Share

Dikeroyok 4

Penulis: Alfonzo Perez
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-21 18:55:48

"Bocah gila, terimalah seranganku!"

Dalam satu hentakan kakinya, Janaka yang tidak bisa menahan emosinya tiba-tiba saja langsung melesat memberi serangan.

Pertarungan jarak dekat pun terjadi. Serangan kaki dan tangan Janaka menjelajah setiap area bagian tubuh Jalu yang terbuka. Dengan kecepatan yang dimilikinya, Jalu menghindari setiap serangan Janaka tanpa kesulitan yang berarti.

Pertarungan antara dua orang pendekar yang memiliki perbedaan jauh dalam hal rentang usia itu terjadi dengan cepat. Hanya dalam hitungan detik sudah belasan kali keduanya bertukar serangan dan terlihat jika Jalu bisa menguasai jalannya pertarungan.

Janaka yang awalnya penasaran dengan kemampuan Jalu dan ingin mencoba kemampuannya terlebih dahulu, akhirnya mau tidak mau harus melibatkan Karya dalam pertarungannya kali ini. Dia merasa kalau bertarung sendiri tidak akan bisa mengalahkan pemuda tersebut. Jadi bantuan Karya akan sangat dibutuhkannya agar segera bisa menyelesaikan pertarungan.

"Karya, bantu aku!"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (15)
goodnovel comment avatar
Debin Supratno
BAB tai, diualang2.
goodnovel comment avatar
Andra Zamran
penulis sampah.. tai
goodnovel comment avatar
nyata_production
diulang ulang terus cukup untunglah sedot koin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Kematian Janaka

    Nafas Janaka sudah mulai tidak teratur, serangan jarak jauhnya ternyata juga tidak efektif dan malah membuat tenaga dalamnya berkurang drastis. Beruntung Karya masih memiliki cadangan tenaga dalam dan segera mengalirkannya ke tubuh temannya itu untuk memulihkannya."Dia sangat sulit untuk dikalahkan, Karya ... Kita berdua sudah mencoba berbagai cara, tapi tetap saja kita yang dalam keadaan terdesak," ujar Janaka seraya menatap pedang Halilintar yang beraura biru terang."Kau benar. Aku rasa pedangnya itu adalah sumber kekuatannya. Jika kita bisa merebut pedang itu, maka kita akan bisa mengalahkannya," balas Karya sambil sedikit menekan bahu Janaka untuk memasukkan tenaga dalamnya.Jalu menatap tajam kedua pendekar aliran hitam tersebut. Dia memutarkan Pedangnya dengan ujung bilah ke arah bawah, "Kalian berdua menyerahlah, akui diriku sebagai pemimpin dan aku akan mengampuni nyawa kalian!"Kedua lelaki tua itu menatap Jalu dengan rasa benci yang tinggi. Ungkapan yang tadi membuat emo

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Melawan Ki Pranasuta

    Jalu tersenyum menyeringai sambil menggeleng pelan. Selepas itu dia menoleh kepada anggota perguruan Kelabang Hitam yang ternyata sudah berlutut ketakutan dengan tangan sudah berada di belakang kepala tanda menyerah.Ayunan langkah pemuda tampan itu terhenti ketika merasakan adanya serangan energi yang mendekat ke arahnya dari belakang."Hmmm, ternyata masih ada lagi," gumamnya pelan sebelum bergerak menyamping dua langkah.Serangan energi berbentuk sinar merah itu bergerak nyasar menuju belasan anggota perguruan Kelabang Hitam yang sedang berlutut di tanah. Alhasil sebagian dari mereka mati dengan cara yang mengenaskan. Bahkan yang terkena serangan energi secara langsung tubuhnya sampai hancur menjadi potongan kecil.Jalu membalik badan. Dilihatnya seorang lelaki tinggi besar berumur sekitar lima puluh tahun sudah berdiri di depannya dalam tujuh meter. Di punggungnya tergantung sebuah pedang yang berukuran cukup besar dan sesuai dengan fisiknya yang juga besar.Lelaki yang membawa pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Menyerang Perguruan Elang Putih

    Kepulan asap yang menyelimuti bagian dalam perguruan Kelabang Hitam tersebut kemudian perlahan menghilang. Terlihat Jalu berjalan sambil menyeringai tipis ke arah Ki Pranasuta. Tidak terlihat tanda-tanda pemuda berwajah tampan tersebut terluka ataupun mengalami dampak akibat benturan tadi."Tidak mungkin...!" pekik Ki Pranasuta setelah melihat Jalu masih dalam keadaan baik-baik saja. Dia tidak menyangka jika jurus andalannya tidak berakibat apapun terhadap pemuda tersebut. Padahal setahunya meski bisa ditahan jurus beracunnya itu tetap akan memberi dampak yang buruk."Apakah tidak ada jurus lain yang lebih berbahaya dari pada tadi?" cibir Jalu setalah berhenti beberapa langkah di depan Ki Pranasuta.Ketua perguruan Kelabang Hitam itu diam tak bisa berbicara. Suaranya seperti tercekat di tenggorokan tidak tahu harus bicara apa. Rasa malu dan sakit di pangkal lengannya bercampur menjadi satu."Kenapa kau diam saja, mana mulut besarmu yang kau banggakan tadi?"Jalu kemudian mencabut Peda

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Cakar Elang Pemburu

    Namun yang membuatnya heran, dia tidak merasakan adanya energi yang keluar dari tubuh pemuda tampan tersebut, tapi kenapa Ki Pranasuta sampai membawanya datang untuk membalas dendam?"Aku tidak ada urusan dengan permusuhan kalian berdua, jadi jangan sangkut pautkan masalah kalian itu denganku!"Ki Pranasuta terdiam malu. Tak disangkanya Jalu akan sampai berkata seperti itu kepada dia dan Sanjaya. Padahal dirinya sudah terlanjur senang bahwa dendamnya akan segera terbalaskan. Di sisi lain Sanjaya tersenyum mencibir ke arah Ki Pranasuta setelah mendengar sendiri jika kedatangan pendekar muda itu tidak bertujuan untuk balas dendam. "Perlu kau ketahui, kedatanganku kemari hanya ingin kau mengakui bahwa akulah penguasa dunia persilatan. Jika kau tidak mau tunduk kepadaku, maka kau dan perguruanmu akan kuhancurkan seperti halnya perguruan Kelabang Hitam yang hampir semua anggotanya mati di tanganku!" Jalu menyambung ucapannya.Sanjaya menahan napas sejenak. Benaknya berpikir keras mencern

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Laporan Ayu Wulandari

    Sanjaya yang mengetahui jurus terkuatnya tidak mampu melukai tubuh Jalu sedikitpun akhirnya ketakutan juga. Baru kali ini dia menemukan lawan yang kekuatannya tidak bisa diukurnya. Bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan dunia persilatan akan benar-benar di bawah kendali pemuda tampan tersebut, pikirnya."Sialan, jurus terkuatku pun tidak mampu melukainya!"Sanjaya menelan ludah ketakutan. Sepasang bola matanya bergerak liar mencari jalan untuk selamat. Pandangan sudah terarah ke sana kemari mencari celah untuk melarikan diri Dia tidak peduli dengan rasa malu yang bakal didapatnya jika kabur dari tempat tersebut. Nyawanya jauh lebih penting dari pada sekedar harga diri yang terkoyak.Dalam satu kedipan mata tiba-tiba saja ketua perguruan Elang Putih itupun sudah berlari kencang dengan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya.Namun usaha Sanjaya untuk kabur dari tempat itu tampaknya sia-sia saja. Jalu yang sudah mengetahui niat lelaki itu untuk kabur ternyata sudah mempersiapka

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Menyerang Perguruan Pedang Tunggal

    Jalu menoleh sedikit ke arah Ki Pranasuta. Raut wajahnya menunjukkan rasa tidak senang kepada lelaki yang berdiri di sampingnya itu. Sedetik berikutnya senyum terkulum sedikit mencibir tercetak di bibirnya."Jangan banyak bicara. Cepat habisi mereka!"Ki Pranasuta mengangguk. Ketua perguruan Kelabang Hitam itu berjalan maju selangkah demi selangkah sebelum secara tiba-tiba melepaskan serangan dadakan.Beberapa anggota perguruan Pedang Tunggal yang sudah bersiap mencoba sebisa mungkin bertahan dari serangan Ki Pranasuta. Mereka mencoba mengulur waktu sampai anggota lainnya keluar.Namun harapan itu hanya percuma saja. Ki Pranasuta tanpa belas kasihan menghabisi mereka dalam waktu yang begitu singkat.Setelah memastikan tidak ada satupun penjaga yang berhasil selamat, ketua perguruan Kelabang Hitam itu lantas beralih menatap pintu gerbang yang tertutup rapat. Namun sebelum dia menghancurkannya, pintu gerbang itu tiba-tiba terbuka dan muncul sesosok lelaki tua berpakaian serba putih dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Cakar Tengkorak Batu

    Serangan Ki Ageng Suryajaya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Dengan lebih dari separuh kekuatannya, dia yakin pemuda yang menjadi lawannya kali ini akan dibuatnya tidak berkutik. Namun sayangnya yang dia terima hanyalah rasa pahit karena serangannya masih bisa di imbangi Jalu.Sementara itu, Ki Pranasuta yang harus menghadapi seratus lebih anggota perguruan Pedang Tunggal harus dibuat kerepotan setengah mati. Meski lawan yang dihadapinya jika diukur dari kemampuan individu masih jauh di bawahnya, tapi karena jumlah mereka yang banyak dan memberi serangan dari semua sisi, mau tak mau dia harus menggunakan senjata pusakanya untuk melakukan perlawanan.Ada sedikit penyesalan di dalam batinnya ketika harus menghadapi begitu banyak lawan dalam satu waktu. Menurutnya dia lebih baik memilih bertarung melawan Ki Ageng Suryajaya meski kemampuannya sedikit di bawah ketua perguruan Pedang Tunggal tersebut.Selain itu, andai dia tidak berusaha memanfaatkan kekuatan Jalu untuk bisa turut serta

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Langkah Angin

    Adu kelincahan dan kecepatan pun terjadi. Jalu yang gerakannya seperti asal-asalan dan tidak terpola ternyata tidak kesulitan menghindari serangan Ki Ageng Suryajaya. Tapi gerakan ketua perguruan Pedang Tunggal yang semakin bertambah cepat hampir saja membabat leher Jalu andai pemuda itu tidak melakukan tangkisan. Jalu mengangkat lengannya dan menangkis sambaran cakar yang hampir membuat nyawanya melayang. Benturan di antara keduanya menimbulkan tubuh pemuda tampan itu terdorong mundur beberapa langkah.Ki Ageng Suryajaya menyeringai sambil berusaha memanfaatkan kesempatan bagus itu untuk bisa memasukkan serangannya. Dia terus mencecar Jalu dengan serangan demi serangan untuk membuka celah pertahanan lawan. Lelaki tua tersebut kemudian melompat seperti singa yang hendak menerkam mangsanya ketika melihat lawan sedikit lengah."Mati kau!"Jalu yang sudah terlanjur salah langkah dan gerakan terpaksa menggunakan perisai tak kasat mata untuk melindungi dadanya.Ketua perguruan Pedang Tun

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23

Bab terbaru

  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Rencana Susulan

    Gambaran akan mendapatkan uang yang cukup besar sudah tergambar di dalam benak kelima perampok tersebut. Mereka terus bercanda hingga tiba di depan rumah yang sangatlah besar untuk ukuran di desa. Kalau di Kotaraja mungkin tidaklah heran, tapi di sebuah desa tentu sebuah kemustahilan yang sulit untuk dipercaya ada. Di depan pintu gerbang, beberapa lelaki yang ditugaskan untuk menjaga, menatap heran dengan adanya lima orang yang membawa gerobak. “Kang, apa benar ini rumah Nyi Sundari?” tanya salah satu perampok yang wajahnya terdapat bekas luka memanjang dari kening sampai dagu.“Iya, benar. Kalian siapa dan mau apa datang kemari?” salah satu penjaga balik bertanya.“Kami dari desa sebelah hendak menjual hasil panen, Kang.” Perampok tersebut menjawab dengan ekspresi meyakinkan. “Ikut aku!” Penjaga yang tubuhnya paling kekar membuka pintu gerbang, kemudian masuk ke dalam. Lima orang perampok membawa masuk gerobak yang mereka bawa hingga di halaman.“Tunggu di sini. Kupanggilkan dulu

  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Keinginan Ayu Wulandari

    Jalu masih sedikit kebingungan dengan sikap yang ditunjukkan Ayu Wulandari. Arah pandangnya lantas tertuju kepada Nyi Sundari dan bertanya kenapa dengan membuka mulut tapi tanpa bersuara.“Ayu tadi menangis histeris ketika melihat darah yang terkumpul di baskom itu, Jalu,” kata Nyi Sundari. Ayu Wulandari langsung menoleh kepada ibunya dan membuka matanya lebar-lebar. Wajahnya langsung merah merona oleh rasa malu. “Oh, darah ini?” Jalu menunjuk baskom kuningan di depannya. “Begini Bi, dalam pertarungan terakhir sebelum berhasil menyelamatkan Ayu, aku mengalami luka dalam karena terkena pukulan. Tadi aku bermeditasi untuk untuk menyembuhkan luka dalam yang kualami. Sekarang aku sudah baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikuatirkan,” sambungnya tanpa sekalipun menyebut kata racun. Dia tidak ingin membuat ibu dan anak itu kuatir atas kondisinya. Dalam meditasinya tadi, kelima panca indera Jalu benar-benar tidak berfungsi, sehingga diirinya tidak sadar jika keluarga Nyi Sundari sudah

  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Tersadar

    Ayu Wulandari beserta ayah dan ibunya tampak terpukul mendengar penuturan Ki Puguh. Berita yang mereka dapat mengenai kondisi Jalu tentu tidak sesuai yang diharapkan. Ketiganya semula berharap jika Jalu hanya kelelahan atau mungkin mengalami luka biasa, tapi tidak tahunya ternyata terkena racun tingkat tinggi. Belum percaya dengan hasil analisa pertamanya, Ki Puguh pun kembali memeriksa darah Jalu. Kali ini darah berwarna hitam dan berbau busuk di dalam baskom yang dia periksa. Tabib tua itu menggeleng pelan. Sungguh dia masih belum bisa percaya jika pemuda berparas tampan itu mampu bertahan hidup dalam kondisi racun yang sudah menjalar di tubuhnya. "Bagaimana, Ki?" tanya Aji. "Pemuda ini memang terkena racun. Aku tidak tahu jenis racun apa yang berada di dalam tubuhnya, tapi aku yakin pasti racun tingkat tinggi." Kali ini Ayu Wulandari tidak bisa menahan suara tangisannya yang akhirnya pecah. Di sisi lain, Nyi Sundari yang mencoba bertahan agar tidak sampai terbawa suasana, akhi

  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Dugaan Ki Puguh

    Raut wajah gadis cantik itu begitu tegang, takut terjadi sesuatu pada Jalu, Ayu Wulandari pun bergegas keluar untuk mencari ayah dan ibunya yang sedang berada di teras rumah. Namun karena kedua orang tuanya sibuk memberi penjelasan kepada anak buahnya yang bertugas menjual barang dagangan, gadis cantik itupun tidak berani menganggu. Ayu Wulandari hanya bisa menunggu dengan perasaan cemas. Sikapnya menunjukkan kegelisahan yang teramat kuat. “Kau kenapa, Putriku?” tanya Nyi Sundari ketika melihat putrinya mondar-mandir di dekatnya. “Jalu, Bu …” “Kenapa dengan Jalu? Bukankah dia masih di kamarnya?” potong Nyi Sundari. Ayu Wulandari mengangguk, kemudian diraihnya tangan ibunya dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. “Ikut aku, Bu. Sepertinya sedang terjadi masalah pada Jalu, aku takut Bu!” ucapnya. Raut wajah Nyi Sundari langsung berubah. Ayunan langkahnya dipercepat agar segera sampai di kamar Jalu. Ibu dan anak itupun masuk ke dalam kamar. Sementara Jalu masih tetap dalam meditasiny

  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Tekad Ayu Wulandari

    Tanpa perlu diarahkan, puluhan anggota Ageng Pamuju itu membuat 8 tim yang masing-masing berisikan minimal 5 orang. Setiap tim nantinya akan bergerak sesuai arah mata angin yang juga berjumlah 8. “Jika nanti ada dari kalian yang berhasil menemukan penyusup itu, segera cari aku di tempat ini,” kata Ageng Pamuju. “Maaf, ketua, tapi bukankah ketua tadi bilang hendak mencari tempat lain untuk mendirikan perguruan?” tanya seorang anggota. “Itu nanti setelah aku berhasil membunuh penyusup yang sudah memporak-porandakan perguruan kita. Aku beri kalian waktu dua minggu dari sekarang, jika kalian tidak berhasil menemukannya, aku akan menghilang dari dunia persilatan entah untuk berapa lama.” Lebih dari 40 anggota perguruan Gunung Setan itu menatap tak percaya akan ucapan pemimpinnya. Sebagian besar dari mereka tidak punya keluarga, juga tidak memiliki tempat tinggal untuk berlindung dari terik matahari dan air hujan. Selain itu, mereka tidak pernah bekerja secara halal dan selama ini hanya

  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Perintah Ageng Pamuju

    Ketua perguruan aliran hitam yang berdiri di puncak Gunung Setan itu berjalan meninggalkan bekas perguruannya yang sudah hampir rata dengan tanah. Setelah berjalan hampir lima ratus meter, dilihatnya puluhan orang yang berkumpul di dekat sebuah pohon besar. Bola matanya menyipit untuk memastikan bahwa seragam yang dikenakan sekumpulan orang-orang itu adalah murid-muridnya. Ageng Pamuju pun berjalan mendekat begitu memastikan penglihatannya tidak salah. “Apa yang sedang kalian lakukan di sini?” Sontak orang-orang yang sedang berbicara satu sama lain itu menoleh ke belakang. Begitu mengetahui jika sosok yang baru menegur mereka itu adalah Ageng Pamuju, puluhan murid perguruan Gunung Setan tersebut langsung memberi sikap hormat. “Maaf, Ketua. Kami berkumpul di tempat ini karena bingung tidak tahu harus kemana. Mau kembali ke perguruan, tapi takut jika pendekar itu kembali lagi dan menghabisi kami semua,” balas seorang anggota yang paling senior di antara lainnya. “Sebenarnya kalian

  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Emosi Ageng Pamuju

    Beberapa saat lamanya beristirahat, rasa lelah yang mendera tubuh Jalu pun berangsur menghilang. Pemuda berparas tampan itupun bangkit berdiri dan diikuti Ayu Wulandari yang juga berdiri setelahnya. “Ayo kita pulang. Ibumu saat ini pasti sangat cemas,” ajak Jalu. Memang benar apa yang dikatakan pemuda itu, Nyi Sundari dalam beberapa hari terakhir kebingungan menunggu kedatangan Jalu dan putrinya yang belum juga kembali. Rasa cemasnya begitu besar akan keselamatan mereka berdua. Bahkan dalam dua hari terakhir dia tidak tidur sama sekali, sehingga Aji sampai memanggil tabib untuk menjaga kesehatan istrinya. Dua hari berikutnya, sudah empat hari Nyi Sundari tidak bisa memejamkan matanya sedikitpun. Tidak hanya itu, bahkan dia pun tidak berhasrat untuk mengisi perutnya. Tubuhnya terduduk lemas di kursi dalam rangkulan suaminya.“Kalaupun mereka ada masalah di perjalanan, aku yakin Jalu pasti akan bisa mengatasinya,” kata Aji menenangkan istrinya. Nyi Sundari hanya diam seribu bahasa.

  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Bunga yang Layu

    “Bedebah! Pasti penyusup itu yang telah membuat semua anggotaku ketakutan.” Ageng Pamuju merutuk dalam hati. Ada rasa sesal kenapa tadi dia harus mementingkan memenuhi syahwatnya terlebih dahulu dari pada melawan si penyusup. Rasa percayanya yang terlalu tinggi kepada empat orang tetua bawahannya, kini berakibat dia harus sendirian di perguruan yang telah didirikan sejak empat puluh tahun lalu. Lelaki tua yang memiliki ajian awet muda itu berjalan lunglai masuk ke dalam rumahnya. Melihat banyaknya jasad anggota yang telah tewas telah membuatnya mual. Dia berpikir jika tidak mungkin untuk menguburkan semua sendiri, tapi jika bertahan di tempat itu, pasti bau busuk dari jasad yang sudah menjadi bangkai akan membuatnya kesulitan sendiri. Ageng Pamuju memasuki kamanrnya. Dia berpikir harus bisa mengambil langkah selanjutnya untuk kembali mengumpulkan anggota. Nama besar perguruan Gunung Setan harus kembali bergabung di blantika dunia persilatan. Di dalam sebuah bangunan, suasana heni

  • PENDEKAR PULAU TENGKORAK    Kemarahan Ageng Pamuju

    “Baiklah, kalian berdua boleh pergi. Tapi jangan pernah kembali lagi ke tempat ini atau nyawa kalian berdua tidak akan kuberi ampun!” ucap Jalu datar dan mengancam. Reso dan Waji menghela napas lega. Keduanya tanpa berpikir lagi langsung melesat meninggalkan Perguruan Gunung Setan secepat mungkin. Mereka berdua tidak peduli lagi dengan anggota perguruan yang masih bergerombol dalam jarak empat puluhan meter. Kepergian tetua dua dan tetua empat meninggalkan pertanyaan dalam benak ratusan anggota yang kebingungan. Mereka tak menyangka jika dua tetua tersisa yang diharapkan bisa menjadi dewa penolong nyatanya telah pergi tanpa pamit. Rasa takut akan kematian jelas menguasai pikiran setiap anggota perguruan yang masih hidup. Entah siapa yang memulai, tapi tiba-tiba saja anggota yang jumlahnya masih dua pertiga dari keseluruhan anggota perguruan Gunung Setan itu tiba-tiba berhamburan berlarian pergi dari perguruan menyusul Reso dan Waji. Jalu tersenyum tipis melihat hal itu. Dia tidak

DMCA.com Protection Status