengangkat koper Reina dan memasukkannya kedalam bagasi mobil.Reina terdiam beberapa saat melihat Kyle yang berinisiatif untuk mengantarnya padahal mereka baru saling kenal. Letak stasiun sebenarnya tidak terlalu jauh dari apartemen Reina, namun saat ini adalah jam sibuk, jalanan
Bibi Betty merupakan wanita berumur 40 tahun, ia adalah adik satu-satunya mama Reina. Bibi Betty sudah berkeluarga, suaminya berkerja di perusahaan otomotif terbesar di negaranya. Saat ini suami Bibi Betty yang bernama Erick Watson sedang melakukan pekerjaan di luar kota dan anak mereka berama Michael Watson masih melakukan kegiatan di sekolahnya. “Ngomong-ngomong kamu dan mamamu sudah menyiapkan sesuatu untuk acaramu nanti?” tanya Bibi Betty kepada Reina.“Acara? Acara apa?” tanya Reina kebingungan.“Kau belum tau, sebentar lagi kau akan bertemu dengan laki-laki yang akan melamarmu.”“Hahh, apa maksud bibi? Aku tidak mengerti,” Reina terkejut, ia tidak pernah membicarakan tentang pertunangan dengan mamanya dan dengan siapa ia akan bertunangan sedangkan ia tidak memiliki pasangan saat ini.Bibi Betty pun tak kalah terkejut. Ia pikir Reina sudah mengetahui acara pertunangannya yang akan digelar beberapa hari lagi.“Aku datang,” terdengar suara dari arah pintu depan, suara wanita seper
“Rein... Reina, kau sudah siap?” Mama Grace menghampiri kamar Reina dan mengajaknya untuk segera berangkat. Hari ini Mama Grace dan Reina akan pergi membeli gaun yang dikenakan untuk acara nanti malam.“Rein, mama masuk ke kamar ya,” ucap mama kembali karena tidak mendengar jawaban dari Reina. Klek. Mama Grace membuka pintu kamar Reina dan melihat Reina sedang bercermin.“Ayo Rein nanti kita terlambat,” Reina kembali tidak menjawab. “Rein...?” ucap mama Grace sekali lagi.Tubuh Reina berbalik, Reina berkata “Ma, aku takut,” Mama Grace terkejut mendengarnya.“Takut? Ada apa Rein?” ucap mama lembut.“Mama yakin dengan ini? Bagaimana jika aku tidak bahagia? Bagaimana jika dia meninggalkanku atau menyakitiku?” Reina nyerocos tanpa memberikan kesempatan Mama Grace untuk menjawab.“Mama jamin ia tidak akan melakukan hal buruk itu, mama tahu keluarganya dan mengenalnya dalam waktu yang lama, mendiang papamu juga sama. Mama akan menyerahkan perjanjian pernikahan agar kau bisa menuntutnya ji
“Manager Reina, cepat ke ruangan saya!” ucap Pak Jo, Direktur Ma Coffe kepada Reina yang sedang disibukkan dengan pembuatan laporan keuangan. Semua mata tertuju pada Reina. Tanpa menjawab Reina langsung menuju ruangan Pak Jo. Ketika memasuki ruangan Pak Jo, badan Reina langsung dihamburi kertas laporan penjualan Ma Coffe yang menurun drastis sejak bulan lalu. “Kau sebenarnya bisa kerja tidak? Mengapa 2 cabang Ma Coffe kehilangan banyak pelanggan dan terancam tutup! Apa yang sudah kau lakukan selama ini?” wajah Reina dihujani oleh teriakan Pak Jo. Reina yakin pasti seluruh orang yang ada di kantor akan mendengarnya dan dia menjadi bahan gunjingan semua orang. “Saya sudah melakukan semua yang bisa saya lakukan Pak, tidak bukan hanya bisa namun lebih dari itu. Bahkan saya melakukan pekerjaan yang seharusnya bukan tugas saya. Untuk penjualan menurun hal ini tidak bisa dilimpahkan hanya kepada saya selaku manager namun dengan bagian pemasaran”“Sssttt, saya tidak ingin mendengar alasan y