Zefki mengangkat wajah istrinya dan berkata, "Aku tidak akan memaksamu jika kamu belum siap. Aku akan menunggu kamu benar-benar siap, okay...." ujarnya lembut kepada istrinya dan dijawab anggukan oleh Raceh."Ya sudah sana, kamu mandi dulu."Ternyata oh ternyata, sepertinya Zefki harus menunggu lebih sabar lagi untuk mendapatkan Raceh seutuhnya. Dia juga menjadi iba melihat wajah istrinya itu.Gagal sudah rencana yang disusun olehnya untuk memiliki Raceh secara paksa.Ternyata cinta mengalahkan rasa ego yang ada di dalam dirinya.Raceh pun bergantian mandi dengan suaminya.Dia lalu berdandan di depan cermin merapikan kembali rambutnya yang terlihat acak-acakkan. Raceh juga memperhatikan jika lehernya, masih terdapat banyak bekas merah dan juga pipinya memerah karena ulah Zefki, suaminya.Saat dia memperhatikan dirinya di depan cermin, Zefki pun ke luar dari kamar mandi dan sudah terlihat rapi dengan setelan pakaian kerja baru."Kamu sudah selesai? Ayo kita makan siang," serunya kepa
Karena lehernya yang memerah dan bajunya yang sudah berganti dengan baju yang tadi disiapkan oleh Sekretaris Risa,Raceh pun memutuskan untuk tetap berada di ruangan suaminya sambil menunggu sampai jam pulang kantor tiba.Tentu saja Zefki tidak menyia-nyiakan hal itu, dengan cepat dia memberi izin kepada Raceh agar menunggu di ruangannya."Boleh-boleh saja Lo menunggu di ruangan gue. Tapi ada beberapa syarat yang harus Lo penuhi." ujarnya kepada istrinya."Kok jadi beberapa syarat sih, Mas? Tadi pagi kan Mas bilang hanya ada satu syarat?" seru Raceh kepada Zefki."Lo mau atau tidak menerima syarat dari gue, bagi gue itu nggak masalah. Silakan, Lo kembali ke divisi Lo, dan jangan lupa, serahkan dokumen yang ada di atas meja itu kepada atasanmu." seru Zefki sengit karena istrinya mulai lagi membantahnya. Raceh pun berpikir jika dia kembali ke divisinya dengan kondisinya yang seperti sekarang ini, pasti dirinya akan jadi bahan gunjingan oleh rekan kerjanya yang lain. Terlebih Fani, yang
Zefki sangat kesal, dengan orang yang mengetuk pintu itu.Dia segera menghampiri pintu dan membukanya, ternyata ada Eko, temannya.Zefki segeramenghadang temannya itu di depan pintu. Tidak seperti biasanya."Woi, Bro! Gue mau masuk!" seru Eko."Diem, Lo! Istri gue lagi tidur!" ujar Zefki. Dia lalu menutup pintu ruangan secara perlahan. Lalu menyeret Eko menuju ke ruangan Asisten Sutan."Ngapain Lo ke sini? gangguin orang saja, Lo!" seru Zefki marah."Emang Lo mau ngapain istri Lo? atau jangan-jangan Lo udah jebol gawang Raceh, ya? Jadi Lo nagih terus?" ujar Eko penasaran."Cih!" seru Zefki lagi sambil mengerutkan wajahnya."Ha-ha-ha! Melihat dari ekspresi Lo, sih. Menurut penerawangan gue kayaknya Lo belum un-boxing istri Lo? Betul apa betul, Bro?" seru Eko makin semangat mengejek nasib temannya."Udah tahu, malah masih nanya Lo!" ujar Zefki pasrah.Eko semakin ngakak mendengar nasib sahabatnya Zefki, yang masih saja melakukan ritual sucinya dengan asyik bermain solo."Lagian, istri
Setelah beberapa saat bengong, terdengar suara ponsel Fani berdering dan ternyata itu dari Raceh. Raceh : "Fani, aku mohon kamu bisa jaga rahasia. Kami sengaja merahasiakan pernikahan kami atas kesepakatan kami berdua. Jika ada waktu, aku akan menceritakan semuanya kepadamu." Fani semakin bingung dengan isi pesan dari Raceh. Tapi dia tetap membalas pesan itu. Fani : "Kamu tenang saja, Ra. Rahasia mu aman bersamaku." Sementara itu, di dalam mobil saat perjalanan pulang menuju rumah. Zefki memperhatikan dari tadi, Raceh fokus dengan ponselnya. Beberapa kali Zefki mencuri-curi pandang melirik ponsel istrinya untuk mengetahui kepada siapa dia bertukar pesan. Namun tidak bisa dan Zefki menjadi kesal akan hal itu. " Fokus banget Lo di ponsel." ujar Zefki gusar. "Aku bertukar pesan sama Fani, Mas." seru Raceh sambil memasukkan kembali hpnya ke dalam tasnya. "Cih! Asal iya saja Lo ngomong! Memang Lo mau bilang apa ke teman Lo itu? Atau jangan-jangan Lo mau bilang agar dia merahas
Tibalah saatnya makan malam. Sepasang suami istri itu sedang berada di ruang makan. Raceh mulai menyendok kan nasi dan beberapa lauk ke atas piringnya dan ke atas piring suaminya.Mereka pun mulai makan. Zefki terlihat malas-malasan untuk makan. Sepertinya dia sengaja melakukan itu karena ingin disuapin lagi oleh istrinya.Raceh yang melihat suaminya yang hanya mengaduk-ngaduk makanannya, segera berinisiatif berjalan menuju ke wastafel, lalu mencuci tangannya dengan bersih. Raceh berencana ingin menyuapi suaminya.Melihat apa yang dilakukan oleh istrinya, Zefki menjadi tersenyum penuh kemenangan, ternyata istrinya tahu apa yang dirinya mau."Mas, aku suapin kamu, ya? Mas harus banyak makan. Tadi dokter Wiko sudah mengatakannya. Mas juga harus rajin olah raga, dan setelah makan nanti, Mas minum obat ya?" ucapnya lembut.Raceh pun mulai menyuapi suaminya. Tidak ada penolakan dari Zefki. Dia malah terlihat mengunyah makanannya dengan lahap.Raceh juga secara bergantian menyuapkan nasi k
Zefki yang berlalu begitu saja dari hadapan Raceh membuat hati sang istri menjadi bersedih.Dia pun tiba-tiba ingat perkataan ibu mertuanya yang ingin sekali memiliki cucu.Seketika air matanya jatuh dari pelupuk matanya. Raceh merasa bersalah karena dia masih belum bisa menunaikan kewajibannya untuk melayani suaminya sepenuhnya.Kebingungan melandanya. Sebenarnya Raceh ingin melakukan itu tapi dia takut. Karena sifat suaminya yang berubah-ubah kepadanya.Tanpa Raceh sadari karena mengantuk, dia pun tertidur lalu terlelap di alam mimpi.Zefki yang sedang berada di dalam ruang kerjanya, sedang mengumpat. "Sial! Kok gue jadi kelepasan lagi sih! Hampir saja gue melahap bibir seksinya itu!"Tanpa Zefki duga, di balik celananya ada yang tiba-tiba mengeras dan tegak berdiri gara-gara dia yang ingin mencium bibir istrinya. Zefki pun segera menuju dapur yang berada di lantai bawah.Sesampainya di dapur, Zefki lalu meminum air putih beberapa gelas untuk menetralisir hawa panas yang berasal d
Raceh sangat kaget karena suaminya semarah itu. Lalu dia pun masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap berangkat kerja.Saat ini mereka sedang sarapan sebelum berangkat ke kantor. Raceh berusaha bersikap manis kepada Zefki. Dia melayani suaminya itu dengan baik di meja makan.Karena melihat waktu yang mepet dan takut telat ke kantor. Raceh segera mengambil alih untuk menyuapi suaminya."Mas ... aku suapin Mas, ya?"Zefki tidak menjawab. Tapi juga tidak menolak suapan dari tangan istrinya itu.Setelah selesai sarapan, mereka pun bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.Seperti permintaan Zefki sebelumnya. Mulai hari ini, Raceh berangkat bersama suaminya menuju kantor.Sepanjang perjalanan menuju ke kantor. Zefki sibuk dengan ponselnya sedangkan Raceh asyik memandang ke luar jendela menikmati sinar matahari yang menyapa kota jakarta pagi ini.Mereka pun sampai di pelataran parkir khusus petinggi perusahaan.Zefki melambaikan tangannya kepada Pak sopir agar dia ke luar lebih dahulu dari da
Di ruangannya Zefki sedang sibuk memeriksa beberapa laporan proyek yang sedang ditangani oleh perusahaannya.Terlihat juga Asisten Sutan yang sama sibuknya dengan Zefki, mencoba menghitung kembali anggaran suatu proyek apakah sesuai dengan pelaksanaan proyek yang sedang berjalan.Pintu di ketuk dari luar, "Masuk," ujar Asisten Sutan."Selamat pagi Pak Bos, ada yang ingin bertemu dengan anda," ucap Sekretaris Risa.Asisten Sutan segera mengangkat kepalanya yang dari tadi hanya fokus di laptop."Anda rupanya," ujarnya."Siap, Pak Bos. Selamat pagi semua," sapanya.Zefki menghentikan segera pekerjaannya saat tahu yang datang ke ruangannya adalah Vania."Datang juga Lo ..." ujarnya."So pasti, Pak Bos. Saya butuh pekerjaan ini," ujar Vania yang masih berdiri.Zefki segera melangkah ke sofa yang ada di ruangannya dan menghampiri Vania, serta mempersilakannya duduk.Asisten Sutan lalu menyerahkan surat lamaran Vania kepada Zefki.Dia pun membolak-balik balik surat lamaran Vania sambil berk