Share

BINATANG RAKSASA

Author: Yoyok RB
last update Last Updated: 2023-01-31 20:00:12

Semua terdiam, memandangi golok Sakera yang berlumuran darah dan permukaan kasar di bawah rumput yang dipegang Sakera. Kemudian mereka saling berpandangan mencoba mencari jawaban pada rekan-rekannya.

“Hmm, coba kau tusuk lagi,” kata Dwipangga pada Sakera.

Sakera segera menusuk lagi kali ini lebih dalam dan lebih bertenaga. Tanah bergetar hebat ketika Sakera menusukkan goloknya lebih dalam, dan terdengar suara melenguh seperti suara kerbau yang keras dan bergema. Tanah yang mereka pijak bergerak-gerak, bahkan seluruh pulau bergerak.

“Ada apa ini?” tanya Suzane ketakutan sambil memeluk erat Robeth.

Tiba-tiba dari dalam laut di sepanjang tepi pulau muncul tentakel-tentakel seperti tangan gurita bergerak-gerak tak beraturan naik turun ke dalam air, menimbulkan gelombang air besar di sepanjang pantai pulau itu.

“Gawat! Kita ternyata berada di atas binatang air raksasa!” kata Suropati yang baru menyadari kenyataan meng

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   PASUKAN RAHASIA

    Tegal. Malam hari. Kyai Rangga tampak duduk di kursinya, dihadapannya duduk Adijaya, Bhre Wiraguna, Lembu Sora, dan Arya Tejawungu, para prajurit yang menjadi andalan Kyai Rangga.Setelah tugas mengantar mengantar surat selesai, Kyai Rangga menghadap kepada Sultan Agung untuk menyampaikan balasan dari Jan Pieterzon Coen. Sudah dapat diduga, Sultan Agung sangat marah dan segera memerintahkan penyerangan ke Batavia. Sultan Agung mengangkat Bupati Kendal, Tumenggung Bahurekso untuk menjadi panglima tertinggi penyerangan ke Batavia. Sedangkan Kyai Rangga ditugaskan sebagai pemimpin perbekalan dan perlengkapan.“Titah Sultan Agung sudah jelas, persiapan penyerangan ke Batavia di mulai sejak sekarang, sepuluh hari lagi penyerangan akan dimulai,” kata Kyai Rangga.“Sendiko dawuh, Kanjeng Tumenggung,” jawab Adijaya, Lembu Sora, Bhre Wiraguna ,dan Arya Tejawungu.“Apa perintah Kanjeng Tumenggung?” tanya Adijaya yang sekarang men

    Last Updated : 2023-02-01
  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   JURU MASAK

    Setelah pasukan khusus menunjukkan keahliannya, Kyai Rangga ingin melihat keahlian dan keterampilan para juru masak.“Selanjutnya aku ingin melihat keahlian juru masak!” kata Kyai Rangga.“Baik, akan kami siapkan dulu tempatnya,” kata Lembu Sora yang langsung beranjak untuk mempersiapkan para juru masak.Segera para pembantu mempersiapkan meja dan segala perlengkapan memasak yang diperlukan. Sebuah tungku dari besi juga disediakan. Dalam sekejap, ruangan itu telah menjadi seperti dapur kerajaan. Para juru masak yang telah disiapkan oleh Lembu Sora sudah siap untuk mempertunjukkan keahlian mereka pada Kyai Rangga. Satu persatu para juru masak pilihan itu masuk ke ruangan. Para juru masak itu tidak hanya berasal dari Tegal dan sekitarnya saja, tetapi juga dari luar daerah, tetapi masih dalam wilayah Mataram. Enam juru masak dengan keahlian yang berbeda masuk dengan penuh percaya diri memasuki ruangan dan memberi hormat pada Kyai Rangga.

    Last Updated : 2023-02-02
  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   KLAKA WAGALAN

    Arjuna telah selesai memasak, dia meletakkan hasil masakannya pada piring keramik. Setelah semua tertata rapi dalam piring, dia mempersilahkan Lembu Sora untuk mencicipinya. Lembu Sora mendekat ke piring dan mengambil rumbah hadangan prana yang dibuat oleh Arjuna.“Hmm, cukup lezat, ada yang ingin mencoba?” Lembu Sora menawarkan hasil masakan Arjuna pada semua yang hadir.Bhre Wiraguna segera maju dan mengambil bola-bola daging itu dan langsung memakannya.“Hmm, benar, ini lezat,” kata Bhre Wiraguna setelah menghabiskan beberapa bola daging itu.Kyai Rangga tampak puas melihat penampilan Arjuna yang pandai memasak dan jago bela diri. Walau tidak mencicipi masakannya, Kyai Rangga sudah yakin masakan Arjuna cukup lezat, karena melihat Bhre Wiraguna, Adijaya, Arya Tejawungu, dan Lembu Sora dengan lahap menghabiskan masakan yang ada.Dalam sekejap semua makanan yang dibuat oleh Arjuna telah habis tak tersisa. Lembu Sora segera m

    Last Updated : 2023-02-03
  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   RACUN UPAS

    Kyai Rangga melihat semua itu dengan tetap tenang di kursinya. Dia menyerahkan pada Lembu Sora untuk mengatasi permasalahan itu.Lembu Sora mendudukkan Bhre Wiraguna, memijat bagian belakang leher Bhre Wiraguna. Hal itu membuat Bhre Wiraguna muntah-muntah. Lembu Sora menekan punggung Bhre Wiraguna dengan keras yang membuatnya batuk dan mengeluarkan dahak berlendir berwarna hijau.“Racun upas!” teriak Adijaya yang melihat muntahan Bhre Wiraguna.“Hah, racun upas? Darimana? Periksa semua bahan makanan!” perintah Lembu Sora pada para prajurit.Seorang prajurit datang dengan membawa dua buah kelapa hijau muda. Bhre Wiraguna segera meminumnya. Perlahan pengaruh racun upas yang sempat ditelannya mulai hilang.Para prajurit meneliti satu per satu bahan makanan yang ada. Tetapi mereka tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Setelah Bhre Wiraguna dapat berdiri, Lembu Sora ikut mencari, ditelitinya semua bahan makanan yang ada, bum

    Last Updated : 2023-02-04
  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   RUMAH PEDAGANG IKAN BEONG

    Rombongan Lembu Sora telah sampai di rumah penjual ikan yang dimaksud Sanjaya. Rumah itu tampak sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah itu, hanya satu lampu minyak yang menyala di luar rumah, sedangkan bagian dalamnya tampak gelap.“Benar ini rumahnya?” tanya Lembu Sora pada Sanjaya.“Benar,” jawab Sanjaya yang kedua tangannya di pegang oleh dua orang prajurit.“Ketuk pintunya!” kata Adijaya.Seorang prajurit segera menuju ke pintu yang terbuat dari kayu itu dan mengetuknya keras-keras.“Ada orang di dalam?” tanya prajurit itu yang mengetuk lebih keras.Tetap tidak ada jawaban dari dalam. Prajurit itu mengetuk pintu, kali ini lebih keras lagi.“Kalau tidak dibuka, akan kami dobrak!” teriaknya.Semua menunggu, tetap tidak ada jawaban atau suara apapun dari dalam rumah.Prajurit yang mengetuk pintu menoleh pada Adijaya, minta persetujuan untuk mendobrak pi

    Last Updated : 2023-02-05
  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   PENYERANG TAK DIKENAL

    Lembu Sora masih belum puas dengan jawaban Sanjaya, dia akan mengajukan pertanyaan lanjutan, ketika tiba-tiba puluhan anak panah menghujani mereka.“Arg!!” seorang prajurit terkena anak penah tepat di dadanya dan langsung jatuh terkapar. Sedangkan anak panah yang lainnya tidak mengenai sasaran.Adijaya dan yang lainnya segera menghunus senjata mereka siap untuk menghadapi serangan.Sanjaya menghentakkan tangannya, sehingga terlepas dari pegangan dua prajurit yang memegang tangannya. Kemudian dengan cepat dia mengambil pedang salah satu prajurit dan mulai menyerang rombongan Adijaya.Puluhan orang berpakaian hitam bersenjata pedang dan muka tertutup kain datang menyerbu dari seluruh penjuru rumah itu.Dengan segera terjadi pertarungan sengit di dalam rumah itu. Adijaya dengan pedangnya menghadapi para penyerang dengan gerakan lugas dan tangkas. Pedangnya menyambar-nyambar, membuat beberapa penyerangnya langsung terkapar. Rombongan Adijay

    Last Updated : 2023-02-06
  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   PENGIKUT SINDUREJO

    Lembu Sora merasakan sakit di dada dan punggungnya, dia segera berguling ke kanan untuk menghidari serangan selanjutnya. Sanjaya segera bangkit dan menyerang Lembu Sora dibantu oleh penyerang berpakaian hitam-hitam. Serangan dari kedua orang itu membuat Lembu Sora cukup kewalahan, tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Dengan kecepatan dan ilmu bela diri yang lebih tinggi dari dua penyerangnya, Lembu Sora berhasil mengatasi keadaan. Lembu Sora membuat gerakan memutar dan melakukan tendangan memutar yang membuat penyerang berbaju hitam terkejut dan tekena tendangan itu. Secepat kilat Lembu Sora mengarahkan pedangnya ke arah penyerang yang sudah kena tendang itu, mengakibatkan luka memanjang pada perutnya dan darahnya memercik ke udara.Sanjaya yang melihat hal itu segera menerjang ke arah Lembu Sora. Tetapi kali ini dia salah perhitungan, pedang Lembu Sora sudah lebih dahulu mengenai tangannya, membuat Sanjaya mengaduh kesakitan. Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Lembu Sora

    Last Updated : 2023-02-07
  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   RAHASIA SANJAYA

    Tegal. Malam hari. Di depan rumah pedagang ikan. Sanjaya duduk terdiam dikelilingi oleh Adijaya, Bhre Wiraguna, Lembu Sora, dan Arya Tejawungu beserta prajurit kadipaten Tegal.“Banyak pertanyaan yang harus kamu jawab,” kata Adijaya.“Sebaiknya ceritakan saja dari awal,” usul Lembu Sora.“Ya, ceritakan semuanya!” kata Bhre Wiraguna dengan nada mengancam, karena dia adalah korban ikan beracun yang dimasak Sanjaya.Semua menunggu apa yang akan dikatakan Sanjaya. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Sanjaya mulai bercerita.Setelah pertempuran dengan pasukan kalian di Sindang Laut, kami melarikan diri ke hutan. Di sanalah kami bertemu dengan pasukan asing di bawah pimpinan Samiri. Pasukan asing itu mempunya senjata dan kekuatan yang luar biasa, tidak akan pernah kalian jumpai sebelumnya di masa lalu maupun di masa yang akan datang. Mereka mempunyai senjata kecil yang bisa mengeluarkan sinar maut yang mampu melump

    Last Updated : 2023-02-08

Latest chapter

  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   PERPISAHAN

    Matahari mulai bergeser ke barat. Tetapi di dalam gua Sindanglaut suasana tetap gelap tidak ada bedanya siang dan malam. Rombongan Kyai Rangga telah berada di pintu keluar gua. Tetapi suasana cukup gelap, mereka tidak bisa melempar-lempar peti tanpa ada penerangan.“Buat obor!” perintah Kyai Rangga.Dwipangga segera mengeluarkan batu pemantik kemudian mencoba membuat api. Tetapi gagal, lagipula tidak ada ranting kering atau apa pun yang dapat digunakan untuk menyalakan api di gua itu.“Maaf Kanjeng Tumenggung, saya tidak dapat menyalakan api,” kata Dwipangga merasa menyesal.“Hmm, tidak ada jalan lain, kita harus membawanya keluar dengan panduan Badra. Jadi kita terpaksa harus bolak-balik masuk ke dalam gua untuk mengeluarkan peti-peti ini,” kata Kyai Rangga.Maka ke sepuluh orang itu harus empat kali bolak-balik keluar masuk gua untuk mengeluarkan peti-peti itu. Untungnya di luar ada Lasmini dan Suzane yang sigap membantu, sehingga mereka dapat lebih cepat mengeluarkan peti-peti itu

  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   HARTA KARUN VOC

    Suasana mendadak hening. Semua mata menatap pada tumpukan peti yang terbuat dari baja tahan karat itu. Di atas masing-masing peti terdapat simbol VOC berwarna keemasan. Ada pegangan di kanan dan kirinya untuk mengangkat peti itu. Di bagian tutupnya ada gembok besar berwarna perak. Di gembok itu juga ada logo VOC, walau samar karena tertutup tanah. Semuanya ada 80 peti.“Sarip, coba kau buka salah satu peti itu,” kata Kyai Rangga.Sarip segera menghunus goloknya dan menebas gembok yang mengunci peti itu dengan kekuatan penuh.Triiingg!! Terdengar suara benturan keras, gembok terlepas dari tempatnya. Semua penasaran ingin segera melihat isinya.“Buka peti itu!” kata Kyai Rangga yang juga ingin segera melihat isi peti itu.Sarip segera membuka peti itu dan membuat semuanya terbelalak. Batangan-batangan emas berkilauan terdapat dalam peti itu. Sarip mengambil satu batang dan mengamatinya dengan saksama. Ada tulisan dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh Sarip dan ada lambang piramida ter

  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   JEBAKAN MAUT

    Rombongan Kyai Rangga mulai menjelajahi daratan aneh itu. Mereka berjalan dengan pelan mengikuti Badra yang tetap berjalan di depan. Kyai Rangga berada tepat di samping Badra.“Kamu yakin sudah tahu tempatnya?” tanya Kyai Rangga.“Ya, sangat yakin karena waktu itu aku berada di sini dan mengamati setiap gerakan pasukan VOC yang menyembunyikan harta karun itu. Dan jangan lupa, Wanara juga melihatnya!” kata Badra sambil menunjuk Wanara di pundaknya.Wanara melompat-lompat kecil sambil meringis dan mengeluarkan bunyinya yang khas, seolah mengiyakan kata-kata Badra.Anggota rombongan yang lain mengikuti Badra dan Kyai Rangga sambil melihat-lihat disekitar mereka dengan penuh ketakjuban.“Jangan menyentuh apa pun, dan jangan mengambil apa pun yang ada di sini,” kata Kyai Rangga mengingatkan pada rombongannya.“Mengapa?” tanya Jampang.“Sudah, patuhi saja, jika tidak ingin ada kejadian buruk,” kata Suropati sambil mengingat kejadian yang pernah dialaminya saat memasuki gua itu.Walaupun kur

  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   LEMBAH RAHASIA

    Sindanglaut. Siang hari. Cuaca sangat cerah, tidak ada awan sama sekali di angkasa, ketika Kyai Rangga dan rombongannya mendarat di pantai Sindanglaut. mereka segera berjalan menuju ke arah gua di tepi pantai itu. Mereka berjalan beriringan, sampai di depan gua mereka berhenti. “Sebaiknya hanya laki-laki saja yang masuk,” kata Kyai Rangga setelah berada di depan gua. Semua pandangan tertuju pada Lasmini dan Suzane. Tampaknya semua setuju bahwa kedua wanita itu tidak ikut masuk ke dalam gua. “Bagaimana?” tanya Kyai Rangga. “Ya, kami akan menunggu di luar gua sambil berjaga-jaga. Lagipula Suzane membawa anak kecil,” kata Lasmini. Semua setuju untuk meninggalkan Lasmini, Suzane dan si kecil Roberth di luar gua. Kyai Rangga memimpin di depan diikuti oleh Suropati, Sakera, Sarip, Dwipangga, Jampang, Pitung, Rais, dan Ji’i. Ketika mereka hampir masuk gua mendadak terdengar sebuah suara. “Aku juga ikut, sudah lama aku m

  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   PANTAI SINDANGLAUT

    Tengah laut. Siang hari. Di atas binatang raksasa berbentuk pulau. Rombongan Kyai Rangga tengah melaju dengan kencang menuju ke Sindanglaut. Semua masih terdiam setelah Kyai Rangga menyatakan bahwa Lembu Sora adalah seorang pengkhianat. Mereka semua terkejut dan tidak menyangka bahwa Lembu Sora, yang selama ini merupakan orang kepercayaan Kyai Rangga adalah pengkhianat. “Sejak kapan Kanjeng Tumenggung mengetahui kalau Lembu Sora adalah pengkhianat?” tanya Suropati penasaran. “Bukankah dia ikut membunuh Kanigoro?” Sarip juga ikut mengajukan pertanyaan. Kyai Rangga tidak langsung menjawab, dia memandang semua yang ada, semua orang yang telah ikut dalam penyerangan ke Batavia. “Hmm, akan kuc

  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   MENUJU SINDANGLAUT

    Kyai Rangga segera berlari menuju ke pulau hidup, diikuti oleh Suropati, Sakera, Dwipangga, Suzane yang menggendong Roberth, Jampang, Pitung, Rais, dan Ji’i. Mereka berlari dengan cepat tanpa melihat ke belakang. “Tunggu!” teriak Sarip yang tiba-tiba muncul dari belakang bersama Lasmini. “Kami ikut!” teriak Sarip sambil berlari mengejar rombongan Kyai Rangga di depan. “Ya, ayo cepat!” teriak Kyai Rangga, menoleh sambil terus berlari. Sarip dan Lasmini segera berlari mengikuti Kyai Rangga dan yang lainnya. Dalam sekejap rombongan itu telah naik ke atas pulau itu. “Semua ke

  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   PULANG

    Kyai Rangga melihat gudang perbekalan yang sudah tidak berbentuk lagi, porak-poranda, semua sapi yang dibawa mati dalam keadaan mengenaskan. Ada yang terbakar, ada yang terbunuh, dan ada yang tercebur ke laut. Semua perbekalan sudah tidak berbentuk lagi. Kesedihan tampak di wajah Kyai Rangga, walau dia sangat senang dengan kedatangan Suropati dan kawan-kawan. Tetapi kesedihan tidak dapat disembunyikan dari wajahnya.Sakera yang hendak mengajak Kyai Rangga bergurau mengurungkan niatnya ketika melihat raut wajah Kyai Rangga. Dia ikut memandang reruntuhan benteng darurat di pelabuhan.“Tidak ada harapan lagi, pasukan Mataram tidak akan mendapat perbekalan yang dibutuhkan,” kata Kyai Rangga pada dirinya sendiri.“Bukankah kita dapat mendatangkan lagi?” tanya Arya Tejawungu.“Tidak ada waktu lagi,” jawab Kyai Rangga pendek.Mendadak dari kejauhan Lembu Sora dan Bhre Wiraguna berkuda dengan cepat menghampiri Kyai Rangg

  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   SERANGAN MAUT

    Panasnya tornado api membuat kapal raksasa yang terbuat dari baja memerah dan mulai meleleh. Semua sudah membayangkan penumpang kapal raksasa itu sudah tewas karena kepanasan. Tetapi dugaan itu meleset, karena baja di kapal itu hanya lapisan luarnya. Saat lapisan bajanya meleleh, tampaklah lapisan berwarna putih di dalamnya, bahan yang tahan api dan sangat kuat. Semua yang memandang dengan takjub, benar-benar kapal yang luar biasa.Sementara itu Bayu, Agni, Anila, dan Lindhu sudah mulai kehabisan tenaga. Tornado api perlahan mulai mengecil dan lenyap. Air laut kembali normal. Bayu jatuh terduduk, begitu juga Agni, Anila, dan Lindhu. Tenaga mereka benar-benar terkuras.“Bagaimana ini, kapal itu tidak dapat dihancurkan!” kata Arya Tejawungu.“Kita bertempur sampai titik darah penghabisan!” kata Kyai Rangga sambil berdiri, tenaganya sudah pulih kembali.Semua mata memandang ke arah kapal raksasa di laut, menunggu apa yang selanjutnya

  • PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA   BANTUAN PENGUASA KEKUATAN ALAM

    Pelabuhan Sunda Kelapa. Menjelang tengah hari. Pasukan asing berpakaian hitam-hitam datang menyerbu ke dermaga. Pasukan Mataram tidak sanggup menghadapinya, senjata pasukan asing itu begitu mematikan. Kyai Rangga yang masih memulihkan tenaganya hanya dapat memandang pasukan asing itu menyerbu.“Gawat! Apa yang harus kami lakukan?” tanya Arya Tejawungu pada Kyai Rangga.“Biar kami saja yang menghadapi mereka!” kata Bayu yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka didampingi oleh Lindhu, Agni, dan Anila.Kyai Rangga tampak tersenyum senang melihat kedatangan empat saudara seperguruan itu. Kini dia merasa tenang dan melanjutkan memulihkan tenaganya, karena yakin empat orang itu akan sanggup mengatasi pasukan asing itu.Keempat penguasa kekuatan alam itu segera menyerbu pasukan asing. Agni mengeluarkan api yang dibantu oleh Anila sehingga menimbulkan tornado api yang segera menyambar pasukan asing.Tornado api itu berputar dengan cepat dan membakar semua pasukan asing yang mendekat. Pasukan a

DMCA.com Protection Status