Reina telah menyiapkan barang yang tersisa untuk dibawa hari ini. Sebelumnya ia telah menghubungi pihak apartemen bahwa unitnya akan segera kosong, pihak apartemen pun datang pagi-pagi untuk mengecek kondisi apartemen Reina. Karena semuanya baik-baik saja, pemilik apartemen mengembalikan uang deposit.
Reina memanggil taksi yang lewat dihadapannya namun semuanya telah terisi penumpang. Ia takut telat sampai ke stasiun, disaat keputusasaannya ini ada suara yang memangil dari arah basement.
“Reina, kau ingin pergi?” ternyata itu Kyle. Dia datang diwaktu yang tepat.
“Aku akan ke stasiun, 40 menit lagi keretaku datang tapi aku tidak mendapatkan taksi.”
“Ayo aku antar,” belum selesai bicara namun Kyle sudah sigap mengangkat koper Reina dan memasukkannya kedalam bagasi mobil.
Reina terdiam beberapa saat melihat Kyle yang berinisiatif untuk mengantarnya padahal mereka baru saling kenal.
Letak stasiun sebenarnya tidak terlalu jauh dari apartemen Reina, namun saat ini adalah jam sibuk, jalanan dipadati kendaraan sehingga perjalanan sedikit terhambat. Untungnya Kyle menggunakan aplikasi maps sehingga ia bisa sampai di stasiun tepat waktu melewati jalan pintas.
Sepanjang perjalanan mereka tidak berbincang sedikit pun. Tak terasa mereka sudah sampai di stasiun. Kyle kembali membantu Reina untuk menurunkan kopernya dari dalam bagasi.
“Kyle maaf aku merepotkanmu, terima kasih banyak ya,” ucap Reina tidak enak karena diantar oleh Kyle, orang yang baru ia kenal dalam sehari.
“Sama-sama, kau juga kemarin sudah membantuku. Terima kasih ya.”
“Oh iya kudapan darimu sudah aku makan, rasanya enak terima kasih. Aku masuk ya,” ucap Reina buru-buru.
“Tunggu Reina,” Kyle kembali memanggil Reina, Reina menoleh, wajahnya cerah sekali seperti bintang yang bersinar.
Dalam beberapa detik Kyle terpesona dengan paras Reina, namun ia tetap fokus pada tujuan ia memanggil Reina, “ini kartu namaku, kau bisa menghubungiku kapan saja kau mau,” ya tujuan Kyle adalah tetap terhubung dengan Reina walaupun berjauhan. Reina segera menerima kartu nama tersebut.
“Baik akan kuhubungi ketika aku sampai. Aku pergi,” ucap Reina sambil berlari kecil menuju gerbang peron.
Reina sudah duduk manis diatas kursi kereta ekslusif, sebelumnya ia memakai jasa porter untuk membawakan barangnya karena Reina tidak cukup kuat untuk membawa kopernya itu sampai ke dalam kereta.
Kereta sudah berangkat, Reina duduk santai menikmati pemandangan yang ada sambil mendengarkan musik menggunakan earphone. Ketika menemukan pemandangan bagus dari jendela luar kereta, Reina segera memotretnya menggunakan kamera miliknya. Kamera itu adalah pemberian papanya dulu sebelum papanya pergi meninggalkan semuanya. Sudah hampir 2 dekade berlalu tapi kamera tersebut masih berfungsi dengan baik.
Reina mulai merasakan lapar, ia jadi ingat kalau seharian ini ia belum makan. Akhirnya Reina pergi ke restoran kereta. Ia harus melewati dua gerbong selanjutnya untuk sampai ke restoran.
“Hai ka, saya mau pesan nasi goreng pedas 1, sosis goreng 1, sama es teh manisnya 1 ya,” ucap Reina kepada pelayan.
“Baik kak untuk pembayaran tunai atau kartu?” tanya pelaya tersebut dengan ramah.
“Tunai,” jawab Reina.
Sambil menunggu pesanannya jadi Reina kembali memotret suasana di luar dan di dalam kereta. Ia sangat menikmati perjalanan kali ini setelah melewati hari-hari yang panjang karena beban pekerjaan yang tidak kunjung selesai sampai akhirnya ia memutuskan keluar.
Makanan yang dipesan Reina akhirnya datang, Reina menaruh kameranya dan mulai menyantap makanannya dengan nikmat.
Tak terasa perjalanan 3 jam telah dilalui, kereta akhirnya berhenti di stasiun Wills. Ia segera mencari taksi untuk sampai ke rumah karena tidak ada yang bisa menjemputnya. Menemukan taksi disini jauh lebih mudah dibanding di kota Perth.
Taksi melaju dengan kencang menuju rumah Reina di daerah Peat Road tepatnya di House Will Wood. Jarak dari stasiun menuju rmahnya tidak jauh, hanya membutuhkan waktu 15 menit menggunakan mobil.
Reina sampai di rumahnya, kemudian membuka pintu rumahnya dengan kunci cadangan yang selalu ia bawa kemana-mana. Pintu rumah terbuka, tidak ada ada orang hanya ada Reina di ambang pintu.
Ia masuk ke dalam rumah dan mulai memasuki kamarnya untuk menyimpan koper. Berjalan-jalan di area rumah yang sudah lama ia tidak kesini, mungkin sekitar tujuh bulan Reina tidak pulang. Tempat terakhir yang ia kunjungi adalah dapur. Ia membuka kulkas berharap menemukan kudapan manis yang tersedia disana. Ternyata dugaan Reina benar, terdapat sebuah cake besar yang diatasnya ada bermacam-macam topping seperti strawberry dan cherry. Terdapat sepucuk kertas di luar box cake itu.
[Selamat datang di rumah Reina! Cake untuk Reina dari mama.]
Reina tersenyum haru setelah membacanya.
***
Sorenya Reina berencana untuk menemui bibinya, Bibi Betty. Bibi Betty tinggal tak jauh dari rumahnya. Reina hanya perlu menyetir selama 20 menit untuk sampai ke rumah Bibi Betty. Dia seorang perawat dan kebetulan shiftnya sudah berakhir jadi Riena dapat mengobrol dan melepas rindu padanya.
Awalnya Reina dan mamanya berencana untuk makan malam bersama namun mamanya ada keperluan mendadak sehingga rencana itu batal, mamanya berjanji akan menemui Reina di rumah Bibi Betty dan menginap disana.
“Bibi Betty, aku akan segera berangkat apakah Bibi ingin menitip sesuatu? Seperti makanan atau lainnya?” tanya Reina di telfon
“Tidak Rein, cukup datang saja semuanya sudah siap,” jawab Bibi Betty.
Reina pun mengeluarkan mobilnya dari garasi dan meluncur menuju rumah Bibi Betty.
Sepanjang perjalanan Reina menikmati langit sore yang indah. Langit berwarna orange dan biru namun ada juga bagian langit yang berwarna kemerahan. Reina membuka kaca mobil dan menghirup udara Glasglow dengan tenang. Menurutnya tiap daerah memiliki bau yang khas, karena itu ia sering menghirup napas panjang untuk menikmati suasana yang menenangkan. Sebaliknya ketika ia lelah akan sesuatu ia akan menghela napas yang panjang seperti orang-orang lakukan.
Reina akhirnya sampai di rumah Bibi Betty. Ketika ia keluar dari mobilnya dan melepas kacamata hitamnya ia tersenyum lebar.
[ah kota yang benar-benar aku rindukan] gumam Reina sambil melihat pemandangan yang asri yang mengelilingi rumah Bibi Betty.
Pandangan Reina sekarang mulai berubah, awalnya dia lebih menyukai Kota Perth karena ketenangan, keindahan juga udara yang sejuk namun sekarang berbeda ia ternyata menyukai Glasglow meskipun kota ini lebih padat dibanding Perth. Bagaimana pun juga, Glasglow merupakan tempat ia tumbuh menjadi dirinya yang sekarang, banyak kenangan disini terutama masa kecilnya bersama papanya yang telah tiada.
Reina memasuki rumah Bibi Betty dan langsung disambut oleh kedua kucingnya yang masih kecil.
“Oh Reina sudah datang ya. Aku tidak mendengar suara mobilmu,” ucap Bibi Betty yang masih mengenakan celemek sepertinya dia sedang memasak.
“Iya aku baru datang, kucing bibi bertambah lagi?” tanya Reina sambil mengelus-elus kepala kucing itu.
“Iya sekarang ada 3 tadinya aku hanya melihara satu. Ayo masuk aku sudah bikin teh,” ajak Bibi Betty. Bibi Betty kemudian melepas celemeknya dan membawa 3 piring kudapan manis serta teko teh yang besar. Ada 3 gelas yang sudah tersedia di meja ruang TV.
“Ketika aku datang Bibi sedang memasak ya?” tanya Reina sambil membantu Bibi Betty membawa piring dan gelas ke ruang TV.
“Aku tadi habis menyelesaikan cucian piring, sekarang semuanya sudah selesai mari kita bersantai,” ucap Bibi Betty semangat sambil mengelus pelan pipi Reina.
Reina mengobrol mengenai banyak hal dengan Bibi Betty, Bibi Betty mendengarkannya dengan seksama sambil mengupas apel dan menyuapi beberapa potong untuk Reina. Setelah Reina bercerita Bibi Betty bergantian cerita tentang kehidupannya disini.
***
“Kau tahu, beberapa minggu yang lalu aku kedapatan pasien yang namanya kukenal Brad Pattison, kau juga pasti mengenal nama itu,” ucap Bibi Betty bersemangat, mata Reina terbebelak kaget dan tertawa bersama.
“Iya aku mengingatnya, mantan bibi yang aneh itu kan hahaha,” Reina tertawa puas karena ia masih mengingat gaya Brad Pattison ketika menemui Bibi Betty di rumahnya untuk menonton bersama. Ugh sangat memalukan namun sekarang hal itu jadi memori yang lucu dan menggelitik untuk diingat.
“Asal kau tau ya pada saat itu gaya seperti itu keren tau Rein,” timpal Bibi Betty.
“Hahahaha entahlah dari dulu aku melihatnya itu norak, lalu kelanjutannya bagaimana?”
“Dia mengantar istrinya untuk melahirkan dan terkejut ketika perawat yang datang adalah aku, padahal aku memakai masker pada saat itu karena akan segera tindakan. Tapi dia masih mengingatku, lalu dia bertanya “Betty? Elizabeth Martin?” Dengan mukanya yang terkejut lalu aku bilang “Namaku Elizabeth Watson kau salah orang” AHAHAAHA,” Bibi Betty dan Reina tertawa terbahak-bahak.
Bibi Betty merupakan wanita berumur 40 tahun, ia adalah adik satu-satunya mama Reina. Bibi Betty sudah berkeluarga, suaminya berkerja di perusahaan otomotif terbesar di negaranya. Saat ini suami Bibi Betty yang bernama Erick Watson sedang melakukan pekerjaan di luar kota dan anak mereka berama Michael Watson masih melakukan kegiatan di sekolahnya. “Ngomong-ngomong kamu dan mamamu sudah menyiapkan sesuatu untuk acaramu nanti?” tanya Bibi Betty kepada Reina.“Acara? Acara apa?” tanya Reina kebingungan.“Kau belum tau, sebentar lagi kau akan bertemu dengan laki-laki yang akan melamarmu.”“Hahh, apa maksud bibi? Aku tidak mengerti,” Reina terkejut, ia tidak pernah membicarakan tentang pertunangan dengan mamanya dan dengan siapa ia akan bertunangan sedangkan ia tidak memiliki pasangan saat ini.Bibi Betty pun tak kalah terkejut. Ia pikir Reina sudah mengetahui acara pertunangannya yang akan digelar beberapa hari lagi.“Aku datang,” terdengar suara dari arah pintu depan, suara wanita seper
“Rein... Reina, kau sudah siap?” Mama Grace menghampiri kamar Reina dan mengajaknya untuk segera berangkat. Hari ini Mama Grace dan Reina akan pergi membeli gaun yang dikenakan untuk acara nanti malam.“Rein, mama masuk ke kamar ya,” ucap mama kembali karena tidak mendengar jawaban dari Reina. Klek. Mama Grace membuka pintu kamar Reina dan melihat Reina sedang bercermin.“Ayo Rein nanti kita terlambat,” Reina kembali tidak menjawab. “Rein...?” ucap mama Grace sekali lagi.Tubuh Reina berbalik, Reina berkata “Ma, aku takut,” Mama Grace terkejut mendengarnya.“Takut? Ada apa Rein?” ucap mama lembut.“Mama yakin dengan ini? Bagaimana jika aku tidak bahagia? Bagaimana jika dia meninggalkanku atau menyakitiku?” Reina nyerocos tanpa memberikan kesempatan Mama Grace untuk menjawab.“Mama jamin ia tidak akan melakukan hal buruk itu, mama tahu keluarganya dan mengenalnya dalam waktu yang lama, mendiang papamu juga sama. Mama akan menyerahkan perjanjian pernikahan agar kau bisa menuntutnya ji
“Manager Reina, cepat ke ruangan saya!” ucap Pak Jo, Direktur Ma Coffe kepada Reina yang sedang disibukkan dengan pembuatan laporan keuangan. Semua mata tertuju pada Reina. Tanpa menjawab Reina langsung menuju ruangan Pak Jo. Ketika memasuki ruangan Pak Jo, badan Reina langsung dihamburi kertas laporan penjualan Ma Coffe yang menurun drastis sejak bulan lalu. “Kau sebenarnya bisa kerja tidak? Mengapa 2 cabang Ma Coffe kehilangan banyak pelanggan dan terancam tutup! Apa yang sudah kau lakukan selama ini?” wajah Reina dihujani oleh teriakan Pak Jo. Reina yakin pasti seluruh orang yang ada di kantor akan mendengarnya dan dia menjadi bahan gunjingan semua orang. “Saya sudah melakukan semua yang bisa saya lakukan Pak, tidak bukan hanya bisa namun lebih dari itu. Bahkan saya melakukan pekerjaan yang seharusnya bukan tugas saya. Untuk penjualan menurun hal ini tidak bisa dilimpahkan hanya kepada saya selaku manager namun dengan bagian pemasaran”“Sssttt, saya tidak ingin mendengar alasan y
“Ada apa ma? Kenapa aku harus pulang mendadak begini? Apa ada hal buruk terjadi di rumah?” tanya Reina heran.“Tidak bukan hal buruk Rein, kamu tidak perlu khawatir. Mama hanya ingin bicara denganmu secara langsung di rumah, tapi kamu bisa pulang kan? Kalau bisa mama akan pesankan tiket untukmu.”“Bisa ma,” jawab Reina, ia berpikir untuk apa tetap disini jika tidak ada pekerjaan sebaiknya ia pulang saja ke rumahnya.“Okay okay, mama akan pesan tiket dari Perth menuju Glasglow sekarang. Kau ambil cuti saja dari pekerjaanmu Rein. Mama tutup ya masih banyak kerjaan. Take care Reinn,” ucap mamanya. "Tunggu ma, sebenarnya aku sudah tidak bekerja lagi mulai hari ini," Reina memotong omongan mamanya. Untuk beberapa saat tidak ada suara yang masuk dari telfon.Reina mulai khawatir. "Baik itu bukan masalah yang penting kau sehat dan bisa ke Glasgow besok."Telfon sudah ditutup. Suara Mama Grace tampak santai ketika mengetahui Reina sudah tidak bekerja, membuat Reina lega. Namun Reina masih