Home / Pendekar / PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU / bab 23: Jalan Menuju Kuil Tua

Share

bab 23: Jalan Menuju Kuil Tua

Author: endus introspectio
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Langit di atas gunung tertutup awan kelabu, seolah memberi pertanda buruk bagi perjalanan Pendekar Buta dan Sri Langit. Angin dingin yang bertiup kencang menambah ketegangan dalam hati mereka. Meski Pendekar Buta tidak bisa melihat, ia bisa merasakan ada sesuatu yang ganjil di udara. Sejak mereka meninggalkan desa kecil itu, firasat buruk semakin menguat dalam dirinya.

“Apakah kita benar-benar harus ke kuil itu?” tanya Sri Langit, yang tampak sedikit ragu saat menatap jalan curam di depan mereka.

“Kita harus,” jawab Pendekar Buta tegas. “Jika Bayangan Hitam memang ada di sana, ini adalah kesempatan terbaik untuk menemukan mereka. Semakin lama kita menunggu, semakin besar ancaman yang akan datang.”

Sri Langit mengangguk, meski raut wajahnya jelas menunjukkan kekhawatiran. Jalan yang mereka tempuh semakin terjal, dipenuhi dengan batu-batu besar dan pepohonan yang akarnya mencuat ke permukaan, seolah mencoba menghalangi langkah mereka. Sesekali mereka harus berhenti untuk mengatur napas,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 24: Terjebak Dalam Kegelapan

    Suara itu bergema dalam kabut, menggema di seluruh penjuru seolah berasal dari segala arah. Pendekar Buta dan Sri Langit terdiam sesaat, mencoba mencari sumber suara misterius itu. Bayangan Hitam bukan hanya sekelompok pendekar biasa; mereka jelas menguasai kekuatan yang melampaui dunia persilatan yang mereka kenal.“Kita harus keluar dari sini,” bisik Sri Langit dengan nada cemas. Ia bisa merasakan pusaran kabut yang semakin kuat, memerangkap mereka dalam kegelapan yang semakin pekat. Pedangnya terasa berat, tubuhnya perlahan terasa lelah. Energi di sekitarnya seolah diserap oleh kabut hitam ini.Pendekar Buta merasakan hal yang sama. Tenaga mereka semakin terkuras, dan dia tahu bahwa jika mereka tidak bergerak cepat, pertarungan ini akan berakhir sebelum sempat dimulai. “Kita harus memecah pusaran ini,” katanya tegas.Dengan cepat, Pendekar Buta mencoba merasakan setiap getaran di sekitarnya. Dia fokus pada gerakan angin, aliran kabut, dan denyutan energi yang terasa aneh. Matanya m

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 25: Menghadapi Sang Bayangan

    Pendekar Buta berdiri tegak, meski tubuhnya terasa lelah setelah pertarungan yang panjang. Dia dapat merasakan energi kegelapan dari sosok berkerudung yang masih berdiri di depannya. Sri Langit di sampingnya juga terlihat kelelahan, tapi sorot matanya masih penuh semangat bertarung. Meskipun mereka berhadapan dengan kekuatan yang tidak pernah mereka duga, menyerah bukanlah pilihan.Sosok pemimpin Bayangan Hitam itu tertawa kecil, suaranya bergema menembus kegelapan di sekitar mereka. “Kalian memang tangguh, tapi perlawanan kalian sia-sia. Kalian hanya menunda kehancuran yang tak terelakkan.”Sri Langit mencengkeram gagang pedangnya lebih erat. “Kita tidak akan menyerah!” serunya penuh keyakinan.“Seranganku belum berakhir,” gumam Pendekar Buta pelan, suara hatinya dipenuhi dengan tekad. Meskipun tidak dapat melihat, ia merasakan getaran halus dari energi musuh. Sejak pertarungan dimulai, ia fokus memperhatikan celah kecil yang tersembunyi dalam aliran kekuatan kegelapan itu. Dan kini,

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 26: rahasia di balik kegelapan

    Suasana di sekitar mereka terasa hening setelah pemimpin Bayangan Hitam terjatuh. Kabut yang tadi begitu pekat mulai memudar, dan udara terasa sedikit lebih ringan. Namun, baik Pendekar Buta maupun Sri Langit tidak merasa lega. Mereka tahu, kemenangan ini bukanlah akhir dari ancaman. Sesuatu yang lebih besar sedang mengintai, tersembunyi di balik semua yang baru saja terjadi.Sri Langit menghampiri tubuh pemimpin Bayangan Hitam yang masih tergeletak di tanah. Dia menarik napas dalam-dalam, matanya meneliti setiap detail sosok yang terbungkus jubah hitam. “Siapa dia sebenarnya?” tanyanya pelan, meski ia tak berharap ada jawaban yang mudah.Pendekar Buta tetap diam, tongkatnya terpegang erat di tangannya. Ia tidak bisa melihat, tapi seluruh inderanya tetap terjaga, mengawasi setiap gerakan di sekitar mereka. “Ada sesuatu yang salah,” gumamnya pelan.Sri Langit menatapnya dengan penuh tanya. “Apa maksudmu?”Pendekar Buta berjalan pelan ke arah pemimpin Bayangan Hitam yang kini tak lagi b

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 27: terang di ujung kegelapan

    Pertarungan di sekitar mereka semakin mencekam. Sosok bayangan besar itu melayang-layang di atas tanah, sementara udara semakin berat dengan energi kegelapan yang meresap. Pendekar Buta berdiri tegak, mencengkeram tongkatnya erat-erat. Ia tahu ini adalah ujian terberat dalam hidupnya. Di sisinya, Sri Langit, meski gemetar, bersiap dengan pedangnya, sorot matanya menunjukkan bahwa ia siap bertarung hingga akhir.Sosok bayangan besar itu menatap mereka dengan mata merah menyala. “Kalian berani melawan kegelapan abadi? Kalian hanya akan menjadi korban berikutnya,” suaranya menggema di seluruh medan pertarungan. Setiap kata yang diucapkan menggetarkan tanah, membuat batu-batu di sekitar mereka terpecah.Pendekar Buta tidak menanggapi. Sebaliknya, ia fokus mendengarkan suara-suara halus di sekitarnya, merasakan energi yang mengalir dalam bayangan. Di dalam kegelapan, ada pola, dan dalam pola itu, dia bisa menemukan celah. Itulah caranya selama ini menghadapi musuh yang tampaknya tak terkal

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 28: jejak yang tertinggal

    Setelah sosok bayangan besar itu lenyap, suasana menjadi hening. Hanya angin malam yang lembut meniupkan dedaunan di sekitar mereka. Meski pertempuran sudah usai, rasa tenang tidak sepenuhnya hadir di hati Pendekar Buta dan Sri Langit. Keduanya masih merasakan bahwa ada sesuatu yang belum selesai.Pendekar Buta berdiri di tengah medan yang berantakan. Tongkatnya ia tancapkan ke tanah, membiarkan dirinya menikmati jeda sejenak setelah pertarungan yang sangat melelahkan. Di sisinya, Sri Langit tampak termenung, menatap tanah yang hancur akibat serangan-serangan dahsyat tadi. Keringat masih menetes di dahinya, tapi sorot matanya tajam, seakan-akan sedang mencari sesuatu di kejauhan.“Aku tak bisa percaya semuanya berakhir seperti ini,” gumam Sri Langit pelan, suaranya hampir tidak terdengar.Pendekar Buta menoleh sedikit ke arah sumber suara itu. Meski tidak bisa melihat, ia tahu persis apa yang sedang dirasakan Sri Langit. “Tidak ada yang benar-benar berakhir, Langit. Ini hanya awal dar

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 29: penjaga gerbang rahasia

    Pendekar Buta dan Sri Langit berjalan perlahan meninggalkan lembah yang sebelumnya menjadi medan pertempuran sengit. Keduanya tidak berbicara banyak, hanya ditemani oleh suara angin dan gemerisik dedaunan di sekitar mereka. Pikiran mereka masih tertuju pada bayangan besar yang berhasil mereka kalahkan, tapi kekhawatiran tentang ancaman yang lebih besar mulai menggantung di benak mereka.“Kita mau ke mana sekarang?” tanya Sri Langit memecah keheningan, suaranya terdengar sedikit lelah namun penuh rasa ingin tahu.“Kita harus menemukan jejak yang ditinggalkan Bayangan Hitam,” jawab Pendekar Buta. “Aku percaya ada seseorang atau sesuatu yang mengetahui lebih banyak tentang mereka. Kita harus mencari orang itu.”Sri Langit terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Apakah kau tahu di mana kita bisa mulai mencari?”“Ada satu tempat,” jawab Pendekar Buta pelan. “Gerbang Rahasia di balik Pegunungan Senja. Legenda mengatakan bahwa siapa pun yang melewati gerbang itu bisa menemukan kebenaran tentang

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 30: ujian dari penjaga gerbang

    Penjaga Gerbang Rahasia berdiri tegak di hadapan Pendekar Buta dan Sri Langit, tubuhnya yang besar dan kokoh seperti bagian dari gua itu sendiri. Setiap gerakannya seolah mengguncang bumi, dan kilatan matanya yang merah seperti bara api membuat suasana semakin tegang.“Kalian yang berani melewati Gerbang Rahasia, harus membuktikan diri. Jika kalian layak, maka kalian bisa melanjutkan perjalanan. Jika tidak, kalian akan menjadi bagian dari gua ini selamanya,” suara Penjaga itu dalam dan berat, seperti suara dari zaman kuno.Pendekar Buta tetap tenang, meskipun ia tahu bahwa pertarungan ini akan berbeda dari yang pernah ia hadapi sebelumnya. Ia merasakan energi luar biasa yang terpancar dari Penjaga itu, kekuatan yang jauh melampaui musuh-musuh biasa. Di sisinya, Sri Langit menghunus pedangnya, bersiap menghadapi ancaman yang nyata di depan mereka.“Apakah kau siap?” tanya Sri Langit dengan suara pelan, meski ketegangan jelas terdengar di balik keberaniannya.Pendekar Buta mengangguk pe

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 31: Ujian Kebijaksanaan

    Setelah berhasil melewati ujian pertama, suasana di dalam gua mulai tenang kembali. Pendekar Buta dan Sri Langit saling bertukar tatapan, keduanya merasa lega, tetapi kesadaran akan ujian yang masih tersisa menimbang pikiran mereka. Penjaga Gerbang Rahasia berdiri tegak, siap untuk menguji mereka lagi.“Kalian telah menunjukkan keberanian untuk menghadapi ketakutan kalian,” kata Penjaga itu, suaranya menggema di dinding gua. “Sekarang, saatnya untuk ujian kedua—ujian kebijaksanaan.”Pendekar Buta merasakan ketegangan di udara. Ujian kebijaksanaan biasanya lebih sulit, karena melibatkan kemampuan untuk berpikir jernih di tengah kekacauan. Ia tidak bisa membiarkan Sri Langit goyah dalam ujian ini.Penjaga Gerbang melanjutkan, “Kau akan diberikan pertanyaan yang harus dijawab dengan bijaksana. Jawaban yang salah akan membuat kalian terjebak selamanya dalam gua ini.”Ketika kata-kata itu selesai, bayangan mulai berputar di sekitar mereka. Di depan mereka, tampak gambar-gambar simbolik yan

Latest chapter

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 145 : Cahaya di Akhir Perjalanan

    Raka berdiri di atas tebing yang menghadap ke desa Lembah Hantu, tempat segala sesuatunya dimulai. Cahaya matahari pagi menyinari lembah dengan lembut, seolah memberikan restu terakhir atas perjalanannya. Seiring berjalannya waktu, Raka tidak hanya menjadi seorang pendekar yang dihormati, tetapi juga seorang pelindung yang dipandang sebagai pahlawan oleh banyak desa. Namun, ia tahu bahwa ini adalah waktunya untuk mengakhiri perjalanannya sebagai pendekar. Di sampingnya, Arjuna, sahabat sekaligus rekan yang telah setia mendampinginya, tersenyum bangga. Mereka telah bersama melalui banyak pertempuran, mengalahkan musuh-musuh kuat, dan membela orang-orang yang membutuhkan perlindungan. Sekarang, setelah semua ancaman besar tersingkir, mereka bisa merasa bahwa tugas mereka telah selesai. "Raka, kita telah melewati banyak hal. Tapi aku tahu kau merasa ada yang masih tersisa," kata Arjuna sambil menepuk pundaknya. Raka mengangguk. "Iya, Arjuna. Aku merasa perjalanan ini bukan hanya soa

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 144 : Kebangkitan Harapan

    Setelah kemenangan melawan Surya Kelam, desa-desa di sekitar hutan akhirnya mendapatkan ketenangan yang sudah lama mereka rindukan. Raka, Arjuna, dan para pendekar lainnya disambut sebagai pahlawan di setiap desa yang mereka kunjungi. Penduduk desa memberi mereka sambutan hangat, dengan perayaan sederhana yang penuh kegembiraan dan ucapan syukur. Namun, di balik semua itu, Raka merasakan ada tanggung jawab yang lebih besar di pundaknya.Suatu malam, di tengah perayaan kecil di desa Lembah Hantu, Raka dan Arjuna duduk bersama di tepi sungai yang tenang, menikmati suara alam yang kembali damai. Di bawah cahaya bintang, Arjuna menatap Raka dengan penuh kekaguman.“Raka,” kata Arjuna dengan nada serius, “dalam perjalanan kita, aku melihat bagaimana kau berkembang. Kau bukan hanya pendekar yang kuat, tapi kau juga membawa harapan bagi semua orang di desa ini. Banyak yang mengandalkanmu, kau tahu?”Raka terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Arjuna. Ia menyadari bahwa selama ini, kekuatan d

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 143 : Pertarungan Terakhir

    Di hari berikutnya, Raka, Arjuna, dan para pendekar yang telah berkumpul untuk menghadapi kekuatan kegelapan mulai menyusun strategi. Setelah kembali dari pertemuan dengan Jayanegara, Raka kini merasa lebih mantap, seolah kekuatan dalam dirinya mencapai puncaknya. Permata Kesadaran yang ia terima dari Jayanegara menjadi lambang tekadnya, dan ia tahu bahwa pertarungan kali ini akan menjadi ujian terbesarnya.Langit mulai gelap ketika Raka dan pasukannya tiba di perbatasan hutan yang menjadi markas kelompok Surya Kelam. Tanahnya gersang, dan suasana terasa mencekam, seakan dipenuhi aura negatif yang mempengaruhi setiap jiwa yang ada di sana. Angin berhembus kencang, membawa aroma tanah yang terbakar, sementara bayangan-bayangan gelap berkelebat di antara pepohonan.“Kita sudah berada di ujung perjuangan ini,” kata Arjuna kepada Raka. “Semua orang di desa mempercayakan keselamatan mereka pada kita. Aku harap kita bisa melindungi mereka.”Raka mengangguk. Ia tahu betapa berbahayanya lawan

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 142 : Pertemuan Tak Terduga

    Keesokan paginya, Raka dan Arjuna bangun lebih pagi dari biasanya. Pertarungan malam sebelumnya masih terbayang jelas di benak mereka. Meski tubuh terasa lelah, mereka tak ingin berlama-lama diam. Desa-desa di sekitar tetap membutuhkan bantuan mereka untuk menjaga keamanan, dan setelah kejadian semalam, mereka merasa lebih waspada.Saat mereka bersiap melanjutkan perjalanan, seorang lelaki tua datang mendekati mereka. Tubuhnya kurus, kulitnya kusam, namun matanya penuh dengan kebijaksanaan yang mendalam. Tanpa menunggu lebih lama, lelaki itu memperkenalkan diri sebagai Jayanegara, seorang pertapa yang tinggal di bukit dekat desa tersebut.“Aku mendengar tentang pertarungan kalian tadi malam,” kata Jayanegara dengan suara bergetar namun tegas. “Cahaya yang terpancar dari dirimu, Raka, mengisyaratkan sesuatu yang luar biasa. Kau memiliki kekuatan yang tak hanya berasal dari fisik, tapi juga dari jiwa yang tulus.”Raka menundukkan kepala dengan hormat. “Terima kasih, Kakek Jayanegara. Ta

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 141 : Bayangan Pengkhianatan

    Setelah kemenangan atas kelompok penerus Dewa Malam, Raka dan Arjuna melanjutkan perjalanan mereka ke desa-desa yang masih dalam pemulihan. Mereka membawa kabar baik bahwa ancaman dari kelompok kegelapan telah disingkirkan, dan hal ini disambut hangat oleh penduduk desa yang sebelumnya hidup dalam ketakutan. Kedatangan mereka ibarat cahaya bagi orang-orang yang berjuang untuk pulih dari trauma panjang.Namun, di balik semua keceriaan ini, ada sesuatu yang aneh. Seiring perjalanan, Raka mulai merasakan aura gelap yang entah dari mana asalnya. Seperti ada bayangan yang mengikuti mereka, melangkah di belakang tanpa terlihat, tetapi terasa. Meski suasana tampak damai, perasaan itu tak juga lenyap. Sebagai pendekar berpengalaman, naluri Raka sudah terasah tajam, dan ia yakin ada bahaya yang belum tersingkap.Di suatu malam, saat mereka tengah beristirahat di sebuah desa di tepi hutan, Raka dan Arjuna duduk di depan api unggun bersama para penduduk. Beberapa anak muda desa berkumpul di seki

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 140 : Cahaya di Tengah Kegelapan

    Setelah mengalahkan Dewa Malam, Raka berjalan perlahan keluar dari kuil dengan tubuh yang masih lelah akibat pertarungan. Di luar, Arjuna telah menunggunya dengan ekspresi cemas yang segera berubah lega ketika melihat Raka keluar dengan selamat. Mereka bertukar pandang sejenak tanpa banyak kata, namun sorot mata Arjuna menunjukkan rasa kagum dan hormat.“Aku tahu kau kuat, tapi aku tak menyangka kekuatanmu sedemikian besar hingga mampu menyingkirkan sosok sekuat Dewa Malam,” kata Arjuna.Raka hanya tersenyum tipis. “Ini bukan soal kekuatan fisik semata, Arjuna. Dalam setiap pertempuran, niat dan ketulusan hati jauh lebih kuat dari sekadar kemampuan bertarung.”Mereka berdua melangkah menjauh dari kuil yang tampak lebih sunyi daripada sebelumnya. Meski aura mengerikan sudah hilang, sekeliling lembah itu masih terasa sunyi, seakan-akan setiap pohon dan batu mengawasi kepergian mereka. Raka menatap lembah itu sekali lagi sebelum melangkah pergi, merasa bahwa ia telah menunaikan satu tuga

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 139 : Menghadapi Kegelapan Baru

    Dalam perjalanan panjang yang ditempuh Raka, ia terus melintasi desa-desa, tak hanya menyampaikan kabar kedamaian tapi juga membimbing setiap orang yang ditemuinya. Meski kemenangan atas kegelapan telah dicapai, ia sadar bahwa tidak semua ancaman benar-benar lenyap. Seiring langkahnya melaju semakin jauh, kabar baru mulai sampai di telinganya—sebuah kegelapan baru tengah bangkit di tanah seberang, dipimpin oleh sosok yang tak kalah keji dari Rangga.Kabar itu dibawa oleh seorang pengelana bernama Arjuna, seorang prajurit bayaran yang pernah menghadapi pasukan kegelapan dalam berbagai pertempuran. Ketika mereka bertemu di persimpangan, Arjuna mengenali sosok Raka dari cerita rakyat yang tersebar luas. Dengan penuh hormat, ia menundukkan kepala sebelum menyampaikan pesan yang dibawanya.“Pendekar Raka,” ujar Arjuna dengan suara tegas, “aku tahu keberanianmu telah menaklukkan banyak musuh. Namun, kini ada ancaman baru di timur—seseorang yang menyebut dirinya Dewa Malam. Ia memiliki kekua

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 138 : Jejak Sang Pendekar yang Tak Terlupakan

    Setelah mengalahkan kegelapan yang membayangi dunia, Raka melanjutkan perjalanan menuju desa-desa yang pernah ia singgahi, membawa kabar kemenangan yang kini diharapkan menjadi tonggak perubahan bagi setiap tempat yang pernah dilanda ketakutan. Di setiap desa yang ia lewati, senyum penduduk menyambutnya, mata penuh harapan mereka berbinar, mengakui perjuangan Raka yang tiada lelah demi kedamaian bersama.Desa pertama yang ia singgahi adalah Desa Sidamukti. Banyak penduduk yang sudah mendengar kisah keberhasilannya menghancurkan kekuatan roh jahat Rangga. Di sana, ia disambut dengan upacara syukur sederhana, namun penuh dengan rasa hormat dan cinta kasih. Para penduduk menghias pintu-pintu rumah dengan kain warna-warni, dan anak-anak berlarian mengelilingi Raka, penuh dengan rasa kagum. Bagi mereka, sosok Raka adalah seorang pahlawan yang akan terus dikenang dalam cerita rakyat dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.Ketika malam tiba, kepala desa mengundang Raka untuk berbicara

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 137 : Pertemuan dengan Penjaga Cahaya

    Setelah mendapatkan petunjuk dari pustakawan tua di desa Sidamukti, Raka melanjutkan perjalanan dengan tekad yang semakin kuat. Ia harus menemukan 'Mata Cahaya' untuk mengakhiri kekuatan dan dendam roh Rangga yang masih berusaha membayangi dunia ini. Perjalanan ini bukan sekadar mencari kekuatan; ini adalah ujian bagi hatinya, keberanian, dan pengorbanan.Raka berjalan melewati hutan belantara dan melewati lembah-lembah yang sunyi, dipandu oleh sedikit petunjuk yang ada dalam manuskrip kuno. Langkahnya mantap, meski terkadang ada keraguan yang menghantuinya. Bagaimana jika pengorbanan yang dimaksud adalah sesuatu yang lebih dari apa yang ia bayangkan?Tiga hari berlalu sejak ia meninggalkan Sidamukti, dan kini Raka tiba di kaki gunung berbatu yang menjulang tinggi, tempat yang dipercaya menjadi pintu masuk menuju ‘Mata Cahaya’. Namun, di puncak gunung itu terdapat sebuah gua yang tampak gelap dan menyeramkan. Ada aura misterius yang mengelilingi tempat tersebut, seakan menyimpan rahas

DMCA.com Protection Status