"Sayang ... kamu kenapa kok tiba-tiba menangis" Zefki lalu memegang kedua pipi istrinya dengan tangannya. Seketika dia merasa kasihan melihat istrinya yang sedang menangis itu. "Aku nggak apa-apa kok, Mas. Mataku hanya kemasukan debu," ujarnya. "Mana ada debu di sini? Kamu tahu kalau aku sangat suka kebersihan kan? Katakan kamu kenapa? Ayolah, kamu jujur sayang." ujar Zefki lagi. Zefki menunggu kejujuran Raceh sambil juga merasa ketar-ketir hatinya karena disisi lain pria itu ingin mengetahui isi hati sang istri kepadanya. "Aku ... aku takut kamu akan marah, Mas." ujarnya memelas. "Kok aku bisa marah?" tutur Zefki lagi. "Aku takut jika Mas marah, itu sangat menyeramkan bagiku." ujarnya takut. "Apa? Memangnya jika aku marah itu, menyeramkan?" Raceh mengangguk pelan dan mengiyakan perkataan Zefki. "Baiklah, Sayang. Aku janji tidak akan marah." Zefki lalu mengangkat kedua jarinya kepada istrinya.
Keesokan paginya tepatnya pukul lima pagi Zefki terbangun. Dia segera bersiap-siap untuk joging.Dirinya sengaja bangun lebih dulu, agar bisa joging bersama-sama dengan istrinya.Setelah Zefki selesai berpakaian dia pun membangunkan istrinya.Raceh kaget karena Zefki telah berganti pakaian. Sedangkan dia baru saja bangun."Mas, kamu mau ke mana?" ujarnya kepada suaminya itu."Mau ngeronda!" ucapnya kesal kepada Raceh."Sudah jelas-jelas aku berpakaian olah raga. Kok masih ditanya aku mau ke mana? Heran deh," ujarnya dari dalam hatinya."Ayo buruan kamu ganti baju, kita joging bareng-bareng mulai hari ini," ucapnya lagi.Raceh pun duduk dan menjelaskan kepada Zefki jika dia hanya joging, tiga kali dalam seminggu.Sontak Zefki berubah kikuk saat mendengar jika istrinya joging hanya tiga kali daln seminggu."Shitt! Kenapa gue nggak bertanya dulu, sih! Mati gaya gue, sekarang!" gumamnya dari dalam hatinya."Tapi ya sudah, Mas. Karena mas sudah siap-siap begitu Tungguin aku ya, Mas. Aku m
Sementara itu, di divisi umum.Pak Raka sudah tidak tahan lagi memendam rasa sukanya kepada Raceh. Dia berencana akan mengungkapkan perasaannya kepada Raceh hari ini juga.Raceh yang hendak ke pantri ditarik seseorang menuju toilet."Apaan sih, Fan!" ujarnya kepada Fani."Tuh, lihat wajahmu di cermin!" Raceh mengikuti spa yang dikatakan oleh Fani."Tidak ada yang aneh Fan, ada apa rupanya?" ujar Raceh pura-pura tidak tahu maksud Fani."Yaelah, Ra. Itu bibir Lo, kok jadi jontor begitu?" seru Fani penasaran.Raceh hanya menunduk dan tersipu malu. Fani sudah mengerti jika Raceh reaksinya seperti itu."What jadi benar dugaan ku? Pak CEO ganas juga ya?" tukas Fani."Please, Fan. Jangan keras-keras ngomongnya." Namun tiba-tiba dering telepon Raceh pun terdengar.Panggilan tersebut dari Pak Raka yang menyuruh Raceh ke ruangannya.Keduanya pun kembali masuk ke dalam ruang kerja mereka.Sedangkan Raceh langsung menuju ke ruangan Pak Raka.Sebelum masuk ke ruangan Pak Raka, Raceh disapa oleh
Sementara itu, di ruangan kantor utama tepatnya di ruang kerja Asisten Sutan.Dia melihat dan mendengarkan semua hal yang dibicarakan Pak Raka kepada Raceh.Asisten Sutan dengan segera merekamnya dan menyimpan filenya.Dia lalu segera menuju ruang CEO. Namun langkahnya terhenti saat mendengarkan tawa Zefki yang sedang bercengkerama dengan para klien yang berasal dari luar negeri.Asisten Sutan kembali memundurkan langkahnya.Dia memilih berjalan menuju pantri. Saat sampai di pantri, Asisten Sutan segera memerintahkan Vania untuk membawakan minuman untuk para kolega yang saat ini berada di ruang CEO.Vania segera mengikuti perintah Asisten Sutan.Gadis itu juga tidak lupa menyuguhkan secangkir kopi kepada Asisten Sutan.Asisten Sutan pun menyesap kopi buatan Vania sambil berkata dalam hati,"Ternyata dia masih ingat kopi kesukaanku." gumamnya dalam hati.Lalu Sutan angkat bicara,"Ternyata Anda masih ingat rasa favoritku?" ujarnya sinis kepada Vania yang sedang membuat kopi.Vania han
"Sial! Siapa yang berani mengetuk pintu itu!" gumamnya marah dalam hati.Mau tidak mau, Zefki terpaksa menghentikan aksinya untuk menggoda istrinya.Raceh dengan sigap juga kembali menjauhkan tubuhnya dari Zefki dan merapikan bajunya yang sedikit berantakan akibat ulah suaminya.Raceh merasa beruntung ada orang yang mengetuk pintu ruangan CEO. Karena jika tidak, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan suaminya itu kepadanya."Masuk!" ujar Zefki tegas.Pintu ruangan terbuka, terlihat wajah Asisten Sutan.Zefki langsung menatapnya dengan tatapan mematikan."Maaf, Tuan Muda. Saya pikir Nona Raceh telah kembali ke ruang kerjanya," seru Asisten Sutan."Shitt! ganggu saja, Lo! Dasar jomlo abadi!" ujar Zefki marah dan dibalas senyuman nyengir oleh Asisten Sutan."Ya sudah, Mas. Aku balik saja ke ruanganku. Siapa tahu Asisten Sutan mau membicarakan hal yang penting. Lagian jam istirahat siang juga hampir habis," Raceh berkata seperti itu sambil melirik ke arah jam dinding yang ada di ruangan s
Raceh membuka pesan dari Asisten Sutan yang mengatakan jika suaminya sedang sakit.Raceh seketika kaget dan buru-buru ke luar dari ruangan itu. Sebelumnya dia pamit kepada Fani jika dia ada perlu penting bersama suaminya.Sesampainya di ruangan CEO, Raceh melihat ada Vania di situ. Dia pun menanyakan keberadaan suaminya. Asisten Sutan mengatakan jika Zefki berada di dalam kamar yang ada di ruangan itu.Asisten Sutan pun menyuruh agar Vania ke luar dari ruangan itu. Gadis itu pun segera ke luar.Disaat Raceh hendak masuk ke dalam kamar, Asisten Sutan memberitahukan kepada sang nona muda jika Zefki sudah mengetahui jika Pak Raka telah menyatakan perasaannya kepada Raceh.Seketika dirinya kaget. Dia tidak menyangka jika suaminya tahu tentang hal itu."Asisten Sutan, kok Mas Zef bisa tahu?" tanya Raceh."Panjang ceritanya, Nona. Ada baiknya Nona melihat kondisi Tuan muda dulu. Saya harap Nona bisa lebih sabar menghadapi Tuan Muda yang saat ini emosinya kurang stabil," ujar Asisten Sutan
Seketika Zefki sadar dengan apa yang dia lakukan itu salah.Dirinya baru sadar jika nafsunya sudah menutupi akal sehatnya.Zefki segera duduk dan ingin melangkah menjauh dari tempat tidur, namun dengan cepat Raceh bangun dan langsung memeluk Zefki dengan erat dari balik punggungnya, terdengar suara Raceh yang memohon kepada suaminya."Maafkan aku, Mas. Maafkan aku. Aku ... aku bukannya tidak mau, Mas. Tapi ku mohon, beri aku waktu. Aku sangat takut, Mas. Ku mohon Mas mau menunggu aku siap melakukannya," ujarnya sambil menangis, air matanya pun membahasi kemeja suaminya tepatnya bagian punggung Greg.Namun Zefki malah berpikiran lain, "Sial! Kenapa dia memelukku begitu erat, dadanya terasa penuh di punggungku! Bisa-bisa alat tempurku ku ngamuk lagi jika begini!" Marena diam-diam tadi Zefki juga mendapatkan pelepasannya. Sama halnya dengan istrinya itu.Zefki mencoba melepas rangkulan istrinya itu. Namun tiba bisa. Raceh terlalu kuat memeluk pinggangnya."Aku nggak akan mau melepaskan
Zefki lalu melihat perubahan wajah istrinya, "Wajah kamu kenapa sayang?" tanyanya.Raceh melangkah menuju sofa dan bergabung dengan suaminya yang terlebih dahulu duduk disitu."Mas, apa nggak ada baju yang lain?" seru Raceh, protes."Sayangku, ini dress keluaran baru. Terlihat pas di tubuhmu dan juga dress-nya di bawah lutut. Terlihat sopan, Baby. Masa kamu nggak suka?" ujarnya."Tapi, Mas. Dress ini tidak menutupi leherku," seru Raceh ketus."Kenapa dengan lehermu, Baby? Menurutku tidak ada yang aneh. Malah. Hasil maha karya suamimu ini, terpampang jelas begitu!" seru Zefki sambil tersenyum."Itu masalahnya, Mas. Aku malu terlihat sama orang lain." tutur Raceh memelas."Cih! Mana ada orang lain di sini, sih?""Asisten Sutan, Sekretaris Risa dan Mbak Vania, mereka itu orang lain, Mas." seru Raceh semakin kesal dengan suaminya itu.Mereka itu bukan orang, Baby. Tapi boneka hidup! Ha-ha-ha." Gelak tawa Zefki tiba-tiba menggelegar di dalam ruangan itu."Apaan sih, Mas? Nggak lucu tahu!"
Raceh, terlihat ke luar masuk kamar mandi, dari tadi dia muntah-muntah. Raceh berpikir sepertinya dirinya tidak salah makan.Saat ini Zefki sedang sibuk di kantor karena beberapa waktu yang lalu, dia menambah libur mereka.Raceh resmi berhenti bekerja karena semua orang sudah tahu jika dia adalah istri sah Zefki dan atas masukan Nyonya Clement, Raceh disarankan untuk berhenti bekerja sementara waktu, menunggu untuk mendapatkan posisi baru di perusahaan.Raceh kembali berbaring, kepalanya mulai pusing. Dia merasakan badannya sakit semua. Di rumah hanya ada sang bibik. Kedua mertuanya sedang berada di luar kota. Raceh mencoba untuk tidur, dan menahan rasa pusing yang dari tadi menyerangnya.Zefki yang sangat sibuk di kantor, melupakan untuk menghubungi istrinya. Dia telah larut dalam pekerjaannya yang menumpuk.Terlebih lagi, Sekretaris Risa mengambil cuti karena sedang berbulan madu dengan Eko, suaminya.Vania yang hanya lulusan SMA terpaksa ikut bergabu
Liburan keduanya ditambah oleh Sang CEO karena katanya mereka butuh istirahat karena capek selama bulan madu di Turki.Padahal itu semua adalah akal-akalan Zefki saja untuk lebih banyak waktu bersama istrinya di dalam kamar. Sedangkan di perusahaan, Tuan Kenan mulai kewalahan dengan banyaknya pekerjaan putranya yang menumpuk. Alhasil, Hans yang sudah resmi menjadi Asisten Zefki terpaksa lembur bersama Sekretaris Risa menemani Tuan Kenan menyelesaikan pekerjaan Zefki yang menumpuk itu.Eko teman Zefki yang telah resmi menjadi kekasih Sekretaris Risa juga ikut-ikutan membantu meringankan beban Tuan Kenan. Namun sebenarnya tujuan Eko untuk menjaga kekasihnya Risa dari godaan asisten baru Zefki.Padahal sebenarnya Hans telah memiliki kekasih yang sengaja dia tidak publikasi karena pekerjaannya sebelumnya sebagai pengawal pribadi Zefki.Tuan Kenan baru sampai di rumah pukul dua belas malam. Dia ingin membicarakan hal ini kepada Zefki, putranya. Agar lebih cepa
Pagi hari, keduanya bangun dengan saling pandang penuh cinta. Terlebih Zefki yang masih belum saja puas menjelajah tubuh istrinya yang sungguh sangat membuatnya candu. Dia ingin mengulang pertempuran mereka tadi malam, untuk itu Zefki melakukanya lagi pagi ini. Raceh yang menyadari tangan suaminya mulai tidak tenang dibalik selimut, membuat desiran-desiran aneh tercipta dari bibirnya. "Mas Zef. Tenang dulu tangannya. Badanku lengket semua, Mas. Aku mau mandi dulu, Mas. Sudah, dong." Zefki bukannya, menghentikan tangannya malah saat ini, dia semakin menggempur Raceh dengan serangan-serangan maha dahsyat. Raceh mulai merasa nelangsa dan kacau. Dia seperti ingin melayang tinggi di udara, semakin mengepakkan sayapnya lagi dan lagi, seiring makin cepatnya Zefki berpacu di inti tubuhnya. Dia kembali merasakan sensasi yang sangat dahsyat. Hingga akhirnya, dia mencapai puncak kenikmatan yang sesungguhnya. Raceh segera memeluk tubuh
Setelah selesai bermain kuda-kudaan, mereka pun sarapan yang lagi-lagi tertunda atau lebih tepatnya mereka sedang menikmati makan siang, karena saat ini sudah menunjukkan pukul satu siang waktu Turki.Setelah selesai makan, Raceh yang kelelahan segera pamit untuk berbaring sebentar di ranjang, tanpa menoleh sedikit pun ke arah suaminya.Raceh merasa kesal kepada suaminya yang berkata hanya satu ronde, tapi pada kenyataannya, Zefki terus menggempur istrinya berkali-kali.Raceh yang kewalahan melayani suaminya, segera mengatakan jika dia kelaparan. Setelah mengetahui jika istrinya lapar, barulah Zefki menghentikan permainan panasnya.Alhasil saat ini Raceh ketiduran kembali.Dia pun berpikir akan bertambah lagi hari-hari yang hanya dilaluinya di dalam kamar.Namun Zefki seolah tahu jika istrinya sedang kesal kepadanya, segera meraih salah satu koper yang mereka bawa dari Jakarta dan mengisinya dengan pakaian mereka.Setelah itu, dia memanggil pelayan dan me
Terdengar suara desahan memenuhi ruangan kamar hotel itu. Benar saja, setelah mereka menyelesaikan dinner. Zefki kembali merayu istrinya untuk kembali bermain kuda-kudaan.Raceh yang sudah terisi kembali energinya, mengiyakan ajakan suaminya itu, dan terjadilah saat ini Zefki menunggangi istrinya, dengan senjata pamungkasnya yang terus bertempur di dalam gua sempit dan lembab milik Raceh.Entah sudah berapa kali Zefki mengajak istrinya mencapai puncak nirwana. Namun dia selalu tidak pernah puas. Waktu sudah menunjukkan dini hari saat itu. Karena kelelahan Raceh sampai ketiduran dan tidak tahu kapan Zefki menyelesaikan misinya.Sang suami masih asyik bermain sendiri, sedangkan Raceh sudah tidak dapat membuka matanya lagi karena sudah sangat kelelahan.Menyadari istrinya sudah tertidur, dia segera menuntaskan misi terakhirnya lalu menyelimuti Raceh. Kemudian dia ikut bergabung tidur sambil memeluk istrinya itu.Sedangkan sang istri benar-benar sudah tertidur dan k
Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi waktu Turki. Keduanya masih tertidur lelap tanpa sehelai benang pun.Tubuh mereka hanya dibalut oleh selimut tebal.Udara terasa dingin pagi itu.Matahari sudah mulai tinggi menaiki angkasa, namun kedua sejoli yang sudah ambruk kehabisan energi karena pertempuran semalam suntuk yang dilakoni keduanya masih terbuai di alam mimpi.Perlahan Raceh terbangun dan membuka matanya. Tubuhnya terasa lemah dan tak bertenaga.Terlebih lagi dia merasakan sakit di bagian inti tubuhnya.Raceh lalu membuka selimut dan mendapati jika dirinya masih telanjang.Dia mengedarkan pandangannya. Terdengar bunyi dengkuran Zefki yang teratur.Raceh juga mengetahui jika suaminya itu juga tidak mengenakan sehelai benang pun.Raceh mencoba duduk dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang.Dia melihat jika di sisi tempat tidur ada kemeja suaminya. Dia meraih kemeja Zefki dan mencoba memakainya.Raceh memakai ke
Saat ini keduanya sedang menikmati makan malam yang sedikit telat karena sudah hampir pukul sepuluh malam.Keduanya makan dalam diam, dan terlihat sangat canggung. Namun Raceh mencoba untuk bersikap biasa saja padahal hatinya terus deg-degan dari tadi.Berbeda dengan Zefki yang tidak bisa mengendalikan dirinya melihat istrinya, Raceh yang sangat cantik malam ini. Dari dia tadi tidak dapat berpaling dan memandang wajah istrinya terus.Seolah-olah Raceh adalah magnet yang tidak bisa lepas dari matanya.Setelah selesai makan, keduanya kembali bergantian ke kamar mandi entah mau ngapain.Untuk mengusir kecanggungan, Raceh menyalakan televisi yang ada di kamar itu.Sedangkan Zefki sedang berada di dalam kamar mandi lagi.Dia mencoba mengendalikan alat tempurnya yang sudah berdiri tegak. Zefki mencoba bersikap sok cool. Dia ke luar dari kamar mandi, lalu menyapa istrinya yang sedang asyik menonton di sofa."Lagi nonton apa?" seru Zefki sambil duduk di sampi
Pagi itu di meja makan,"Bagaimana keberangkatan kalian ke Turki, apakah sudah beres semuanya?" Nyonya Clement bertanya kepada Zefki dan Raceh tentang bulan madu mereka."Sudah kok, Mi." seru Raceh."Terus kamu bagaimana, Zef? Apakah kamu juga sudah siap, menjebol gawang istrimu?" Mendengar perkataan sang ibu itu sontak Zefki menjadi keselek dan terbatuk-batuk. Lalu dia berkata, "Apaan sih, Mami ngomongnya?""Ya, Mami hanya mengingatkan kalian saja kok. Kalau perlu Mami juga mau ikut ke Turki, iya kan Pi?" ujarnya kepada Tuan Kenan"Ngapain Mami ke sana? Gangguin mereka gitu? Mami ini kayak nggak pernah muda aja. Biarkan mereka menghabiskan waktu berdua. Bukankah Mami ingin cepat-cepat punya cucu kan? Nah mending Mami sama Papi di sini. Kita tinggal menunggu hasil kerja keras mereka berdua selama di Turki, okay?" Tuan Kenan mencoba membujuk istrinya dan dibalas anggukan oleh Nyonya Clement."Apaan sih Mami dan Papi. Makin ngaco saja ngomongnya," uj
Saat ini Zefki sudah masuk ke dalam kamar, dia melihat Raceh yang sedang tidur siang. Zefki ingin segera memeluk istrinya itu. Namun dia mencium aroma tubuhnya terlebih dahulu. Sepertinya Zefki butuh untuk membersihkan diri dan mandi. Dia pun segera mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air. Sebenarnya Zefki ingin berendam namun rasa rindunya kepada Raceh lebih besar dari pada hal apapun saat ini. Setelah selesai mandi, Zefki segera berpakaian dan naik di atas tempat tidur dan langsung memeluk istrinya. Raceh seketika terganggu tidurnya, karena ada benda empuk yang sedang memeluknya saat ini. Dia menghirup dalam-dalam aroma yang ke luar dari benda itu dan mulai berpikir, " Sepertinya ini wangi Mas Zef." Dengan mata masih terpejam dan setengah sadar Raceh mulai meraba-raba benda itu dengan tangannya. Mulai dari atas dan dia langsung berpikir, "Sepertinya benda ini manusia." Karena penasaran, Raceh mencoba membuka matanya yang