“Ngomong-ngomong kamu dan mamamu sudah menyiapkan sesuatu untuk acaramu nanti?”
“Acara? Acara apa?” tanya Reina kebingungan.
“Kau belum tau, sebentar lagi kau akan bertemu dengan laki-laki yang akan melamarmu.”
“Hahh, apa maksud bibi? Aku tidak mengerti,” Reina tidak pernah membicarakan tentang
pertunangan dengan mamanya dan dengan siapa dia akan bertunangan sedangkan ia tidak memiliki pasangan saat ini.Bibi Betty terkejut sekaligus heran dengan situasi seperti ini. Dia pikir Reina sudah mengetahui acara pertunangannya yang akan digelar beberapa hari lagi.
“Aku datangg,” terdengar suara dari arah pintu depan, suara wanita sepertinya itu mama Reina.
“Ayo kita bicarakan dengan mamamu,” jawab Bibi Betty berusaha menenangkan Reina.
Mama Reina yang bernama Grace datang dan disambut oleh Bibi Betty, kemudian ia menemui Reina di ruang TV.
“Reina kau sehat?” tanya Mama Grace kepada Reina kemudian mencium kening Reina namun Reina
tak membalas sapaan dari mamanya.“Ma tolong jelaskan padaku tentang acara pertunangan yang mama rencanakan diam-diam di
belakangku,” ucap Reina tapa melihat wajah mamanya.Tentu saja Mama Grace terkejut dan terdiam beberapa saat, Reina kembali mengeluarkan suara.
“Mau sampai kapan mama sembunyikan dariku ma?” suara Reina mulai gemetar.
“Reina tenanglah, semua bisa dibicarakan baik-baik," Bibi Betty berusaha menenangkan Reina dengan mengelus-elus bahunya.
“Reina mama akan bicara tapi kamu harus tenang dulu, karena mama punya alasan mengapa mama
seperti ini,” ucap Mama Grace dengan tenang kepada Reina, Reina menurut.“Iya akan kudengarkan,” jawab Reina.
“Rencana ini sudah ada sejak setahun yang lalu, ada seorang teman yang datang kepada mama dan
menanyakan tentangmu. Dia bilang dia memiliki keponakan yang sudah berumur 32 tahun, 2 tahun lebih tua darimu dan berniat untuk memperkenalkannya kepadamu sebagai hal yang serius. Mama tahu ini terlalu mendadak dan mama rasa Reina juga masih belum siap untuk menikah dalam waktu dekat jadi mama abaikan. Tapi mama sudah tidak muda lagi Rein, mama ingin ada yang menjagamu karena mama sudah tidak sekuat dulu. Mama ingin kamu mengikuti permintaan mama saat ini,” Mama Grace menjelaskan dengan lembut berusaha untuk membuat Reina mengerti keadaannya.Reina menyadari bahwa saat ini bukan saatnya untuk egois seperti dulu lagi, dulu mamanya selalu menuruti kemauan Reina termasuk keputusan Reina pindah ke Perth namun sekarang keadannya sudah berbeda, Reina harus lebih memikirkan mamanya.
Reina menghela napas panjang.
“Baik ma, aku mau menghadiri acara tersebut namun aku tidak ingin terburu-buru setidaknya aku mengenalnya baru aku memutuskan untuk menikahinya atau tidak,” jawab Reina dengan berat.
Walaupun hal ini adalah hal yang rumit tapi ia tidak ingin ada ketegangan diantara ia dan mamanya.
Setelah menjalani kehidupan hanya berdua dengan mamanya selama 16 tahun, Reina baru menyadari bahwa saran dan permintaan mamanya yang terbaik untuknya, sayangnya ia jarang mendengarkan ucapan mamanya. Sekarang ia ingin melakukan yang terbaik untuk mamanya.
Obrolan mengenai pertunangan Reina berakhir setelah Michael tiba di rumah. Mereka tidak ingin menganggu waktu istirahat Michael, maka Mama Grace dan Reina memutuskan untuk membicarakan hal ini ketika di rumah.
Malam ini adalah malam Sabtu yang berarti besok Mama Grace tidak perlu pergi bekerja dan Michael tidak perlu ke sekolah sedangkan Bibi Betty masih harus pergi bekerja.
Mereka berempat menghabiskan malam yang santai dengan makan malam bersama. Setelah itu mereka menonton film horor bersama sambil minum bir dan khusus Michael ia minum coklat panas.
Esok paginya, Reina dan mamanya memutuskan untuk pulang ke rumah. Mereka membawa kendaraannya masing-masing. Dari rumah Bibi Betty, Reina langsung menuju rumah namun mamanya mengantar Bibi Betty ke rumah sakit terlebih dahulu.
“Betty menurutmu keputusanku untuk menjodohkan Reina sudah benar? Aku jadi ragu akan hal itu, pakah menjodohkannya dengan seseorang akan membuatnya hidup aman dan bahagia?”
“Memang bagi sebagian orang pernikahan bukan akhir yang bahagia tapi untukku pernikahan adalah hal yang segalanya, kau tahu sendiri bagaimana berantakannya aku sebelum aku menikah dengan Erick dan semuanya membaik setelah aku bersamanya."
***
Di pojok kamar Reina terdapat kotak besar yang berisikan barang-barang lama Reina, sudah lama ia tidak membuka kotak itu. Dia lupa apa saja isi dari kotak itu. Karena penasaran, Reina membukanya.
Bagian pertama ada kertas yang sudah berubah warna menjadi kekuningan ketika dibuka isinya merupakan sticker-sticker kecil yang dulu ia kumpulkan dari ChickCorner (restoran ayam di kotanya yang menjual paket anak). Ia tersenyum mengingat kenangan semasa kecil dia dan orang tuanya sering berkunjung ke restoran itu namun setelah papanya meninggal, dia tidak pernah mengunjungi restoran itu lagi.
Di bawah kertas tersebut ada tumpukan foto yang dibungkus menggunakan plastik ziplock. Reinae pnasaran dengan isinya, ia pun mengeluarkan semua foto yang ada di dalam plastik dan membuka lembar-lembar foto itu. Betapa terkejutnya ia ternyata itu adalah foto kenangan Reina dengan papanya. Di belakang foto terdapat tulisan seperti tempat dan tanggal foto itu diambil.
Reina merasa sedih namun terharu, ia senang dapat menemukan foto ini yang akan ia simpan dengan baik sebagai kenangan bersama papanya. Namun disatu sisi tiba-tiba hatinya menjadi bimbang.
Mengingat tentang perjodohan dia dengan laki-laki yang belum ia kenal.
“Pa, apakah aku bisa bahagia kedepannya jika aku mengambil keputusan untuk menikah?” ucap Reina lirih.
Reina belum pernah berpacaran sebelumnya. Bahkan hanya sekedar berkencan saja Reina tidak pernah.
Setelah kepergian papanya, Reina menjadi anak yang tertutup. Ia jarang berbicara. Butuh waktu yang lama untuk dapat mengobrol kembali dengan mamanya. Ia begitu terpukul, kematian papanya sangat mendadak. Abhakn Reina harus bolak-balik ke psikolog untuk dapat berdamai dengan kepergian papanya.
Mama Grace terkadang menyalahkan dirinya sendiri karena kurang perhatian kepada Reina setelah papanya meninggal. Namun saat itu Mama Grace tak punya pilihan, dia harus mengambil alih bisnis keluarga yang sebelumnya dikelola oleh orang tua Reina.
Hanya Bibi Betty yang dapat menghibur Reina kala itu. Namun Bibi Betty tidak dapat menemaninya setiap saat.
Mama Grace selalu mengusahakan kebahagiaan Reina, Reina pun menyadari hal itu. Semua keputusan yang Reina ambil mamanya selalu mendukungnya.
Bahkan Mama Grace tidak pernah memaksakan suatu hal kepada Reina. Baru kali ini Mama Grace merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuan Reina. Padahal hal ini menyangkut kehidupan Reina selanjutnya.
Reina semakin bertanya-tanya mengapa mamanya melakukan hal itu? Siapa pria yang akan dijodohkan dengan Reina sehingga Mama Grace begitu yakin Reina akan bahagia dengannya.
“Rein... Reina, kau sudah siap?” Mama Grace menghampiri kamar Reina dan mengajaknya untuk segera berangkat.Hari ini Mama Grace dan Reina akan pergi membeli gaun yang dikenakan untuk acara nanti malam.“Rein, mama masuk ke kamar ya,” ucap mama kembali karena tidak mendengar jawaban dari Reina. Klek.Mama Grace membuka pintu kamar Reina dan melihat Reina sedang bercermin.“Ayo Rein nanti kita terlambat,” Reina kembali tidak menjawab. “Rein...?” ucap mama Grace sekali lagi.Tubuh Reina berbalik, Reina berkata “Ma, aku takut,” Mama Grace terkejut mendengarnya.“Takut? Ada apa Rein?” ucap mama lembut.“Mama yakin dengan ini? Bagaimana jika aku tidak bahagia? Bagaimana jika dia meninggalkanku atau menyakitiku?” Reina nyerocos tanpa memberikan kesempatan Mama Grace untuk menjawab.“Mama jamin ia tidak akan melakukan hal buruk itu, mama tahu keluarganya dan mengenalnya dalam waktu yang lama, mendiang papamu juga sama. Mama akan menyerahkan perjanjian pernikahan agar kau bisa menuntutny
“Jadi kalian sudah saling kenal?” tanya Mama Grace kepada Kyle dan Reina.Bukannya menjawab, mereka malah saling melempar pandangan. Membuat Mama Grace dan Paman Ben bingung.“Kalian bertemu dimana?” pertanyaan yang hampir sama kembali keluar namun bukan dari mulut Mama Grace melainkan Paman Ben.“Ehmm, di apartemen,” jawaban Kyle terdengar ragu-ragu yang menimbulkan kesalah pahaman pada Mama Grace.“Apartemen? Kalian sebelumnya sudah kencan?”“Ah tidak tidak, bukan begitu. Kyle ini tetanggaku di apartemenku dulu di kota Perth. Kami baru kenal beberapa hari, tidak ada yang terjadi diantara kita. Tolong jangan salah paham,” ucap Reina panjang lebar. Dia merasa suasana yang sangat canggung seperti pasangan muda mudi yang kepergok menyewa kamar di hotel melati.“Oh begitu, tapi Kyle kenapa kamu menyewa apartemen di Kota Perth?” Paman Ben kembali bertanya namun kali ini pertanyaan hanya ditujukan kepada Kyle.“Hanya urusan pekerjaan.”Suasana menjadi kaku untuk beberapa detik namun Mama G
Setelah pertemuannya dengan Kyle di hari pertunangan mereka, Kyle selalu menghubungi Reina. Menanyakan kabar, mengajak makan bersama atau sekedar berbincang di telfon. Namun tak ada satu pun ajakan Kyle yang diterima Reina. Reina selalu memiliki alasan untuk menolak ajakan Kyle.“Aku ada janji dengan temanku,” “aku sedang tidak enak badan,” “maaf tapi tidak bisa, ada yang harus ku lakukan di rumah,” semua itu alasan yang sering Reina gunakan untuk menolak ajakan Kyle.Jangankan untuk berpergian sekedar berbicara di telfon pun Reina sering menolak.Bukan tanpa alasan namun Reina tidak ingin hubungannya dengan Kyle menjadi dekat. Dia menolak untuk jatuh cinta padanya.Baginya pernikahan bukan untuk semua orang. Menikah bukan tujuan hidup atau rencana hidup yang harus direalisasikan, dia hanya ingin hidup untuk dirinya sendiri.[Kalau tahu akan sejauh ini kenapa tidak ku tolak sejak awal.]DRTTTT DRTTT. Ada pesan singkat di ponsel Reina.DRTT. DRTT. Ponselnya kembali berdering kali ini g
Keringat dingin bercucuran di pelipis Reina, bagaimana pun juga ketahuan berbohong disaat seperti ini tentu peristiwa yang memalukan.Walaupun begitu ia tetap berusaha tenang dan mencari-cari alasan agar tetap terlihat natural.“Oh Kyle apa kabar?”Dengan wajah yang terlihat kikuk dan dipaksakan tersenyum Reina melontarkan pertanyaan basabasi.“Aku tentu baik-baik saja, bagaimana denganmu? Demam mu sudah turun?”“Ya tentu, hari ini aku pergi ke dokter kemudian kemari untuk makan bersama sahabatku, Emma. Emma ini Kyle.”Emma yang sedari tadi hanya diam terkejut ketika Kyle menglurkan tangannya, namun ia lebih terkejut lagi ketika mendengar ucapan Kyle.“Halo Emma, senang bertemu denganmu, Saya Kyle tunangan Reina.”Tak hanya Emma yang terkejut, Reina yang sedang merasa lega karena berhasil mengelabui Kyle pun ikut terkejut. Matanya melotot kaget, tubuh Reina yang lesu tiba-tiba mendongkak tegak dan menatap wajah Kyle yang terlihat tersipu malu setelah memperkenalkan diri kepada Emma.“
“Reina, kau disini ternyata.”Ucapan Kyle sontak membuat kedua wanita itu terkejut.“Eh Kyle, ku kira kau masih rapat,” dengan cepat Reina merapihkan bajunya dan rambutnya yang berantakan.Kyle tersenyum melihat penampilan Reina yang acak-acakan begitu juga dengan penampilan Emma. Mereka tampak seperti anak SMP yang sedang bermain bersama.”Kebetulan selesai lebih cepat, saya lewat sini dan melihat kalian.”“Duduklah disini Kyle,” Emma menawarkan Kyle untuk duduk di meja mereka namun Kyle menolak.“Jika tak menganggu bolehkah saya dan Reina pergi duluan?”Otomatis Reina dan Emma saling melempar tatapan.Reina kebingungan menjawab ucapan Kyle, tentu dia merasa tak enak kepada Emma.“Pergilah, aku juga harus pulang ke rumah. Kau tau Oddy dan Ossy pasti menungguku untuk memberinya makan,” Emma tersenyum cerah mempersilahkan Reina untuk pergi.Emma memang memiliki dua kucing di apartemennya. Ada tempat makan otomatis yang mengeluarkan makanan untuk kedua kucing Emma sehingga Emma tak perl
Kyle telah selesai memarkirkan mobilnya di pakiran UGD dan langsung mendapat protes dari Reina.“Aku hanya mimisan kenapa kau membawaku ke rumah sakit? Dan apa aku tidak salah liat. Di depanku UGD, aku tidak segawat itu Kyle.”Kyle berbalik badan menghadap Reina dan memegang dahi Reina dengan tangan kanannya dan tangan kirinya memegang dahinya sendiri. Dia membandingkan suhu tubuhnya dengan suhu tubuhReina yang jelas berbeda. Dahi Reina lebih panas dibandingkan dahinya.“Reina suhu tubuhmu lebih panas dibanding suhu tubuhku dan sampai saat ini kau masih mimisan, berarti sudah 10 menit mimisan mu tak berhenti. Sebaiknya kita periksakan ke dokter. Wajahmu juga sangat pucat,” Kyle menjelaskan dengan lembut pada Reina.“Tapi aku sungguh baik-baik saja,” Reina tetap tidak mau turun dari mobil untuk menemui dokter. Kyle tersenyum dan kembali menjawab omongan Reina dengan lembut, “biarkan dokter memeriksa tubuhmu dulu ya.”Dengan sabar dan lembut Kyle terus membujuknya. Walau enggan namun
“Kau sudah bangun? Apakah masih terasa pusing?”Dengan tatapan cemas Kyle mendekat ke arah Reina yang sudah membuka matanya. Kini rona wajah Reina mulai terpancar. Kondisinya berangsur membaik setelah dia berisitirahat selama lima jam.“Aku baik-baik saja Kyle, sekarang jam berapa? Apakah kau sudah menghubungi ibuku?”“Aku sudah menghubungi Nyonya Grace namun dia masih ada urusan di luar kota dan belum bisa menemuimu, tak apa kan jika aku yang menemanimu disini sampai kau sehat kembali?”Raut wajah Reina ketika berubah kecewa. Bagaimana pun dia ingin mamanya yang menjaganya ketika sakit.Dia belum begitu dekat dengan Kyle, tak ingin merepotkan dan menjadi beban untuk Kyle.Namun saat Reina menatap wajah Kyle, seketika pikirannya berubah. Pria dihadapannya ini adalah pria yang tulus menjaganya, dia rela mengorbankan waktu istirahatnya untuk menjaga Reina.“Terima kasih Kyle sudah berada di sisi ku. Bagaimana dengan pekerjaanmu?”“Kau tak perlu mengkhawatirkan pekerjaanku, sekarang tuga
“Manager Reina, cepat ke ruangan saya!” ucap Pak Jo, Direktur Ma Coffe kepada Reina yang sedang disibukkan dengan pembuatan laporan keuangan. Semua mata tertuju pada Reina. Tanpa menjawab Reina langsung menuju ruangan Pak Jo. Ketika memasuki ruangan Pak Jo, badan Reina langsung dihamburi kertas laporan penjualan Ma Coffe yang menurun drastis sejak bulan lalu. “Kau sebenarnya bisa kerja tidak? Mengapa 2 cabang Ma Coffe kehilangan banyak pelanggan dan terancam tutup! Apa yang sudah kau lakukan selama ini?” wajah Reina dihujani oleh teriakan Pak Jo. Reina yakin pasti seluruh orang yang ada di kantor akan mendengarnya dan dia menjadi bahan gunjingan semua orang. “Saya sudah melakukan semua yang bisa saya lakukan Pak, tidak bukan hanya bisa namun lebih dari itu. Bahkan saya melakukan pekerjaan yang seharusnya bukan tugas saya. Untuk penjualan menurun hal ini tidak bisa dilimpahkan hanya kepada saya selaku manager namun dengan bagian pemasaran”“Sssttt, saya tidak ingin mendengar alasan y
“Kau sudah bangun? Apakah masih terasa pusing?”Dengan tatapan cemas Kyle mendekat ke arah Reina yang sudah membuka matanya. Kini rona wajah Reina mulai terpancar. Kondisinya berangsur membaik setelah dia berisitirahat selama lima jam.“Aku baik-baik saja Kyle, sekarang jam berapa? Apakah kau sudah menghubungi ibuku?”“Aku sudah menghubungi Nyonya Grace namun dia masih ada urusan di luar kota dan belum bisa menemuimu, tak apa kan jika aku yang menemanimu disini sampai kau sehat kembali?”Raut wajah Reina ketika berubah kecewa. Bagaimana pun dia ingin mamanya yang menjaganya ketika sakit.Dia belum begitu dekat dengan Kyle, tak ingin merepotkan dan menjadi beban untuk Kyle.Namun saat Reina menatap wajah Kyle, seketika pikirannya berubah. Pria dihadapannya ini adalah pria yang tulus menjaganya, dia rela mengorbankan waktu istirahatnya untuk menjaga Reina.“Terima kasih Kyle sudah berada di sisi ku. Bagaimana dengan pekerjaanmu?”“Kau tak perlu mengkhawatirkan pekerjaanku, sekarang tuga
Kyle telah selesai memarkirkan mobilnya di pakiran UGD dan langsung mendapat protes dari Reina.“Aku hanya mimisan kenapa kau membawaku ke rumah sakit? Dan apa aku tidak salah liat. Di depanku UGD, aku tidak segawat itu Kyle.”Kyle berbalik badan menghadap Reina dan memegang dahi Reina dengan tangan kanannya dan tangan kirinya memegang dahinya sendiri. Dia membandingkan suhu tubuhnya dengan suhu tubuhReina yang jelas berbeda. Dahi Reina lebih panas dibandingkan dahinya.“Reina suhu tubuhmu lebih panas dibanding suhu tubuhku dan sampai saat ini kau masih mimisan, berarti sudah 10 menit mimisan mu tak berhenti. Sebaiknya kita periksakan ke dokter. Wajahmu juga sangat pucat,” Kyle menjelaskan dengan lembut pada Reina.“Tapi aku sungguh baik-baik saja,” Reina tetap tidak mau turun dari mobil untuk menemui dokter. Kyle tersenyum dan kembali menjawab omongan Reina dengan lembut, “biarkan dokter memeriksa tubuhmu dulu ya.”Dengan sabar dan lembut Kyle terus membujuknya. Walau enggan namun
“Reina, kau disini ternyata.”Ucapan Kyle sontak membuat kedua wanita itu terkejut.“Eh Kyle, ku kira kau masih rapat,” dengan cepat Reina merapihkan bajunya dan rambutnya yang berantakan.Kyle tersenyum melihat penampilan Reina yang acak-acakan begitu juga dengan penampilan Emma. Mereka tampak seperti anak SMP yang sedang bermain bersama.”Kebetulan selesai lebih cepat, saya lewat sini dan melihat kalian.”“Duduklah disini Kyle,” Emma menawarkan Kyle untuk duduk di meja mereka namun Kyle menolak.“Jika tak menganggu bolehkah saya dan Reina pergi duluan?”Otomatis Reina dan Emma saling melempar tatapan.Reina kebingungan menjawab ucapan Kyle, tentu dia merasa tak enak kepada Emma.“Pergilah, aku juga harus pulang ke rumah. Kau tau Oddy dan Ossy pasti menungguku untuk memberinya makan,” Emma tersenyum cerah mempersilahkan Reina untuk pergi.Emma memang memiliki dua kucing di apartemennya. Ada tempat makan otomatis yang mengeluarkan makanan untuk kedua kucing Emma sehingga Emma tak perl
Keringat dingin bercucuran di pelipis Reina, bagaimana pun juga ketahuan berbohong disaat seperti ini tentu peristiwa yang memalukan.Walaupun begitu ia tetap berusaha tenang dan mencari-cari alasan agar tetap terlihat natural.“Oh Kyle apa kabar?”Dengan wajah yang terlihat kikuk dan dipaksakan tersenyum Reina melontarkan pertanyaan basabasi.“Aku tentu baik-baik saja, bagaimana denganmu? Demam mu sudah turun?”“Ya tentu, hari ini aku pergi ke dokter kemudian kemari untuk makan bersama sahabatku, Emma. Emma ini Kyle.”Emma yang sedari tadi hanya diam terkejut ketika Kyle menglurkan tangannya, namun ia lebih terkejut lagi ketika mendengar ucapan Kyle.“Halo Emma, senang bertemu denganmu, Saya Kyle tunangan Reina.”Tak hanya Emma yang terkejut, Reina yang sedang merasa lega karena berhasil mengelabui Kyle pun ikut terkejut. Matanya melotot kaget, tubuh Reina yang lesu tiba-tiba mendongkak tegak dan menatap wajah Kyle yang terlihat tersipu malu setelah memperkenalkan diri kepada Emma.“
Setelah pertemuannya dengan Kyle di hari pertunangan mereka, Kyle selalu menghubungi Reina. Menanyakan kabar, mengajak makan bersama atau sekedar berbincang di telfon. Namun tak ada satu pun ajakan Kyle yang diterima Reina. Reina selalu memiliki alasan untuk menolak ajakan Kyle.“Aku ada janji dengan temanku,” “aku sedang tidak enak badan,” “maaf tapi tidak bisa, ada yang harus ku lakukan di rumah,” semua itu alasan yang sering Reina gunakan untuk menolak ajakan Kyle.Jangankan untuk berpergian sekedar berbicara di telfon pun Reina sering menolak.Bukan tanpa alasan namun Reina tidak ingin hubungannya dengan Kyle menjadi dekat. Dia menolak untuk jatuh cinta padanya.Baginya pernikahan bukan untuk semua orang. Menikah bukan tujuan hidup atau rencana hidup yang harus direalisasikan, dia hanya ingin hidup untuk dirinya sendiri.[Kalau tahu akan sejauh ini kenapa tidak ku tolak sejak awal.]DRTTTT DRTTT. Ada pesan singkat di ponsel Reina.DRTT. DRTT. Ponselnya kembali berdering kali ini g
“Jadi kalian sudah saling kenal?” tanya Mama Grace kepada Kyle dan Reina.Bukannya menjawab, mereka malah saling melempar pandangan. Membuat Mama Grace dan Paman Ben bingung.“Kalian bertemu dimana?” pertanyaan yang hampir sama kembali keluar namun bukan dari mulut Mama Grace melainkan Paman Ben.“Ehmm, di apartemen,” jawaban Kyle terdengar ragu-ragu yang menimbulkan kesalah pahaman pada Mama Grace.“Apartemen? Kalian sebelumnya sudah kencan?”“Ah tidak tidak, bukan begitu. Kyle ini tetanggaku di apartemenku dulu di kota Perth. Kami baru kenal beberapa hari, tidak ada yang terjadi diantara kita. Tolong jangan salah paham,” ucap Reina panjang lebar. Dia merasa suasana yang sangat canggung seperti pasangan muda mudi yang kepergok menyewa kamar di hotel melati.“Oh begitu, tapi Kyle kenapa kamu menyewa apartemen di Kota Perth?” Paman Ben kembali bertanya namun kali ini pertanyaan hanya ditujukan kepada Kyle.“Hanya urusan pekerjaan.”Suasana menjadi kaku untuk beberapa detik namun Mama G
“Rein... Reina, kau sudah siap?” Mama Grace menghampiri kamar Reina dan mengajaknya untuk segera berangkat.Hari ini Mama Grace dan Reina akan pergi membeli gaun yang dikenakan untuk acara nanti malam.“Rein, mama masuk ke kamar ya,” ucap mama kembali karena tidak mendengar jawaban dari Reina. Klek.Mama Grace membuka pintu kamar Reina dan melihat Reina sedang bercermin.“Ayo Rein nanti kita terlambat,” Reina kembali tidak menjawab. “Rein...?” ucap mama Grace sekali lagi.Tubuh Reina berbalik, Reina berkata “Ma, aku takut,” Mama Grace terkejut mendengarnya.“Takut? Ada apa Rein?” ucap mama lembut.“Mama yakin dengan ini? Bagaimana jika aku tidak bahagia? Bagaimana jika dia meninggalkanku atau menyakitiku?” Reina nyerocos tanpa memberikan kesempatan Mama Grace untuk menjawab.“Mama jamin ia tidak akan melakukan hal buruk itu, mama tahu keluarganya dan mengenalnya dalam waktu yang lama, mendiang papamu juga sama. Mama akan menyerahkan perjanjian pernikahan agar kau bisa menuntutny
“Ngomong-ngomong kamu dan mamamu sudah menyiapkan sesuatu untuk acaramu nanti?” “Acara? Acara apa?” tanya Reina kebingungan.“Kau belum tau, sebentar lagi kau akan bertemu dengan laki-laki yang akan melamarmu.”“Hahh, apa maksud bibi? Aku tidak mengerti,” Reina tidak pernah membicarakan tentang pertunangan dengan mamanya dan dengan siapa dia akan bertunangan sedangkan ia tidak memiliki pasangan saat ini. Bibi Betty terkejut sekaligus heran dengan situasi seperti ini. Dia pikir Reina sudah mengetahui acara pertunangannya yang akan digelar beberapa hari lagi.“Aku datangg,” terdengar suara dari arah pintu depan, suara wanita sepertinya itu mama Reina.“Ayo kita bicarakan dengan mamamu,” jawab Bibi Betty berusaha menenangkan Reina. Mama Reina yang bernama Grace datang dan disambut oleh Bibi Betty, kemudian ia menemui Reina di ruang TV. “Reina kau sehat?” tanya Mama Grace kepada Reina kemudian mencium kening Reina namun Reina tak membalas sapaan dari mamanya.“Ma tolong jelaskan p
Waktu berjalan dengan cepat. Tak terasa hari sudah menjelang waktu sore. Reina berencana untuk menemui bibinya yang bernama Bibi Betty. Bibi Betty tinggal tak jauh dari rumahnya. Reina hanya perlu menyetir selama 20 menit untuk sampai ke rumah Bibi Betty. Dia seorang perawat dan kebetulan shiftnya sudah berakhir jadi Riena dapat mengobrol dan melepas rindu padanya.Awalnya Reina dan Mama Grace berencana untuk makan malam bersama namun mamanya ada keperluan mendadak sehingga rencana itu batal, mamanya berjanji akan menemui Reina di rumah Bibi Betty dan menginap disana.“Bibi Betty, aku akan segera berangkat apakah Bibi ingin menitip sesuatu? Seperti makanan atau lainnya?” tanya Reina di telfon.“Tidak Rein, cukup datang saja semuanya sudah siap.”Reina pun mengeluarkan mobilnya dari garasi dan meluncur menuju rumah Bibi Betty.Sepanjang perjalanan Reina menikmati langit sore yang indah. Langit berwarna orange dan biru namun ada juga bagian langit yang berwarna kemerahan. Reina membuka k