Ini hari kedua Cici menjadi istri Jagat. Selepas malam pertama, pandangan Cici terhadap Jagat berubah.
Cici yang tadinya takut pada Jagat, berbalik menjadi sayang dan tak mau lepas dari suaminya itu. Semua berawal dari malam pertama yang penuh kesan lembut dan romantis, membuat bunga cinta Cici tumbuh mekar dengan cepat.
Lalu saat terbangun dari tidurnya, sebuah hadiah kalung bermata merah terang membuat Cici bahagia, selain kalung ada setangkai bunga mawar merah untuknya.
Tetapi Cici tak temukan Jagat di sisinya. Di bagian rumah yang lain pun tak ada.
Kemana perginya Jagat?
Pagi itu, di kebun belakang rumah Jagat.
Jagat duduk bersandar pohon dan jika ada yang melihatnya, maka akan beranggapan dirinya sakit karena bicara seorang diri.
Tidak, Jagat tidak gila. Dia hanya sedang berkomunikasi dengan Ra Kala.
Ra Kala unik, kapan saja jika dia mau bicara dengan Jagat dan sebaliknya, maka selalu ada waktu yang diberikan. Kecuali jika Ra Kala merasa tak perlu, maka Jagat tak bisa paksa dirinya untuk bicara.
Cara komunikasi Ra Kala pun beraneka macam rupa. Bisa melalui mimpi dan cermin seperti pertemuan pertama, dengan meminjam mulut manusia atau seperti saat ini, bersuara tanpa wujud yang hanya bisa didengar Jagat.
Ra Kala tak butuh kemenyan untuk dibakar, dia pun tak butuh mantra khusus atau cara-cara mistik lainnya. Ra Kala jin yang tak mau terikat dengan segala macam ritual pemanggilan, kecuali ritual persembahan, dia suka itu.
Ra Kala suka darah, darah perawan yang paling dia sukai. Nafsunya besar dan dia temukan Jagat sebagai hamba yang pas. Ketika ingin tuntaskan nafsu, dia akan gunakan tubuh Jagat.
Secara fisik terlihat Jagat yang berbuat, tapi itu tidak benar karena Jagat hanya merasakan tubuhnya kehilangan banyak tenaga dan lelah, berikut tulang yangbl seakan mau terlepas dari persendian saking lelah dan sakit telah menggunakan tenaga terlalu banyak. Itu terjadi saat tubuhnya terlepas dari masa peminjaman Ra Kala.
Seperti pagi tadi, saat Jagat terbangun dia hanya bisa pandangi wajah kepuasan Cici yang baru saja memberikan bunga sucinya dipetik Ra Kala. Tanpa dia mengusap sedikitpun kulit halus Cici semalam.
Karena sebelum malam pertama datang, saat Jagat memboyong Cici turun dari panggung pelaminan dan dibawa masuk ke dalam rumah yang hanya mereka berdua, di sela-sela Cici menunggu di kamar dan Jagat berada di kamar yang lain, Jagat ditemui Ra Kala melalui cermin.
Dalam pertemuan singkat itu, Ra Kala punya satu pesan yang harus dan bisa dipenuhi Jagat.
"Jangan pernah tangan kotormu itu sentuh Cici sama sekali! Jika pun kamu mau sentuh dia, maka itu bukan dirimu. Aku pemilik Cici. Aku penguasa dirimu. Kamu pun harus ingat, selama waktu pernikahan keduamu belum tiba, aku ijinkan kamu bergaul dengan sembarang wanita. Tapi jika aku temukan ada yang menarik, maka tubuhmu aku pinjam!"
Jagat merasa dirinya adalah wadah bagi nafsu Ra Kala yang besar.
Tapi Jagat tak bisa mundur, karena Ra Kala telah memberi ancaman akan menghentikan hidupnya di dunia dan menjadi malaikat maut palsu, tapi kematian pasti datangnya.
Pagi ini, setelah Jagat taruh hadiah perhiasan dan bunga buat Cici, dia pun ingin berbincang-bincang dengan Ra Kala.
"Rajaku, aku mau bicara!" desis Jagat.
Setelah enam kali dan mendekati batas putus asa, suara tawa Ra Kala terdengar kencang di telinga Jagat.
Suara tawa tanpa wujud.
"Hahaha, ada apa kamu panggil aku?"
"Aku...." Jagat ragu-ragu untuk bicara.
Sebelumnya, Jagat berhasrat untuk ubah kesepakatan dengan Ra Kala. Karena dia pria normal dan masih punya kekuatan sebagai suami yang gagah. Apalagi ketika dia melihat Cici yang tidur tanpa selimut dan belum lagi memakai penutup tubuh.
Tetapi ketika suara Ra Kala terdengar, Jagat malah membisu.
"Apa kamu ngiri?"
Jagat tersentak kaget dari lamunannya.
"Ingat, kita sudah ada kesepakatan. Perawan yang kamu nikahi itu jadi hak bagiku. Tugasmu hanya mencari perawan, jadi pengantin dan algojo di hari terakhir perawan itu menikmati indahnya dunia. Masalah apa yang terjadi di dalam kamar, itu bagianku. Hahaha!"
"Tapi...." Jagat tak jadi sambung ucapannya.
"Tapi kamu akan aku berikan apa yang kamu mau, harta, awet muda dan keabadian. Setelah perawan dan pernikahan ke tiga belas terlaksana, aku tak akan lagi bebani dirimu, kamu bebas mau lakukan apapun."
Jagat tak yakin apa dia mampu melewati pernikahannya yang ke tiga belas. Karena dari syarat yang dia dapat, tak mudah mencari perawan terakhir yang akan jadikan dia abadi.
"Kamu tak perlu kuatir. Selama masa penantian perawan pertama ke yang kedua, kamu boleh bermain di taman bunga yang kamu suka. Tetapi aku akan ikut disisimu, ketika aku melihat ada bunga yang pantas buat aku petik."
Jagat hanya bisa anggukan kepala.
"Aku pergi, kita ketemu lagi di hari ketujuh, hari terakhir aku menjadi suami Cici dan juga saat pertama kamu menjadi algojo Cici. Kamu penjagal bagi Cici, jagal Jagat. Hahaha!"
Jagat angkat kepalanya dan menatap matahari yang sedikit tertutup awan gelap. Seperti dirinya yang saat ini sedang berdiri di batas antara gelap dan terang.
Hati nurani Jagat mengajak dirinya untuk melarikan diri dari Ra Kala. Setidaknya tak menjadi jagal Jagat seperti yang Ra Kala bilang. Walau untuk itu dia harus dapat hukuman dari Ra Kala kapan pun itu waktunya.
*
Malam ketujuh.
Masih ada waktu bagi Jagat untuk lari dan tak biarkan dirinya masuk ke dalam kamar. Kalau dia sempat injakan kaki ke dalam kamar, saat itu juga dirinya bukanlah dia, tapi Ra Kala.
Tetapi Jagat takut mati. Karena sore tadi, saat dia berada di kamar mandi, muncul bayangan air dan suara Ra Kala terdengar mengancam.
"Aku tahu isi hatimu. Kamu boleh saja pergi dan batalkan perjanjian ini. Aku tak akan rugi, harta yang kuberikan bisa kutarik kembali. Aku pun telah menikmati keindahan Cici sepuas-puasnya. Tapi kamu, harta dariku berhenti dan keabadian bisa kamu dapati di alam kubur."
Karena itu, malam ini Jagat sedang galau. Dia takut mati, tapi dia pun takut darah Cici menempel di tangannya.
Detak detik jam terus berjalan, tak beri kesempatan Jagat untuk berpikir lebih lama dan panjang.
Sampai suara mendesah Cici yang berdiri di depan pintu membuat nafas Jagat terasa berhenti.
Cici berdiri dengan memakai baju yang tak bisa menutupi seluruh tubuhnya, matanya menatap sayu dan rambut panjangnya tergerai. Senyum menggoda dan lirikan mautnya berhasil menarik Jagat untuk berdiri.
Selanjutnya Jagat tak tahu apa-apa lagi.
*
Di atas ranjang yang beberapa waktu lalu berderit ramai dan bersatu teriakan serta keringat Cici, kini tampak sunyi.
Cici sama sekali tak bergerak. Sementara Jagat berdiri di tepi ranjang dengan wajah yang tak bisa diungkap, ada kesedihan yang kadang berganti dengan rasa puas.
Di sudut bibir Jagat ada noda darah. Darah Cici yang baru saja dia minum dari luka leher Cici. Luka yang disebabkan pisau tajam yang saat ini berada di tangan kiri Jagat.
Tapi di ranjang, luka leher Cici sudah menutup rapat dan tak ada tanda-tanda bekas robek. Padahal saat Jagat merobek leher Cici, leher itu terbuka lebar dan Jagat menikmati air mancur darah Cici bak binatang buas kehausan. Darah Cici tak hanya menerobos mulut, tenggorokan dan berakhir di perut Jagat, tapi wajah Jagat dicuci darah Cici.
Luka leher Cici cukup dengan Jagat usapkan tangannya ke bekas luka setelah dia puas meminum darah Cici.
Kini yang tertinggal hanya noda darah Cici di sudut bibir Jagat. Darah Cici yang menjadi cucian wajah Jagat telah meresap masuk ke dalam pori-pori wajah Jagat.
Jagat tersenyum, lalu dia bergerak untuk pakaikan baju ke tubuh polos Cici. Tak lama dia berjalan keluar dari dalam kamar untuk beri kabar meninggalnya Cici pada Kadi.
Mulai detik ini, Jagat akan memulai petualangan baru dengan identitas yang baru dengan tujuan mencari pengantin ke tiga belas demi keabadian yang dia cari.
Hari ini.Gadis yang memakai baju olahraga tangan panjang dan celana training panjang itu baru keluar dari dalam tenda tukang bubur ayam.Di leher gadis yang cantik itu ada handuk kecil berwarna biru yang senada dengan warna celana.Kulit putih gadis itu terlihat bercahaya, terutama parasnya yang menjadi penarik pertama sukma mereka para pria hidung belang maupun tidak.Gadis itu Winda, yang baru saja selesai sarapan pagi semangkuk bubur ayam bersama Dewo yang sedang berdiri di gerobak penjual susu kedelai.Satu setengah jam sebelumnya, Winda ajak Dewo joging pagi. Joging sih cuma butuh waktu sebentar, sekitar dua puluh menit berlari dari rumah menuju taman kompleks perumahan. Tetapi yang lama itu menunggu Dewo asyik bermain aneka macam permainan di taman, seperti perosotan, ayunan dan lainnya.Baru setelah merasa bosan, Dewo yang lapar ajak Winda makan bubur ayam.Walau harus keluar duit buat keponakannya itu, tapi Winda senang darip
"Oya, Mas. Sebaiknya lupakan saja niat Mas untuk cari jodoh buatku. Bukan aku tak suka Mas ikut campur, maaf saja... aku mau cari sendiri. Kecuali aku sendiri yang minta tolong pada Mas," ucap Winda yang masih panas hatinya.Dendi memerah wajahnya.Wini yang duduk di sebelah Dendi, cepat genggam tangan suaminya itu."Win... Kakak bisa mengerti jika kamu menolak. Mungkin cara penyampaian kami yang kurang berkenan untukmu. Mungkin juga kami datang di saat waktu yang tepat. Tapi percayalah, maksud kami baik. Jadi tolong jangan salah paham. Mas Dendi tak bermaksud jahat, dia ingin lihat kamu bahagia. Itu saja tujuan kami," ucap Wini tenang."Kak Ni, aku mengerti. Mas Dendi tak ada niat jahat padaku. Ya, sudahlah. Aku minta maaf pada kalian berdua. Mungkin ada ucapan kasarku yang buat salah satu di antara kalian sakit hati." Winda tatap Dendi.Dendi mendengus. Dia tetap tak terima dengan cara minta maaf Winda. Namun setelah dia berpikir lebih jauh
Gadis itu teringat kejadian beberapa waktu lalu. Dia kabur dari Riga, kekasih hatinya hanya karena masalah sepele.Mereka bertengkar hanya karena Riga tak mau menemaninya melihat-lihat baju di kaki lima di salah satu sudut taman tempat mereka berolahraga. Ada yang mau dia beli.Gadis itu Della adanya.Della yang ngambek meninggalkan Riga yang mengantri membayar makanan nasi pecel yang baru mereka makan.Kepergian Della bukan tak dilihat Riga. Hanya karena dia belum membayar, maka dia harus bersabar sebelum bisa kejar Della.Namun saat Riga selesai membayar, bayangan Della lenyap.Riga bingung. Karena itu dia berdiri di depan persimpangan dengan pikiran kalut. Apa Della ambil jalan kanan menuju tempat pedagang kaki lima diijinkan gelar dagangan setiap hari minggu pagi? Apa ke berbelok ke kiri menuju gerbang taman untuk pulang.Della yang ambil jalan kiri berharap Riga susul dirinya untuk merayu dan ajak dia kembali melihat lapak pedaga
Della tak seharusnya tak mati, itu yang ada di pikiran dan hati Jagat.Kini mayat Della ada di depan mata Jagat, terbungkus kain sprei, tergeletak di atas tanah di halaman belakang."Ra Kala, aku malas untuk menggali tanah. Aku lelah. Ini tugasmu untuk hilangkan jejak. Jika tak mau, akhiri saja ini semua!"Jagat tak menunggu, dia balik badan dan menggeser kakinya maju untuk segera berdiri di depan pintu belakang. Gendang telinganya tersentuh halus suara api membakar.Tetapi Jagat sama sekali tak tertarik, dia sentuh gagang pintu, membelai sekali, lalu ditekan dan daun pintu terbuka.Dengan dua kali langkah kaki, Jagat telah berada di dalam rumah bagian belakang dengan tinggalkan suara berdebam pintu yang dibantingnya.Jagat tinggalkan mayat Della yang terbakar di halaman belakang.Ra Kala telah bantu Jagat, suatu hal yang sering dilakukan olehnya demi kepentingan Jagat dan dirinya sendiri.Belum waktunya. Belum waktunya untuk a
"Pelet? Mamang terlalu berperasaan buruk. Ayuni mencintaiku tanpa paksaan. Oh, aku tahu, apa Mamang mencari uangku? Kalau iya, berapa yang Mamang butuh?" sindir Jagat. "Jarot jaga ucapanmu! Uang, aku tak munafik. Aku butuh uang untuk bertahan hidup. Tapi bukan uang darimu. Ayuni itu keponakan paling kusayang. Kalau ada apa-apa dengan dirinya, aku akan kejar dirimu. Sampai ke lubang terkecil sekalipun, aku akan dapatkan kamu!" Eman mengancam. "Apa Mamang tak sadar? Aku dan Ayuni saling menyayangi. Kami terikat takdir sebagai suami - istri. Tenang saja, tak akan ada yang terjadi pada Ayuni. Kalau ada hal buruk menimpanya, aku akan cari Mamang!" gantian Jagat yang mengancam. "Kamu mengancamku?" Eman naikkan kepalanya. "Sama-sama. Mamang juga mengancamku. Dalam hidup ini, aku tak mau mencari musuh. Tapi kalau musuh datang mencariku, aku tak takut!" Jagat berdiri. Eman ikut berdiri. Mata mereka berdua keluarkan hawa permusuhan luar biasa. Ber
Waktu merangkak pelan tapi pasti. Tak terasa hari ini menjadi hari ketujuh bagi Jagat yang memakai identitas Jarot, hidup bersama Ayuni.Ayuni merasa bahagia dan senang bisa menjadi istri Jagat alias Jarot, dia bukan mengejar harta seperti yang dirumorkan tetangganya.Cinta Ayuni besar pada Jarot alias Jagat itu. Karena seleranya beda, Ayuni menyukai pria dewasa yang usianya belasan tahun darinya. Jarot memenuhi kriteria pasangan idaman yang Ayuni impikan. Selain jauh lebih dewasa, status duda yang dimiliki Jarot menjadi nilai lebih di mata Ayuni.Walau selama malam datang Ayuni sedikit merasa takut akan kebuasan Jarot di atas ranjang, tapi tak mengurangi kasih sayangnya. Malah ada rasa ketagihan yang ingin terus diulang dan diulang Ayuni, yang dalam hatinya berharap malam tak cepat berakhir.Lelah pasti, tapi setiap bangun Ayuni malah merasakan dirinya jauh bertambah segar.Seperti di pagi terakhir ini.Ayuni yang hampir semalaman ber
"Rajaku Ra Kala." Jagat melihat ke sekeliling.Tepat di cermin kecil yang tergantung di pintu dalam, Jagat melihat bayangan hitam.Dengan langkah ringan, Jagat datangi cermin."Siapa tadi yang baru datang?""Eman, Paman dari Ayuni.""Mau apa dia ke sini?""Ampun rajaku, dia ingin ingatkan aku agar tak menyakiti Ayuni.""Hahaha, peringatan kosong!""Tapi....""Apa kamu ragu padaku? Aku akan buat dia menyusul Ayuni. Itu tergantung pada apa dirimu punya nyali atau tidak!""Apa artinya rajaku?""Sama seperti Ayuni, kamu harus bunuh dia! Habisi Eman, ambil jiwanya, makan hatinya. Jika kamu bisa lakukan itu, kamu akan dapatkan kekuatan lebih dan aku akan lebih kuat pula. Cukup itu yang kamu ketahui. Nah, sekarang aku pinjam tubuhmu untuk aku bertemu bidadari Ayuni, bersamanya aku ingin mendaki ke atas puncak berkali-kali. Hahaha.""Rajaku, apa tak bisa nanti saja?" tanya Jagat menawar.
Eman berhenti berlari. Tempat yang dipilih Eman itu jauh dari keramaian, di sebuah lahan yang banyak ditumbuhi pohon bambu. Eman yakin di sini lokasi yang tepat untuk mengubur Jagat yang dikenalnya sebagai Jarot, pria yang diyakini pula penyebab kematian tak wajar Ayuni. Bagi Eman, persetan dengan perkiraan banyak orang yang percaya Ayuni hembuskan nafas terakhir karena sakit. Karena tak ada tanda-tanda bekas luka di tubuh Ayuni secara kasat mata. Namun Eman melihat dengan mata lain, mata batinnya yang terasah sekian lama. Eman bukan pria baik di masa mudanya, bahkan di hari tua pun tidak, sampai hidayah datang padanya dan menjadikan dirinya melangkah di jalan tobat. Salah satunya berkat Ayuni yang semasa hidup mau dekat dan peduli padanya. Kini Ayuni telah pergi lebih dulu dengan cara yang tragis. Kematian Ayuni karena tangan jahat suaminya Jarot alias Jagat. "Katakan apa maumu?" tanya Jagat yang sudah ikut berhenti. "Ak
"Loh, memangnya kenapa sama Della? Kok, lo terlihat cemas gitu?" tanya Nusi, lalu anggukkan kepala pada Winda yang berdiri di belakang Riga."Della belum pulang Bang," jawab Riga cepat."Kok, bisa?" Nusi kaget.Winda ambil alih, sebisanya dia jelaskan kronologi awal pada Nusi. Mengenai pertengkaran Riga dan Della. Diakhiri dengan cerita sampai sekarang Della belum pulang."Oh, aneh kalau gitu!" seru Nusi."Jelasin, Bang!" pinta Riga cemas."Tadi gue lihat Della keluar dari taman dengan wajah merah. Kayaknya lagi kesal dia, sampai gak lihat ada mobil lewat. Kena keserempet, terus pemilik mobil keluar. Della diajak pergi ke klinik. Eh, klinik apa gak, gue gak tahu pasti sih. Cuma yang gue lihat Della ya masuk itu mobil," jelas Nusi."Bang, lo kan keamanan taman. Masa iya, lo gak tahan dulu itu orang, tanya-tanya gitu dimana rumah orang itu, jaga-jaga kalau ada apa-apa sama Della," ucap Riga nyaris tanpa jeda."Lo ny
"Eh, tunggu. Tadi lo bilang Della keserempet mobil?" tanya Winda."Perasaan gue gak bilang Della, deh. Tapi ada cewek yang keserempet mobil.""Tapi kok gue curiga Della yang keserempet itu mobil," ucap Winda yakin."Serius lo?" Riga tampak berubah roman wajahnya."Kalau serius apa gak, bisa kita coba cari tahu!""Caranya?""Ya, bertanya Riga. Kan di dekat kejadian itu ada banyak orang. Salah satunya bisa aja kenal sama sosok Della," jelas Winda."Oh, iya. Cukup banyak yang kenal sama gue dan Della. Terutama petugas keamanan taman. Kan gue ke sana gak cuma hari minggu pas olahraga aja.""Kita balik ke taman, cari tahu!" ajak Winda.Riga tumbuh semangatnya. Walau belum tentu akan tahu keberadaan Della, tapi dengan petunjuk kecil yang didapat, dimana Della berada bisa saja diketahui."Ayo, berangkat!" ajak Riga.Baru saja keduanya beranjak berdiri, Wirahadi keluar dari dalam rumah."Loh, pada mau kemana
Eman berhenti berlari.Tempat yang dipilih Eman itu jauh dari keramaian, di sebuah lahan yang banyak ditumbuhi pohon bambu.Eman yakin di sini lokasi yang tepat untuk mengubur Jagat yang dikenalnya sebagai Jarot, pria yang diyakini pula penyebab kematian tak wajar Ayuni.Bagi Eman, persetan dengan perkiraan banyak orang yang percaya Ayuni hembuskan nafas terakhir karena sakit. Karena tak ada tanda-tanda bekas luka di tubuh Ayuni secara kasat mata. Namun Eman melihat dengan mata lain, mata batinnya yang terasah sekian lama.Eman bukan pria baik di masa mudanya, bahkan di hari tua pun tidak, sampai hidayah datang padanya dan menjadikan dirinya melangkah di jalan tobat. Salah satunya berkat Ayuni yang semasa hidup mau dekat dan peduli padanya.Kini Ayuni telah pergi lebih dulu dengan cara yang tragis. Kematian Ayuni karena tangan jahat suaminya Jarot alias Jagat."Katakan apa maumu?" tanya Jagat yang sudah ikut berhenti."Aku mau n
"Eh, tunggu. Tadi lo bilang Della keserempet mobil?" tanya Winda. "Perasaan gue gak bilang Della, deh. Tapi ada cewek yang keserempet mobil." "Tapi kok gue curiga Della yang keserempet itu mobil," ucap Winda yakin. "Serius lo?" Riga tampak berubah roman wajahnya. "Kalau serius apa gak, bisa kita coba cari tahu!" "Caranya?" "Ya, bertanya Riga. Kan di dekat kejadian itu ada banyak orang. Salah satunya bisa aja kenal sama sosok Della," jelas Winda. "Oh, iya. Cukup banyak yang kenal sama gue dan Della. Terutama petugas keamanan taman. Kan gue ke sana gak cuma hari minggu pas olahraga aja." "Kita balik ke taman, cari tahu!" ajak Winda. Riga tumbuh semangatnya. Walau belum tentu akan tahu keberadaan Della, tapi dengan petunjuk kecil yang didapat, dimana Della berada bisa saja diketahui. "Ayo, berangkat!" ajak Riga. Baru saja keduanya beranjak berdiri, Wirahadi keluar dari dalam rumah. "Loh, pad
Eman berhenti berlari. Tempat yang dipilih Eman itu jauh dari keramaian, di sebuah lahan yang banyak ditumbuhi pohon bambu. Eman yakin di sini lokasi yang tepat untuk mengubur Jagat yang dikenalnya sebagai Jarot, pria yang diyakini pula penyebab kematian tak wajar Ayuni. Bagi Eman, persetan dengan perkiraan banyak orang yang percaya Ayuni hembuskan nafas terakhir karena sakit. Karena tak ada tanda-tanda bekas luka di tubuh Ayuni secara kasat mata. Namun Eman melihat dengan mata lain, mata batinnya yang terasah sekian lama. Eman bukan pria baik di masa mudanya, bahkan di hari tua pun tidak, sampai hidayah datang padanya dan menjadikan dirinya melangkah di jalan tobat. Salah satunya berkat Ayuni yang semasa hidup mau dekat dan peduli padanya. Kini Ayuni telah pergi lebih dulu dengan cara yang tragis. Kematian Ayuni karena tangan jahat suaminya Jarot alias Jagat. "Katakan apa maumu?" tanya Jagat yang sudah ikut berhenti. "Ak
"Rajaku Ra Kala." Jagat melihat ke sekeliling.Tepat di cermin kecil yang tergantung di pintu dalam, Jagat melihat bayangan hitam.Dengan langkah ringan, Jagat datangi cermin."Siapa tadi yang baru datang?""Eman, Paman dari Ayuni.""Mau apa dia ke sini?""Ampun rajaku, dia ingin ingatkan aku agar tak menyakiti Ayuni.""Hahaha, peringatan kosong!""Tapi....""Apa kamu ragu padaku? Aku akan buat dia menyusul Ayuni. Itu tergantung pada apa dirimu punya nyali atau tidak!""Apa artinya rajaku?""Sama seperti Ayuni, kamu harus bunuh dia! Habisi Eman, ambil jiwanya, makan hatinya. Jika kamu bisa lakukan itu, kamu akan dapatkan kekuatan lebih dan aku akan lebih kuat pula. Cukup itu yang kamu ketahui. Nah, sekarang aku pinjam tubuhmu untuk aku bertemu bidadari Ayuni, bersamanya aku ingin mendaki ke atas puncak berkali-kali. Hahaha.""Rajaku, apa tak bisa nanti saja?" tanya Jagat menawar.
Waktu merangkak pelan tapi pasti. Tak terasa hari ini menjadi hari ketujuh bagi Jagat yang memakai identitas Jarot, hidup bersama Ayuni.Ayuni merasa bahagia dan senang bisa menjadi istri Jagat alias Jarot, dia bukan mengejar harta seperti yang dirumorkan tetangganya.Cinta Ayuni besar pada Jarot alias Jagat itu. Karena seleranya beda, Ayuni menyukai pria dewasa yang usianya belasan tahun darinya. Jarot memenuhi kriteria pasangan idaman yang Ayuni impikan. Selain jauh lebih dewasa, status duda yang dimiliki Jarot menjadi nilai lebih di mata Ayuni.Walau selama malam datang Ayuni sedikit merasa takut akan kebuasan Jarot di atas ranjang, tapi tak mengurangi kasih sayangnya. Malah ada rasa ketagihan yang ingin terus diulang dan diulang Ayuni, yang dalam hatinya berharap malam tak cepat berakhir.Lelah pasti, tapi setiap bangun Ayuni malah merasakan dirinya jauh bertambah segar.Seperti di pagi terakhir ini.Ayuni yang hampir semalaman ber
"Pelet? Mamang terlalu berperasaan buruk. Ayuni mencintaiku tanpa paksaan. Oh, aku tahu, apa Mamang mencari uangku? Kalau iya, berapa yang Mamang butuh?" sindir Jagat. "Jarot jaga ucapanmu! Uang, aku tak munafik. Aku butuh uang untuk bertahan hidup. Tapi bukan uang darimu. Ayuni itu keponakan paling kusayang. Kalau ada apa-apa dengan dirinya, aku akan kejar dirimu. Sampai ke lubang terkecil sekalipun, aku akan dapatkan kamu!" Eman mengancam. "Apa Mamang tak sadar? Aku dan Ayuni saling menyayangi. Kami terikat takdir sebagai suami - istri. Tenang saja, tak akan ada yang terjadi pada Ayuni. Kalau ada hal buruk menimpanya, aku akan cari Mamang!" gantian Jagat yang mengancam. "Kamu mengancamku?" Eman naikkan kepalanya. "Sama-sama. Mamang juga mengancamku. Dalam hidup ini, aku tak mau mencari musuh. Tapi kalau musuh datang mencariku, aku tak takut!" Jagat berdiri. Eman ikut berdiri. Mata mereka berdua keluarkan hawa permusuhan luar biasa. Ber
Della tak seharusnya tak mati, itu yang ada di pikiran dan hati Jagat.Kini mayat Della ada di depan mata Jagat, terbungkus kain sprei, tergeletak di atas tanah di halaman belakang."Ra Kala, aku malas untuk menggali tanah. Aku lelah. Ini tugasmu untuk hilangkan jejak. Jika tak mau, akhiri saja ini semua!"Jagat tak menunggu, dia balik badan dan menggeser kakinya maju untuk segera berdiri di depan pintu belakang. Gendang telinganya tersentuh halus suara api membakar.Tetapi Jagat sama sekali tak tertarik, dia sentuh gagang pintu, membelai sekali, lalu ditekan dan daun pintu terbuka.Dengan dua kali langkah kaki, Jagat telah berada di dalam rumah bagian belakang dengan tinggalkan suara berdebam pintu yang dibantingnya.Jagat tinggalkan mayat Della yang terbakar di halaman belakang.Ra Kala telah bantu Jagat, suatu hal yang sering dilakukan olehnya demi kepentingan Jagat dan dirinya sendiri.Belum waktunya. Belum waktunya untuk a