Beranda / Fantasi / PENDEKAR Sabda JAGAD / Bab 161. PENGEPUNGAN

Share

Bab 161. PENGEPUNGAN

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-30 19:09:53

'Hmm. Itu dia!' seru gembira bathin Dipa, saat melihat Kirana ternyata masih berada di salah satu lapak pedagang bumbu dan sayur di pasar itu.

Dipa segera menjaga jaraknya agar pengintaiannya tak di sadari oleh Kirana. Sementara Kirana sendiri memang tak begitu peduli dengan pandangan para lelaki di pasar itu, yang seolah menelusuri lekuk tubuhnya yang memang indah menawan.

Ya, bagi Kirana hal itu sudah biasa di alaminya, bila ia sedang berada di keramaian.

'Sepertinya semua sudah kubeli, kini saatnya pulang. Kasihan Mas Jalu pasti kelaparan karena kelelahan membersihkan rumahnya', pikir Kirana. Segera saja Kirana bergegas kembali ke rumah tua Jalu, senyumnya nampak tak pernah hilang dari wajahnya.

Ya, kenangan perjalanannya bersama Jalu, sungguh membuat Kirana merasa telah menjadi wanita seutuhnya. Sebuah bayangan olah asmara yang memuaskan semalam pun melintas di benaknya. Semalam memang mereka sempat bercinta di rumah Jalu.

'Kau memang perkasa Mas Jalu. Kirana bahagia hidup bersam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 162. TANPA AMPUN

    Wukkhh!Ayunan tongkat Dipa menderu dahsyat ke arah kepala Jalu. Nampak sekali ayunan itu dilambari dengan tenaga dalam yang cukup tinggi.Ya, Dipa yang masih menganggap remeh Jalu memang hanya kerahkan sebagian saja powernya dalam serangan itu.Sementara Jalu tampak tenang tak bergeming. Namun sesaat sebelum tongkat itu menyentuh kepalanya, Jalu jentikkan jari telunjuknya ke arah pangkal lengan Dipa, selarik angin tajam membersit secepat kilat.Stagkh!"Argghks!" Dipa sontak berteriak kesakitan, seraya terhuyung mundur dengan lengan membalik ke belakang. Serangan tongkat Dipa pun gagal total."Keparat! Siapa kau sebenarnya?!" Dipa memaki, seraya bertanya kaget. Matanya baru terbuka kini, bahwa pemuda yang tampak sederhana di hadapannya itu bukanlah orang sembarangan."Apakah kau lupa dengan anak yang dulu kau aniaya bersama temanmu Arya di pasar Trowulan, Dipa? Akulah anak yang mau menjual ayam itu..?!" sahut Jalu tersenyum dingin."Hahh! K-kau anak yang gembel itukah?!" sentak Dipa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 163. SAHABAT TUA

    "Hahahaaa! Aku menemukanmu, aku menemukanmu lagi! Saatnya kita minum bersama, pemuda gagah!" seru tergelak sosok sepuh berkain putih. Dia pun mendarat di dekat bumi berlubang yang baru dipukulnya tadi."Hhh! Eyang sepuh Bardasena memang keterlaluan bercandanya!" seru Jalu seraya menghela nafas kesal. Dia pun membawa Kirana kembali turun ke bumi. Jalu agak kesal dengan cara paman guru Eyang Cakradewa itu bercanda."Hihihii! Namanya juga sepuh sudah agak pikun Mas Jalu," sahut Kirana tertawa geli."Hahaa..! Pemuda gagah! Kemarilah ... kemarilah, aku membawa arak bagus untuk kita berdua!" seru Eyang Bardasena, seraya berjingkrakkan melambai-lambaikan dua guci arak di tangannya. Sementara tongkatnya tertancap begitu saja di tanah."Tidak Eyang sepuh! Kita harus makan dulu sekarang, barulah boleh minum arak. Ayo Eyang sepuh kita makan dulu!" seru Kirana, seraya mengajak Eyang Bardasena makan bersama."Wah! Makan..? Makan dulu! Asikk! Kita makan dulu pemuda gagah! Siapa namamu?!" seru Eyang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 164. BERPIHAK PADA MUSUH

    Blaph..!Jalu lenyap seketika dari sisi Eyang Bardasena, dan tiba-tiba saja Jalu sudah berada di ruang bawah tanah Istana Pasir Bumi.Jalu mengambil 7 guci Arak Pasir 1000 Tahun, dari ratusan guci Arak Pasir 1000 tahun yang berada di ruang penyimpanan bawah tanah itu.Di bungkusnya ketujuh guci arak pasir itu dengan sebuah kain, yang terdapat di ruang penyimpanan bawah tanah Istana Pasir Bumi itu. Lalu Jalu pun langsung lenyap kembali dengan aji 'Sabda Lampah'nya dari situ.Ya, Jalu memang tak berniat menemui Ratri saat itu, dia takut merasa trenyuh melihat kesendirian Ratri menjalani hidupnya di istana itu. Dan menjadikannya berlama-lama di istana itu.Blaph..!Jalu kembali muncul di dekat Eyang Bardasena, dilihatnya Eyang Bardasena tengah menikmati sensasi melayang dari Arak Pasir 1000 Tahunnya."Wah Jalu! Darimana kau?! Kau tahu, minum sendirian sungguh tak mengasikkan!" seru kesal Eyang Bardasena, namun dia tetap tersenyum."Eyang, bawalah 5 guci arak pasir ini. Untuk Jalu cukup 2

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 165. PENOLAKKAN DAN PEMBANGKANGAN

    "Ahh! Kenapa bisa sampai begitu Ayu?" Baruna tersentak bingung."Ini pasti karena Eyang Guru dan Ayahanda terpengaruh oleh janji-janji manis Eyang Gentaloka guru si Arya itu, Mas Baruna," sahut Ayu geram, teringat pada Arya yang pernah membohonginya habis-habisan."Dan itu berarti pasukkan Bantala akan berteman dengan Eyang Balatapa, yang kemungkinan juga melarikan diri ke dimensi ini Ayu," sahut Baruna, wajahnya nampak muram."Hmm. Kita lihat kondisi saja dulu sementara waktu ini. Gusti Prabu Alugoro Wisesa sendiri sudah berjanji membantu perjuangan Tlatah Pallawa, untuk menumpas pemberontakkan itu dengan sepenuh kekuatannya," ucap Eyang Waranaya pelan."Itulah yang membuat Ayu bingung dan cemas Eyang sepuh.""Namun pinangan tetap pinangan. Kita harus tetap menemui Ayahandamu dahulu Ayu. Baiknya kita ke istana Bantala sekarang," ucap Eyang Waranaya lagi. "Benar Eyang Guru. Tujuan kita memang hendak meminang Ayu lebih dulu, setelah itu kita akan menemui Mas Jalu dan Kirana."Akhirnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 166. MINGGAT DAN PANCAR BATIN

    Slaaph..!Ayu seketika melesat lenyap dengan cepatnya dari ruang dalem istana itu. Dia berniat menyusul Eyang Waranaya dan Baruna, menuju ke Tlatah Pallawa saat itu juga."Aduh Kanda Kiskenda! Bagaimana dengan putri kita itu?! Kenapa Kanda mengusir putri kita dari istana?!" seru sang Permaisuri panik dengan sepasang mata yang beriak basah. Seketika airmatanya jatuh berguliran di pipinya.Sementara sang Maharaja masih berdiri tegak terdiam di tempatnya. Dalam kemurkaannya tadi dia sampai bangkit dari singgasananya. Wajahnya masih menampakkan kemurkaan, namun perlahan kemurkaannya bercampur dengan kebingungan.'Dasar putri keras kepala! Hhh! Ini jadi membingungkan, kini dia pergi lagi dari istana ini! Bagaimana jika Arya datang menjemputnya, namun Ayu masih belum pulang?!' maki batin sang Maharaja, bingung dan kesal."Pengawal! Perintahkan semua penjaga di pantai Kattaya..! Untuk menghadang putriku Ayu keluar dari Tlatah ini! Cepat laksanakan!" perintah sang Maharaja pada pengawal istan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 167. BERGABUNG KE PALLAWA

    'Eyang sepuh, saat ini Jalu sedang di desa Trowulan. Sebaiknya Eyang Waranaya dan Mas Baruna langsung saja mendatangi markas sekte Pallawa di sana. Karena letaknya tak jauh, bersebelahan dengan kerajaan Pallawa. Tapi tunggulah sebentar Eyang Waranaya, biar Jalu yang ke sana sekarang', Jalu pancarkan suara bathinnya, menjawab suara bathin Eyang Waranaya."Kirana, Wali. Mas ke Pallawa dulu sebentar menemui Eyang Waranaya dan Mas Baruna di sana. Mas akan mengantarkan mereka ke markas sekte Pallawa sebentar, kemudian Mas akan segera kembali ke sini," ucap Jalu."Wah! Kenapa mereka hanya berdua Mas Jalu?! Ayu kenapa tak ada bersama mereka?!" seru Kirana heran."Semuanya akan jelas setelah Mas bertemu dengan mereka, temani Wali dulu ya Kirana," ucap Jalu."Baik Mas Jalu."Blaph! Jalu pun langsung lenyap dari hadapan Kirana dan Wali."Eyang Guru. Adalah lebih baik jika saat ini Baruna ikut berperang bersama Mas Jalu dan Kirana, sesuai janji kerajaan Kashimpa pada mereka," ucap Baruna pada Ey

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 168. JERITAN BATIN AYU

    "Maaf Paman berdua. Apakah pasukkan bantuan itu berkumpul di Kerajaan Ramayana?" tanya Ayu akhirnya. Dia sangat penasaran dengan kabar itu, dan dia bermaksud mengecek kebenaran kabar itu."Ahh! I-iya benar Nona. Semua anggota sekte serta pasukkan kerajaan wilayah, saat ini memang tengah berkumpul di pusat kerajaan Tlatah Ramayana," sahut kaget pengunjung itu, seraya merapihkan rambutnya. Dia sempat terpana gugup sesaat, setelah melihat yang bertanya padanya adalah seorang gadis jelita."Baik Paman. Terimakasih atas keterangannya ya," ucap Ayu tersenyum senang.Ya, kini dia mempunyai satu tujuan, yaitu datang ke wilayah kerajaan Ramayana secepatnya, dan bergabung dengan pasukkan bantuan itu. Karena dia ingin secepatnya tiba di Tlatah Pallawa dengan cara apa pun itu."I-iya Nona can... ehh!" sahut gugup pria itu, seraya menutupi mulutnya yang hampir kelepasan menyebut cantik pada Ayu.Tapi Ayu telah beranjak dan bergegas membayar pesanannya. Lalu dia pun melangkah keluar dari rumah maka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 169. MEMINDAH PASUKKAN

    "Brughk!"Ayu langsung ambruk tak sadarkan diri, setelah bathinnya menyeru nama Jalu.*Jalu dan Kirana telah sampai beberapa saat yang lalu di alun-alun kerajaan Ramayana.Kedatangan mereka tentu saja disambut gembira oleh Eyang Pandunatha, Ranti, Jaya, serta semua para pimpinan sekte di tlatah Ramayana. Kebetulan malam itu mereka tengah mengadakan pertemuan, sebelum hari pemberangkatan 7 ribu pasukkan bantuan Tlatah Ramayana besok hari ke Tlatah Pallawa."Jalu. Pasukkan bantuan tlatah Ramayana telah siap berangkat esok hari. Apakah kau yakin tak perlu kita menyiapkan kapal-kapal untuk mengangkut mereka?" tanya Eyang Pandunatha."Semoga saja tak perlu Eyang," sahut Jalu tersenyum."Jalu, sebenarnya Maharaja Tirta Semaya sendiri menanyakan apakah 7 ribu pasukkan tidak kurang. Paduka Maharaja telah membebaskan Eyang, untuk menambah jumlah pasukkan yang berangkat ke tlatah Pallawa," ucap Eyang Pandunatha."Jalu rasa 7 ribu adalah jumlah yang cukup Eyang. Jalu berterimakasih sekali pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03

Bab terbaru

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 250. PENDEKAR RAMBUT EMAS

    "Ayo..! Pasang semua umbul dan panji yang masih belum terpasang..! Sebelum para tamu undangan berdatangan siang nanti!Jangan sampai kita di anggap tak siap merayakan hari berdirinya sekte Rajawali Emas yang keenam ini..!" seru Panji mengingatkan para anggota sekte Rajawali Emas, yang bertugas memasang umbul-umbul serta panji-panji sekte Rajawali Emas di sekitar markas.Umbul serta panji sekte Rajawali Emas itu bahkan dipasang hingga sepanjang pohon-pohon di tepi jalan, yang merupakan akses menuju ke markas sekte Rajawali Emas.Hingga saat tiba waktu menjelang siang. Para tamu undangan dari berbagai sekte, para pendekar non sekte, perwakilan ataupun pihak kerajaan dari tiga tlatah, bahkan hingga para tokoh sepuh dunia persilatan, telah mulai berdatangan memasuki markas sekte Rajawali Emas.Ya, siapa yang tak mengenal dan tak mendengar kebesaran nama serta sepak terjang para anggota sekte Rajawali Emas. Sekte yang menyandang nama harum di dunia persilatan, maupun di hati para penduduk T

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 249. HEBOH DAN RASA BERSALAH

    BLAPH..!Seketika kilau cahaya putih cemerlang yang menyilaukan di atas area Padang Khayangan yang tak bertepi itu pun lenyap.Kini hanya ada warna keemasan pekat di area Padang Khayangan itu. Sunyi ... angin pun bagai tak berhembus saking tenangnya.Jalu ambil posisi bersila dengan sikap teratai, perlahan dia pejamkan kedua matanya. Tak lama Jalu pun tenggelam di alam keheningan yang tercipta. Pasrah ... Mandah ... dan Berserah.*** Dan kehebohan pun terjadi di Tlatah Klikamuka.Ya, semua orang di sana ribut dan panik mencari sosok Jalu, yang bagai hilang ditelan bumi. Mereka semua yakin Jalu bisa mengatasi dan melenyapkan Arya. Karena Arya sendiri tak pernah muncul kembali, setelah duelnya melawan Jalu.Selama 7(tujuh) hari lebih seluruh orang di Tlatah Klikamuka mencari keberadaan Jalu. Mereka menyusuri dengan kapal-kapal laut hingga jauh ke laut lepas, namun tetap saja sosok Jalu tak mereka lihat dan temukan.Pada akhirnya mereka semua menyimpulkan, bahwa Jalu telah mati sampyuh

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 248. HUKUMAN SANG DEWA

    Sosok Eyang Sokatantra ambyar berkeping, terlabrak pukulan inti 'Poros Bumi Langit' milik Eyang Bardasena.Ya, bola emas berpusar milik Eyang Bardasena itu berhasil menerobos titik benturan pukulan dahsyatnya dengan pukulan milik Eyang Sokatantra.Akibatnya, dengan telak sekali bola emas yang berputar dahsyat itu menghantam dada Eyang Sokatantra. Sungguh dahsyat tak tertahankan memang power Eyang Bardasena saat itu. Kendati sesungguhnya power Eyang Sokatantra berada di atas tingkatan Eyang Barnawa dulu.Ya, keajaiban olah Pernafasan Bathara Bayu yang diperdalam Eyang Bardasena di bawah arahan Jalu, memang telah membuat peningkatan pesat pada powernya.Bahkan bisa dikatakan Eyang Bardasena kini telah memasuki ranah awal di tingkat Ksatria Semesta tingkat tak terbatas, ranah yang sama seperti halnya Jalu. Namun tentu saja power dan daya bathin Eyang Bardasena masih berada beberapa tingkat di bawah Jalu."Hukghs..!" sosok Eyang Bardasena terhuyung ke belakang, namun cepat dia kembali teg

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 247. CAKRA SEMESTA DAN LENYAP

    Wuunnggtzz..!!! Weerrsskh..!!Dengung membahana suara cakra emas yang memancarkan cahaya cemerlang terdengar. Cakra emas itu berputar menggila bukan main cepatnya.Seluruh badai angin yang berada di sekitar lokasi pertarungan itu, seketika ikut terhisap masuk dan menyatu dengan pusaran badai raksasa cakra tersebut. BADAS..!Sementara badai halilintar emas tak henti menghujani lokasi pertarungan Arya dan Jalu tersebut. Tengah laut, lokasi pertarungan dua tokoh muda tersakti di jamannya itu, seketika bagai berubah menjadi sebuah wilayah yang terkutuk. Mengerikkan..!Dan yang terdahsyat adalah terbentuknya pusaran laut mega raksasa, yang berpusat di bawah sosok Jalu melayang. Pusaran laut raksasa itu mencakup radius yang sangat luas, hingga menelan pusaran raksasa yang berada di bawah sosok Arya! Inilah kegilaan yang super gila..!"Ca-cakra Semesta..?! Ini Gila..!! Keparat kau Jalu..!!" Arya tersentak kaget dan gentar bukan main. Dia seketika teringat ucapan Maha Gurunya sang Penguasa Ke

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 246. AKHIRNYA..

    "HUAAAHHH..HH..!!!"Teriakkan bergemuruh dari pasukkan perang tiga tlatah membahana badai di pantai Parican saat itu. Dan permukaan air laut di pantai Parican yang biasanya berwarna hijau kebiruan itu, kini telah berubah total menjadi merah darah..!Patih Karna bisa mengerti siasat panglima Indrakila, dengan tidak melabuhkan kapal di pelabuhan pantai Parican. Karena rawan untuk dipakai para pasukkan tlatah Bhineka, yang hendak melarikan diri nantinya.Sungguh siasat yang cukup mematikan langkah pihak musuh. Sebuah siasat yang hanya berarti dua pilihan untuk pihak musuh, tetap menyerang dan melawan, atau mati di negeri orang..!Sungguh sebuah kesalahan fatal dari siasat dan pemikiran Panglima Besar pasukkan Bhineka, Arya.Arya tak memperhitungkan, bahwa persatuan dan persahabatan tlatah Pallawa, Klikamuka, serta Ramayana semakin bertambah solid, setelah perang besar yang terjadi 5(lima) tahun yang lalu.Arya benar-benar kurang memperhitungkan hal yang sebenarnya sangat fatal itu.***

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 245. SIASAT GILA SANG PANGLIMA

    "Bedebah kau Bardasena..! Bisakah sopan sedikit saat berbicara denganku! Simpan arakmu brengsek..!" seru marah Eyang Sokatantra.Ya, Eyang Sokatantra sangat keki dan merasa diremehkan oleh sikap Bardasena, yang berbicara dengannya sambil minum arak."Hmm. Sokatantra kita sudah sama sepuh, dan kita sudah sama tahu apa itu arti basa basi dan sikap munafik. Apa bedanya sikapku yang minum arak, dengan kata-kata makian kasarmu itu padaku! Hahahaa!" seru Eyang Bardasena tergelak, membalikkan teguran Eyang Sokatantra dengan sindirannya."Hmm. Baik Bardasena! Kita mulai saja pertarungan kita sekarang!" karuan Eyang Sokatantra bertambah keki, mendengar ucapan Eyang Bardasena yang dengan telak membalikkan teguran dengan sindiran tajamnya.Glk, glk, glk!"Baik Sokatantra! Sebaiknya kita juga bertarung agak ke tengah laut sana! Kasihan jika ada prajurit yang tewas karena pukulan kita yang meleset," ucap tegas Eyang Bardasena, menyambut tantangan Eyang Sokatantra.Slaph..!! Slaphh..!!Dua tokoh se

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 244. KEMBALI BERHADAPAN

    "MEREKA DI BELAKANG KITA..! BERSIAPLAH..!" seru lantang sang Mahapatih Suryalaga.Dia memimpin pasukkan penjaga di pantai Parican untuk mundur, agar pasukkan musuh terpancing untuk maju mengejar mereka, yang disangka gentar oleh pasukkan musuh.Cepat sekali ke 9 ribu pasukkan yang dipimpin sang patih Suryalaga tersebut membentuk barisan di sisi kiri dan kanan depan pasukkan sang Maharaja, yang telah berbaris di depan perbatasan kotaraja. Hingga Pasukkan Tlatah Klikamuka dan sekutunya kini membentuk formasi huruf 'U'.Srraakh.! Spyaarrsshk..!Sang Maharaja lolos keris pusaka 'Ki Nogo Suryo' dan acungkan keris pusaka itu ke arah langit. Seketika selarik kilatan terang melesat dari keris pusaka itu menembus awan, langit pun nampak semakin terang, walaupun matahari belum lagi menyorotkan sinar terangnya di pagi hari itu."ESA HILANG DUA TERBILANG..! PARA KSATRIA KLIKAMUKA..!! SERAANNGG..!!" seru lantang sang Maharaja, seraya acungkan 'Ki Nogo Suryo' ke arah depan dan membedal maju kudanya

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 243. M U L A I

    HUUOOONNKKHH...!!!Suara gaung terompet/sangkha bergema membahana dari tepian batas laut di pantai Parican. Suara gaungnya mengoyak kesunyian pagi, dan menembus hingga ke dinding perbatasan kotaraja Klikamuka.Ya, itulah gaung terompet/sangkha dari pihak armada perang Tlatah Bhineka, hal yang menandakan armada pasukkan Bhineka akan bergerak menyerang ke wilayah Klikamuka!"PASUKKAN BHINEKA..! MAJUU..!!" seru lantang panglima besar mereka Arya. Sebuah seruan yang dilambari power tenaga dalamnya, hingga menembus gendang telinga segenap pasukkan kapal armada tlatah Bhineka itu."MAJUU..!!""SERANNGG..!!"Seruan Arya segera di ikuti oleh seruan komando para pimpinan kapal pasukkan armadanya. Serentak seluruh armada kapal perang tlatah Bhineka meluruk maju dengan cepat, melesat menuju tepi pantai Parican untuk mendaratkan 25 ribu lebih pasukkannya.Sementara jauh di belakang armada perang Bhineka itu."ARMADA RAMAYANA..!! KEJAR DAN SERANGG MEREKA..!!" seru lantang sang Patih Karna Ekatama

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 242. ARMADA RAMAYANA MASUK

    "Heeii..! Utusan Arya keparat..! Lekas ambil surat dari Tuanmu itu, dan berikan kembali pada junjunganmu si Arya itu!" seru keras sang Maharaja Klikamuka."Ba-baik paduka..!" seru gugup sang utusan yang merasa gentar, karena dia merasa sedang berada di sarang harimau. Segera di ambil dan dilipatnya kembali surat maklumat dari junjungannya, yang kini penuh dengan ludah itu."Katakan pada junjunganmu si Arya itu! Surat maklumatnya hanyalah sampah di mata rakyat Tlatah Klikamuka ini! Cepat keluar..!" seru sang Maharaja Klikamuka murka."Ba-baik Paduka!" dengan menyahut gugup, sang utusan itu segera keluar dari istana Klikamuka. Nampak wajahnya pucat pasi, dia sadar perang tak bisa terhindarkan lagi kini.Sepanjang jalan menuju kembali ke pantai, dia mengamati kekuatan pasukkan dan perlengkapan perang Tlatah Klikamuka itu. Dan hatinya menjadi bergetar ngeri, karena ternyata jumlah pasukkan Tlatah Klikamuka setara dengan jumlah pasukkan kerajaan Bhineka!Hal yang meleset dari perkiraan jun

DMCA.com Protection Status