Zefki seketika kaget dengan sifat Raceh yang benar-benar berubah kepadanya namun dia semakin bersorak girang dalam hati saking senangnya."Hei ... kamu mau ke mana? Tunggu dulu!" ujarnya sambil menarik dengan lembut tangan Raceh dan menyuruhnya untuk duduk kembali."Aku belum minum obat, sayang. Apa kamu mau, sakit ku kambuh lagi?" tutur Zefki."Ya sudah Mas minum obat, dulu. Raceh segera membuka kotak obat yang ada di atas meja dan memberikannya kepada Zefki sambil berkata, "Itu airnya Mas ambil sendiri. Aku mau ke toilet sebentar," ujarnya masih ketus.Zefki pun tersenyum lebar dengan sikap Raceh itu."Dia benar-benar menyeramkan jika lagi kesal," gumamnya dalam hati.Pintu ruangan Zefki di ketuk, bersamaan dengan ke luarnya Raceh dari toilet.Lagi-lagi yang datang adalah Vania."Maaf, Pak Bos. Saya mengganggu lagi. Saya mau menyerahkan beberapa dokumen, dari Sekretaris Risa untuk Anda tandatangani," ujar Vania mantap.Namun tiba-tiba Raceh berkata,"Mas, aku balik ke ruangan ku ya
"Baiklak, Bik. Kami akan segera turun," ucap Zefki. "Sayang, yuk kita ke bawah. Vania sudah datang, tadi aku sekalian mengajaknya makan malam bersama kita," seru Zefki kepada istrinya. "Kok nggak sekalian ngajakin dia menginap juga?" ujar Raceh pelan dan itu kedengaran di telinga Zefki namun dia pura-pura tidak mendengar. "Kamu ngomong apa barusan?" tanya Zefki berpura-pura. "Aku nggak ada ngomong kok," seru Raceh. "Tapi tadi aku seperti mendengar kamu sedang ngomong sesuatu," tukas Zefki lagi. Tapi Raceh memilih diam dan semakin menekuk wajahnya. Alhasil Zefki malah semakin gemas dengan tingkah istrinya itu. "Ya sudah yuk kita ke bawah," ujarnya kepada Raceh. "Mas duluan saja. Aku ntar lagi turunnya," sergah Raceh. "Ya sudah, aku turun duluan." Setelah berkata begitu Zefki segera membuka pintu kamar mereka dan langsung menuju ke bawah. Raceh seketika kaget, "Tumben dia nggak mau bareng-bareng?" ujarnya dari dalam hatinya. Raceh pun menjadi semakin kesal dengan tingkah su
Benar saja. Di dalam kamar, Raceh berbaring sambil menangis."Aku kenapa sih? Kok aku jadi menangis? Apa yang salah denganku?" Raceh mencoba menepis rasa cemburu yang datang tiba-tiba dari dalam hatinya namun tidak bisa."Kenapa disaat melihat mereka berdua akrab seperti itu, hati ku seakan tidak terima?" Raceh pun semakin larut dalam tangisannya.Sementara itu Bik Yati sedang bertelepon ria dengan nyonya Clement dapur.Bik Yati"Iya Nyonya. Tuan muda sangat akrab dengan Nona Vania dan sepertinya Nona Muda cemburu dengan kedekatan mereka"Mami Clement"Begitu ya, Bik. Oh ya, Bik. Apakah Raceh telah hamil?"Bik Yati "Tidak ada tanda-tanda Nona Muda hamil, Nyonya." Mami Clement"Lho, Bik. Masa Raceh belum hamil? mereka menikah hampir lima bulan lho, Bik.Apakah ada yang salah dengan mereka berdua? Tapi menurut saya mereka berdua terlihat sehat-sehat saja." Bik Yati"Kalau itu saya kurang tahu Nyonya." Mami Clement"Ini tidak bisa dibiarkan. Baiklah, Bik. Jika ada kejadian penting
"Sayang ... kamu kenapa kok tiba-tiba menangis" Zefki lalu memegang kedua pipi istrinya dengan tangannya. Seketika dia merasa kasihan melihat istrinya yang sedang menangis itu. "Aku nggak apa-apa kok, Mas. Mataku hanya kemasukan debu," ujarnya. "Mana ada debu di sini? Kamu tahu kalau aku sangat suka kebersihan kan? Katakan kamu kenapa? Ayolah, kamu jujur sayang." ujar Zefki lagi. Zefki menunggu kejujuran Raceh sambil juga merasa ketar-ketir hatinya karena disisi lain pria itu ingin mengetahui isi hati sang istri kepadanya. "Aku ... aku takut kamu akan marah, Mas." ujarnya memelas. "Kok aku bisa marah?" tutur Zefki lagi. "Aku takut jika Mas marah, itu sangat menyeramkan bagiku." ujarnya takut. "Apa? Memangnya jika aku marah itu, menyeramkan?" Raceh mengangguk pelan dan mengiyakan perkataan Zefki. "Baiklah, Sayang. Aku janji tidak akan marah." Zefki lalu mengangkat kedua jarinya kepada istrinya.
Keesokan paginya tepatnya pukul lima pagi Zefki terbangun. Dia segera bersiap-siap untuk joging.Dirinya sengaja bangun lebih dulu, agar bisa joging bersama-sama dengan istrinya.Setelah Zefki selesai berpakaian dia pun membangunkan istrinya.Raceh kaget karena Zefki telah berganti pakaian. Sedangkan dia baru saja bangun."Mas, kamu mau ke mana?" ujarnya kepada suaminya itu."Mau ngeronda!" ucapnya kesal kepada Raceh."Sudah jelas-jelas aku berpakaian olah raga. Kok masih ditanya aku mau ke mana? Heran deh," ujarnya dari dalam hatinya."Ayo buruan kamu ganti baju, kita joging bareng-bareng mulai hari ini," ucapnya lagi.Raceh pun duduk dan menjelaskan kepada Zefki jika dia hanya joging, tiga kali dalam seminggu.Sontak Zefki berubah kikuk saat mendengar jika istrinya joging hanya tiga kali daln seminggu."Shitt! Kenapa gue nggak bertanya dulu, sih! Mati gaya gue, sekarang!" gumamnya dari dalam hatinya."Tapi ya sudah, Mas. Karena mas sudah siap-siap begitu Tungguin aku ya, Mas. Aku m
Sementara itu, di divisi umum.Pak Raka sudah tidak tahan lagi memendam rasa sukanya kepada Raceh. Dia berencana akan mengungkapkan perasaannya kepada Raceh hari ini juga.Raceh yang hendak ke pantri ditarik seseorang menuju toilet."Apaan sih, Fan!" ujarnya kepada Fani."Tuh, lihat wajahmu di cermin!" Raceh mengikuti spa yang dikatakan oleh Fani."Tidak ada yang aneh Fan, ada apa rupanya?" ujar Raceh pura-pura tidak tahu maksud Fani."Yaelah, Ra. Itu bibir Lo, kok jadi jontor begitu?" seru Fani penasaran.Raceh hanya menunduk dan tersipu malu. Fani sudah mengerti jika Raceh reaksinya seperti itu."What jadi benar dugaan ku? Pak CEO ganas juga ya?" tukas Fani."Please, Fan. Jangan keras-keras ngomongnya." Namun tiba-tiba dering telepon Raceh pun terdengar.Panggilan tersebut dari Pak Raka yang menyuruh Raceh ke ruangannya.Keduanya pun kembali masuk ke dalam ruang kerja mereka.Sedangkan Raceh langsung menuju ke ruangan Pak Raka.Sebelum masuk ke ruangan Pak Raka, Raceh disapa oleh
Sementara itu, di ruangan kantor utama tepatnya di ruang kerja Asisten Sutan.Dia melihat dan mendengarkan semua hal yang dibicarakan Pak Raka kepada Raceh.Asisten Sutan dengan segera merekamnya dan menyimpan filenya.Dia lalu segera menuju ruang CEO. Namun langkahnya terhenti saat mendengarkan tawa Zefki yang sedang bercengkerama dengan para klien yang berasal dari luar negeri.Asisten Sutan kembali memundurkan langkahnya.Dia memilih berjalan menuju pantri. Saat sampai di pantri, Asisten Sutan segera memerintahkan Vania untuk membawakan minuman untuk para kolega yang saat ini berada di ruang CEO.Vania segera mengikuti perintah Asisten Sutan.Gadis itu juga tidak lupa menyuguhkan secangkir kopi kepada Asisten Sutan.Asisten Sutan pun menyesap kopi buatan Vania sambil berkata dalam hati,"Ternyata dia masih ingat kopi kesukaanku." gumamnya dalam hati.Lalu Sutan angkat bicara,"Ternyata Anda masih ingat rasa favoritku?" ujarnya sinis kepada Vania yang sedang membuat kopi.Vania han
"Sial! Siapa yang berani mengetuk pintu itu!" gumamnya marah dalam hati.Mau tidak mau, Zefki terpaksa menghentikan aksinya untuk menggoda istrinya.Raceh dengan sigap juga kembali menjauhkan tubuhnya dari Zefki dan merapikan bajunya yang sedikit berantakan akibat ulah suaminya.Raceh merasa beruntung ada orang yang mengetuk pintu ruangan CEO. Karena jika tidak, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan suaminya itu kepadanya."Masuk!" ujar Zefki tegas.Pintu ruangan terbuka, terlihat wajah Asisten Sutan.Zefki langsung menatapnya dengan tatapan mematikan."Maaf, Tuan Muda. Saya pikir Nona Raceh telah kembali ke ruang kerjanya," seru Asisten Sutan."Shitt! ganggu saja, Lo! Dasar jomlo abadi!" ujar Zefki marah dan dibalas senyuman nyengir oleh Asisten Sutan."Ya sudah, Mas. Aku balik saja ke ruanganku. Siapa tahu Asisten Sutan mau membicarakan hal yang penting. Lagian jam istirahat siang juga hampir habis," Raceh berkata seperti itu sambil melirik ke arah jam dinding yang ada di ruangan s