“Rein... Reina, kau sudah siap?” Mama Grace menghampiri kamar Reina dan mengajaknya untuk segera berangkat. Hari ini Mama Grace dan Reina akan pergi membeli gaun yang dikenakan untuk acara nanti malam.
“Rein, mama masuk ke kamar ya,” ucap mama kembali karena tidak mendengar jawaban dari Reina.
Klek. Mama Grace membuka pintu kamar Reina dan melihat Reina sedang bercermin.
“Ayo Rein nanti kita terlambat,” Reina kembali tidak menjawab.
“Rein...?” ucap mama Grace sekali lagi.
Tubuh Reina berbalik, Reina berkata “Ma, aku takut,” Mama Grace terkejut mendengarnya.
“Takut? Ada apa Rein?” ucap mama lembut.
“Mama yakin dengan ini? Bagaimana jika aku tidak bahagia? Bagaimana jika dia meninggalkanku atau menyakitiku?” Reina nyerocos tanpa memberikan kesempatan Mama Grace untuk menjawab.
“Mama jamin ia tidak akan melakukan hal buruk itu, mama tahu keluarganya dan mengenalnya dalam waktu yang lama, mendiang papamu juga sama. Mama akan menyerahkan perjanjian pernikahan agar kau bisa menuntutnya jika dia melakukan hal buruk termasuk perselingkuhan,” jawab Mama Grace dengan yakin.
Reina masih tidak bersemangat walaupun mamanya telah memberikan kalimat penenang untuknya.
“Percayakan pada mama Rein, kau kan belum pernah bertemu dengannya,” wajah Mama Grace terlihat sangat yakin namun Reina tetap gelisah.
“Baiklah,” jawab Reina lemas.
Reina dan Mama Grace menuju Legancy yaitu toko baju terkenal di kotanya. Milik perancang busana ternama, Madison Adams. Mama Grace telah menghubungi Nona Madison agar dapat menyiapkan baju yang cocok dikenakan oleh Reina pada acara malam ini.
Sesampainya disana, seorang pelayan datang mengantar Reina ke ruangan VVIP untuk menemui Nona Madison yang telah menunggu mereka.
“Selamat datang Nyonya dan Nona Collins, saya senang bertemu dengan kalian. Silahkan duduk,” ucap Nona Madison ramah. Ia sangat anggun dan cantik. Mengenakan blazer dengan pattern kotak-koak kecil berbahan tweed, rambutnya di gerai sangat indah berwarna pirang keemasan.
Reina membandingkan dengan dirinya yang hanya memakai blouse berwarna coklat, rambut diikat kuda dan memakai riasan yang sangat tipis sampai terlihat agak pucat.
Sebelumnya Mama Grace sudah menghubungi Nona Madison untuk melakukan fitting gaun yang akan dikenakan Reina, maka saat ini Nona Madison telah menyiapkan beberapa untuknya.
Reina memilih-milih gaun yang dipanjang dengan berbagai warna dan kesan. Ada yang terkesan anggun, berani dan terkesan mewah. Awalnya Reina memilih baju yang terkesan berani dan agak sedikit terbuka namun mamanya langsung tidak setuju karena tidak cocok untuk Reina dan acara yang akan dilakukan malam nanti.
Setelah lama memilih akhirnya Nona Madison membantu Reina untuk memilih gaun yang ada.
“Bagaimana jika gaun ini? Terkesan manis bukan? Warnanya pink muda namun terdapat kilau dari mutiara putih dan ada brukat dibagian dada,” tanya Nona Madison kepada Reina.
“Hmmm, aku tidak begitu sreg. Tapi aku akan mencobanya,” ucap Reina. Ia pergi ke fitting room ditemani oleh seorang pelayan muda yang cukup kompeten untuk membantu Reina mengenakan gaun.
“Tubuh dan wajah Nona cantik sekali, apakah Nona sedang mempersiapkan sebuah pernikahana?” tanya pelayan itu tiba-tiba.
Reina terkejut dan mukanya langsung merah. Pelayan itu kembali berbicara,
“Maaf Nona jika Nona tidak nyaman tapi saya melihat Nona sangat cantik hari ini seperti sedang mempersiapkan diri untuk pernikahan," ucap pelayan itu menunduk
“Tidak-tidak, tidak apa-apa. Sebenarnya ini hanya untuk sebuah acara biasa bukan pernikahan,” jawab Reina singkat. Namun Reina sedikit terkejut dengan ucapan pelayan itu.
Reina pun keluar dari fitting room dan menujukkan gaunnya kepada Mama Grace dan Madison, mereka berdua setuju. Dengan itu Reina memutuskan untuk mengambil gaun ini. Sebenarnya Reina kebingungan dalam memilih gaun sehingga ia mengikuti saran dari ahlinya yaitu Nona Madison.
***
Akhirnya waktu acarapun tiba. Reina telah berdandan dengan cantik dan rapih menunggu di tempat pertemuan VVIP di Hotel Ador. Kebetulan Hotel Ador adalah hotel bintang dua yang merupakan salah satu bisnis milik orang tua Reina. Jarakya tidak jauh dari rumah Reina, hotel ini berada di pusat kota.
Reina baru saja duduk di ruangan itu namun ia sudah merasa bosan dan sedikit gelisah.
“Ma, aku ke toilet dulu ya,” ucap Reina dibalas anggukan oleh mamanya.
Reina berjalan ke toilet membawa tasnya, ia hendak menambahkan riasannya yang terlihat pucat. Sesampainya di toilet, ia berdiri di cermin besar dan membuka tasnya mencari-cari lipstick yang tersenyembunyi tertutup benda lain ditasnya.
BRAK. Tasnya malah jatuh dan isinya berserakan. Reina segera membereskan kekacauan itu lalu ia menemukan secarik kertas. Sebuah kartu nama yang diberikan oleh Kyle ketika di stasiun.
DRTT DRTT. Ponsel Reina berdering, ada sms dari mamanya, menyuruh dia untuk segera ke ruangan tadi. Reina terburu-buru memakai lipsticknya walaupun begitu hasilnya tetap bagus.
Reina bergegas masuk kedalam ruangan tersebut untungnya ia belum terlambat karena pihak pria belum datang. Tak lama dari itu pihak pria akhirnya datang. Dua orang lelaki memakai jas hitam rapih, yang satu seperti sudah berumur 50 tahunan dan yang satunya lagi berumur hampir 30 tahunan.
Ketika mereka masuk, Reian begitu terkejut karena pria yang datang salah satunya Reina kenali.
“Kyle?” ucap Reina “ini Kyle kan?” ucapnya lagi.
Pria tersebut sama terkejutnya dengan Reina, dia berkata “Reina, sedang apa disini?”
Mama Grace dan Paman Ben yang merupakan pamannya Kyle juga terkejut, “loh kalian saling mengenal?” ucap Mama Grace terkejut.
“Manager Reina, cepat ke ruangan saya!” ucap Pak Jo, Direktur Ma Coffe kepada Reina yang sedang disibukkan dengan pembuatan laporan keuangan. Semua mata tertuju pada Reina. Tanpa menjawab Reina langsung menuju ruangan Pak Jo. Ketika memasuki ruangan Pak Jo, badan Reina langsung dihamburi kertas laporan penjualan Ma Coffe yang menurun drastis sejak bulan lalu. “Kau sebenarnya bisa kerja tidak? Mengapa 2 cabang Ma Coffe kehilangan banyak pelanggan dan terancam tutup! Apa yang sudah kau lakukan selama ini?” wajah Reina dihujani oleh teriakan Pak Jo. Reina yakin pasti seluruh orang yang ada di kantor akan mendengarnya dan dia menjadi bahan gunjingan semua orang. “Saya sudah melakukan semua yang bisa saya lakukan Pak, tidak bukan hanya bisa namun lebih dari itu. Bahkan saya melakukan pekerjaan yang seharusnya bukan tugas saya. Untuk penjualan menurun hal ini tidak bisa dilimpahkan hanya kepada saya selaku manager namun dengan bagian pemasaran”“Sssttt, saya tidak ingin mendengar alasan y
“Ada apa ma? Kenapa aku harus pulang mendadak begini? Apa ada hal buruk terjadi di rumah?” tanya Reina heran.“Tidak bukan hal buruk Rein, kamu tidak perlu khawatir. Mama hanya ingin bicara denganmu secara langsung di rumah, tapi kamu bisa pulang kan? Kalau bisa mama akan pesankan tiket untukmu.”“Bisa ma,” jawab Reina, ia berpikir untuk apa tetap disini jika tidak ada pekerjaan sebaiknya ia pulang saja ke rumahnya.“Okay okay, mama akan pesan tiket dari Perth menuju Glasglow sekarang. Kau ambil cuti saja dari pekerjaanmu Rein. Mama tutup ya masih banyak kerjaan. Take care Reinn,” ucap mamanya. "Tunggu ma, sebenarnya aku sudah tidak bekerja lagi mulai hari ini," Reina memotong omongan mamanya. Untuk beberapa saat tidak ada suara yang masuk dari telfon.Reina mulai khawatir. "Baik itu bukan masalah yang penting kau sehat dan bisa ke Glasgow besok."Telfon sudah ditutup. Suara Mama Grace tampak santai ketika mengetahui Reina sudah tidak bekerja, membuat Reina lega. Namun Reina masih
Reina telah menyiapkan barang yang tersisa untuk dibawa hari ini. Sebelumnya ia telah menghubungi pihak apartemen bahwa unitnya akan segera kosong, pihak apartemen pun datang pagi-pagi untuk mengecek kondisi apartemen Reina. Karena semuanya baik-baik saja, pemilik apartemen mengembalikan uang deposit.Reina memanggil taksi yang lewat dihadapannya namun semuanya telah terisi penumpang. Ia takut telat sampai ke stasiun, disaat keputusasaannya ini ada suara yang memangil dari arah basement.“Reina, kau ingin pergi?” ternyata itu Kyle. Dia datang diwaktu yang tepat.“Aku akan ke stasiun, 40 menit lagi keretaku datang tapi aku tidak mendapatkan taksi.”“Ayo aku antar,” belum selesai bicara namun Kyle sudah sigap mengangkat koper Reina dan memasukkannya kedalam bagasi mobil.Reina terdiam beberapa saat melihat Kyle yang berinisiatif untuk mengantarnya padahal mereka baru saling kenal. Letak stasiun sebenarnya tidak terlalu jauh dari apartemen Reina, namun saat ini adalah jam sibuk, jalanan
Bibi Betty merupakan wanita berumur 40 tahun, ia adalah adik satu-satunya mama Reina. Bibi Betty sudah berkeluarga, suaminya berkerja di perusahaan otomotif terbesar di negaranya. Saat ini suami Bibi Betty yang bernama Erick Watson sedang melakukan pekerjaan di luar kota dan anak mereka berama Michael Watson masih melakukan kegiatan di sekolahnya. “Ngomong-ngomong kamu dan mamamu sudah menyiapkan sesuatu untuk acaramu nanti?” tanya Bibi Betty kepada Reina.“Acara? Acara apa?” tanya Reina kebingungan.“Kau belum tau, sebentar lagi kau akan bertemu dengan laki-laki yang akan melamarmu.”“Hahh, apa maksud bibi? Aku tidak mengerti,” Reina terkejut, ia tidak pernah membicarakan tentang pertunangan dengan mamanya dan dengan siapa ia akan bertunangan sedangkan ia tidak memiliki pasangan saat ini.Bibi Betty pun tak kalah terkejut. Ia pikir Reina sudah mengetahui acara pertunangannya yang akan digelar beberapa hari lagi.“Aku datang,” terdengar suara dari arah pintu depan, suara wanita seper