BLAPH..!Jalu muncul melayang di angkasa, dari kejauhan nampak pulau Garuda di masa 1000 tahun silam. Nampak pepohonannya terlihat lebih lebat dan daratannya juga lebih luas dan tinggi dari atas permukaan laut, dibanding pulau Garuda pada dimensinya.Jalu pertajam penglihatannya dengan mengerahkan segenap powernya. Maka nampaklah di atas pulau Garuda itu telah berhadapan dua sosok sepuh, yang juga dalam keadaan melayang di angkasa.Ya, rupanya Eyang Karmajaya dan Eyang Sawungrana telah tiba di tempat pertarungan yang dijanjikan itu. Keduanya kini tengah saling tatap dan saling mengukur diri."Hmm! Kali ini kau harus bertekuk lutut di hadapanku Karmajaya! Istana Pasir Bumi sebentar lagi akan menjadi milikku! Hahahaa!" seru Eyang Sawungrana yakin, seraya terbahak senang.Ya, karena dia memang telah memiliki siasat licik untuk menguasai Istana Pasir Bumi, selagi pertarungannya dengan Eyang Karmajaya berlangsung."Sawungrana! Jangan kaukira aku tak tahu siapa di balik dirimu. Apakah kau t
"Hiaahh..!!" Blaaazzzttrsh..!!Dengan teriakkan lantang Eyang Sawungrana cepat dorongkan dua tapak tangannya ke arah langit. Seketika dua buah larik cahaya hitam keemasan melesat ke angkasa. Segenap powernya dikerahkan dalam ajian yang hendak diterapkannya itu.Glegarrshk..! Krrtkzz..! Scraatzhk..!!Di ketinggian langit diatas pulau Garuda, terdengar dentuman dahsyat bergemuruh. Lalu muncul menyambar dua buah kilatan halilintar hitam keemasan ke arah dua kepalan tangan Eyang Sawungrana. Seketika kedua kepalan Eyang Sawungrana pun diselimuti kilatan-kilatan petir hitam keemasan yang berkeredepan. Dahsyat!Ya, itulah ajian 'Pukulan Halilintar Neraka'! Sebuah ajian pukulan yang juga dimiliki oleh Eyang Gentaloka. Dan kini bisa ditarik benang merah, bahwa Eyang Sawungrana adalah 'leluhur' atau moyang dari Eyang Gentaloka! Hal yang cukup mengejutkan!Rupanya sejak jaman moyangnya, Padepokkan Lentera Iblis dan penghuni Istana Pasir Bumi telah berseteru. Hingga akhirnya menurun di jaman Eyan
KHRAA - BLAAMMPPHKSH..!!!Bentrokkan dahsyat pukulan pamungkas dua sepuh itu pun tak terhindarkan lagi. Daratan pulau Garuda bagai meledak ambyar hingga amblas di kedalaman.Gelombang laut di sekitar tepian pulau Garuda naik tinggi ke arah tengah laut, dan tak lama kemudian berbalik dengan ombak yang jauh lebih tinggi lagi menerjang pulau Garuda. Daratan pulau Garuda pun tenggelam seketika diterjang ombak dengan ketinggian puluhan meter. Pulau Garuda bagai sedang dilanda kiamat saja..!Sementara udara dan angkasa di atas pulau Garuda yang lenyap tersapu ombak balik itu menjadi kelam dan menggelap keemasan seketika. Bagai sebuah gumpalan awan gelap raksasa di tengah laut.Sungguh.! Ini adalah pertarungan terbesar dan terdahsyat, dalam sejarah di dimensi 1000 tahun silam itu!"Hoekkhh..!!" Wusshh..!!Eyang Sawungrana muntahkan darah segar, seluruh indera dan pori-pori tubuhnya mengeluarkan darah. Sosoknya pun terhempas kencang ke belakang dalam keadaan tak sadarkan diri dan sekarat. Sel
"Bedebah keji! Eyang Gentaloka dan pasukkannya telah bergerak di luar dugaan kita! Wilayah Prahasta kini di bawah kendalinya!" seru sang Mahapatih Sanggatama, saat menerima laporan penaklukkan wilayah Prahasta itu dari telik sandinya.Sang Mahapatih segera memberitahukan kabar buruk itu, pada para pimpinan pasukkan kerajaan Pallawa di markas besar sekte Pallawa. Dan kehebohan pun terjadi, pertemuan besar segera di gelar di markas pasukkan Pallawa."Sungguh pintar mereka mencari celah dari kelengahan kita! Ini adalah pelajaran sangat mahal bagi pasukkan Pallawa!" sentak Eyang Pandunatha, dengan wajah muram dan kelam membesi.Dia merasa sedih dan juga marah bukan main, mendengar kekejian perlakuan pasukkan pemberontak yang tak memberi hati sedikitpun bagi pasukkan Pallawa."Benar! Pembantaian tanpa ampun terhadap pasukkan kita yang telah menyerah. Ditambah lagi pembunuhan atas seluruh keluarga Adipati Bimaseta, itu sungguh perbuatan yang biadab!Padahal pasukkan mereka yang menyerah pun
"Kejar mereka..!!" seru lantang Eyang Bardasena."HUAAHHH....!!!" teriak seluruh pasukkan khusus dan pasukkan tambahan seraya serentak meluruk cepat, mengejar pasukkan pemberontak yang melarikan diri dari istana kadipaten itu.Dan sesuatu di luar dugaan Eyang Gentaloka pun terjadi. Ke 2 ribu pasukkan yang di persiapkannya itu memang rata-rata memiliki ilmu meringankan tubuh, dan mampu bergerak cepat di medan perang.Eyang Gentaloka mengira pasukkan yang akan dikerahkan kerajaan Pallawa untuk menyerang ke Prahasta, adalah pasukkan biasa saja.Eyang Gentaloka rupanya lupa berpikir, jika banyak tokoh-tokoh sepuh juga di kerajaan Pallawa yang memiliki ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Dan celakanya Eyang Bardasena adalah tokoh tercepat di pasukkan Pallawa, yang memimpin pasukkan penyerangan saat itu.D itambah lagi para pendekar utama seperti Panji, Larasati, Jaya, Ranti, serta yang lainnya juga berada dalam pasukkan itu. Maka mengejar bahkan mendahului 2 ribu pasukkan pemberontak it
"Me-mereka akan menyerang kerajaan Pallawa be-besok pagi..!" seru gugup tawanan itu, membeberkan rencana pihak pemberontak."HAHHH..!!" seru terkejut Eyang Bardasena dan sebagian pendekar utama dalam pasukkan Pallawa. Mereka benar-benar tak mengira, jika kekuatan penuh pasukkan pemberontak akan menyerang dari arah Grandala."Berapa jumlah Pasukkan Terkutuk sebenarnya?!" sentak Eyang Bardasena lagi. Wajahnya nampak agak tegang diliputi kecemasan."Pa-pasukkan Terkutuk itu berjumlah sekitar 5 ribu anggota, Tuan Panglima," sahut tawanan itu lagi."Ahh! Total jumlah pasukkan mereka berjumlah sekitar 30 ribu pasukkan!" seru Eyang Bardasena terkejut.Ya, Eyang Bardasena sungguh tak menyangka, jika pasukkan kerajaan Pallawa yang hanya berjumlah sekitar 18 ribu pasukkan, harus melawan pasukkan pemberontak yang berjumlah 30 ribu pasukkan itu.Plaghk! Plaghh..! Glk, glk, glk!Eyang Bardasena cepat menampar dua tawanan itu hingga keduanya jatuh tak sadarkan diri. Dan dia pun langsung tenggak ar
"Cukup..!! Kita kembali ke markas dan beristirahat sejenak!" seru senopati Pratanca. Setelah Pasukkan Penghambat selesai membuat sebuah jebakkan besar di pinggiran kotaraja Pallawa.Ya, mereka baru saja menanam ribuan paku di sepanjang pinggiran kotaraja, pada sebuah jalur yang harus dilalui oleh pasukkan pemberontak jika hendak masuk ke kotaraja Pallawa.Seluruh pasukkan penghambat segera bergerak mundur kembali ke markas. Misi mereka malam itu berjalan dengan lancar tanpa kendala berarti.'Bagus! Cepat dan terlatih sekali cara kerja mereka', bathin Eyang Bardasena, memuji pergerakkan Pasukkan Penghambat. Lalu dia pun melesat lenyap ke arah markas pasukkan Pallawa.*** Pasukkan utama pemberontak yang dipimpin Arya tiba di kadipaten Grandala, tak lama setelah pasukkan penjaga Pallawa serta keluarga Adipati Mahatra meninggalkan kadipaten.Sebuah keberuntungan yang tak disengaja.!Hingga dengan mudahnya pasukkan pemberontak masuk dan menduduki wilayah Grandala, tanpa hambatan sama seka
"Ahh..!!" seruan takjub dan kagum terdengar, dari semua orang yang berada di ruangan dalem istana Pallawa itu.Ya, Eyang Bardasena, Eyang Cakradewa, Eyang Pandunatha, serta para pendekar utama dan seluruh jajaran petinggi kerajaan tak mampu menyembunyikan keterkejutan mereka.Saat mereka semu melihat sang permaisuri, dua selir, serta putri Lestari, telah memakai baju ringkas yang biasa dipakai para prajurit kerajaan untuk berperang. Sungguh gagah..!"Semuanya..! Janganlah gentar dan berkecil hati, jika jumlah pasukkan musuh jauh lebih besar dibanding pasukkan kita. Tak sedikit sejarah leluhurku mengisahkan tentang kemenangan pasukkan yang kecil dari pasukkan yang besar! Tiada yang tak mungkin, jika para Dewa telah berkehendak!" seru sang Maharaja Wucitra Samaradewa penuh semangat."SIAP..!! Gusti Prabu..!!" seru serentak semua yang hadir di ruang dalem istana itu, dengan menunduk hormat pada sang Maharaja mereka.Ya, hati semua yang hadir dalam pertemuan itu bagai terbakar oleh semang