Saat mereka memasuki restoran, tiba tiba saja ada seorang wanita yang menyapa Zefki."Zefki ... kamu Zefki Harold, kan?" Zefki segera menoleh ke arah orang yang memanggilnya.Zefki lalu memasang wajah datarnya saat tahu, jika yang memanggilnya adalah Vania. Sedangkan Raceh yang tangannya berada digenggaman suaminya. Mencoba untuk melepaskannya. Namun Zefki malah semakin mempererat genggamannya."Gue, Vania! Temen kuliah Lo dulu, masa sih, Lo lupa sama gue? Padahal kan dulu kita lumayan dekat juga." ujarnya meyakinkan."Cih! jaga bicara Lo! Jangan sembarangan bicara!" ujar Zefki tegas.Sekilas Zefki mulai mengingat masa lalunya dulu. Vania adalah teman kuliahnya, anaknya tomboy dan ceplas-ceplos. Bisa di bilang, Zefki berhutang budi dengannya. Karena dulu, gadis itu pernah menolongnya. Saat dia dikeroyok oleh preman, ketika mereka kuliah di luar negeri.Akan Tetapi ada satu kekurangan Vania yang dari dulu Zefki tidak sukai. Gadis itu sering gonta-ganti laki-laki dan bisa dikategorikan
Zefki dan Raceh telah sampai di rumah sejak setengah jam lalu, mereka pun sudah bergantian untuk mandi.Saat ini mereka sudah berada di dalam kamar tepatnya di atas tempat tidur. Zefki bingung, apakah dia tidur di sofa lagi kah atau tidur di samping istrinya."Mas, aku tidur duluan ya, takutnya besok aku telat bangun, kan besok aku sudah mulai kerja. Selamat malam, Mas," seru sang istri.Setelah berkata seperti itu Raceh pun segera berbaring di tempat tidur membelakangi suaminya. Dia sengaja melakukan itu karena Raceh tahu jika suaminya pasti memilih untuk tidur di sofa.Melihat istrinya yang tidur duluan membuat Zefki tidak tega melihat istrinya yang tidur sendirian di atas ranjang. Dan dia juga sudah terbiasa akan kehadiran istrinya di sampingnya saat tidur.Namun egonya lebih tinggi menguasai hatinya, Zefki pun mengambil bantal dan selimut daru dalam lemari lalu beranjak menuju ke sofa, setelah sebelumnya dia menyelimuti istrinya terlebih dahulu.Melihat tingkah suaminya itu. Rac
Mereka sedang sarapan bersama saat ini, waktu menunjukkan pukul tujuh pagi.Raceh terlihat gelisah karena jam segini, biasanya dia sudah sampai di divisinya dan memulai pekerjaannya.Sementara Zefki terlihat santai mengunyah makanannya. Sedangkan Raceh telah selesai sarapan dari tadi. Tapi dia takut untuk memulai pembicaraan karena melihat wajah suaminya yang masam dan tidak bersahabat.Namun mau tidak mau, Raceh harus menyapa suaminya itu, jika dia tidak mau terlambat di hari pertama dirinya mulai bekerja lagi."Mas, aku boleh menumpang di mobil Mas?" ujarnya ragu-ragu. Karena selama ini, Raceh berangkat ke kantor lebih sering naik taksi ketimbang satu mobil dengan suaminya. Dia melakukan itu untuk menghindari gosip di kantor, mengenai hubungannya dengan Zefki yang notabene adalah CEO sekaligus suaminya sendiri.Raceh berpikir, Zefki sendiri yang mengatakan kepadanya dulu untuk merahasiakan pernikahan mereka."Tumben Lo mau berangkat bareng gue." ujarnya ketus sambil mengelap bibirny
"Tentu saja, gue punya ide untuk memberi mereka pelajaran!" ujar Zefki geram.Asisten Sutan langsung tahu jika yang dimaksud mereka oleh Zefki adalah Raka dan Bian. Selain menjadi asisten pribadinya, Sutan juga merangkap sebagai penasihat pribadi Zefki dan belakangan ini tugasnya jadi bertambah menjadi penasihat cinta, sang tuan muda."Sekretaris Risa, masuk!" Zefki mengarahkan suaranya di mikrofon yang terhubung langsung di ruangan Sekretaris Risa. Lalu kemudian, sang sekretaris pun memasuki ruangan CEO. Bulu kuduknya serasa merinding karena suhu AC di ruangan itu sangat rendah ditambah dengan wajah sang CEO yang dipenuhi aura emosi."Kalian berdua dengarkan ini baik-baik dan catat poin-poin yang perlu. Perayaan ulang tahun perusahaan untuk tahun ini akan diadakan di daerah Lembang Bandung. Semua karyawan harus ikut tanpa kecuali, berangkat Jumat siang dan pulang Minggu sore. Transportasi dan akomodasi di tanggung semua oleh perusahaan.Rancang acara sesuka dan semau Lo berdua. Buat
Ternyata tangan Zefki mengarah kepada Bian. "Ya, Anda! Ngapain Anda melirik ke belakang? Saya berbicara dengan Anda!"serunya marah.Bian yang kaget disuruh ke depan oleh Zefki, langsung menciut nyalinya. Namun dia memberanikan diri untuk maju ke depan.Raceh yang melihat Zefki yang semakin emosi. Mencoba menatapnya diam-diam. Namun Zefki sedikit pun tidak melirik ke arah istrinya."Ada apa dengan Mas Zefki? Kenapa dia emosi banget?" pikirnya dalam hati.Raceh malah semakin takut melihat suaminya yang membentak Bian sesuka hatinya. Semua penjelasan Bian sama sekali tidak diterima oleh Zefki.Tidak hanya sampai di situ Zefki juga bergantian menyuruh divisi lain untuk maju ke depan dan lagi-lagi tidak ada penjelasan yang sesuai dengan maunya, dan hal tersebut semakin membuat dirinya emosi.Melihat Zefki yang semakin emosi, Sekretaris Risa pun mengambil alih meeting sesuai dengan instruksi dari Asisten Sutan.Sekretaris Risa mulai menjelaskan kekecewaan para petinggi perusahaan pada mee
Saat semua sudah ke luar. Tinggal ada Raceh yang menemani Zefki. Dia dapat melihat masih ada sisa-sisa rasa kesakitan dari wajah suaminya.Raceh pun merasa sedih melihat kondisi Zefki tersebut.Tiba-tiba pintu kamar di ketuk, terlihat Asisten Sutan membawa paper bag berisi pakaian ganti untuk suaminya."Nona Muda, ini saya bawakan pakaian ganti untuk Tuan Zefki." Raceh menerima paper bag tersebut dari tangan Asisten Sutan.Raceh pun mulai mengganti kemeja Zefki. Perlahan dia mulai melepaskan satu demi satu kancing kemeja suaminya dengan hati berdebar kencang, karena baru kali ini dirinya melihat secara dekat otot-otot yang melekat di tubuh suaminya. Seketika pipinya bersemu merah. Raceh mulai merasa malu saat ini.Guncangan-guncangan kecil saat Raceh mengganti kemejanya, membuat Zefki terbangun. Dia sedikit membuka matanya dan memperhatikan istrinya yang sedang membantu membuka kemejanya.Zefki pun pura-pura tidur dan masih memperhatikan apa yang akan dilakukan Raceh selanjutnya kepad
Napas Raceh menjadi terengah-engah akibat ulah Zefki itu.Dia terbaring kaku di sebelah suaminya.Raceh takut memulai pembicaraan. Dia menjadi takut suaminya marah, karena dirinya menghentikan semua tindakan Zefki tadi.Namun apa yang Raceh pikirkan sangat berbeda. Sang suami yang tadi menjauhkan dirinya kepada Raceh kini mulai mendekat dan mencium kening istrinya. Zefki pun membelai rambut istrinya yang berantakan akibat ulahnya. Sambil berkata,"Kapan kamu siap melakukannya?" ujarnya lembut."Be ... beri aku waktu, Mas. Kan Mas juga lagi sakit, tadi kata dokter, Mas harus banyak istirahat." ujarnya lagi."Cih! Tapi yang ini tidak sakit dan tetap sehat!" ujarnya, seraya jari telunjuknya menunjuk ke arah alat tempurnya yang masih tegak berdiri, namun sudah tidak mengamuk lagi, dari balik celananya. "Nih, kamu periksa deh!" Tiba-tiba Zefki mengambil tangan istrinya dan meletakkannya di atas benda pusakanya itu.Melihat ulah sang suami, seketika pipi Raceh memerah. Dia langsung terdudu
Zefki mengangkat wajah istrinya dan berkata, "Aku tidak akan memaksamu jika kamu belum siap. Aku akan menunggu kamu benar-benar siap, okay...." ujarnya lembut kepada istrinya dan dijawab anggukan oleh Raceh."Ya sudah sana, kamu mandi dulu."Ternyata oh ternyata, sepertinya Zefki harus menunggu lebih sabar lagi untuk mendapatkan Raceh seutuhnya. Dia juga menjadi iba melihat wajah istrinya itu.Gagal sudah rencana yang disusun olehnya untuk memiliki Raceh secara paksa.Ternyata cinta mengalahkan rasa ego yang ada di dalam dirinya.Raceh pun bergantian mandi dengan suaminya.Dia lalu berdandan di depan cermin merapikan kembali rambutnya yang terlihat acak-acakkan. Raceh juga memperhatikan jika lehernya, masih terdapat banyak bekas merah dan juga pipinya memerah karena ulah Zefki, suaminya.Saat dia memperhatikan dirinya di depan cermin, Zefki pun ke luar dari kamar mandi dan sudah terlihat rapi dengan setelan pakaian kerja baru."Kamu sudah selesai? Ayo kita makan siang," serunya kepa
Raceh, terlihat ke luar masuk kamar mandi, dari tadi dia muntah-muntah. Raceh berpikir sepertinya dirinya tidak salah makan.Saat ini Zefki sedang sibuk di kantor karena beberapa waktu yang lalu, dia menambah libur mereka.Raceh resmi berhenti bekerja karena semua orang sudah tahu jika dia adalah istri sah Zefki dan atas masukan Nyonya Clement, Raceh disarankan untuk berhenti bekerja sementara waktu, menunggu untuk mendapatkan posisi baru di perusahaan.Raceh kembali berbaring, kepalanya mulai pusing. Dia merasakan badannya sakit semua. Di rumah hanya ada sang bibik. Kedua mertuanya sedang berada di luar kota. Raceh mencoba untuk tidur, dan menahan rasa pusing yang dari tadi menyerangnya.Zefki yang sangat sibuk di kantor, melupakan untuk menghubungi istrinya. Dia telah larut dalam pekerjaannya yang menumpuk.Terlebih lagi, Sekretaris Risa mengambil cuti karena sedang berbulan madu dengan Eko, suaminya.Vania yang hanya lulusan SMA terpaksa ikut bergabu
Liburan keduanya ditambah oleh Sang CEO karena katanya mereka butuh istirahat karena capek selama bulan madu di Turki.Padahal itu semua adalah akal-akalan Zefki saja untuk lebih banyak waktu bersama istrinya di dalam kamar. Sedangkan di perusahaan, Tuan Kenan mulai kewalahan dengan banyaknya pekerjaan putranya yang menumpuk. Alhasil, Hans yang sudah resmi menjadi Asisten Zefki terpaksa lembur bersama Sekretaris Risa menemani Tuan Kenan menyelesaikan pekerjaan Zefki yang menumpuk itu.Eko teman Zefki yang telah resmi menjadi kekasih Sekretaris Risa juga ikut-ikutan membantu meringankan beban Tuan Kenan. Namun sebenarnya tujuan Eko untuk menjaga kekasihnya Risa dari godaan asisten baru Zefki.Padahal sebenarnya Hans telah memiliki kekasih yang sengaja dia tidak publikasi karena pekerjaannya sebelumnya sebagai pengawal pribadi Zefki.Tuan Kenan baru sampai di rumah pukul dua belas malam. Dia ingin membicarakan hal ini kepada Zefki, putranya. Agar lebih cepa
Pagi hari, keduanya bangun dengan saling pandang penuh cinta. Terlebih Zefki yang masih belum saja puas menjelajah tubuh istrinya yang sungguh sangat membuatnya candu. Dia ingin mengulang pertempuran mereka tadi malam, untuk itu Zefki melakukanya lagi pagi ini. Raceh yang menyadari tangan suaminya mulai tidak tenang dibalik selimut, membuat desiran-desiran aneh tercipta dari bibirnya. "Mas Zef. Tenang dulu tangannya. Badanku lengket semua, Mas. Aku mau mandi dulu, Mas. Sudah, dong." Zefki bukannya, menghentikan tangannya malah saat ini, dia semakin menggempur Raceh dengan serangan-serangan maha dahsyat. Raceh mulai merasa nelangsa dan kacau. Dia seperti ingin melayang tinggi di udara, semakin mengepakkan sayapnya lagi dan lagi, seiring makin cepatnya Zefki berpacu di inti tubuhnya. Dia kembali merasakan sensasi yang sangat dahsyat. Hingga akhirnya, dia mencapai puncak kenikmatan yang sesungguhnya. Raceh segera memeluk tubuh
Setelah selesai bermain kuda-kudaan, mereka pun sarapan yang lagi-lagi tertunda atau lebih tepatnya mereka sedang menikmati makan siang, karena saat ini sudah menunjukkan pukul satu siang waktu Turki.Setelah selesai makan, Raceh yang kelelahan segera pamit untuk berbaring sebentar di ranjang, tanpa menoleh sedikit pun ke arah suaminya.Raceh merasa kesal kepada suaminya yang berkata hanya satu ronde, tapi pada kenyataannya, Zefki terus menggempur istrinya berkali-kali.Raceh yang kewalahan melayani suaminya, segera mengatakan jika dia kelaparan. Setelah mengetahui jika istrinya lapar, barulah Zefki menghentikan permainan panasnya.Alhasil saat ini Raceh ketiduran kembali.Dia pun berpikir akan bertambah lagi hari-hari yang hanya dilaluinya di dalam kamar.Namun Zefki seolah tahu jika istrinya sedang kesal kepadanya, segera meraih salah satu koper yang mereka bawa dari Jakarta dan mengisinya dengan pakaian mereka.Setelah itu, dia memanggil pelayan dan me
Terdengar suara desahan memenuhi ruangan kamar hotel itu. Benar saja, setelah mereka menyelesaikan dinner. Zefki kembali merayu istrinya untuk kembali bermain kuda-kudaan.Raceh yang sudah terisi kembali energinya, mengiyakan ajakan suaminya itu, dan terjadilah saat ini Zefki menunggangi istrinya, dengan senjata pamungkasnya yang terus bertempur di dalam gua sempit dan lembab milik Raceh.Entah sudah berapa kali Zefki mengajak istrinya mencapai puncak nirwana. Namun dia selalu tidak pernah puas. Waktu sudah menunjukkan dini hari saat itu. Karena kelelahan Raceh sampai ketiduran dan tidak tahu kapan Zefki menyelesaikan misinya.Sang suami masih asyik bermain sendiri, sedangkan Raceh sudah tidak dapat membuka matanya lagi karena sudah sangat kelelahan.Menyadari istrinya sudah tertidur, dia segera menuntaskan misi terakhirnya lalu menyelimuti Raceh. Kemudian dia ikut bergabung tidur sambil memeluk istrinya itu.Sedangkan sang istri benar-benar sudah tertidur dan k
Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi waktu Turki. Keduanya masih tertidur lelap tanpa sehelai benang pun.Tubuh mereka hanya dibalut oleh selimut tebal.Udara terasa dingin pagi itu.Matahari sudah mulai tinggi menaiki angkasa, namun kedua sejoli yang sudah ambruk kehabisan energi karena pertempuran semalam suntuk yang dilakoni keduanya masih terbuai di alam mimpi.Perlahan Raceh terbangun dan membuka matanya. Tubuhnya terasa lemah dan tak bertenaga.Terlebih lagi dia merasakan sakit di bagian inti tubuhnya.Raceh lalu membuka selimut dan mendapati jika dirinya masih telanjang.Dia mengedarkan pandangannya. Terdengar bunyi dengkuran Zefki yang teratur.Raceh juga mengetahui jika suaminya itu juga tidak mengenakan sehelai benang pun.Raceh mencoba duduk dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang.Dia melihat jika di sisi tempat tidur ada kemeja suaminya. Dia meraih kemeja Zefki dan mencoba memakainya.Raceh memakai ke
Saat ini keduanya sedang menikmati makan malam yang sedikit telat karena sudah hampir pukul sepuluh malam.Keduanya makan dalam diam, dan terlihat sangat canggung. Namun Raceh mencoba untuk bersikap biasa saja padahal hatinya terus deg-degan dari tadi.Berbeda dengan Zefki yang tidak bisa mengendalikan dirinya melihat istrinya, Raceh yang sangat cantik malam ini. Dari dia tadi tidak dapat berpaling dan memandang wajah istrinya terus.Seolah-olah Raceh adalah magnet yang tidak bisa lepas dari matanya.Setelah selesai makan, keduanya kembali bergantian ke kamar mandi entah mau ngapain.Untuk mengusir kecanggungan, Raceh menyalakan televisi yang ada di kamar itu.Sedangkan Zefki sedang berada di dalam kamar mandi lagi.Dia mencoba mengendalikan alat tempurnya yang sudah berdiri tegak. Zefki mencoba bersikap sok cool. Dia ke luar dari kamar mandi, lalu menyapa istrinya yang sedang asyik menonton di sofa."Lagi nonton apa?" seru Zefki sambil duduk di sampi
Pagi itu di meja makan,"Bagaimana keberangkatan kalian ke Turki, apakah sudah beres semuanya?" Nyonya Clement bertanya kepada Zefki dan Raceh tentang bulan madu mereka."Sudah kok, Mi." seru Raceh."Terus kamu bagaimana, Zef? Apakah kamu juga sudah siap, menjebol gawang istrimu?" Mendengar perkataan sang ibu itu sontak Zefki menjadi keselek dan terbatuk-batuk. Lalu dia berkata, "Apaan sih, Mami ngomongnya?""Ya, Mami hanya mengingatkan kalian saja kok. Kalau perlu Mami juga mau ikut ke Turki, iya kan Pi?" ujarnya kepada Tuan Kenan"Ngapain Mami ke sana? Gangguin mereka gitu? Mami ini kayak nggak pernah muda aja. Biarkan mereka menghabiskan waktu berdua. Bukankah Mami ingin cepat-cepat punya cucu kan? Nah mending Mami sama Papi di sini. Kita tinggal menunggu hasil kerja keras mereka berdua selama di Turki, okay?" Tuan Kenan mencoba membujuk istrinya dan dibalas anggukan oleh Nyonya Clement."Apaan sih Mami dan Papi. Makin ngaco saja ngomongnya," uj
Saat ini Zefki sudah masuk ke dalam kamar, dia melihat Raceh yang sedang tidur siang. Zefki ingin segera memeluk istrinya itu. Namun dia mencium aroma tubuhnya terlebih dahulu. Sepertinya Zefki butuh untuk membersihkan diri dan mandi. Dia pun segera mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air. Sebenarnya Zefki ingin berendam namun rasa rindunya kepada Raceh lebih besar dari pada hal apapun saat ini. Setelah selesai mandi, Zefki segera berpakaian dan naik di atas tempat tidur dan langsung memeluk istrinya. Raceh seketika terganggu tidurnya, karena ada benda empuk yang sedang memeluknya saat ini. Dia menghirup dalam-dalam aroma yang ke luar dari benda itu dan mulai berpikir, " Sepertinya ini wangi Mas Zef." Dengan mata masih terpejam dan setengah sadar Raceh mulai meraba-raba benda itu dengan tangannya. Mulai dari atas dan dia langsung berpikir, "Sepertinya benda ini manusia." Karena penasaran, Raceh mencoba membuka matanya yang