Sebulan sejak pertemuan Jagat dan Ra Kala di alam mimpi pun berlalu.
Jagat telah kembali ke desa tempat masa kecilnya, tapi bukan ke gubuk yang lama. Tidak, dia kini tinggal di rumah besar yang dibangun belum lama, jadi masih terlihat baru dan juga yang paling besar. Gubuknya yang lama masih ada dan itu berada di samping rumah, tetap dibiarkan utuh sebagai kenangan.
Jagat pun menjelma menjadi orang kaya baru di desa Sindang Sari, desa kecil yang terletak di bawah kaki gunung Karang. Desa yang sejatinya cukup terpencil itu, kini menjadi desa yang menjadi buah bibir penduduk desa lain, karena pernikahan Jagat yang kedua digelar besar-besaran dan turut mengundang siapa saja yang mau hadir.
Memang hanya sehari saja pesta itu digelar, tapi sebelum pesta nikah digelar, Jagat telah buat pesta yang lain, pesta penyambutan hari pernikahan dirinya dengan perawan anak bungsu Kadi yang baru berusia enam belas tahun yang bernama Cici.
Jaman itu, banyak anak gadis berusia belia yang sudah menikah, pun sama di desa Sindang Sari. Bahkan jika ada anak gadis yang berusia lewat dari usia tujuh belas tahun dan belum laku, akan dicap perawan tua.
Desa Sindang Sari, pada tiga puluh enam tahun lalu itu bukan desa yang penduduknya kenal ilmu sekolah. Jadi perempuan di desa itu sudah diajarkan dan dipersiapkan untuk menjadi seorang istri sejak mereka mulai mendapati haid yang pertama.
Kadi bukan orang asing bagi Jagat. Bahkan Kadi itu penolong sekaligus yang menjagal Jagat dengan cara pengusiran. Ya, Kadi itulah tempat Jagal pinjam uang dan juga yang mengusir dirinya dari desa.
Tapi itu dulu, sebulan yang lalu ketika Jagat belum bertemu Ra Kala.
Sebulan yang lewat.
Pagi-pagi buta, Jagat telah berdiri di depan pintu rumah Kadi yang masih tertutup. Rumah Kadi yang paling besar di desa Sindang Sari. Kekayaan Kadi dari hasil kebunnya yang melimpah ruah, tapi sebenarnya dari usaha bunga uang lah, keuangan Kadi seakan tak berhenti mengalir.
Jagat salah satu korban dari Kadi dari banyaknya korban Kadi yang tersebar tak hanya di desa Sindang Sari belaka.
"Kadi cepat keluar!" teriak Jagat mengguncang pagi.
Tiga kali Jagat berteriak memanggil Kadi. Baru setelah itu pintu jati yang berat terbuka dan muncul Kadi dengan wajah tak senang.
"Hei orang miskin, apa maumu ganggu tuan besar di pagi hari? Apa kamu tak takut aku usir lagi dan hadiah pukulan di tubuhmu!" ancam Kadi.
"Hahaha, empat hari yang lalu, pantas kamu bilang aku miskin. Tapi tidak hari ini. Kamu akan terkejut!" gelak Jagat keras.
Saling kerasnya tawa Jagat, di depan pagar rumah Kadi berkumpul banyak orang yang ingin menjadi saksi keributan.
"Eh, Jagat... apa kamu sudah berubah menjadi gila? Baru beberapa hari menjadi pengemis, kamu sudah tak kuat! Pantas hidupmu selalu kekurangan dan berhak menyandang orang miskin!" ledek Kadi.
Dari arah dalam rumah keluar istri Kadi dan dia tampak menarik tangan Kadi, seakan menyuruh masuk dan tak hiraukan Jagat.
"Aku akan masuk Nyi, setelah aku hajar orang miskin ini!" tolak Kadi sambil tunjuk Jagat.
Jagat menjawab dengan membuka bungkusan kain lusuh yang dia bawa. Pagi itu pakaian yang melekat ditubuh bajunya yang lama, sementara kain itu didapat di jalan, kain yang telah dibuang dan banyak bolongnya.
Tetapi begitu bungkusan kain lusuh dibuka Jagat. Tak hanya mata Kadi yang melotot keluar, tapi banyak pasang mata tetangga Jagat yang lain.
Dari dalam kain bungkusan yang Jagat bawa ada kotak emas pemberian Ra Kala. Lalu Jagat buka kotak emas dan sinar manik perhiasan membuat sinar matahari pagi seakan malu untuk bersaing.
Jagat gerakan tangan kirinya ke dalam kotak yang terbuka dan meraih ke dalam kotak. Dengan gerakan lambat, dia tarik beberapa macam perhiasan keluar dari dalam kotak.
"Perhiasan ini untukmu, sebagai bayaran hutangku padamu dan gubuk milikku kembali pada pemiliknya yang lama. Apa kamu setuju?" Jagat lempar ke atas tanah perhiasan yang dia dapat dari Ra Kala.
Bak orang kesetanan, Kadi memburu dan berjongkok memunguti lima macam perhiasan yang ada di atas tanah. Kalung emas, gelang mutiara, cincin mata kucing dan emas, serta anting-anting dengan mata permata yang indah. Semua perhiasan itu berada di dalam genggaman Kadi.
Kadi angkat tangannya ke arah wajahnya, di ingin hirup wangi perhiasan yang baru dia dapat. Aroma bertambah pundi-pundi uangnya pun tercium.
"Bagaimana Kadi? Apa kamu setuju?" tanya Jagat.
"Ya, setuju. Hutangmu lunas!" ucap Kadi yang tak mau kehilangan kesempatan mendapatkan perhiasan yang berada di genggamannya.
"Nah, aku akan berikan kotak ini untukmu. Tapi ada syaratnya!" Jagat letakkan kotak emas yang telah dia tutup ke atas tanah di dekat kakinya.
"Apa?" tanya Kadi dengan mata hijau melihat ke arah kotak emas.
"Aku sudah menduda sekian lama. Karena itu aku ingin nikahi Cici, anak bungsumu. Anggap saja uang ini sebagai lamaranku dan juga pembayaran sebagian tanah milikmu untuk aku bangun istana dan Cici sebagai ratunya. Setuju?" tanya Jagat
"Setuju, aku setuju!" jawab Kadi tanpa banyak pikir.
"Ingat, kamu tak bisa ingkar karena ada banyak saksi di sini!" Jagat tertawa.
"Aku tak ingkar!" janji Kadi.
"Tapi aku tak mau Aba!" ucap Cici yang ikut keluar rumah.
"Diam, kamu! Sebagai anak harus menuruti orang tuanya. Apa kamu mau jadi anak durhaka!' bentak Kadi.
"Ami, aku tak mau nikah sama dia!" Cici tunjuk Jagat, dia minta dukungan dari ibunya.
"Hush, benar kata Aba. Kamu harus nurut. Lihat, harta sebagai lamaranmu saja buat kita semua untung! Kita semakin kaya!"
Cici tarik nafas kecewa, lalu dia berlari masuk dengan tangisan terdengar pilu.
"Nah, aku pergi dulu. Kamu harus jaga Cici untukku. Sebulan lagi pestaku dengan dirinya akan berlangsung!" Jagat tertawa terbahak-bahak.
Jagat mengenal Kadi cukup baik. Kadi tipikal manusia yang takluk oleh gemerlap perhiasan dan bau uang. Karena itulah Kadi dapat cepat takluk dan mau turuti kemauan Jagat. Tetapi sampai saat ini pun, mereka yang memiliki sifat seperti Kadi tak pernah berkurang.
Sejak saat itulah, Jagat yang berubah menjadi kaya raya dan telah menjadi jodoh bagi Cici menjadi topik menarik di desa Sindang Sari. Namanya pun semakin harum sejak dia bantu bayar hutang penduduk desa yang lain.
Jagat tak perlu kuatir, Ra Kala mendukung dirinya sepenuh hati.
Selain itu dengan Jagat berbuat baik, jika nanti kematian Cici datang tiba-tiba, tak akan ada orang yang curiga.
Kembali pada hari ini, hari yang dijanjikan Jagat untuk menikahi Cici. Pesta telah usai dan malam ini akan menjadi malam pertama bagi Cici, melayani dan melepas kesuciannya buat Jagat, pria yang terpaksa Cici terima sebagai suaminya.
Cici takut. Dia ingin berontak dan berlari pergi dari dalam kamar. Tetapi apa daya, dirinya hanya gadis muda yang rapuh dan kecil. Takut dicap anak durhaka oleh kedua orang tuanya pun membuatnya lemas tak berdaya.
Ketika Cici sedang duduk bingung di tepi ranjang, pintu kamar terbuka dan muncul Jagat.
Jagat tersenyum seram. Dia begitu bernafsu melihat Cici yang sebentar lagi akan menjadi teman tidurnya.
Cici naik ke atas kasur, wajahnya menunjukan rasa takut. Walau Jagat telah berubah banyak dari pria kurus dan kumal, menjadi pria gagah dan bersih, tetap tak bisa mengurangi rasa takut Cici si perawan kampung.
Jagat tutup pintu kamar. Tetapi saat dia berbalik badan, mendadak dirinya mematung.
"Hahaha, sekarang giliranku!"
Jagat tahu, Ra Kala yang bersuara di dekat telinganya.
Sikap patung Jagat membuat Cici heran. Namun berikutnya yang terjadi, Cici malah tersenyum lebar. Karena dia melihat wajah Jagat berubah seperti pangeran di dalam mimpinya.
Cici tak tahu, jika dia telah terpesona sihir Ra Kala melalui mata Jagat. Bahkan saat ini Jagat tak ada, yang ada hanya tubuh Jagat belaka dengan ruh Ra Kala yang bersiap jadikan Cici permainan nafsu busuknya.
Malam ini Ra Kala itu Jagat dan dia yang akan menikmati darah perawan Cici yang menjadi syarat tumbalnya.
Ini hari kedua Cici menjadi istri Jagat. Selepas malam pertama, pandangan Cici terhadap Jagat berubah.Cici yang tadinya takut pada Jagat, berbalik menjadi sayang dan tak mau lepas dari suaminya itu. Semua berawal dari malam pertama yang penuh kesan lembut dan romantis, membuat bunga cinta Cici tumbuh mekar dengan cepat.Lalu saat terbangun dari tidurnya, sebuah hadiah kalung bermata merah terang membuat Cici bahagia, selain kalung ada setangkai bunga mawar merah untuknya.Tetapi Cici tak temukan Jagat di sisinya. Di bagian rumah yang lain pun tak ada.Kemana perginya Jagat?Pagi itu, di kebun belakang rumah Jagat.Jagat dud
Hari ini.Gadis yang memakai baju olahraga tangan panjang dan celana training panjang itu baru keluar dari dalam tenda tukang bubur ayam.Di leher gadis yang cantik itu ada handuk kecil berwarna biru yang senada dengan warna celana.Kulit putih gadis itu terlihat bercahaya, terutama parasnya yang menjadi penarik pertama sukma mereka para pria hidung belang maupun tidak.Gadis itu Winda, yang baru saja selesai sarapan pagi semangkuk bubur ayam bersama Dewo yang sedang berdiri di gerobak penjual susu kedelai.Satu setengah jam sebelumnya, Winda ajak Dewo joging pagi. Joging sih cuma butuh waktu sebentar, sekitar dua puluh menit berlari dari rumah menuju taman kompleks perumahan. Tetapi yang lama itu menunggu Dewo asyik bermain aneka macam permainan di taman, seperti perosotan, ayunan dan lainnya.Baru setelah merasa bosan, Dewo yang lapar ajak Winda makan bubur ayam.Walau harus keluar duit buat keponakannya itu, tapi Winda senang darip
"Oya, Mas. Sebaiknya lupakan saja niat Mas untuk cari jodoh buatku. Bukan aku tak suka Mas ikut campur, maaf saja... aku mau cari sendiri. Kecuali aku sendiri yang minta tolong pada Mas," ucap Winda yang masih panas hatinya.Dendi memerah wajahnya.Wini yang duduk di sebelah Dendi, cepat genggam tangan suaminya itu."Win... Kakak bisa mengerti jika kamu menolak. Mungkin cara penyampaian kami yang kurang berkenan untukmu. Mungkin juga kami datang di saat waktu yang tepat. Tapi percayalah, maksud kami baik. Jadi tolong jangan salah paham. Mas Dendi tak bermaksud jahat, dia ingin lihat kamu bahagia. Itu saja tujuan kami," ucap Wini tenang."Kak Ni, aku mengerti. Mas Dendi tak ada niat jahat padaku. Ya, sudahlah. Aku minta maaf pada kalian berdua. Mungkin ada ucapan kasarku yang buat salah satu di antara kalian sakit hati." Winda tatap Dendi.Dendi mendengus. Dia tetap tak terima dengan cara minta maaf Winda. Namun setelah dia berpikir lebih jauh
Gadis itu teringat kejadian beberapa waktu lalu. Dia kabur dari Riga, kekasih hatinya hanya karena masalah sepele.Mereka bertengkar hanya karena Riga tak mau menemaninya melihat-lihat baju di kaki lima di salah satu sudut taman tempat mereka berolahraga. Ada yang mau dia beli.Gadis itu Della adanya.Della yang ngambek meninggalkan Riga yang mengantri membayar makanan nasi pecel yang baru mereka makan.Kepergian Della bukan tak dilihat Riga. Hanya karena dia belum membayar, maka dia harus bersabar sebelum bisa kejar Della.Namun saat Riga selesai membayar, bayangan Della lenyap.Riga bingung. Karena itu dia berdiri di depan persimpangan dengan pikiran kalut. Apa Della ambil jalan kanan menuju tempat pedagang kaki lima diijinkan gelar dagangan setiap hari minggu pagi? Apa ke berbelok ke kiri menuju gerbang taman untuk pulang.Della yang ambil jalan kiri berharap Riga susul dirinya untuk merayu dan ajak dia kembali melihat lapak pedaga
Della tak seharusnya tak mati, itu yang ada di pikiran dan hati Jagat.Kini mayat Della ada di depan mata Jagat, terbungkus kain sprei, tergeletak di atas tanah di halaman belakang."Ra Kala, aku malas untuk menggali tanah. Aku lelah. Ini tugasmu untuk hilangkan jejak. Jika tak mau, akhiri saja ini semua!"Jagat tak menunggu, dia balik badan dan menggeser kakinya maju untuk segera berdiri di depan pintu belakang. Gendang telinganya tersentuh halus suara api membakar.Tetapi Jagat sama sekali tak tertarik, dia sentuh gagang pintu, membelai sekali, lalu ditekan dan daun pintu terbuka.Dengan dua kali langkah kaki, Jagat telah berada di dalam rumah bagian belakang dengan tinggalkan suara berdebam pintu yang dibantingnya.Jagat tinggalkan mayat Della yang terbakar di halaman belakang.Ra Kala telah bantu Jagat, suatu hal yang sering dilakukan olehnya demi kepentingan Jagat dan dirinya sendiri.Belum waktunya. Belum waktunya untuk a
"Pelet? Mamang terlalu berperasaan buruk. Ayuni mencintaiku tanpa paksaan. Oh, aku tahu, apa Mamang mencari uangku? Kalau iya, berapa yang Mamang butuh?" sindir Jagat. "Jarot jaga ucapanmu! Uang, aku tak munafik. Aku butuh uang untuk bertahan hidup. Tapi bukan uang darimu. Ayuni itu keponakan paling kusayang. Kalau ada apa-apa dengan dirinya, aku akan kejar dirimu. Sampai ke lubang terkecil sekalipun, aku akan dapatkan kamu!" Eman mengancam. "Apa Mamang tak sadar? Aku dan Ayuni saling menyayangi. Kami terikat takdir sebagai suami - istri. Tenang saja, tak akan ada yang terjadi pada Ayuni. Kalau ada hal buruk menimpanya, aku akan cari Mamang!" gantian Jagat yang mengancam. "Kamu mengancamku?" Eman naikkan kepalanya. "Sama-sama. Mamang juga mengancamku. Dalam hidup ini, aku tak mau mencari musuh. Tapi kalau musuh datang mencariku, aku tak takut!" Jagat berdiri. Eman ikut berdiri. Mata mereka berdua keluarkan hawa permusuhan luar biasa. Ber
Waktu merangkak pelan tapi pasti. Tak terasa hari ini menjadi hari ketujuh bagi Jagat yang memakai identitas Jarot, hidup bersama Ayuni.Ayuni merasa bahagia dan senang bisa menjadi istri Jagat alias Jarot, dia bukan mengejar harta seperti yang dirumorkan tetangganya.Cinta Ayuni besar pada Jarot alias Jagat itu. Karena seleranya beda, Ayuni menyukai pria dewasa yang usianya belasan tahun darinya. Jarot memenuhi kriteria pasangan idaman yang Ayuni impikan. Selain jauh lebih dewasa, status duda yang dimiliki Jarot menjadi nilai lebih di mata Ayuni.Walau selama malam datang Ayuni sedikit merasa takut akan kebuasan Jarot di atas ranjang, tapi tak mengurangi kasih sayangnya. Malah ada rasa ketagihan yang ingin terus diulang dan diulang Ayuni, yang dalam hatinya berharap malam tak cepat berakhir.Lelah pasti, tapi setiap bangun Ayuni malah merasakan dirinya jauh bertambah segar.Seperti di pagi terakhir ini.Ayuni yang hampir semalaman ber
"Rajaku Ra Kala." Jagat melihat ke sekeliling.Tepat di cermin kecil yang tergantung di pintu dalam, Jagat melihat bayangan hitam.Dengan langkah ringan, Jagat datangi cermin."Siapa tadi yang baru datang?""Eman, Paman dari Ayuni.""Mau apa dia ke sini?""Ampun rajaku, dia ingin ingatkan aku agar tak menyakiti Ayuni.""Hahaha, peringatan kosong!""Tapi....""Apa kamu ragu padaku? Aku akan buat dia menyusul Ayuni. Itu tergantung pada apa dirimu punya nyali atau tidak!""Apa artinya rajaku?""Sama seperti Ayuni, kamu harus bunuh dia! Habisi Eman, ambil jiwanya, makan hatinya. Jika kamu bisa lakukan itu, kamu akan dapatkan kekuatan lebih dan aku akan lebih kuat pula. Cukup itu yang kamu ketahui. Nah, sekarang aku pinjam tubuhmu untuk aku bertemu bidadari Ayuni, bersamanya aku ingin mendaki ke atas puncak berkali-kali. Hahaha.""Rajaku, apa tak bisa nanti saja?" tanya Jagat menawar.
"Loh, memangnya kenapa sama Della? Kok, lo terlihat cemas gitu?" tanya Nusi, lalu anggukkan kepala pada Winda yang berdiri di belakang Riga."Della belum pulang Bang," jawab Riga cepat."Kok, bisa?" Nusi kaget.Winda ambil alih, sebisanya dia jelaskan kronologi awal pada Nusi. Mengenai pertengkaran Riga dan Della. Diakhiri dengan cerita sampai sekarang Della belum pulang."Oh, aneh kalau gitu!" seru Nusi."Jelasin, Bang!" pinta Riga cemas."Tadi gue lihat Della keluar dari taman dengan wajah merah. Kayaknya lagi kesal dia, sampai gak lihat ada mobil lewat. Kena keserempet, terus pemilik mobil keluar. Della diajak pergi ke klinik. Eh, klinik apa gak, gue gak tahu pasti sih. Cuma yang gue lihat Della ya masuk itu mobil," jelas Nusi."Bang, lo kan keamanan taman. Masa iya, lo gak tahan dulu itu orang, tanya-tanya gitu dimana rumah orang itu, jaga-jaga kalau ada apa-apa sama Della," ucap Riga nyaris tanpa jeda."Lo ny
"Eh, tunggu. Tadi lo bilang Della keserempet mobil?" tanya Winda."Perasaan gue gak bilang Della, deh. Tapi ada cewek yang keserempet mobil.""Tapi kok gue curiga Della yang keserempet itu mobil," ucap Winda yakin."Serius lo?" Riga tampak berubah roman wajahnya."Kalau serius apa gak, bisa kita coba cari tahu!""Caranya?""Ya, bertanya Riga. Kan di dekat kejadian itu ada banyak orang. Salah satunya bisa aja kenal sama sosok Della," jelas Winda."Oh, iya. Cukup banyak yang kenal sama gue dan Della. Terutama petugas keamanan taman. Kan gue ke sana gak cuma hari minggu pas olahraga aja.""Kita balik ke taman, cari tahu!" ajak Winda.Riga tumbuh semangatnya. Walau belum tentu akan tahu keberadaan Della, tapi dengan petunjuk kecil yang didapat, dimana Della berada bisa saja diketahui."Ayo, berangkat!" ajak Riga.Baru saja keduanya beranjak berdiri, Wirahadi keluar dari dalam rumah."Loh, pada mau kemana
Eman berhenti berlari.Tempat yang dipilih Eman itu jauh dari keramaian, di sebuah lahan yang banyak ditumbuhi pohon bambu.Eman yakin di sini lokasi yang tepat untuk mengubur Jagat yang dikenalnya sebagai Jarot, pria yang diyakini pula penyebab kematian tak wajar Ayuni.Bagi Eman, persetan dengan perkiraan banyak orang yang percaya Ayuni hembuskan nafas terakhir karena sakit. Karena tak ada tanda-tanda bekas luka di tubuh Ayuni secara kasat mata. Namun Eman melihat dengan mata lain, mata batinnya yang terasah sekian lama.Eman bukan pria baik di masa mudanya, bahkan di hari tua pun tidak, sampai hidayah datang padanya dan menjadikan dirinya melangkah di jalan tobat. Salah satunya berkat Ayuni yang semasa hidup mau dekat dan peduli padanya.Kini Ayuni telah pergi lebih dulu dengan cara yang tragis. Kematian Ayuni karena tangan jahat suaminya Jarot alias Jagat."Katakan apa maumu?" tanya Jagat yang sudah ikut berhenti."Aku mau n
"Eh, tunggu. Tadi lo bilang Della keserempet mobil?" tanya Winda. "Perasaan gue gak bilang Della, deh. Tapi ada cewek yang keserempet mobil." "Tapi kok gue curiga Della yang keserempet itu mobil," ucap Winda yakin. "Serius lo?" Riga tampak berubah roman wajahnya. "Kalau serius apa gak, bisa kita coba cari tahu!" "Caranya?" "Ya, bertanya Riga. Kan di dekat kejadian itu ada banyak orang. Salah satunya bisa aja kenal sama sosok Della," jelas Winda. "Oh, iya. Cukup banyak yang kenal sama gue dan Della. Terutama petugas keamanan taman. Kan gue ke sana gak cuma hari minggu pas olahraga aja." "Kita balik ke taman, cari tahu!" ajak Winda. Riga tumbuh semangatnya. Walau belum tentu akan tahu keberadaan Della, tapi dengan petunjuk kecil yang didapat, dimana Della berada bisa saja diketahui. "Ayo, berangkat!" ajak Riga. Baru saja keduanya beranjak berdiri, Wirahadi keluar dari dalam rumah. "Loh, pad
Eman berhenti berlari. Tempat yang dipilih Eman itu jauh dari keramaian, di sebuah lahan yang banyak ditumbuhi pohon bambu. Eman yakin di sini lokasi yang tepat untuk mengubur Jagat yang dikenalnya sebagai Jarot, pria yang diyakini pula penyebab kematian tak wajar Ayuni. Bagi Eman, persetan dengan perkiraan banyak orang yang percaya Ayuni hembuskan nafas terakhir karena sakit. Karena tak ada tanda-tanda bekas luka di tubuh Ayuni secara kasat mata. Namun Eman melihat dengan mata lain, mata batinnya yang terasah sekian lama. Eman bukan pria baik di masa mudanya, bahkan di hari tua pun tidak, sampai hidayah datang padanya dan menjadikan dirinya melangkah di jalan tobat. Salah satunya berkat Ayuni yang semasa hidup mau dekat dan peduli padanya. Kini Ayuni telah pergi lebih dulu dengan cara yang tragis. Kematian Ayuni karena tangan jahat suaminya Jarot alias Jagat. "Katakan apa maumu?" tanya Jagat yang sudah ikut berhenti. "Ak
"Rajaku Ra Kala." Jagat melihat ke sekeliling.Tepat di cermin kecil yang tergantung di pintu dalam, Jagat melihat bayangan hitam.Dengan langkah ringan, Jagat datangi cermin."Siapa tadi yang baru datang?""Eman, Paman dari Ayuni.""Mau apa dia ke sini?""Ampun rajaku, dia ingin ingatkan aku agar tak menyakiti Ayuni.""Hahaha, peringatan kosong!""Tapi....""Apa kamu ragu padaku? Aku akan buat dia menyusul Ayuni. Itu tergantung pada apa dirimu punya nyali atau tidak!""Apa artinya rajaku?""Sama seperti Ayuni, kamu harus bunuh dia! Habisi Eman, ambil jiwanya, makan hatinya. Jika kamu bisa lakukan itu, kamu akan dapatkan kekuatan lebih dan aku akan lebih kuat pula. Cukup itu yang kamu ketahui. Nah, sekarang aku pinjam tubuhmu untuk aku bertemu bidadari Ayuni, bersamanya aku ingin mendaki ke atas puncak berkali-kali. Hahaha.""Rajaku, apa tak bisa nanti saja?" tanya Jagat menawar.
Waktu merangkak pelan tapi pasti. Tak terasa hari ini menjadi hari ketujuh bagi Jagat yang memakai identitas Jarot, hidup bersama Ayuni.Ayuni merasa bahagia dan senang bisa menjadi istri Jagat alias Jarot, dia bukan mengejar harta seperti yang dirumorkan tetangganya.Cinta Ayuni besar pada Jarot alias Jagat itu. Karena seleranya beda, Ayuni menyukai pria dewasa yang usianya belasan tahun darinya. Jarot memenuhi kriteria pasangan idaman yang Ayuni impikan. Selain jauh lebih dewasa, status duda yang dimiliki Jarot menjadi nilai lebih di mata Ayuni.Walau selama malam datang Ayuni sedikit merasa takut akan kebuasan Jarot di atas ranjang, tapi tak mengurangi kasih sayangnya. Malah ada rasa ketagihan yang ingin terus diulang dan diulang Ayuni, yang dalam hatinya berharap malam tak cepat berakhir.Lelah pasti, tapi setiap bangun Ayuni malah merasakan dirinya jauh bertambah segar.Seperti di pagi terakhir ini.Ayuni yang hampir semalaman ber
"Pelet? Mamang terlalu berperasaan buruk. Ayuni mencintaiku tanpa paksaan. Oh, aku tahu, apa Mamang mencari uangku? Kalau iya, berapa yang Mamang butuh?" sindir Jagat. "Jarot jaga ucapanmu! Uang, aku tak munafik. Aku butuh uang untuk bertahan hidup. Tapi bukan uang darimu. Ayuni itu keponakan paling kusayang. Kalau ada apa-apa dengan dirinya, aku akan kejar dirimu. Sampai ke lubang terkecil sekalipun, aku akan dapatkan kamu!" Eman mengancam. "Apa Mamang tak sadar? Aku dan Ayuni saling menyayangi. Kami terikat takdir sebagai suami - istri. Tenang saja, tak akan ada yang terjadi pada Ayuni. Kalau ada hal buruk menimpanya, aku akan cari Mamang!" gantian Jagat yang mengancam. "Kamu mengancamku?" Eman naikkan kepalanya. "Sama-sama. Mamang juga mengancamku. Dalam hidup ini, aku tak mau mencari musuh. Tapi kalau musuh datang mencariku, aku tak takut!" Jagat berdiri. Eman ikut berdiri. Mata mereka berdua keluarkan hawa permusuhan luar biasa. Ber
Della tak seharusnya tak mati, itu yang ada di pikiran dan hati Jagat.Kini mayat Della ada di depan mata Jagat, terbungkus kain sprei, tergeletak di atas tanah di halaman belakang."Ra Kala, aku malas untuk menggali tanah. Aku lelah. Ini tugasmu untuk hilangkan jejak. Jika tak mau, akhiri saja ini semua!"Jagat tak menunggu, dia balik badan dan menggeser kakinya maju untuk segera berdiri di depan pintu belakang. Gendang telinganya tersentuh halus suara api membakar.Tetapi Jagat sama sekali tak tertarik, dia sentuh gagang pintu, membelai sekali, lalu ditekan dan daun pintu terbuka.Dengan dua kali langkah kaki, Jagat telah berada di dalam rumah bagian belakang dengan tinggalkan suara berdebam pintu yang dibantingnya.Jagat tinggalkan mayat Della yang terbakar di halaman belakang.Ra Kala telah bantu Jagat, suatu hal yang sering dilakukan olehnya demi kepentingan Jagat dan dirinya sendiri.Belum waktunya. Belum waktunya untuk a