Tiga puluh enam tahun lalu.
Jagat duduk bersila dengan kepala menunduk khidmat di depan Ra Kala yang berada di dalam cermin.
Jagat menunggu titah Ra Kala agar dia dapat hadiah yang dijanjikan Ra Kala, jika berhasil laksanakan tugas yang diberikan.
"Catat dalam hatimu. Apa kamu siap?"
"Daulat rajaku, aku siap!" ucap Jagat layaknya seorang hamba sahaya.
"Tugas pertamamu, yaitu nikahi gadis perawan sebanyak tiga belas perawan dalam selang waktu tiga tahun sekali, mengerti!"
"Ya, rajaku," jawab Jagat yang senang karena tugas yang diberikan itu bukan tugas sulit.
"Tetapi kamu hanya boleh bersama istrimu yang perawan itu selama tujuh hari dan setelah itu...."
"Katakan saja rajaku!" seru Jagat penasaran.
"Setelah itu, kamu harus robek lehernya dan minum darahnya sampai perutmu terasa penuh!"
Jagat hampir mau muntah, tapi dia tahan.
"Apa kamu mampu?"
Jagat merasa kepalang tanggung. Dia telah berada di depan pintu menuju kemakmuran hidup dunia.
Jagat tak akan lagi hidup susah dan berlaku seperti seorang pengemis, seperti yang dialami tiga hari terakhir.
Kini datang kesempatan tak terduga. Sesuatu yang dimimpikannya menjadi kaya raya, tapi sangat sulit terwujud bila dia bekerja keras dengan cara apapun. Saat ini syarat Ra Kala cukup mudah di awal, tapi sulit di akhir karena dia akan jadi seorang pembunuh.
Jagat bimbang, tapi bayangan dirinya hidup bergelimang harta dan juga bayangan menikahi tiga belas perawan sungguh menggoda imannya.
"Sebelum aku jawab mampu, boleh aku bertanya rajaku?" Jagat angkat kepalanya.
"Hahaha, aku bukan raja diktator. Aku senang jika hambaku mau bertanya, hingga dia mengerti tugasnya dan dapat menjalani dengan baik. Tanyalah!"
Jagat tarik nafas panjang.
"Tiga belas perawan yang aku nikahi ini apa ada ciri khusus?" tanya Jagat.
"Bagus. Nah, dengar... dua belas perawan tak perlu ciri apapun. Tapi harus kamu pastikan dengan benar, gadis itu benar perawan suci kalau salah, kamu tanggung akibatnya. Perawan ke tiga belas, perawan yang terakhir itu cirinya lahir di malam selasa legi tepat di tengah malam di saat bulan purnama."
"Oh, apa hanya ciri itu saja rajaku?" tanya Jagat. "Maksudku di perawan yang terakhir itu, apa ada ciri khusus lainnya?"
"Hahaha, ada tentu saja ada. Perawan terakhir itu paling bagus berusia mendekati dua puluh lima tahun usianya. Tak boleh yang terlalu muda karena nantinya perawan terakhir akan menjadi ratu di istanaku."
"Apa hanya itu saja?" tanya Jagat lagi.
"Tidak, masih ada. Perawan terakhir itu pun harus punya tanda lahir berupa bulatan merah di paha kirinya, di dekat lututnya."
"Apa masih ada rajaku?" tanya Jagat masih mau tahu.
"Hahaha, cukup itu saja. Semakin banyak kamu bertanya, akan semakin sulit kamu temukan perawan ke tiga belas. Ciri yang aku sebutkan itu pun belum tentu bisa dengan mudah kamu temui!"
Jagat baru sadar. Ra Kala ada benarnya. Dimana dia bisa temukan perawan ke tiga belas dengan ciri-ciri yang disebutkan itu dengan mudah. Tetapi saat ini dia belum terlalu memikirkan hal itu, karena itu akan terjadi di masa depan nanti, berdasarkan hitungannya jika perawan pertama yang harus dinikahi dimulai dalam waktu dekat, maka di usia tujuh puluh lima perawan ke tiga belas itu dicari.
Jagat kaget, usia tujuh puluh lima bukan usia muda, apa dia bisa nikahi perawan yang ditentukan itu.
"Apa kamu berpikir dengan usia tuamu di saat perawan terakhir harus kamu cari itu akan mempersulitmu?"
"Oh, darimana rajaku tahu?" kaget Jagat.
"Aku telah terima persembahan darahmu. Karena itu kamu telah terhubung denganku. Hingga selanjutnya, aku akan dengan mudah hadir di depanmu, saat kamu merasa gelisah dan butuh pertolonganku. Jadi kamu tak perlu bertanya lagi dari mana aku tahu!"
Jagat berseru kagum.
"Seperti yang aku bilang, sebagai hamba yang berhasil jalankan syarat dan tugasku, ganjaran bagimu itu jelas yaitu harta, awet muda dan hidup abadi."
"Ya, aku ingat itu rajaku!"
"Bagus. Dengar, saat perawan pertama menjadi tumbal yang kamu hantarkan untukku, saat itu juga paras tua tak akan hadir di wajahmu. Parasmu tak hanya menjadi lebih muda, tapi akan bercahaya dan mempermudah dirimu mendapatkan perawan yang berikutnya, tapi tidak dengan yang terakhir. Kamu harus berjuang!"
Tentu saja Jagat senang mendengar janji Ra Kala.
"Jadi tugasku hanya menikahi perawan yang pertama, lalu jadikan dia tumbal, hisap darahnya dan aku jadi muda. Apa begitu rajaku?" tanya Jagat dengan nada senang.
"Tidak!"
"Oh, jadi ada lagi yang harus aku lakukan?" tanya Jagat mengeluh.
"Hahaha, tentu saja ada. Secara fisik, kamu yang menikahi perawan itu. Tetapi di malam pertama dan seterusnya, di saat perawan itu harus melayani layaknya seorang istri, maka itu aku yang menjadi suaminya. Aku pinjam tubuhmu."
Jagat bengong.
"Tetapi saat hari tumbal datang, aku akan tinggalkan tubuhmu dan tanganmu yang akan menjadi malaikat mautnya. Darah yang dihisap itu pun kamu yang lakukan dan juga darah tumbal harus kamu basuh di wajahmu. Darah itu yang akan membuat wajahmu awet muda!"
Jagat mengeluh. Dia hanya kebagian tugas tak enak.
"Tapi rajaku, jika aku menjadi seorang pembunuh, bagaimana cara aku selamatkan diri dari kejaran hukum?" tanya Jagat.
"Tenang, setelah kamu robek leher tumbal yang kamu persembahkan, maka usaplah bekas luka dengan tangan kirimu, maka robekan luka akan menutup dan orang tak akan curiga dengan kematiannya."
Jagat merasa tenang.
"Aku akan ajarkan padamu satu hal lagi."
"Beritahu aku, duhai rajaku!" pinta Jagat tanpa ragu.
"Kamu jual rumah tempat tinggalmu dan pergi ke daerah lain dengan memakai nama lain. Dengan ini, kamu akan lebih mudah mencari korban berikutnya."
"Rumah? Aku tak punya rumah rajaku. Aku terlunta-lunta," jawab Jagat sedih.
Jagat pantas sedih, karena memang dia tak punya harta sepeserpun. Gubuknya saja sudah milik orang lain karena hutang yang tak bisa dibayar.
"Bodoh! Aku ini rajamu. Aku bisa berikan kamu harta untuk membeli istanamu sendiri."
Kegembiraan Jagat kembali muncul. Dia merasa bodoh beberapa saat lalu. Dia lupa kalau punya raja, raja Ra Kala yang tentunya punya sesuatu untuk dirinya.
"Kamu harus ingat baik-baik, kalau kamu tak hati-hati akan ada yang curiga dan mengejarmu. Terutama di dua perawan terakhir. Kamu akan dapat hambatan dan saat itu bisa saja aku harus bertarung untukmu."
"Baik, rajaku. Aku akan ingat semua petunjukmu. Tetapi apa pertemuan kita ini cukup sekali ini saja?" tanya Jagat.
"Hahaha, entah apa aku harus bangga punya hamba yang bodoh dan pelupa seperti dirimu. Aku sudah bilang, darahmu telah kamu persembahkan bagiku. Karena itu aku akan datang kapan saja aku mau ke depanmu, terutama saat kamu alami kesulitan!"
Jagat berulang kali meminta maaf.
"Sudahlah, kamu bisa pergi!"
Baru saja Ra Kala mengucap itu, Jagat merasa bumi berputar. Dia menjerit ngeri.
*
Jagat terbangun dan saat dia buka mata yang pertama kali dilihat penampakan bulan.
Lalu Jagat duduk dari tidurnya.
Jagat tersentak kaget. Karena dia berada di dekat pohon beringin yang menjadi tempat istirahat sore tadi.
Suara binatang malam memenuhi telinga Jagat.
Saat Jagat mau bangun berdiri, dia tertarik pada sinar emas yang tak begitu jauh jaraknya.
Cepat Jagat berlari dan temukan kotak emas. Saat dia buka kotak, dia temukan ada banyak perhiasan di dalam kotak.
Teriakan senang keluar dari mulut Jagat. Tetapi dia tertarik pada cahaya hijau yang berasal dari batu di belakang kotak emas yang ditemukan.
Ketika Jagat berjongkok, dia pastikan cahaya itu berasal dari tulisan di batu. Ra Kala itu tulisan yang terbaca.
"Oh, apa ini batu nisan raja Ra Kala?" lirih Jagat.
Begitu Jagat selesai bicara, dari dalam batu muncul segulung kertas yang diikat benang merah
Jagat ambil gulungan kertas, buka ikatannya dan melebarkan kertas dan baca isi tulisan yang memakai bahasa yang dia ketahui.
"Harta itu untukmu. Demi perawan pertama gunakan dengan baik. Ra Kala."
Sebulan sejak pertemuan Jagat dan Ra Kala di alam mimpi pun berlalu.Jagat telah kembali ke desa tempat masa kecilnya, tapi bukan ke gubuk yang lama. Tidak, dia kini tinggal di rumah besar yang dibangun belum lama, jadi masih terlihat baru dan juga yang paling besar. Gubuknya yang lama masih ada dan itu berada di samping rumah, tetap dibiarkan utuh sebagai kenangan.Jagat pun menjelma menjadi orang kaya baru di desa Sindang Sari, desa kecil yang terletak di bawah kaki gunung Karang. Desa yang sejatinya cukup terpencil itu, kini menjadi desa yang menjadi buah bibir penduduk desa lain, karena pernikahan Jagat yang kedua digelar besar-besaran dan turut mengundang siapa saja yang mau hadir.Memang hanya sehari saja pesta itu digelar, tapi sebelum pesta nikah digelar, Jagat telah buat pesta yang lain, pesta penyambuta
Ini hari kedua Cici menjadi istri Jagat. Selepas malam pertama, pandangan Cici terhadap Jagat berubah.Cici yang tadinya takut pada Jagat, berbalik menjadi sayang dan tak mau lepas dari suaminya itu. Semua berawal dari malam pertama yang penuh kesan lembut dan romantis, membuat bunga cinta Cici tumbuh mekar dengan cepat.Lalu saat terbangun dari tidurnya, sebuah hadiah kalung bermata merah terang membuat Cici bahagia, selain kalung ada setangkai bunga mawar merah untuknya.Tetapi Cici tak temukan Jagat di sisinya. Di bagian rumah yang lain pun tak ada.Kemana perginya Jagat?Pagi itu, di kebun belakang rumah Jagat.Jagat dud
Hari ini.Gadis yang memakai baju olahraga tangan panjang dan celana training panjang itu baru keluar dari dalam tenda tukang bubur ayam.Di leher gadis yang cantik itu ada handuk kecil berwarna biru yang senada dengan warna celana.Kulit putih gadis itu terlihat bercahaya, terutama parasnya yang menjadi penarik pertama sukma mereka para pria hidung belang maupun tidak.Gadis itu Winda, yang baru saja selesai sarapan pagi semangkuk bubur ayam bersama Dewo yang sedang berdiri di gerobak penjual susu kedelai.Satu setengah jam sebelumnya, Winda ajak Dewo joging pagi. Joging sih cuma butuh waktu sebentar, sekitar dua puluh menit berlari dari rumah menuju taman kompleks perumahan. Tetapi yang lama itu menunggu Dewo asyik bermain aneka macam permainan di taman, seperti perosotan, ayunan dan lainnya.Baru setelah merasa bosan, Dewo yang lapar ajak Winda makan bubur ayam.Walau harus keluar duit buat keponakannya itu, tapi Winda senang darip
"Oya, Mas. Sebaiknya lupakan saja niat Mas untuk cari jodoh buatku. Bukan aku tak suka Mas ikut campur, maaf saja... aku mau cari sendiri. Kecuali aku sendiri yang minta tolong pada Mas," ucap Winda yang masih panas hatinya.Dendi memerah wajahnya.Wini yang duduk di sebelah Dendi, cepat genggam tangan suaminya itu."Win... Kakak bisa mengerti jika kamu menolak. Mungkin cara penyampaian kami yang kurang berkenan untukmu. Mungkin juga kami datang di saat waktu yang tepat. Tapi percayalah, maksud kami baik. Jadi tolong jangan salah paham. Mas Dendi tak bermaksud jahat, dia ingin lihat kamu bahagia. Itu saja tujuan kami," ucap Wini tenang."Kak Ni, aku mengerti. Mas Dendi tak ada niat jahat padaku. Ya, sudahlah. Aku minta maaf pada kalian berdua. Mungkin ada ucapan kasarku yang buat salah satu di antara kalian sakit hati." Winda tatap Dendi.Dendi mendengus. Dia tetap tak terima dengan cara minta maaf Winda. Namun setelah dia berpikir lebih jauh
Gadis itu teringat kejadian beberapa waktu lalu. Dia kabur dari Riga, kekasih hatinya hanya karena masalah sepele.Mereka bertengkar hanya karena Riga tak mau menemaninya melihat-lihat baju di kaki lima di salah satu sudut taman tempat mereka berolahraga. Ada yang mau dia beli.Gadis itu Della adanya.Della yang ngambek meninggalkan Riga yang mengantri membayar makanan nasi pecel yang baru mereka makan.Kepergian Della bukan tak dilihat Riga. Hanya karena dia belum membayar, maka dia harus bersabar sebelum bisa kejar Della.Namun saat Riga selesai membayar, bayangan Della lenyap.Riga bingung. Karena itu dia berdiri di depan persimpangan dengan pikiran kalut. Apa Della ambil jalan kanan menuju tempat pedagang kaki lima diijinkan gelar dagangan setiap hari minggu pagi? Apa ke berbelok ke kiri menuju gerbang taman untuk pulang.Della yang ambil jalan kiri berharap Riga susul dirinya untuk merayu dan ajak dia kembali melihat lapak pedaga
Della tak seharusnya tak mati, itu yang ada di pikiran dan hati Jagat.Kini mayat Della ada di depan mata Jagat, terbungkus kain sprei, tergeletak di atas tanah di halaman belakang."Ra Kala, aku malas untuk menggali tanah. Aku lelah. Ini tugasmu untuk hilangkan jejak. Jika tak mau, akhiri saja ini semua!"Jagat tak menunggu, dia balik badan dan menggeser kakinya maju untuk segera berdiri di depan pintu belakang. Gendang telinganya tersentuh halus suara api membakar.Tetapi Jagat sama sekali tak tertarik, dia sentuh gagang pintu, membelai sekali, lalu ditekan dan daun pintu terbuka.Dengan dua kali langkah kaki, Jagat telah berada di dalam rumah bagian belakang dengan tinggalkan suara berdebam pintu yang dibantingnya.Jagat tinggalkan mayat Della yang terbakar di halaman belakang.Ra Kala telah bantu Jagat, suatu hal yang sering dilakukan olehnya demi kepentingan Jagat dan dirinya sendiri.Belum waktunya. Belum waktunya untuk a
"Pelet? Mamang terlalu berperasaan buruk. Ayuni mencintaiku tanpa paksaan. Oh, aku tahu, apa Mamang mencari uangku? Kalau iya, berapa yang Mamang butuh?" sindir Jagat. "Jarot jaga ucapanmu! Uang, aku tak munafik. Aku butuh uang untuk bertahan hidup. Tapi bukan uang darimu. Ayuni itu keponakan paling kusayang. Kalau ada apa-apa dengan dirinya, aku akan kejar dirimu. Sampai ke lubang terkecil sekalipun, aku akan dapatkan kamu!" Eman mengancam. "Apa Mamang tak sadar? Aku dan Ayuni saling menyayangi. Kami terikat takdir sebagai suami - istri. Tenang saja, tak akan ada yang terjadi pada Ayuni. Kalau ada hal buruk menimpanya, aku akan cari Mamang!" gantian Jagat yang mengancam. "Kamu mengancamku?" Eman naikkan kepalanya. "Sama-sama. Mamang juga mengancamku. Dalam hidup ini, aku tak mau mencari musuh. Tapi kalau musuh datang mencariku, aku tak takut!" Jagat berdiri. Eman ikut berdiri. Mata mereka berdua keluarkan hawa permusuhan luar biasa. Ber
Waktu merangkak pelan tapi pasti. Tak terasa hari ini menjadi hari ketujuh bagi Jagat yang memakai identitas Jarot, hidup bersama Ayuni.Ayuni merasa bahagia dan senang bisa menjadi istri Jagat alias Jarot, dia bukan mengejar harta seperti yang dirumorkan tetangganya.Cinta Ayuni besar pada Jarot alias Jagat itu. Karena seleranya beda, Ayuni menyukai pria dewasa yang usianya belasan tahun darinya. Jarot memenuhi kriteria pasangan idaman yang Ayuni impikan. Selain jauh lebih dewasa, status duda yang dimiliki Jarot menjadi nilai lebih di mata Ayuni.Walau selama malam datang Ayuni sedikit merasa takut akan kebuasan Jarot di atas ranjang, tapi tak mengurangi kasih sayangnya. Malah ada rasa ketagihan yang ingin terus diulang dan diulang Ayuni, yang dalam hatinya berharap malam tak cepat berakhir.Lelah pasti, tapi setiap bangun Ayuni malah merasakan dirinya jauh bertambah segar.Seperti di pagi terakhir ini.Ayuni yang hampir semalaman ber
"Loh, memangnya kenapa sama Della? Kok, lo terlihat cemas gitu?" tanya Nusi, lalu anggukkan kepala pada Winda yang berdiri di belakang Riga."Della belum pulang Bang," jawab Riga cepat."Kok, bisa?" Nusi kaget.Winda ambil alih, sebisanya dia jelaskan kronologi awal pada Nusi. Mengenai pertengkaran Riga dan Della. Diakhiri dengan cerita sampai sekarang Della belum pulang."Oh, aneh kalau gitu!" seru Nusi."Jelasin, Bang!" pinta Riga cemas."Tadi gue lihat Della keluar dari taman dengan wajah merah. Kayaknya lagi kesal dia, sampai gak lihat ada mobil lewat. Kena keserempet, terus pemilik mobil keluar. Della diajak pergi ke klinik. Eh, klinik apa gak, gue gak tahu pasti sih. Cuma yang gue lihat Della ya masuk itu mobil," jelas Nusi."Bang, lo kan keamanan taman. Masa iya, lo gak tahan dulu itu orang, tanya-tanya gitu dimana rumah orang itu, jaga-jaga kalau ada apa-apa sama Della," ucap Riga nyaris tanpa jeda."Lo ny
"Eh, tunggu. Tadi lo bilang Della keserempet mobil?" tanya Winda."Perasaan gue gak bilang Della, deh. Tapi ada cewek yang keserempet mobil.""Tapi kok gue curiga Della yang keserempet itu mobil," ucap Winda yakin."Serius lo?" Riga tampak berubah roman wajahnya."Kalau serius apa gak, bisa kita coba cari tahu!""Caranya?""Ya, bertanya Riga. Kan di dekat kejadian itu ada banyak orang. Salah satunya bisa aja kenal sama sosok Della," jelas Winda."Oh, iya. Cukup banyak yang kenal sama gue dan Della. Terutama petugas keamanan taman. Kan gue ke sana gak cuma hari minggu pas olahraga aja.""Kita balik ke taman, cari tahu!" ajak Winda.Riga tumbuh semangatnya. Walau belum tentu akan tahu keberadaan Della, tapi dengan petunjuk kecil yang didapat, dimana Della berada bisa saja diketahui."Ayo, berangkat!" ajak Riga.Baru saja keduanya beranjak berdiri, Wirahadi keluar dari dalam rumah."Loh, pada mau kemana
Eman berhenti berlari.Tempat yang dipilih Eman itu jauh dari keramaian, di sebuah lahan yang banyak ditumbuhi pohon bambu.Eman yakin di sini lokasi yang tepat untuk mengubur Jagat yang dikenalnya sebagai Jarot, pria yang diyakini pula penyebab kematian tak wajar Ayuni.Bagi Eman, persetan dengan perkiraan banyak orang yang percaya Ayuni hembuskan nafas terakhir karena sakit. Karena tak ada tanda-tanda bekas luka di tubuh Ayuni secara kasat mata. Namun Eman melihat dengan mata lain, mata batinnya yang terasah sekian lama.Eman bukan pria baik di masa mudanya, bahkan di hari tua pun tidak, sampai hidayah datang padanya dan menjadikan dirinya melangkah di jalan tobat. Salah satunya berkat Ayuni yang semasa hidup mau dekat dan peduli padanya.Kini Ayuni telah pergi lebih dulu dengan cara yang tragis. Kematian Ayuni karena tangan jahat suaminya Jarot alias Jagat."Katakan apa maumu?" tanya Jagat yang sudah ikut berhenti."Aku mau n
"Eh, tunggu. Tadi lo bilang Della keserempet mobil?" tanya Winda. "Perasaan gue gak bilang Della, deh. Tapi ada cewek yang keserempet mobil." "Tapi kok gue curiga Della yang keserempet itu mobil," ucap Winda yakin. "Serius lo?" Riga tampak berubah roman wajahnya. "Kalau serius apa gak, bisa kita coba cari tahu!" "Caranya?" "Ya, bertanya Riga. Kan di dekat kejadian itu ada banyak orang. Salah satunya bisa aja kenal sama sosok Della," jelas Winda. "Oh, iya. Cukup banyak yang kenal sama gue dan Della. Terutama petugas keamanan taman. Kan gue ke sana gak cuma hari minggu pas olahraga aja." "Kita balik ke taman, cari tahu!" ajak Winda. Riga tumbuh semangatnya. Walau belum tentu akan tahu keberadaan Della, tapi dengan petunjuk kecil yang didapat, dimana Della berada bisa saja diketahui. "Ayo, berangkat!" ajak Riga. Baru saja keduanya beranjak berdiri, Wirahadi keluar dari dalam rumah. "Loh, pad
Eman berhenti berlari. Tempat yang dipilih Eman itu jauh dari keramaian, di sebuah lahan yang banyak ditumbuhi pohon bambu. Eman yakin di sini lokasi yang tepat untuk mengubur Jagat yang dikenalnya sebagai Jarot, pria yang diyakini pula penyebab kematian tak wajar Ayuni. Bagi Eman, persetan dengan perkiraan banyak orang yang percaya Ayuni hembuskan nafas terakhir karena sakit. Karena tak ada tanda-tanda bekas luka di tubuh Ayuni secara kasat mata. Namun Eman melihat dengan mata lain, mata batinnya yang terasah sekian lama. Eman bukan pria baik di masa mudanya, bahkan di hari tua pun tidak, sampai hidayah datang padanya dan menjadikan dirinya melangkah di jalan tobat. Salah satunya berkat Ayuni yang semasa hidup mau dekat dan peduli padanya. Kini Ayuni telah pergi lebih dulu dengan cara yang tragis. Kematian Ayuni karena tangan jahat suaminya Jarot alias Jagat. "Katakan apa maumu?" tanya Jagat yang sudah ikut berhenti. "Ak
"Rajaku Ra Kala." Jagat melihat ke sekeliling.Tepat di cermin kecil yang tergantung di pintu dalam, Jagat melihat bayangan hitam.Dengan langkah ringan, Jagat datangi cermin."Siapa tadi yang baru datang?""Eman, Paman dari Ayuni.""Mau apa dia ke sini?""Ampun rajaku, dia ingin ingatkan aku agar tak menyakiti Ayuni.""Hahaha, peringatan kosong!""Tapi....""Apa kamu ragu padaku? Aku akan buat dia menyusul Ayuni. Itu tergantung pada apa dirimu punya nyali atau tidak!""Apa artinya rajaku?""Sama seperti Ayuni, kamu harus bunuh dia! Habisi Eman, ambil jiwanya, makan hatinya. Jika kamu bisa lakukan itu, kamu akan dapatkan kekuatan lebih dan aku akan lebih kuat pula. Cukup itu yang kamu ketahui. Nah, sekarang aku pinjam tubuhmu untuk aku bertemu bidadari Ayuni, bersamanya aku ingin mendaki ke atas puncak berkali-kali. Hahaha.""Rajaku, apa tak bisa nanti saja?" tanya Jagat menawar.
Waktu merangkak pelan tapi pasti. Tak terasa hari ini menjadi hari ketujuh bagi Jagat yang memakai identitas Jarot, hidup bersama Ayuni.Ayuni merasa bahagia dan senang bisa menjadi istri Jagat alias Jarot, dia bukan mengejar harta seperti yang dirumorkan tetangganya.Cinta Ayuni besar pada Jarot alias Jagat itu. Karena seleranya beda, Ayuni menyukai pria dewasa yang usianya belasan tahun darinya. Jarot memenuhi kriteria pasangan idaman yang Ayuni impikan. Selain jauh lebih dewasa, status duda yang dimiliki Jarot menjadi nilai lebih di mata Ayuni.Walau selama malam datang Ayuni sedikit merasa takut akan kebuasan Jarot di atas ranjang, tapi tak mengurangi kasih sayangnya. Malah ada rasa ketagihan yang ingin terus diulang dan diulang Ayuni, yang dalam hatinya berharap malam tak cepat berakhir.Lelah pasti, tapi setiap bangun Ayuni malah merasakan dirinya jauh bertambah segar.Seperti di pagi terakhir ini.Ayuni yang hampir semalaman ber
"Pelet? Mamang terlalu berperasaan buruk. Ayuni mencintaiku tanpa paksaan. Oh, aku tahu, apa Mamang mencari uangku? Kalau iya, berapa yang Mamang butuh?" sindir Jagat. "Jarot jaga ucapanmu! Uang, aku tak munafik. Aku butuh uang untuk bertahan hidup. Tapi bukan uang darimu. Ayuni itu keponakan paling kusayang. Kalau ada apa-apa dengan dirinya, aku akan kejar dirimu. Sampai ke lubang terkecil sekalipun, aku akan dapatkan kamu!" Eman mengancam. "Apa Mamang tak sadar? Aku dan Ayuni saling menyayangi. Kami terikat takdir sebagai suami - istri. Tenang saja, tak akan ada yang terjadi pada Ayuni. Kalau ada hal buruk menimpanya, aku akan cari Mamang!" gantian Jagat yang mengancam. "Kamu mengancamku?" Eman naikkan kepalanya. "Sama-sama. Mamang juga mengancamku. Dalam hidup ini, aku tak mau mencari musuh. Tapi kalau musuh datang mencariku, aku tak takut!" Jagat berdiri. Eman ikut berdiri. Mata mereka berdua keluarkan hawa permusuhan luar biasa. Ber
Della tak seharusnya tak mati, itu yang ada di pikiran dan hati Jagat.Kini mayat Della ada di depan mata Jagat, terbungkus kain sprei, tergeletak di atas tanah di halaman belakang."Ra Kala, aku malas untuk menggali tanah. Aku lelah. Ini tugasmu untuk hilangkan jejak. Jika tak mau, akhiri saja ini semua!"Jagat tak menunggu, dia balik badan dan menggeser kakinya maju untuk segera berdiri di depan pintu belakang. Gendang telinganya tersentuh halus suara api membakar.Tetapi Jagat sama sekali tak tertarik, dia sentuh gagang pintu, membelai sekali, lalu ditekan dan daun pintu terbuka.Dengan dua kali langkah kaki, Jagat telah berada di dalam rumah bagian belakang dengan tinggalkan suara berdebam pintu yang dibantingnya.Jagat tinggalkan mayat Della yang terbakar di halaman belakang.Ra Kala telah bantu Jagat, suatu hal yang sering dilakukan olehnya demi kepentingan Jagat dan dirinya sendiri.Belum waktunya. Belum waktunya untuk a