'Degh!' tiba-tiba saja bathin Jalu bergetar, melintas secara tiba-tiba sosok Moyang sepuh Karmajaya dalam benaknya. Wajah Moyang sepuh itu nampak tersenyum menganggukkan kepalanya, seolah memanggil dirinya untuk datang."Ada apa Jalu? Katakan saja pada Eyang," bisik Eyang Waranaya, yang melihat perubahan sikap Jalu. Kebetulan dia duduk bersebelahan dengan Jalu, dalam pembicaraan di ruang dalem istana itu."Maaf Eyang sepuh. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengan Moyang sepuh Karmajaya di Istana Pasir Bumi," sahut Jalu pelan."Ahh! Jika begitu Eyang akan minta ijin pada Gusti Prabu. Kita akan berangkat ke sana sekarang juga Jalu," bisik Eyang Waranaya lagi."Baik Eyang sepuh," sahut Jalu, menyetujui keputusan Eyang Waranaya."Ampun Gusti Prabu. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengan sahabat Eyang Karmajaya di Istana Pasir Bumi. Eyang hendak mohon diri untuk menyambanginya," ucap Eyang Waranaya, seraya memberi hormat pada Maharaja."Mohon maaf Gusti Prabu, sebagai murid keturuna
"Baik Moyang sepuh. Jalu akan datang ke tempat pertarungan yang Moyang sepuh besok dan berjaga di sana," ucap Jalu. "Terimakasih Jalu. Kedatangan dan bantuanmu sangat berarti bagi Eyang," ucap Eyang Karmajaya tulus. 'Degh!' tiba-tiba Jalu juga mendapat lintasan buruk tentang Istana Pasir Bumi dalam benak dan bathinnya. "Tak perlu berterimakasih Moyang sepuh, Jalulah yang harusnya berterimakasih pada Moyang sepuh. Tanpa Moyang sepuh, pastilah Jalu sampai saat ini belum lulus dari Ruang Langit di dimensi Jalu," sahut Jalu rikuh, mendapat ucapan terimakasih dari Eyang sepuh yang merupakan moyang Gurunya itu. "Jalu. Eyang juga ingin membantu dalam pertarungan Karmajaya. Apa yang bisa Eyang lakukan untuk membantunya?" tanya Eyang Waranaya, dia juga ingin membantu sahabatnya itu. "Maaf Eyang sepuh Waranaya. Sesungguhnya Istana Pasir Bumi juga membutuhkan bantuan Eyang sepuh besok, di saat pertarungan Moyang sepuh Karmajaya berlangsung. Sepertinya orang-orang dari Eyang Sawungrana akan
BLAPH..!Jalu muncul melayang di angkasa, dari kejauhan nampak pulau Garuda di masa 1000 tahun silam. Nampak pepohonannya terlihat lebih lebat dan daratannya juga lebih luas dan tinggi dari atas permukaan laut, dibanding pulau Garuda pada dimensinya.Jalu pertajam penglihatannya dengan mengerahkan segenap powernya. Maka nampaklah di atas pulau Garuda itu telah berhadapan dua sosok sepuh, yang juga dalam keadaan melayang di angkasa.Ya, rupanya Eyang Karmajaya dan Eyang Sawungrana telah tiba di tempat pertarungan yang dijanjikan itu. Keduanya kini tengah saling tatap dan saling mengukur diri."Hmm! Kali ini kau harus bertekuk lutut di hadapanku Karmajaya! Istana Pasir Bumi sebentar lagi akan menjadi milikku! Hahahaa!" seru Eyang Sawungrana yakin, seraya terbahak senang.Ya, karena dia memang telah memiliki siasat licik untuk menguasai Istana Pasir Bumi, selagi pertarungannya dengan Eyang Karmajaya berlangsung."Sawungrana! Jangan kaukira aku tak tahu siapa di balik dirimu. Apakah kau t
"Hiaahh..!!" Blaaazzzttrsh..!!Dengan teriakkan lantang Eyang Sawungrana cepat dorongkan dua tapak tangannya ke arah langit. Seketika dua buah larik cahaya hitam keemasan melesat ke angkasa. Segenap powernya dikerahkan dalam ajian yang hendak diterapkannya itu.Glegarrshk..! Krrtkzz..! Scraatzhk..!!Di ketinggian langit diatas pulau Garuda, terdengar dentuman dahsyat bergemuruh. Lalu muncul menyambar dua buah kilatan halilintar hitam keemasan ke arah dua kepalan tangan Eyang Sawungrana. Seketika kedua kepalan Eyang Sawungrana pun diselimuti kilatan-kilatan petir hitam keemasan yang berkeredepan. Dahsyat!Ya, itulah ajian 'Pukulan Halilintar Neraka'! Sebuah ajian pukulan yang juga dimiliki oleh Eyang Gentaloka. Dan kini bisa ditarik benang merah, bahwa Eyang Sawungrana adalah 'leluhur' atau moyang dari Eyang Gentaloka! Hal yang cukup mengejutkan!Rupanya sejak jaman moyangnya, Padepokkan Lentera Iblis dan penghuni Istana Pasir Bumi telah berseteru. Hingga akhirnya menurun di jaman Eyan
KHRAA - BLAAMMPPHKSH..!!!Bentrokkan dahsyat pukulan pamungkas dua sepuh itu pun tak terhindarkan lagi. Daratan pulau Garuda bagai meledak ambyar hingga amblas di kedalaman.Gelombang laut di sekitar tepian pulau Garuda naik tinggi ke arah tengah laut, dan tak lama kemudian berbalik dengan ombak yang jauh lebih tinggi lagi menerjang pulau Garuda. Daratan pulau Garuda pun tenggelam seketika diterjang ombak dengan ketinggian puluhan meter. Pulau Garuda bagai sedang dilanda kiamat saja..!Sementara udara dan angkasa di atas pulau Garuda yang lenyap tersapu ombak balik itu menjadi kelam dan menggelap keemasan seketika. Bagai sebuah gumpalan awan gelap raksasa di tengah laut.Sungguh.! Ini adalah pertarungan terbesar dan terdahsyat, dalam sejarah di dimensi 1000 tahun silam itu!"Hoekkhh..!!" Wusshh..!!Eyang Sawungrana muntahkan darah segar, seluruh indera dan pori-pori tubuhnya mengeluarkan darah. Sosoknya pun terhempas kencang ke belakang dalam keadaan tak sadarkan diri dan sekarat. Sel
"Bedebah keji! Eyang Gentaloka dan pasukkannya telah bergerak di luar dugaan kita! Wilayah Prahasta kini di bawah kendalinya!" seru sang Mahapatih Sanggatama, saat menerima laporan penaklukkan wilayah Prahasta itu dari telik sandinya.Sang Mahapatih segera memberitahukan kabar buruk itu, pada para pimpinan pasukkan kerajaan Pallawa di markas besar sekte Pallawa. Dan kehebohan pun terjadi, pertemuan besar segera di gelar di markas pasukkan Pallawa."Sungguh pintar mereka mencari celah dari kelengahan kita! Ini adalah pelajaran sangat mahal bagi pasukkan Pallawa!" sentak Eyang Pandunatha, dengan wajah muram dan kelam membesi.Dia merasa sedih dan juga marah bukan main, mendengar kekejian perlakuan pasukkan pemberontak yang tak memberi hati sedikitpun bagi pasukkan Pallawa."Benar! Pembantaian tanpa ampun terhadap pasukkan kita yang telah menyerah. Ditambah lagi pembunuhan atas seluruh keluarga Adipati Bimaseta, itu sungguh perbuatan yang biadab!Padahal pasukkan mereka yang menyerah pun
"Kejar mereka..!!" seru lantang Eyang Bardasena."HUAAHHH....!!!" teriak seluruh pasukkan khusus dan pasukkan tambahan seraya serentak meluruk cepat, mengejar pasukkan pemberontak yang melarikan diri dari istana kadipaten itu.Dan sesuatu di luar dugaan Eyang Gentaloka pun terjadi. Ke 2 ribu pasukkan yang di persiapkannya itu memang rata-rata memiliki ilmu meringankan tubuh, dan mampu bergerak cepat di medan perang.Eyang Gentaloka mengira pasukkan yang akan dikerahkan kerajaan Pallawa untuk menyerang ke Prahasta, adalah pasukkan biasa saja.Eyang Gentaloka rupanya lupa berpikir, jika banyak tokoh-tokoh sepuh juga di kerajaan Pallawa yang memiliki ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Dan celakanya Eyang Bardasena adalah tokoh tercepat di pasukkan Pallawa, yang memimpin pasukkan penyerangan saat itu.D itambah lagi para pendekar utama seperti Panji, Larasati, Jaya, Ranti, serta yang lainnya juga berada dalam pasukkan itu. Maka mengejar bahkan mendahului 2 ribu pasukkan pemberontak it
"Me-mereka akan menyerang kerajaan Pallawa be-besok pagi..!" seru gugup tawanan itu, membeberkan rencana pihak pemberontak."HAHHH..!!" seru terkejut Eyang Bardasena dan sebagian pendekar utama dalam pasukkan Pallawa. Mereka benar-benar tak mengira, jika kekuatan penuh pasukkan pemberontak akan menyerang dari arah Grandala."Berapa jumlah Pasukkan Terkutuk sebenarnya?!" sentak Eyang Bardasena lagi. Wajahnya nampak agak tegang diliputi kecemasan."Pa-pasukkan Terkutuk itu berjumlah sekitar 5 ribu anggota, Tuan Panglima," sahut tawanan itu lagi."Ahh! Total jumlah pasukkan mereka berjumlah sekitar 30 ribu pasukkan!" seru Eyang Bardasena terkejut.Ya, Eyang Bardasena sungguh tak menyangka, jika pasukkan kerajaan Pallawa yang hanya berjumlah sekitar 18 ribu pasukkan, harus melawan pasukkan pemberontak yang berjumlah 30 ribu pasukkan itu.Plaghk! Plaghh..! Glk, glk, glk!Eyang Bardasena cepat menampar dua tawanan itu hingga keduanya jatuh tak sadarkan diri. Dan dia pun langsung tenggak ar
"Ayo..! Pasang semua umbul dan panji yang masih belum terpasang..! Sebelum para tamu undangan berdatangan siang nanti!Jangan sampai kita di anggap tak siap merayakan hari berdirinya sekte Rajawali Emas yang keenam ini..!" seru Panji mengingatkan para anggota sekte Rajawali Emas, yang bertugas memasang umbul-umbul serta panji-panji sekte Rajawali Emas di sekitar markas.Umbul serta panji sekte Rajawali Emas itu bahkan dipasang hingga sepanjang pohon-pohon di tepi jalan, yang merupakan akses menuju ke markas sekte Rajawali Emas.Hingga saat tiba waktu menjelang siang. Para tamu undangan dari berbagai sekte, para pendekar non sekte, perwakilan ataupun pihak kerajaan dari tiga tlatah, bahkan hingga para tokoh sepuh dunia persilatan, telah mulai berdatangan memasuki markas sekte Rajawali Emas.Ya, siapa yang tak mengenal dan tak mendengar kebesaran nama serta sepak terjang para anggota sekte Rajawali Emas. Sekte yang menyandang nama harum di dunia persilatan, maupun di hati para penduduk T
BLAPH..!Seketika kilau cahaya putih cemerlang yang menyilaukan di atas area Padang Khayangan yang tak bertepi itu pun lenyap.Kini hanya ada warna keemasan pekat di area Padang Khayangan itu. Sunyi ... angin pun bagai tak berhembus saking tenangnya.Jalu ambil posisi bersila dengan sikap teratai, perlahan dia pejamkan kedua matanya. Tak lama Jalu pun tenggelam di alam keheningan yang tercipta. Pasrah ... Mandah ... dan Berserah.*** Dan kehebohan pun terjadi di Tlatah Klikamuka.Ya, semua orang di sana ribut dan panik mencari sosok Jalu, yang bagai hilang ditelan bumi. Mereka semua yakin Jalu bisa mengatasi dan melenyapkan Arya. Karena Arya sendiri tak pernah muncul kembali, setelah duelnya melawan Jalu.Selama 7(tujuh) hari lebih seluruh orang di Tlatah Klikamuka mencari keberadaan Jalu. Mereka menyusuri dengan kapal-kapal laut hingga jauh ke laut lepas, namun tetap saja sosok Jalu tak mereka lihat dan temukan.Pada akhirnya mereka semua menyimpulkan, bahwa Jalu telah mati sampyuh
Sosok Eyang Sokatantra ambyar berkeping, terlabrak pukulan inti 'Poros Bumi Langit' milik Eyang Bardasena.Ya, bola emas berpusar milik Eyang Bardasena itu berhasil menerobos titik benturan pukulan dahsyatnya dengan pukulan milik Eyang Sokatantra.Akibatnya, dengan telak sekali bola emas yang berputar dahsyat itu menghantam dada Eyang Sokatantra. Sungguh dahsyat tak tertahankan memang power Eyang Bardasena saat itu. Kendati sesungguhnya power Eyang Sokatantra berada di atas tingkatan Eyang Barnawa dulu.Ya, keajaiban olah Pernafasan Bathara Bayu yang diperdalam Eyang Bardasena di bawah arahan Jalu, memang telah membuat peningkatan pesat pada powernya.Bahkan bisa dikatakan Eyang Bardasena kini telah memasuki ranah awal di tingkat Ksatria Semesta tingkat tak terbatas, ranah yang sama seperti halnya Jalu. Namun tentu saja power dan daya bathin Eyang Bardasena masih berada beberapa tingkat di bawah Jalu."Hukghs..!" sosok Eyang Bardasena terhuyung ke belakang, namun cepat dia kembali teg
Wuunnggtzz..!!! Weerrsskh..!!Dengung membahana suara cakra emas yang memancarkan cahaya cemerlang terdengar. Cakra emas itu berputar menggila bukan main cepatnya.Seluruh badai angin yang berada di sekitar lokasi pertarungan itu, seketika ikut terhisap masuk dan menyatu dengan pusaran badai raksasa cakra tersebut. BADAS..!Sementara badai halilintar emas tak henti menghujani lokasi pertarungan Arya dan Jalu tersebut. Tengah laut, lokasi pertarungan dua tokoh muda tersakti di jamannya itu, seketika bagai berubah menjadi sebuah wilayah yang terkutuk. Mengerikkan..!Dan yang terdahsyat adalah terbentuknya pusaran laut mega raksasa, yang berpusat di bawah sosok Jalu melayang. Pusaran laut raksasa itu mencakup radius yang sangat luas, hingga menelan pusaran raksasa yang berada di bawah sosok Arya! Inilah kegilaan yang super gila..!"Ca-cakra Semesta..?! Ini Gila..!! Keparat kau Jalu..!!" Arya tersentak kaget dan gentar bukan main. Dia seketika teringat ucapan Maha Gurunya sang Penguasa Ke
"HUAAAHHH..HH..!!!"Teriakkan bergemuruh dari pasukkan perang tiga tlatah membahana badai di pantai Parican saat itu. Dan permukaan air laut di pantai Parican yang biasanya berwarna hijau kebiruan itu, kini telah berubah total menjadi merah darah..!Patih Karna bisa mengerti siasat panglima Indrakila, dengan tidak melabuhkan kapal di pelabuhan pantai Parican. Karena rawan untuk dipakai para pasukkan tlatah Bhineka, yang hendak melarikan diri nantinya.Sungguh siasat yang cukup mematikan langkah pihak musuh. Sebuah siasat yang hanya berarti dua pilihan untuk pihak musuh, tetap menyerang dan melawan, atau mati di negeri orang..!Sungguh sebuah kesalahan fatal dari siasat dan pemikiran Panglima Besar pasukkan Bhineka, Arya.Arya tak memperhitungkan, bahwa persatuan dan persahabatan tlatah Pallawa, Klikamuka, serta Ramayana semakin bertambah solid, setelah perang besar yang terjadi 5(lima) tahun yang lalu.Arya benar-benar kurang memperhitungkan hal yang sebenarnya sangat fatal itu.***
"Bedebah kau Bardasena..! Bisakah sopan sedikit saat berbicara denganku! Simpan arakmu brengsek..!" seru marah Eyang Sokatantra.Ya, Eyang Sokatantra sangat keki dan merasa diremehkan oleh sikap Bardasena, yang berbicara dengannya sambil minum arak."Hmm. Sokatantra kita sudah sama sepuh, dan kita sudah sama tahu apa itu arti basa basi dan sikap munafik. Apa bedanya sikapku yang minum arak, dengan kata-kata makian kasarmu itu padaku! Hahahaa!" seru Eyang Bardasena tergelak, membalikkan teguran Eyang Sokatantra dengan sindirannya."Hmm. Baik Bardasena! Kita mulai saja pertarungan kita sekarang!" karuan Eyang Sokatantra bertambah keki, mendengar ucapan Eyang Bardasena yang dengan telak membalikkan teguran dengan sindiran tajamnya.Glk, glk, glk!"Baik Sokatantra! Sebaiknya kita juga bertarung agak ke tengah laut sana! Kasihan jika ada prajurit yang tewas karena pukulan kita yang meleset," ucap tegas Eyang Bardasena, menyambut tantangan Eyang Sokatantra.Slaph..!! Slaphh..!!Dua tokoh se
"MEREKA DI BELAKANG KITA..! BERSIAPLAH..!" seru lantang sang Mahapatih Suryalaga.Dia memimpin pasukkan penjaga di pantai Parican untuk mundur, agar pasukkan musuh terpancing untuk maju mengejar mereka, yang disangka gentar oleh pasukkan musuh.Cepat sekali ke 9 ribu pasukkan yang dipimpin sang patih Suryalaga tersebut membentuk barisan di sisi kiri dan kanan depan pasukkan sang Maharaja, yang telah berbaris di depan perbatasan kotaraja. Hingga Pasukkan Tlatah Klikamuka dan sekutunya kini membentuk formasi huruf 'U'.Srraakh.! Spyaarrsshk..!Sang Maharaja lolos keris pusaka 'Ki Nogo Suryo' dan acungkan keris pusaka itu ke arah langit. Seketika selarik kilatan terang melesat dari keris pusaka itu menembus awan, langit pun nampak semakin terang, walaupun matahari belum lagi menyorotkan sinar terangnya di pagi hari itu."ESA HILANG DUA TERBILANG..! PARA KSATRIA KLIKAMUKA..!! SERAANNGG..!!" seru lantang sang Maharaja, seraya acungkan 'Ki Nogo Suryo' ke arah depan dan membedal maju kudanya
HUUOOONNKKHH...!!!Suara gaung terompet/sangkha bergema membahana dari tepian batas laut di pantai Parican. Suara gaungnya mengoyak kesunyian pagi, dan menembus hingga ke dinding perbatasan kotaraja Klikamuka.Ya, itulah gaung terompet/sangkha dari pihak armada perang Tlatah Bhineka, hal yang menandakan armada pasukkan Bhineka akan bergerak menyerang ke wilayah Klikamuka!"PASUKKAN BHINEKA..! MAJUU..!!" seru lantang panglima besar mereka Arya. Sebuah seruan yang dilambari power tenaga dalamnya, hingga menembus gendang telinga segenap pasukkan kapal armada tlatah Bhineka itu."MAJUU..!!""SERANNGG..!!"Seruan Arya segera di ikuti oleh seruan komando para pimpinan kapal pasukkan armadanya. Serentak seluruh armada kapal perang tlatah Bhineka meluruk maju dengan cepat, melesat menuju tepi pantai Parican untuk mendaratkan 25 ribu lebih pasukkannya.Sementara jauh di belakang armada perang Bhineka itu."ARMADA RAMAYANA..!! KEJAR DAN SERANGG MEREKA..!!" seru lantang sang Patih Karna Ekatama
"Heeii..! Utusan Arya keparat..! Lekas ambil surat dari Tuanmu itu, dan berikan kembali pada junjunganmu si Arya itu!" seru keras sang Maharaja Klikamuka."Ba-baik paduka..!" seru gugup sang utusan yang merasa gentar, karena dia merasa sedang berada di sarang harimau. Segera di ambil dan dilipatnya kembali surat maklumat dari junjungannya, yang kini penuh dengan ludah itu."Katakan pada junjunganmu si Arya itu! Surat maklumatnya hanyalah sampah di mata rakyat Tlatah Klikamuka ini! Cepat keluar..!" seru sang Maharaja Klikamuka murka."Ba-baik Paduka!" dengan menyahut gugup, sang utusan itu segera keluar dari istana Klikamuka. Nampak wajahnya pucat pasi, dia sadar perang tak bisa terhindarkan lagi kini.Sepanjang jalan menuju kembali ke pantai, dia mengamati kekuatan pasukkan dan perlengkapan perang Tlatah Klikamuka itu. Dan hatinya menjadi bergetar ngeri, karena ternyata jumlah pasukkan Tlatah Klikamuka setara dengan jumlah pasukkan kerajaan Bhineka!Hal yang meleset dari perkiraan jun