Mereka sedang sarapan bersama saat ini, waktu menunjukkan pukul tujuh pagi.Raceh terlihat gelisah karena jam segini, biasanya dia sudah sampai di divisinya dan memulai pekerjaannya.Sementara Zefki terlihat santai mengunyah makanannya. Sedangkan Raceh telah selesai sarapan dari tadi. Tapi dia takut untuk memulai pembicaraan karena melihat wajah suaminya yang masam dan tidak bersahabat.Namun mau tidak mau, Raceh harus menyapa suaminya itu, jika dia tidak mau terlambat di hari pertama dirinya mulai bekerja lagi."Mas, aku boleh menumpang di mobil Mas?" ujarnya ragu-ragu. Karena selama ini, Raceh berangkat ke kantor lebih sering naik taksi ketimbang satu mobil dengan suaminya. Dia melakukan itu untuk menghindari gosip di kantor, mengenai hubungannya dengan Zefki yang notabene adalah CEO sekaligus suaminya sendiri.Raceh berpikir, Zefki sendiri yang mengatakan kepadanya dulu untuk merahasiakan pernikahan mereka."Tumben Lo mau berangkat bareng gue." ujarnya ketus sambil mengelap bibirny
"Tentu saja, gue punya ide untuk memberi mereka pelajaran!" ujar Zefki geram.Asisten Sutan langsung tahu jika yang dimaksud mereka oleh Zefki adalah Raka dan Bian. Selain menjadi asisten pribadinya, Sutan juga merangkap sebagai penasihat pribadi Zefki dan belakangan ini tugasnya jadi bertambah menjadi penasihat cinta, sang tuan muda."Sekretaris Risa, masuk!" Zefki mengarahkan suaranya di mikrofon yang terhubung langsung di ruangan Sekretaris Risa. Lalu kemudian, sang sekretaris pun memasuki ruangan CEO. Bulu kuduknya serasa merinding karena suhu AC di ruangan itu sangat rendah ditambah dengan wajah sang CEO yang dipenuhi aura emosi."Kalian berdua dengarkan ini baik-baik dan catat poin-poin yang perlu. Perayaan ulang tahun perusahaan untuk tahun ini akan diadakan di daerah Lembang Bandung. Semua karyawan harus ikut tanpa kecuali, berangkat Jumat siang dan pulang Minggu sore. Transportasi dan akomodasi di tanggung semua oleh perusahaan.Rancang acara sesuka dan semau Lo berdua. Buat
Ternyata tangan Zefki mengarah kepada Bian. "Ya, Anda! Ngapain Anda melirik ke belakang? Saya berbicara dengan Anda!"serunya marah.Bian yang kaget disuruh ke depan oleh Zefki, langsung menciut nyalinya. Namun dia memberanikan diri untuk maju ke depan.Raceh yang melihat Zefki yang semakin emosi. Mencoba menatapnya diam-diam. Namun Zefki sedikit pun tidak melirik ke arah istrinya."Ada apa dengan Mas Zefki? Kenapa dia emosi banget?" pikirnya dalam hati.Raceh malah semakin takut melihat suaminya yang membentak Bian sesuka hatinya. Semua penjelasan Bian sama sekali tidak diterima oleh Zefki.Tidak hanya sampai di situ Zefki juga bergantian menyuruh divisi lain untuk maju ke depan dan lagi-lagi tidak ada penjelasan yang sesuai dengan maunya, dan hal tersebut semakin membuat dirinya emosi.Melihat Zefki yang semakin emosi, Sekretaris Risa pun mengambil alih meeting sesuai dengan instruksi dari Asisten Sutan.Sekretaris Risa mulai menjelaskan kekecewaan para petinggi perusahaan pada mee
Saat semua sudah ke luar. Tinggal ada Raceh yang menemani Zefki. Dia dapat melihat masih ada sisa-sisa rasa kesakitan dari wajah suaminya.Raceh pun merasa sedih melihat kondisi Zefki tersebut.Tiba-tiba pintu kamar di ketuk, terlihat Asisten Sutan membawa paper bag berisi pakaian ganti untuk suaminya."Nona Muda, ini saya bawakan pakaian ganti untuk Tuan Zefki." Raceh menerima paper bag tersebut dari tangan Asisten Sutan.Raceh pun mulai mengganti kemeja Zefki. Perlahan dia mulai melepaskan satu demi satu kancing kemeja suaminya dengan hati berdebar kencang, karena baru kali ini dirinya melihat secara dekat otot-otot yang melekat di tubuh suaminya. Seketika pipinya bersemu merah. Raceh mulai merasa malu saat ini.Guncangan-guncangan kecil saat Raceh mengganti kemejanya, membuat Zefki terbangun. Dia sedikit membuka matanya dan memperhatikan istrinya yang sedang membantu membuka kemejanya.Zefki pun pura-pura tidur dan masih memperhatikan apa yang akan dilakukan Raceh selanjutnya kepad
Napas Raceh menjadi terengah-engah akibat ulah Zefki itu.Dia terbaring kaku di sebelah suaminya.Raceh takut memulai pembicaraan. Dia menjadi takut suaminya marah, karena dirinya menghentikan semua tindakan Zefki tadi.Namun apa yang Raceh pikirkan sangat berbeda. Sang suami yang tadi menjauhkan dirinya kepada Raceh kini mulai mendekat dan mencium kening istrinya. Zefki pun membelai rambut istrinya yang berantakan akibat ulahnya. Sambil berkata,"Kapan kamu siap melakukannya?" ujarnya lembut."Be ... beri aku waktu, Mas. Kan Mas juga lagi sakit, tadi kata dokter, Mas harus banyak istirahat." ujarnya lagi."Cih! Tapi yang ini tidak sakit dan tetap sehat!" ujarnya, seraya jari telunjuknya menunjuk ke arah alat tempurnya yang masih tegak berdiri, namun sudah tidak mengamuk lagi, dari balik celananya. "Nih, kamu periksa deh!" Tiba-tiba Zefki mengambil tangan istrinya dan meletakkannya di atas benda pusakanya itu.Melihat ulah sang suami, seketika pipi Raceh memerah. Dia langsung terdudu
Zefki mengangkat wajah istrinya dan berkata, "Aku tidak akan memaksamu jika kamu belum siap. Aku akan menunggu kamu benar-benar siap, okay...." ujarnya lembut kepada istrinya dan dijawab anggukan oleh Raceh."Ya sudah sana, kamu mandi dulu."Ternyata oh ternyata, sepertinya Zefki harus menunggu lebih sabar lagi untuk mendapatkan Raceh seutuhnya. Dia juga menjadi iba melihat wajah istrinya itu.Gagal sudah rencana yang disusun olehnya untuk memiliki Raceh secara paksa.Ternyata cinta mengalahkan rasa ego yang ada di dalam dirinya.Raceh pun bergantian mandi dengan suaminya.Dia lalu berdandan di depan cermin merapikan kembali rambutnya yang terlihat acak-acakkan. Raceh juga memperhatikan jika lehernya, masih terdapat banyak bekas merah dan juga pipinya memerah karena ulah Zefki, suaminya.Saat dia memperhatikan dirinya di depan cermin, Zefki pun ke luar dari kamar mandi dan sudah terlihat rapi dengan setelan pakaian kerja baru."Kamu sudah selesai? Ayo kita makan siang," serunya kepa
Karena lehernya yang memerah dan bajunya yang sudah berganti dengan baju yang tadi disiapkan oleh Sekretaris Risa,Raceh pun memutuskan untuk tetap berada di ruangan suaminya sambil menunggu sampai jam pulang kantor tiba.Tentu saja Zefki tidak menyia-nyiakan hal itu, dengan cepat dia memberi izin kepada Raceh agar menunggu di ruangannya."Boleh-boleh saja Lo menunggu di ruangan gue. Tapi ada beberapa syarat yang harus Lo penuhi." ujarnya kepada istrinya."Kok jadi beberapa syarat sih, Mas? Tadi pagi kan Mas bilang hanya ada satu syarat?" seru Raceh kepada Zefki."Lo mau atau tidak menerima syarat dari gue, bagi gue itu nggak masalah. Silakan, Lo kembali ke divisi Lo, dan jangan lupa, serahkan dokumen yang ada di atas meja itu kepada atasanmu." seru Zefki sengit karena istrinya mulai lagi membantahnya. Raceh pun berpikir jika dia kembali ke divisinya dengan kondisinya yang seperti sekarang ini, pasti dirinya akan jadi bahan gunjingan oleh rekan kerjanya yang lain. Terlebih Fani, yang
Zefki sangat kesal, dengan orang yang mengetuk pintu itu.Dia segera menghampiri pintu dan membukanya, ternyata ada Eko, temannya.Zefki segeramenghadang temannya itu di depan pintu. Tidak seperti biasanya."Woi, Bro! Gue mau masuk!" seru Eko."Diem, Lo! Istri gue lagi tidur!" ujar Zefki. Dia lalu menutup pintu ruangan secara perlahan. Lalu menyeret Eko menuju ke ruangan Asisten Sutan."Ngapain Lo ke sini? gangguin orang saja, Lo!" seru Zefki marah."Emang Lo mau ngapain istri Lo? atau jangan-jangan Lo udah jebol gawang Raceh, ya? Jadi Lo nagih terus?" ujar Eko penasaran."Cih!" seru Zefki lagi sambil mengerutkan wajahnya."Ha-ha-ha! Melihat dari ekspresi Lo, sih. Menurut penerawangan gue kayaknya Lo belum un-boxing istri Lo? Betul apa betul, Bro?" seru Eko makin semangat mengejek nasib temannya."Udah tahu, malah masih nanya Lo!" ujar Zefki pasrah.Eko semakin ngakak mendengar nasib sahabatnya Zefki, yang masih saja melakukan ritual sucinya dengan asyik bermain solo."Lagian, istri