Share

bab 23: Jalan Menuju Kuil Tua

Langit di atas gunung tertutup awan kelabu, seolah memberi pertanda buruk bagi perjalanan Pendekar Buta dan Sri Langit. Angin dingin yang bertiup kencang menambah ketegangan dalam hati mereka. Meski Pendekar Buta tidak bisa melihat, ia bisa merasakan ada sesuatu yang ganjil di udara. Sejak mereka meninggalkan desa kecil itu, firasat buruk semakin menguat dalam dirinya.

“Apakah kita benar-benar harus ke kuil itu?” tanya Sri Langit, yang tampak sedikit ragu saat menatap jalan curam di depan mereka.

“Kita harus,” jawab Pendekar Buta tegas. “Jika Bayangan Hitam memang ada di sana, ini adalah kesempatan terbaik untuk menemukan mereka. Semakin lama kita menunggu, semakin besar ancaman yang akan datang.”

Sri Langit mengangguk, meski raut wajahnya jelas menunjukkan kekhawatiran. Jalan yang mereka tempuh semakin terjal, dipenuhi dengan batu-batu besar dan pepohonan yang akarnya mencuat ke permukaan, seolah mencoba menghalangi langkah mereka. Sesekali mereka harus berhenti untuk mengatur napas,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status