Bibi Betty merupakan wanita berumur 40 tahun, ia adalah adik satu-satunya mama Reina. Bibi Betty sudah berkeluarga, suaminya berkerja di perusahaan otomotif terbesar di negaranya. Saat ini suami Bibi Betty yang bernama Erick Watson sedang melakukan pekerjaan di luar kota dan anak mereka berama Michael Watson masih melakukan kegiatan di sekolahnya.
“Ngomong-ngomong kamu dan mamamu sudah menyiapkan sesuatu untuk acaramu nanti?” tanya Bibi Betty kepada Reina.
“Acara? Acara apa?” tanya Reina kebingungan.
“Kau belum tau, sebentar lagi kau akan bertemu dengan laki-laki yang akan melamarmu.”
“Hahh, apa maksud bibi? Aku tidak mengerti,” Reina terkejut, ia tidak pernah membicarakan tentang pertunangan dengan mamanya dan dengan siapa ia akan bertunangan sedangkan ia tidak memiliki pasangan saat ini.
Bibi Betty pun tak kalah terkejut. Ia pikir Reina sudah mengetahui acara pertunangannya yang akan digelar beberapa hari lagi.
“Aku datang,” terdengar suara dari arah pintu depan, suara wanita sepertinya itu mama Reina.
“Ayo kita bicarakan dengan mamamu,” jawab Bibi Betty berusaha menenangkan Reina.
Mama Reina yang bernama Grace datang dan disambut oleh Bibi Betty, kemudian ia menemui Reina di ruang TV.
“Reina kau sehat?” tanya Mama Grace kepada Reina kemudian mencium kening Reina, Reina masih terdiam, ia masih kebingungan dengan semua ini.
“Ma tolong jelaskan padaku tentang acara pertunangan yang mama rencanakan diam-diam di belakangku,” ucap Reina tapa melihat wajah mamanya. Tentu saja Mama Grace terkejut dan terdiam beberapa saat, Reina kembali mengeluarkan suara.
“Mau sampai kapan mama sembunyikan dariku ma?” ucap Reina dengan suara gemetar.
“Reina tenanglah, semua bisa dibicarakan baik-baik,” ucap Bibi Betty sambil mengenggam tangan Reina.
“Reina mama akan bicara tapi kamu harus tenang dulu, karena mama punya alasan mengapa mama seperti ini,” ucap Mama Grace dengan tenang kepada Reina, Reina mengganguk.
“Iya akan kudengarkan,” jawab Reina.
“Rencana ini sudah ada sejak setahun yang lalu, ada seorang teman yang datang kepada mama dan menanyakan tentangmu. Dia bilang dia memiliki keponakan yang sudah berumur 32 tahun, 2 tahun lebih tua darimu dan berniat untuk memperkenalkannya kepadamu sebagai hal yang serius. Mama tahu ini terlalu mendadak dan mama rasa Reina juga masih belum siap untuk menikah dalam waktu dekat jadi mama abaikan. Tapi mama sudah tidak muda lagi Rein, mama ingin ada yang menjagamu karena mama sudah tidak sekuat dulu. Mama ingin kamu mengikuti permintaan mama saat ini,” Mama Grace menjelaskan dengan lembut berusaha untuk membuat Reina mengerti keadaannya.
Reina menyadari bahwa saat ini bukan saatnya untuk egois seperti dulu lagi, dulu mamanya selalu menuruti kemauan Reina termasuk keputusan Reina pindah ke Perth namun sekarang keadannya sudah berbeda, Reina harus lebih memikirkan mamanya.
Reina menghela napas panjang.
“Baik ma, aku mau menghadiri acara tersebut namun aku tidak ingin terburu-buru setidaknya aku mengenalnya baru aku memutuskan untuk menikahinya atau tidak,” jawab Reina dengan berat.
Walaupun hal ini adalah hal yang rumit tapi ia tidak ingin ada ketegangan diantara ia dan mamanya. Setelah menjalani kehidupan hanya berdua dengan mamanya selama 16 tahun, Reina baru menyadari bahwa saran dan permintaan mamanya yang terbaik untuknya, sayangnya ia jarang mendengarkan ucapan mamanya. Sekarang ia ingin melakukan yang terbaik untuk mamanya.
Obrolan mengenai pertunangan Reina berakhir setelah Michael tiba di rumah. Mereka tidak ingin menganggu waktu istirahat Michael, maka Mama Grace dan Reina memutuskan untuk membicarakan hal ini ketika di rumah.
Malam ini adalah malam Sabtu yang berarti besok Mama Grace tidak perlu pergi bekerja dan Michael tidak perlu ke sekolah sedangkan Bibi Betty masih harus pergi bekerja. Mereka berempat menghabiskan malam yang santai dengan menyantap spaghetti bolognese buatan Bibi Betty. Setelah itu mereka menonton film horor bersama sambil minum bir dan khusus Michael ia minum coklat panas.
Esok paginya sekitar jam 9 pagi, Reina dan mamanya memutuskan untuk pulang ke rumah. Mereka membawa kendaraannya masing-masing. Dari rumah Bibi Betty, Reina langsung menuju rumah namun mamanya mengantar Bibi Betty ke rumah sakit terlebih dahulu.
“Betty menurutmu keputusanku untuk menjodohkan Reina sudah benar? Aku jadi ragu akan hal itu, apakah menikahkannya dengan seseorang akan membuatnya hidup aman dan bahagia?” tanya mama Grace kepada Bibi Betty.
“Memang bagi sebagian orang pernikahan bukan akhir yang bahagia tapi untukku pernikahan adalah hal yang segalanya, kau tahu sendiri bagaimana berantakannya aku sebelum aku menikah dengan Erick dan semuanya membaik setelah aku bersamanya,” jawab Bibi Betty namun Mama Grace sepertinya belum puas dengan jawaban Bibi Betty.
Mama Grace sampai ke rumah setelah mengantar Bibi Betty, Reina sudah tiba di rumah lebih dahulu dari mamanya. Reina pergi ke kamar mandi lalu berbaring di kamarnya, ia tidak mendengar mamanya sudah masuk ke rumah.
***
Di pojok kamar Reina terdapat kotak besar yang berisikan barang-barang lama Reina, sudah lama ia tidak membuka kotak itu. Ia lupa apa saja yang ada di dalam kotak tersebut. Karena penasaran, Reina membukanya. Bagian pertama ada kertas yang sudah berubah warna menjadi kekuningan ketika dibuka isinya merupakan sticker-sticker kecil yang dulu ia kumpulkan dari ChickCorner (restoran ayam di kotanya yang menjual paket anak). Ia tersenyum mengingat kenangan semasa kecil ia dan orang tuanya sering berkunjung ke restoran itu, namun setelah papanya meninggal, ia tidak pernah mengunjungi restoran itu lagi.
Di bawah kertas tersebut ada tumpukan foto yang dibungkus menggunakan plastik ziplock. Reina penasaran dengan isinya, ia pun mengeluarkan semua foto yang ada di dalam plastik dan membuka lembar-lembar foto itu. Betapa terkejutnya ia ternyata itu adalah foto kenangan Reina dengan papanya. Di belakang foto terdapat tulisan seperti tempat dan tanggal foto itu diambil.
Reina merasa sedih namun terharu, ia senang dapat menemukan foto ini yang akan ia simpan dengan baik sebagai kenangan bersama papanya. Namun disatu sisi tiba-tiba hatinya menjadi bimbang. Mengingat tentang perjodohan dia dengan laki-laki yang belum ia kenal.
“Pa, apakah aku bisa bahagia kedepannya jika aku mengambil keputusan untuk menikah?” ucap Reina lirih.
Reina belum pernah berpacaran sebelumnya. Bahkan hanya sekedar berkencan saja Reina tidak pernah.
Setelah kepergian papanya, Reina menjadi anak yang tertutup. Ia jarang berbicara. Butuh waktu yang lama untuk dapat mengobrol kembali dengan mamanya. Ia begitu terpukul, kematian papanya sangat mendadak.
Mamanya telah mengusahakan banyak cara agar Reina dapat terbuka kembali salah satunya dengan membawanya ke psikolog. Walaupun tidak langsung ada perubahan namun berangsur-angsur ada peningkatan.
Mama Grace terkadang menyalahkan dirinya sendiri karena kurang perhatian kepada Reina setelah papanya meninggal. Hal itu karena mamanya harus mengambil alih bisnis keluarga yang sebelumnya dikelola oleh papa dan mama Reina.
Hanya Bibi Betty yang dapat menghibur Reina kala itu. Namun Bibi Betty tidak dapat menemaninya setiap saat karena harus berkuliah di kota lain.
Mama Grace selalu mengusahakan kebahagiaan Reina, Reina pun menyadari hal itu. Semua keputusan yang Reina ambil mamanya selalu mendukungnya. Bahkan Mama Grace tidak pernah memaksakan suatu hal kepada Reina.
Baru kali ini Mama Grace merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuan Reina. Padahal hal ini menyangkut kehidupan Reina selanjutnya.
Reina semakin bertanya-tanya mengapa mamanya melakukan hal itu? Siapa pria yang akan dijodohkan dengan Reina sehingga Mama Grace begitu yakin Reina akan bahagia dengannya.
“Rein... Reina, kau sudah siap?” Mama Grace menghampiri kamar Reina dan mengajaknya untuk segera berangkat. Hari ini Mama Grace dan Reina akan pergi membeli gaun yang dikenakan untuk acara nanti malam.“Rein, mama masuk ke kamar ya,” ucap mama kembali karena tidak mendengar jawaban dari Reina. Klek. Mama Grace membuka pintu kamar Reina dan melihat Reina sedang bercermin.“Ayo Rein nanti kita terlambat,” Reina kembali tidak menjawab. “Rein...?” ucap mama Grace sekali lagi.Tubuh Reina berbalik, Reina berkata “Ma, aku takut,” Mama Grace terkejut mendengarnya.“Takut? Ada apa Rein?” ucap mama lembut.“Mama yakin dengan ini? Bagaimana jika aku tidak bahagia? Bagaimana jika dia meninggalkanku atau menyakitiku?” Reina nyerocos tanpa memberikan kesempatan Mama Grace untuk menjawab.“Mama jamin ia tidak akan melakukan hal buruk itu, mama tahu keluarganya dan mengenalnya dalam waktu yang lama, mendiang papamu juga sama. Mama akan menyerahkan perjanjian pernikahan agar kau bisa menuntutnya ji
“Manager Reina, cepat ke ruangan saya!” ucap Pak Jo, Direktur Ma Coffe kepada Reina yang sedang disibukkan dengan pembuatan laporan keuangan. Semua mata tertuju pada Reina. Tanpa menjawab Reina langsung menuju ruangan Pak Jo. Ketika memasuki ruangan Pak Jo, badan Reina langsung dihamburi kertas laporan penjualan Ma Coffe yang menurun drastis sejak bulan lalu. “Kau sebenarnya bisa kerja tidak? Mengapa 2 cabang Ma Coffe kehilangan banyak pelanggan dan terancam tutup! Apa yang sudah kau lakukan selama ini?” wajah Reina dihujani oleh teriakan Pak Jo. Reina yakin pasti seluruh orang yang ada di kantor akan mendengarnya dan dia menjadi bahan gunjingan semua orang. “Saya sudah melakukan semua yang bisa saya lakukan Pak, tidak bukan hanya bisa namun lebih dari itu. Bahkan saya melakukan pekerjaan yang seharusnya bukan tugas saya. Untuk penjualan menurun hal ini tidak bisa dilimpahkan hanya kepada saya selaku manager namun dengan bagian pemasaran”“Sssttt, saya tidak ingin mendengar alasan y
“Ada apa ma? Kenapa aku harus pulang mendadak begini? Apa ada hal buruk terjadi di rumah?” tanya Reina heran.“Tidak bukan hal buruk Rein, kamu tidak perlu khawatir. Mama hanya ingin bicara denganmu secara langsung di rumah, tapi kamu bisa pulang kan? Kalau bisa mama akan pesankan tiket untukmu.”“Bisa ma,” jawab Reina, ia berpikir untuk apa tetap disini jika tidak ada pekerjaan sebaiknya ia pulang saja ke rumahnya.“Okay okay, mama akan pesan tiket dari Perth menuju Glasglow sekarang. Kau ambil cuti saja dari pekerjaanmu Rein. Mama tutup ya masih banyak kerjaan. Take care Reinn,” ucap mamanya. "Tunggu ma, sebenarnya aku sudah tidak bekerja lagi mulai hari ini," Reina memotong omongan mamanya. Untuk beberapa saat tidak ada suara yang masuk dari telfon.Reina mulai khawatir. "Baik itu bukan masalah yang penting kau sehat dan bisa ke Glasgow besok."Telfon sudah ditutup. Suara Mama Grace tampak santai ketika mengetahui Reina sudah tidak bekerja, membuat Reina lega. Namun Reina masih
Reina telah menyiapkan barang yang tersisa untuk dibawa hari ini. Sebelumnya ia telah menghubungi pihak apartemen bahwa unitnya akan segera kosong, pihak apartemen pun datang pagi-pagi untuk mengecek kondisi apartemen Reina. Karena semuanya baik-baik saja, pemilik apartemen mengembalikan uang deposit.Reina memanggil taksi yang lewat dihadapannya namun semuanya telah terisi penumpang. Ia takut telat sampai ke stasiun, disaat keputusasaannya ini ada suara yang memangil dari arah basement.“Reina, kau ingin pergi?” ternyata itu Kyle. Dia datang diwaktu yang tepat.“Aku akan ke stasiun, 40 menit lagi keretaku datang tapi aku tidak mendapatkan taksi.”“Ayo aku antar,” belum selesai bicara namun Kyle sudah sigap mengangkat koper Reina dan memasukkannya kedalam bagasi mobil.Reina terdiam beberapa saat melihat Kyle yang berinisiatif untuk mengantarnya padahal mereka baru saling kenal. Letak stasiun sebenarnya tidak terlalu jauh dari apartemen Reina, namun saat ini adalah jam sibuk, jalanan