Share

RUMAH BARU 2

Author: Rara Qumaira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

BAB 8

“Halo, nama saya Silvi. Saya tinggal di depan,” ujar wanita berparas cantik tersebut seraya menatap rumahnya.

“Oh, halo, Nak Silvi. Saya Saraswati, dan ini putri saya Kamila,” sahut Ibu Kamila. Silvi terkesiap sejenak, lalu menatap Kamila dengan seksama. Untuk beberapa saat, mata mereka saling bersiborok sebelum akhirnya wanita tersebut mengulas sebuah senyuman.

“Halo, Kamila. Nama kamu mengingatkan saya pada seseorang,tapi saya yakin itu pasti bukan kamu,” ujar Silvi seraya mengulurkan tangannya. Kamila menatap uluran tangan tersebut sejenak sebelum akhirnya menjabatnya.

“Saya rasa memang bukan karena saya tidak mengenal kamu,” sahut Kamila. SIlvi pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.

“Sudah mau ditempati?” tanya Silvi basa-basi.

“Rencananya sih secepatnya. Nak Silvi sendiri sudah lama tinggal disini?” tanya Ibu Kamila.

“Belum lama sih, baru sekitar dua minggu. Baiklah, saya permisi dulu, mau ketemu calon mertua,” ujar wanita tersebut seraya berbisik.

“Oh iya, silahkan, Nak!”

Dengan penuh percaya diri, Silvi meninggalkan Kamila dan ibunya, lalu melangkah menghampiri mobilnya dan segera melesat meninggalkan mereka. Sementara itu, Kamila menatap wanita tersebut hingga dia benar-benar menghilang.

‘Dari sekian banyak tempat, kenapa harus ketemu dia disini sih?’ ujar Kamila dalam hati.

“Mila! Kamila!” seru ibunya.

“Astaga … Ibu, ngagetin aja deh!” sahut Kamila seraya mengusap dadanya karena terkejut.

“Habisnya kamu dari tadi Ibu panggil gak nyahut-nyahut,” omel wanita paruh baya tersebut.

“Wkwkwk … maaf, Bu!”

“Sudah, ayo kita masuk!” ujar wanita paruh baya tersebut, lalu segera melangkahkan kakinya meninggalkan putrinya. Sementara itu, Yasmin dan Dika sudah asyik berkeliling melihat seluruh isi rumah.

“Kak, ini mau diisi perabotan sekalian?” tanya Dika setelah puas berkeliling.

“Iya, nanti kita belanja. Sekarang kita bersih-bersih saja dulu,” sahut Kamila.

“Kalian pergilah, biar Ibu yang bersihkan tempat ini.”

“Jangan dong, Bu, kita bersihkan sama-sama saja. Aku gak mau Ibu kecapekan,” sahut Kamila.

“Kecapekan apanya sih? Sudah, sana pergi. Biar nanti siang barangnya bisa langsung dikirim,” ujar wanita paruh baya tersebut.

“Tapi, Bu ….”

“Sudah, sana pergi. Bukankah kamu ingin segera menempati rumah ini/”

“Em ….”

“Aku rasa Ibu benar, Kak. Lebih cepat, lebih baik,” sahut Dika.

“Oke deh, tapi Ibu jangan memaksakan diri ya. Kalau capek, istirahat saja,” pesan Kamila.

“Iya, kamu tidak perlu menghawatirkan Ibu,” sahut Saraswati berusaha menenangkan putrinya.

“Yasmin mau ikut Ibu apa disini nemenin nenek?’ tanya Kamila beralih pada putrinya.

“Aku nemenin nenek aja. Kasihan nenek sendirian,” sahut gadis kecil tersebut.

“Oke, yang terpenting jangan nakal ya.”

“Siap, Bu!” sahut gadis keci tersebut seraya memberikan hormat. Mereka semua pun terkekeh geli melihat tingkah lucu gadis kecil tersebut.

Kamila dan Dika bergegas untuk berbelanja. Untuk mempersingkat waktu, mereka memilih mendatangi sebuah tokofurniture besar dan lengkap. Setelah merasa cukup, mereka segera bergegas pulang. Pihak toko yang akan mengirimkan barang pesanan mereka.

Kamila merasa tidak tenang meninggalkan ibunya bersama putrinya sendiri. Sebelum pulang tak lupa mereka membeli makanan untuk makan siang. Selang tak berapa lama kemudian, mereka pun sudah tiba kembali di rumah.

“Ibu!” seru Yasmin dengan wajah cerianya.

“Halo, Sayang. Yasmin sudah lapar belum? Ini Ibu bawakan ayam goreng kesukaan Yasmin,” ujar Kamila seraya memamerkan tentengannya.

“Yey … ayam goring,” seru gadis kecil tersebut. Kamila terkekeh geli melihat tingkah putri semata wayangnya tersebut, begitu juga dengan ibu dan adiknya.

“Ya sudah, ayo kita makan sama-sama sekalian. Kita lesehan disini saja ya!” ujar Kamila.

“Ayo, aku juga udah lapar banget ini,” sahut Dika. Mereka pun segera menikmati makan siang sembari bercengkerama penuh kehangatan. Diam-diam, hati Kamila kembali menghangat. Sudah lama dia tidak merasakan hangatnya makan bersama keluarga seperti ini. Meskipun jarak rumah mereka dekat, namun suaminya jarang memberinya izin untuk berkunjung.

‘Sepertinya aku harus sering mengagendakan untuk mengunjungi Ibu,” ujar Kamila dalam hati.

“Mila, jangan kebanyakan ngelamun. Ayo cepat habiskan makanannya,” ujar ibunya dengan lembut.

“Iya, Bu.” Kamila pun kembali melanjutkan makannya yang tertunda.

Selang tak berapa lama setelah mereka selesai makan siang, furniture yang dia beli tadi pun sudah datang. Akhirnya mereka kembali disibukkan dengan menata segala macam perabotan. Kamila sibuk mengarahkan para pekerja untuk menata barang-barang tersebut, begitu pun dengan Dika. Sementara itu, Ibu Kamila menjaga cucunya agar tidak mengganggu pekerjaan para pekerja.

“Akhirnya selesai juga!” ujar Dika seraya menjatuhkan bobotnya di sofa baru.

“Capek banget ya?” tanya Kamila.

“Iyalah, tapi seneng juga. Puas banget lihat hasilnya,” sahut Dika.

“Iya, Ibu juga seneng lihatnya. Setelah ini tinggal mengisi perlengkapan kecil-kecil. Sambali jalan bisalah itu,” sahut ibunya.

“Iya, Bu. Besok pas longgar aku akan kesini lagi dan belanja. Oh ya, setelah semuanya lengkap, bagaimana kalau Ibu pindah kesini saja?” pinta Kamila.

“Terus rumah Ibu bagaimana? Kamu saja sama Yasmin disini,” sahut ibunya.

“Aku pengennya sama Ibu dan Dika juga. Lagian kan nantinya aku akan kerja, ntar Yasmin gak ada temannya dong,” sahut Kamila.

“Kakak mau kerja apa?” tanya Dika penasaran.

“Rencananya sih pengen buka toko sembako di pasar induk saja. Ini aku sedang cari info ruko yang disewakan,” sahut Kamila.

“Kenapa gak beli saja sekalian?”

“Uangnya belum cukup, Dik. Lagian kakak juga perlu modal,” sahut Kamila memberikan penjelasan.

“Ibu setuju. Nanti Ibu boleh ikut bantu kan?” tanya wanita paruh baya tersebut.

“Tidak usah lah, Bu. Ibu di rumah saja istirahat. Masalah pekerjaan biar aku dan Dika yang menghandel,” sahut Kamila.

“Cocok tuh. Ntar aku bantu cari info ruko yang dikontrakkan,” sahut Dika.

“Sip. Oh ya, Bu, ini sudah sore. Sebentar lagi Mas Adrian pulang kantor. Aku pulang duluan ya. Ibu sama DIka kalau mau nginap sekalia gak papa,” ujar Kamila.

“Lain kali saja nginapnya setelah resmi pindahan. Sementara inikita beres-beres saja dulu,” sahut ibu Kamila.

“Ya sudah. Terserah Ibu saja.”

“Kak, mau aku antar?” tawar Dika.

“Gak usah, kakak pesan taksi online saja,” sahut Kamila.

“Oh ya, Dik, besok kamu ambil motor baru di dealer ya. Motor punyamu biar kakak pakai,” pinta Kamila.

“Kakak jadi pakai motor butut ini?” tanya Dika penasaran.

“Iya, takut dicurigai kalau motornya bagus,” sahut Kamila.

“Terserah kakak saja deh.”

Beberapa saat kemudian, taksi yang dipesan Kamila sudah tiba. Setelah berpamitan, dia dan putrinya segera meluncur dan kembali ke rumah yang biasa dia tempati bersama sang suami. Baru saja dia turun dari taksi dan hendak masuk ke dalam rumah, sebuah sapaan menghampiri pendengarannya.

“Masih ingat rumah rupanya.”

Related chapters

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   KARIN BERULAH

    BAB 9KARIN BERULAH“Apa sih, Mbak?” sahut Kamila santai.“Enak banget jadi kamu, santai-santai di rumah ibumu sambil ngabisin uang Adrian. Kasihan sekali adikku itu,” ujar wanita yang usianya di atasnya tersebut.“Bukannya yang ngabisin gajinya Mas Adrian itu mbak sama ibu ya? Aku kan cuma dapat sisanya,” sahut Kamila seraya terus melangkahkan kakinya ke ruang makan. Sementara itu, kakak iparnya mengikuti langkahnya seraya memperhatikan kantong dalam genggaman Kamila.“Kalau masalah itu kan memang sudah menjadi kewajiban Adrian memberi nafkah untuk ibu,” sahut Karin tak mau kalah.“Benar, tapi seharusnya mengutamakan anak dan istrinya . Lagian Mbak juga jangan lupa, Mbak itu sudah menikah dan sudah punya suami. Jadi, Mas Adrian tidak punya kewajiban menafkahi mbak,” sahut kamila lagi.“Ya terserah dong. Lagian kan kamu itu orang lain yang kebetulan diurus saja, sementara aku ini kakak kandungnya,” sahut Karin sewot. Kamila tak menanggapi lagi. Dia memilih mengalihkan perhatiannya pad

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   PERMINTAAN IBU ADRIAN

    BAB 10PERMINTAAN IBU ADRIAN"Yan, lihat kelakuan istri kamu. Dia berani sekali melawan ibu," adu Karin."Mbak, jangan fitnah ya!" sentak Kamila tidak terima. "Mila, jangan membentak kakakku!" sentak Adrian balik.“Dia yang mulai duluan,”sahut Kamila.“Cukup!” sentak Adrian dengan suara menggelegar. Karin tersenyum sinis melihat adik iparnya tersebut dibentak oleh Adrian.“Yan, istrimu itu sudah benar-benar keterlaluan. Dia tidak menghargai Ibu sama sekali,” ujar mertua Karin seraya melirik menantunya tersebut dengan sinis. Sementara itu, Adrian mengusap wajahnya dengan kasar. Maksud hati ingin segera beristirahat sepulang kerja, ini malah disuguhi dengan keributan.“Mila, ayo minta maaf sama Ibu,” pinta Adrian pada sang istri.“Gak, aku gak salah kok,” sahut Kamila.“Mila!” sentak Adrian lagi dengan suara tertahan.“Mereka yang mulai. Mereka mengambil makanan yang aku beli tadi,” ujar Kamila.“Alah … hanya gara-gara makanan seperti ini kamu berani membentak Ibu. Sungguh keterlaluan,

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   STATUS IPAR DAN MERTUA

    BAB 1STATUS IPAR DAN MERTUA[Terima kasih hadiahnya, Om Adrian. Keisya seneng banget deh!] Sebuah status di aplikasi perpesanan milik kakak iparnya. Dalam status tersebut terlihat Keisya, putri kakak iparnya tersebut tengah memeluk boneka beruang berwarna pink.Kamila menatap status tersebut dengan perasaan nelangsa. Pasalnya, sudah sejak bulan lalu putrinya merengek meminta dibelikan boneka seperti itu, namun tak kunjung dibelikan. Yasmin meminta dibelikan boneka seperti itu agar bisa bermain boneka-bonekaan bersama teman-temannya. Di antara teman-temannya, hanya dialah yang belum memiliki boneka seperti itu. Kamila mengusap dadanya yang kembali terasa sesak. Selama menikah hampir delapan tahun, sikap sang suami tak pernah berubah. Dia selalu lebih mengutamakan keluarganya. Awalnya dia cenderung mengalah. Dia pikir hal itu wajar karena sejatinya anak laki-laki tetaplah milik ibunya. Sayangnya, semakin lama, sikapnya semakin semena-mena. Sang suami bukan hanya lebih mengutamakan kel

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   KEMBALI DIABAIKAN

    BAB 2KEMBALI DIABAIKANDengan sigap, Kamila meraih tubuh kecil putrinya, lalu mendekapnya dengan erat.“Tega kamu, Mas. Dia putrimu, Mas, darah dagingmu!” seru Kamila. Dia tidak terima diperlakukan buruk meskipun oleh ayahnya sendiri.“Makanya, didik anakmu yang bener,jangan dimanja!” Usai mengatakan hal itu, Adrian segera melangkahkan kakinya meninggalkan rumah.‘Awas kamu, Mas. Aku pasti akan membalas perbuatanmu. Kamu boleh menyakiti aku, tapi sekali kamu menyakiti anakku, aku tidak akan tinggal diam. Cukup sudah selama ini aku mengalah sama kalian, setelah ini tidak akan ada lagi Kamila yang polos yang bisa diinjak-injak,’ ujarnya dalam hati dengan geram.Dengan hati penuh luka, Kamila membopong tubuh putrinya, lalu mendudukkannya di kursi di depan televisi.“Sayang, kamu tunggu disini sebentar ya, Ibu ambilkan obat!” ujar Kamila dengan lembut. Yasmin pun menganggukkan kepalanya di sela isak tangisnya. Kamila bergegas mengambil peralatan di kotak obat, setelah itu dia pun segera

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   MULAI BANGKIT

    BAB 3MULAI BANGKITSayangnya, Adrian tidak memperdulikan teriakan putrinya. Dia justru segera menyalaka mobilnya, lalu meninggalkan rumah. Sementara itu, Keisya masih mengejek Yasmin dari kursinya. Mendengar suara putrinya menangis, Kamila segera menyongsong ke depan. Hatinya kembali teriris saat mendapati putrinya masih menangis menatap kepergian mobil ayahnya.“Ibu ... ayah mau jalan ke pantai sama Tante Karin, sama Keisya juga, aku gak diajak. Huhuhu...!” ujar Yasmin di sela isak tangisnya.“Sayang!” Kamila mendekap putrinya dengan penuh kasih sayang. Setelah tangisnya agak reda, dia pun melepaskan pelukannya, lalu menatap putrinya dengan intens.“Sayang, biarkan saja mereka. Bukankah kita sudah berjanji akan jalan-jalan ke mall?” tanya Kamila mengingatkan.“Lain kali kita jalan-jalan ke pantai sendiri. Sekarang, sebaiknya kamu bersiap-siap. Setelah itu, kita pergi jalan-jalan!” bujuk Kamila lagi.“Kita jalan-jalan sama nenek ya, Bu?”“Iya, Sayang, nanti kita jemput nenek. Ayo, m

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   BAHAGIA ITU SEDERHANA

    BAB 4BAHAGIA ITU SEDERHANA[Calon ipar idaman nih!] Kembali status kakak iparnya menghiasi layar ponsel Kamila.‘Calon ipar? Bukankah di keluarga mereka hanya dua bersaudara? Kalau calon ipar, apa mungkin ....’ Kamila tak berani melanjutkan dugaannya.‘Tidak! Tidak mungkin Mas Adrian tega menghianati aku. Tapi ... bagaimana kalau itu memang benar?’ tanya Kamila dalam hati.“Ibu!” seru Yasmin.“Eh, iya sayang, ada apa?” tanya Kamila tergeragap.“Aku mau main di sana. Ibu dari tadi aku panggil diam saja,” protes Yasmin.“Iya, kamu lagi ngelamunin apa sih?” tanya Ibu Kamila.“Gak kok, Bu, gak ada apa-apa. Yasmin mau main?” tanya Kamila mengalihkan pembicaraan. Spontan, gadis kecil itu pun menganggukkan kepalanya.“Ayo kita kesana!” sahut Kamila. Dengan wajah penuh kegembiraan, Yasmin segera masuk ke area permainan. Sementara itu, Kamila dan ibunya menunggu di luar seraya mengamati gadis kecil itu dari kejauhan.“Ada apa, Mil? Ibu perhatikan kamu dari tadi ngelamun terus!” tanya Saraswat

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   FAKTA BARU

    BAB 5FAKTA BARUKamila membiarkan ponselnya yang terus berdering. Dia tahu betul yang menghubunginya adalah sang suami. Kring .... Ponsel Kamila kembali berdering untuk kesekian kalinya. Dengan kesal, dia pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut.“Kemana aja sih? Ditelepon dari tadi juga,” omel Adrian.“Ada apa? Aku nginap di rumah Ibu,” ujar Kamila.“Gak boleh, pulang sekarang.”“Maaf, aku gak mau. Besok aku baru pulang.”“Ka—“ Belum selesai Adrian mengucapkan kalimatnya, Kamila sudah menutup panggilan secara sepihak. Karena tidak ingin diganggu, dia pun memblokir nomor sang suami. Tidak mungkin baginya mematikan ponsel karena dua sedang ada janji dengan pemilik rumah yang akan dia beli. “Si al, berani sekali dia membantah aku. Awas aja besok!” umpatnya dengan kesal. Adrian segera melangkahkan kakinya ke kamar untuk membersihkan diri. Setelah selesai, dia menyambar kunci motor, lalu melaju menuju rumah ibunya.“Lho, Yan, kok sudah sampai sini lagi?” tanta ibunya heran.“Iya, Ka

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   KEKESALAN ADRIAN

    BAB 6KEKESALAN ADRIANKamila menatap pria tersebut tak berkedip. Dia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Sementara itu, pria tersebut tidak menyadari keberadaan Kamila. Dia justru terus melanjutkan langkahnya seraya memeluk pinggang wanita yang bersamanya."Mbak Mila, liatin apaan sih? Serius banget!" tegur Dika. Dia pun menoleh dan mengikuti arah pandangan sang kakak."Mbak, itu kayak suami kakaknya Mas Adrian deh!" ujar Dika. Dia bisa mengenali pria tersebut karena pernah bertemu pada beberapa kesempatan. "Benar, Dik!""Terus wanita itu siapa? Bukan kakaknya Mas Adrian kan?" Kamila menggelengkan kepalanya."Mbak juga gak tahu. Mending kamu keluar saja dulu, mbak ada perlu sebentar!""Mbak mau ngapain? Mending gak usah ikut campur deh!" ujar Dika memperingati."Gak akan, sudah kamu keluar dulu. Jangan sampai ketahuan!" sahut Kamila."Gak, aku mau disini sama Mbak Mila aja," sahut Dika keukeuh."Terserah kamu deh!" sahut Kamila. Kamila kembali menjatuhkan bobotn

Latest chapter

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   PERMINTAAN IBU ADRIAN

    BAB 10PERMINTAAN IBU ADRIAN"Yan, lihat kelakuan istri kamu. Dia berani sekali melawan ibu," adu Karin."Mbak, jangan fitnah ya!" sentak Kamila tidak terima. "Mila, jangan membentak kakakku!" sentak Adrian balik.“Dia yang mulai duluan,”sahut Kamila.“Cukup!” sentak Adrian dengan suara menggelegar. Karin tersenyum sinis melihat adik iparnya tersebut dibentak oleh Adrian.“Yan, istrimu itu sudah benar-benar keterlaluan. Dia tidak menghargai Ibu sama sekali,” ujar mertua Karin seraya melirik menantunya tersebut dengan sinis. Sementara itu, Adrian mengusap wajahnya dengan kasar. Maksud hati ingin segera beristirahat sepulang kerja, ini malah disuguhi dengan keributan.“Mila, ayo minta maaf sama Ibu,” pinta Adrian pada sang istri.“Gak, aku gak salah kok,” sahut Kamila.“Mila!” sentak Adrian lagi dengan suara tertahan.“Mereka yang mulai. Mereka mengambil makanan yang aku beli tadi,” ujar Kamila.“Alah … hanya gara-gara makanan seperti ini kamu berani membentak Ibu. Sungguh keterlaluan,

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   KARIN BERULAH

    BAB 9KARIN BERULAH“Apa sih, Mbak?” sahut Kamila santai.“Enak banget jadi kamu, santai-santai di rumah ibumu sambil ngabisin uang Adrian. Kasihan sekali adikku itu,” ujar wanita yang usianya di atasnya tersebut.“Bukannya yang ngabisin gajinya Mas Adrian itu mbak sama ibu ya? Aku kan cuma dapat sisanya,” sahut Kamila seraya terus melangkahkan kakinya ke ruang makan. Sementara itu, kakak iparnya mengikuti langkahnya seraya memperhatikan kantong dalam genggaman Kamila.“Kalau masalah itu kan memang sudah menjadi kewajiban Adrian memberi nafkah untuk ibu,” sahut Karin tak mau kalah.“Benar, tapi seharusnya mengutamakan anak dan istrinya . Lagian Mbak juga jangan lupa, Mbak itu sudah menikah dan sudah punya suami. Jadi, Mas Adrian tidak punya kewajiban menafkahi mbak,” sahut kamila lagi.“Ya terserah dong. Lagian kan kamu itu orang lain yang kebetulan diurus saja, sementara aku ini kakak kandungnya,” sahut Karin sewot. Kamila tak menanggapi lagi. Dia memilih mengalihkan perhatiannya pad

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   RUMAH BARU 2

    BAB 8“Halo, nama saya Silvi. Saya tinggal di depan,” ujar wanita berparas cantik tersebut seraya menatap rumahnya. “Oh, halo, Nak Silvi. Saya Saraswati, dan ini putri saya Kamila,” sahut Ibu Kamila. Silvi terkesiap sejenak, lalu menatap Kamila dengan seksama. Untuk beberapa saat, mata mereka saling bersiborok sebelum akhirnya wanita tersebut mengulas sebuah senyuman.“Halo, Kamila. Nama kamu mengingatkan saya pada seseorang,tapi saya yakin itu pasti bukan kamu,” ujar Silvi seraya mengulurkan tangannya. Kamila menatap uluran tangan tersebut sejenak sebelum akhirnya menjabatnya.“Saya rasa memang bukan karena saya tidak mengenal kamu,” sahut Kamila. SIlvi pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.“Sudah mau ditempati?” tanya Silvi basa-basi.“Rencananya sih secepatnya. Nak Silvi sendiri sudah lama tinggal disini?” tanya Ibu Kamila.“Belum lama sih, baru sekitar dua minggu. Baiklah, saya permisi dulu, mau ketemu calon mertua,” ujar wanita tersebut seraya berbisik.“Oh iya, silahkan, Na

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   RUMAH BARU

    BAB 7RUMAH BARUKamila yang tengah sibuk dengan masakannya, terpaksa berhenti sejenak saat mendengar ponselnya berbunyi. Dia segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja tidak jauh dari posisinya. Kamila tersenyum tipis saat melihat nama sang pemanggil. Tak berminat mengangkatnya, dia kembali meletakkan ponselnya, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya. Dering ponselnya akhirnya berhenti. Baru saja dia menghembuskan nafas lega, ponselnya kembali berdering. Sama seperti sebelumnya, Kamila membiarkan ponselnya hingga mati sendiri. Sampai pada panggilan ke sekian kalinya, Kamila terpaksa menghentikan aktivitasnya karena teguran sang ibu.“Ponselmu dari tadi bunyi terus. Kenapa gak diangkat?” tanya wanita paruh baya tersebut.“Lagi nanggung, Bu. Lagian panggilan gak penting juga,” sahut Kamila santai.“Itu ponsel bunyi terus dari tadi. Berarti kan memang penting banget. Dari siapa sih?” tanya Ibu Kamila lagi.“Mas Adrian, Bu,” sahut Kamila.“Angkat dulu sana, siapa tahu memang pe

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   KEKESALAN ADRIAN

    BAB 6KEKESALAN ADRIANKamila menatap pria tersebut tak berkedip. Dia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Sementara itu, pria tersebut tidak menyadari keberadaan Kamila. Dia justru terus melanjutkan langkahnya seraya memeluk pinggang wanita yang bersamanya."Mbak Mila, liatin apaan sih? Serius banget!" tegur Dika. Dia pun menoleh dan mengikuti arah pandangan sang kakak."Mbak, itu kayak suami kakaknya Mas Adrian deh!" ujar Dika. Dia bisa mengenali pria tersebut karena pernah bertemu pada beberapa kesempatan. "Benar, Dik!""Terus wanita itu siapa? Bukan kakaknya Mas Adrian kan?" Kamila menggelengkan kepalanya."Mbak juga gak tahu. Mending kamu keluar saja dulu, mbak ada perlu sebentar!""Mbak mau ngapain? Mending gak usah ikut campur deh!" ujar Dika memperingati."Gak akan, sudah kamu keluar dulu. Jangan sampai ketahuan!" sahut Kamila."Gak, aku mau disini sama Mbak Mila aja," sahut Dika keukeuh."Terserah kamu deh!" sahut Kamila. Kamila kembali menjatuhkan bobotn

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   FAKTA BARU

    BAB 5FAKTA BARUKamila membiarkan ponselnya yang terus berdering. Dia tahu betul yang menghubunginya adalah sang suami. Kring .... Ponsel Kamila kembali berdering untuk kesekian kalinya. Dengan kesal, dia pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut.“Kemana aja sih? Ditelepon dari tadi juga,” omel Adrian.“Ada apa? Aku nginap di rumah Ibu,” ujar Kamila.“Gak boleh, pulang sekarang.”“Maaf, aku gak mau. Besok aku baru pulang.”“Ka—“ Belum selesai Adrian mengucapkan kalimatnya, Kamila sudah menutup panggilan secara sepihak. Karena tidak ingin diganggu, dia pun memblokir nomor sang suami. Tidak mungkin baginya mematikan ponsel karena dua sedang ada janji dengan pemilik rumah yang akan dia beli. “Si al, berani sekali dia membantah aku. Awas aja besok!” umpatnya dengan kesal. Adrian segera melangkahkan kakinya ke kamar untuk membersihkan diri. Setelah selesai, dia menyambar kunci motor, lalu melaju menuju rumah ibunya.“Lho, Yan, kok sudah sampai sini lagi?” tanta ibunya heran.“Iya, Ka

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   BAHAGIA ITU SEDERHANA

    BAB 4BAHAGIA ITU SEDERHANA[Calon ipar idaman nih!] Kembali status kakak iparnya menghiasi layar ponsel Kamila.‘Calon ipar? Bukankah di keluarga mereka hanya dua bersaudara? Kalau calon ipar, apa mungkin ....’ Kamila tak berani melanjutkan dugaannya.‘Tidak! Tidak mungkin Mas Adrian tega menghianati aku. Tapi ... bagaimana kalau itu memang benar?’ tanya Kamila dalam hati.“Ibu!” seru Yasmin.“Eh, iya sayang, ada apa?” tanya Kamila tergeragap.“Aku mau main di sana. Ibu dari tadi aku panggil diam saja,” protes Yasmin.“Iya, kamu lagi ngelamunin apa sih?” tanya Ibu Kamila.“Gak kok, Bu, gak ada apa-apa. Yasmin mau main?” tanya Kamila mengalihkan pembicaraan. Spontan, gadis kecil itu pun menganggukkan kepalanya.“Ayo kita kesana!” sahut Kamila. Dengan wajah penuh kegembiraan, Yasmin segera masuk ke area permainan. Sementara itu, Kamila dan ibunya menunggu di luar seraya mengamati gadis kecil itu dari kejauhan.“Ada apa, Mil? Ibu perhatikan kamu dari tadi ngelamun terus!” tanya Saraswat

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   MULAI BANGKIT

    BAB 3MULAI BANGKITSayangnya, Adrian tidak memperdulikan teriakan putrinya. Dia justru segera menyalaka mobilnya, lalu meninggalkan rumah. Sementara itu, Keisya masih mengejek Yasmin dari kursinya. Mendengar suara putrinya menangis, Kamila segera menyongsong ke depan. Hatinya kembali teriris saat mendapati putrinya masih menangis menatap kepergian mobil ayahnya.“Ibu ... ayah mau jalan ke pantai sama Tante Karin, sama Keisya juga, aku gak diajak. Huhuhu...!” ujar Yasmin di sela isak tangisnya.“Sayang!” Kamila mendekap putrinya dengan penuh kasih sayang. Setelah tangisnya agak reda, dia pun melepaskan pelukannya, lalu menatap putrinya dengan intens.“Sayang, biarkan saja mereka. Bukankah kita sudah berjanji akan jalan-jalan ke mall?” tanya Kamila mengingatkan.“Lain kali kita jalan-jalan ke pantai sendiri. Sekarang, sebaiknya kamu bersiap-siap. Setelah itu, kita pergi jalan-jalan!” bujuk Kamila lagi.“Kita jalan-jalan sama nenek ya, Bu?”“Iya, Sayang, nanti kita jemput nenek. Ayo, m

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   KEMBALI DIABAIKAN

    BAB 2KEMBALI DIABAIKANDengan sigap, Kamila meraih tubuh kecil putrinya, lalu mendekapnya dengan erat.“Tega kamu, Mas. Dia putrimu, Mas, darah dagingmu!” seru Kamila. Dia tidak terima diperlakukan buruk meskipun oleh ayahnya sendiri.“Makanya, didik anakmu yang bener,jangan dimanja!” Usai mengatakan hal itu, Adrian segera melangkahkan kakinya meninggalkan rumah.‘Awas kamu, Mas. Aku pasti akan membalas perbuatanmu. Kamu boleh menyakiti aku, tapi sekali kamu menyakiti anakku, aku tidak akan tinggal diam. Cukup sudah selama ini aku mengalah sama kalian, setelah ini tidak akan ada lagi Kamila yang polos yang bisa diinjak-injak,’ ujarnya dalam hati dengan geram.Dengan hati penuh luka, Kamila membopong tubuh putrinya, lalu mendudukkannya di kursi di depan televisi.“Sayang, kamu tunggu disini sebentar ya, Ibu ambilkan obat!” ujar Kamila dengan lembut. Yasmin pun menganggukkan kepalanya di sela isak tangisnya. Kamila bergegas mengambil peralatan di kotak obat, setelah itu dia pun segera

DMCA.com Protection Status