Share

PEMECATAN ROMI

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-24 11:37:02

"Pak Romi tau kenapa saya panggil?" tanya Ayu dengan serius di kursi kebesarannya di ruang direktur. Romi yang duduk di hadapannya hanya menggeleng bingung.

 

"Sama sekali tidak, bu Direktur."

 

"Saya baru saja mempelajari laporan kinerja Bapak selama beberapa bulan terakhir. Dan sepertinya Anda sudah banyak sekali melakukan pelanggaran, Pak."

 

"Pelanggaran apa, Bu? Sepertinya saya melakukan pekerjaan saya dengan baik selama ini," sanggah lelaki itu.

 

"Saya menghargai kesetiaan Anda pada perusahaan ini, tapi sayang banyak hal tidak baik yang luput dari perhatian Anda, Pak Romi. Di laporan kerja Anda banyak sekali saya temukan kejanggalan." Ayu menghempaskan berkas laporan kerja Romi di atas mejanya.

 

"Saya ... saya tidak mengerti, Bu," ucap Romi terbata. Lemas seketika tubuhnya ketika melihat pancaran kemarahan di wajah pimpinannya itu.

 

"Mohon maaf, tapi saya tak bisa lagi mempertahankan Anda untuk terus bekerja disini. Mulai hari ini saya bebaskan Anda dari pekerjaan, Pak Romi. Silahkan ke bagian HRD setelah ini unuk menyelesaikan urusan administrasi dan tinggalkan kantor ini secepatnya!"

 

"Tapi, bu Direktur, apa alasan saya dipecat? Saya benar-benar tidak tahu."

 

"Semuanya sudah dijelaskan di surat pemberhentian Anda di bagian HRD. Nanti bisa Anda baca sendiri. Sekarang Anda boleh pergi." Ayu segera bangkit dari kursinya. Menunjuk ke arah pintu keluar kepada Romi. 

 

"Tapi, Bu Ayu ... Saya ...." Romi ingin sekali mengajukan banyak pertanyaan untuk pemecatannya ini, tapi melihat raut muka sang direktur yang tidak sedang bersahabat membuatnya urung melakukannya. Dengan tubuh lemas, dia pun segera meninggalkan ruangan Ayu. 

.

.

.

Romi benar-benar tidak menyangka bahwa hari ini adalah hari terakhirnya bekerja di perusahaan yang selalu dia bangga-banggakan selama bertahun-tahun. Tidak ada yang salah dengan keterangan dalam surat pemberhentian dirinya. Kesalahan-kesalahan yang tertulis disana memang pernah dia lakukan semua. Dan semua alasannya begitu masuk akal, hingga membuat dia tidak bisa berkutik lagi saat kepala HRD memberikan hak-hak yang masih layak diterimanya untuk akhirnya menyuruhnya segera meninggalkan kantor.

 

"Kenapa jam segini pulang, Pah? Papa sakit?" Mayang menyambutnya di ruang tamu dengan keheranan melihat suaminya yang pulang padahal hari masih terlalu pagi. 

 

Dengan lemas, Romi mendudukkan dirinya ke sofa ruang tamu, kemudian dilemparkannya amplop surat pemberhentian dirinya itu ke atas meja. Mayang yang makin penasaran segera membuka amplop tersebut dan mulai membacanya. 

 

"Apa??!! Bagaimana mungkin? Papa melakukan apa sampai dipecat? Kesalahan apa yang sudah Papa lakukan?" 

 

Mata wanita itu nampak membelalak, wajahnya seketika berubah merah bersemu pucat. Campuran perasaan antara marah, kesal, dan tidak percaya yang dia rasakan saat itu. Tidak mungkin suaminya tiba-tiba dipecat seperti itu. Pasti ada yang salah? Atau jangan-jangan ...

 

"Ini pasti ada yang salah, Pah. Anak lelakimu itu pasti yang membuatmu dipecat. Mama tidak percaya ini," kata wanita itu bersungut. 

 

"Tidak mungkin, Mah. Di surat itu memang tertulis banyak sekali kesalahanku. Jadi ini nggak ada hubungannya sama Raka."

 

"Tidak mungkin bagaimana? Papa bilang kemarin Papa melihatnya di kantor bersama bu Ayu kan? Lalu hari ini Papa dipecat. Apa itu masih kurang jelas?!" 

 

Mayang benar-benar marah. Dia sangat yakin, pemecatan suaminya ini memang ada hubungannya dengan Raka, anak sulung suaminya itu. Dan dia tidak terima. 

 

"Sudahlah! Mungkin memang sudah waktunya aku cari kerjaan lain. Sudah terlalu lama aku berada di perusahaan itu," ucap Romi kemudian demi membuat istrinya berhenti tersulut emosi.

 

"Papa mau kerja apa? Memangnya gampang apa cari kerja jaman sakarang? Apalagi dengan posisi manajer seperti kemarin? Usia Papa juga sudah tua, Pah. Siapa yang mau mempekerjakan orang di usiamu yang sekarang?" Mayang nampak tersenyum sinis. 

 

"Jangan pesimis dulu, Mah. Aku juga kan banyak punya kenalan. Aku yakin aku bisa mendapatkan pekerjaan lainnya yang sama baiknya dengan kerjaanku kemarin."

 

"Ah terserah papa lah. Aku nggak mau tahu ya, pokoknya Papa nggak boleh nganggur. Kebutuhan kita masih banyak, Pah. Anak kita masih kecil-kecil. Kalau mengandalkan hidup dari aset yang kita punya, kita bisa bertahan berapa lama? Lama -lama kita bisa jadi gelandangan nanti," ujarnya penuh emosi.

 

"Kamu bicara yang baik, Mah. Jangan marah-marah seperti itu. Aku juga pusing, capek. Jangan malah membuatku semakin terpuruk."

 

"Aahhh!! terserah Papa deh!" 

 

Setelah berkata seperti itu, Mayang pun segera meninggalkan suaminya yang menyandarkan punggungnya di kursi tamu dengan lemas. Seandainya dia masih bersama Rani sekarang, pasti Rani akan memberinya dukungan, bukannya malah mengomelinya seperti ini. Nasib, nasib! rutuk Romi dalam hati. 

.

.

.

"Papa nggak sarapan, Mah?" tanya anak gadis remajanya saat sarapan pagi itu.

 

"Masih molor papa Kamu di kamar," jawab Mayang malas. 

 

"Memangnya papa kenapa? Sakit?" Mayla penasaran. Dan karena mamanya hanya mengedikkan bahu padanya, gadis remaja itu pun segera bangkit dari kursi makannya dan berjalan ke kamar orang tuanya. 

 

"Pah," panggilnya sambil mengetuk pintu kamar. Namun karena beberapa kali tak ada sahutan dari dalam, Mayla segera membuka pintu kamar itu sendiri. Dan dilihatnya papanya masih terbaring di ranjang dengan pulasnya. 

 

Mayla menempelkan punggung tangannya ke dahi sang papa hingga membuat lelaki paruh baya itu membuka matanya.

 

"Ada apa, May?" tanyanya dengan suara serak.

 

"Papa sakit? Kenapa tidak bangun dan sarapan?" tanya gadis itu cemas. 

 

"Papa kurang enak badan, Sayang. Nanti agak siangan papa sarapan. Biarkan papa tidur dulu, ya?"

 

"Papa nggak ke kantor?"

 

"Tidak, Sayang. Papa sudah tidak kerja di kantor lagi. Papa sudah berhenti." 

 

"Ooh, papa sudah capek ya?" tanya anak itu polos. Romi yang melihat raut kekhawatiran pada anak gadisnya mengelus pipi anaknya dengan lembut.

 

Syukurlah, setidaknya dia punya anak perempuan yang penyayang seperti Mayla. Mudah mudahan kelak anak ini yang akan bisa merawatnya di hari tua. Karena jujur saja, Romi jadi kurang yakin dengan cinta istrinya padanya akhir-akhir ini. Karena dalam pikiran wanita itu hanya ada uang dan uang. Meskipun terkadang Romi sedikit merasa heran kenapa wajah anak ini tidak ada kemiripan sama sekali dengannya, namun Romi bisa merasakan kasih sayangnya yang begitu tulus pada dirinya.

 

"Maaf ya, Papa tidak bisa mengantarmu sekolah hari ini. Naik taksi online dulu ya, Sayang?" kata Romi.

 

"Iya nggak masalah, Pah. Papa istirahat saja. Jangan khawatirkan Mayla. Oke?" kata gadis itu ceria, membuat Romi sedikit terhibur.

 

"Ya sudah, May berangkat sekolah dulu ya, Pah?" pamitnya sambil mencium tangan dan pipi sang papa. Lalu beranjak meninggalkan lelaki itu di kamarnya. 

.

.

.

"Apa yang Anda lakukan disini, Bu? Sudah saya bilang Anda tidak boleh masuk!" Seorang satpam mencekal tangan Mayang yang berusaha menerobos masuk ke ruang direktur. 

 

Beberapa saat yang lalu wanita itu tiba di bekas kantor suaminya untuk mempertanyakan masalah pemecatan yang dilakukan terhadap lelaki itu. 

 

Saat resepsionis menolak mengijinkannya bertemu dengan sang direktur, Mayang justru berlari ke arah lift menuju ke ruang direktur di lantai atas. Resepsionis yang panik segera memanggil petugas keamanan dan menyuruhnya mengejarnya. Jadilah sekarang Mayang dikejar dua petugas keamanan sampai di depan ruangan direktur. 

 

"Aku ingin bertemu dengan bu Ayu. Itu saja. Kalian ribet amat!" hardiknya pada dua petugas keamanan yang memeganginya. 

 

Mendengar ribut-ribut di luar ruangan, Ayu pun segera bergegas keluar. 

 

"Ada apa ini, Pak?" tanyanya.

 

"Ibu ini memaksa masuk, bu Direktur. Kami sudah berusaha mencegahnya, tapi dia nekat."

 

Ayu memindai Mayang dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sepertinya dia pernah melihat wanita ini, tapi dimana?

 

"Kamu siapa?" tanyanya kemudian.

 

"Bu Ayu, ijinkan saya berbicara dengan Anda sebentar saja, Bu. Saya Mayang, dulu saya pernah bekerja disini sebagai sekretarisnya Pak Romi," jelas Mayang bersemangat, berharap wanita di depannya itu akan mau mendengarkannya barang sebentar saja. 

 

Mendengar penjelasan itu, Ayu tersenyum sinis.

 

"Ooh, jadi Kamu orangnya? Wanita tidak tahu diri yang tega menggoda lelaki beristri dan membuat berantakan rumah tangganya itu?" 

 

Mata Mayang membelalak. Dia tidak pernah menyangka akan mendapat tamparan kalimat seperti itu dari seorang direktur sekelas Ayu. 

 

"Anda salah, Bu. Itu tidak benar. Anda pasti telah diracuni oleh anak bernama Raka itu. Dengarkan saya dulu, Bu. Itu fitnah! Saya dan suami saya tidak bersalah. Jangan pecat suami saya, tolong Bu!" Mayang memohon sambil sesenggukan.

 

"Bawa dia keluar Pak! Dan jangan biarkan orang seperti ini masuk ke kantor kita lagi," ketus Ayu tanpa mengindahkan penjelasan Mayang yang panjang lebar tadi. 

 

Dua petugas segera menyeret Mayang ke lantai bawah. Beberapa staf yang melihat kejadian Mayang meronta-ronta di tangan dua satpam itu hanya menggeleng-geleng keheranan dan menatapnya seperti melihat orang gila yang sedang digelandang menuju RSJ oleh para perawat. Bahkan beberapa orang yang kebetulan mengenal Mayang pun mulai berbisik-bisik membicarakannya. 

.

.

.

Di ruangannya, Ayu tersenyum puas. Ternyata ini lebih drama dari yang dia pikirkan. Istri ayah Raka nampak sangat tertekan dengan pemecatan suaminya. Dan dia pun tidak sabar untuk menceritakan hal itu pada pujaan hatinya.

 

[Raka, bisa keluar makan siang sekarang?]

 

Tulisnya di dalam pesan w******p. Kemudian dia tersenyum saat sebuah balasan diterimanya tak lama setelah itu.

Bab terkait

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   KEKECEWAAN SANG IBU

    "Banyak sekali makanannya, apa yang sedang kita rayakan?" tanya Raka mengerutkan dahinya. Ayu tersenyum penuh arti mendengar pertanyaan pemuda tampan di depannya. "Kita sedang merayakan kemenanganmu, Raka," jawabnya. Beberapa saat yang lalu Raka menjemput Ayu dikantornya setelah menerima pesan dari wanita itu bahwa sang direktur Adyatama itu ingin makan siang bersamanya. Kemudian Ayu menyuruhnya melajukan mobil ke salah satu restoran terkenal favoritnya. Ayu sudah membuat reservasi beberapa menit sebelumnya dan memesan hidangan special untuk makan siangnya kali ini bersama Raka. "Kemenanganku? Apa itu?" Raka memicingkan mata ke arah wanita yang duduk di seberang tempat duduknya itu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   BELUM SAATNYA BERHENTI

    "Bang, ponsel lu tuh," teriak seorang karyawannya dari meja kerjanya. Raka yang sedang berada di meja Radit menoleh, kemudian bergegas menghampiri ponselnya yang tadi dia letakkan di atas meja si karyawan. "Halo, Yo. Kenapa?" tanyanya saat berhasil tersambung dengan sang adik. "Kak, Mama minta kakak pulang sebentar." "Kapan? Sekarang? Ada apa? Mama sakit?" "Ada yang mau Mama bicarakan sama kakak," kata Rio di seberang. "Ya udah sebentar. Kakak masih ada kerjaan dikit lagi. Kalau sudah selesai nanti kakak kesitu." . . . "Kok masih di rumah juga sih, Pah? Katanya mau pergi nyari kerjaan?" Mayang nampak tidak suka melihat suaminya ternyata masih berada di rumah saja dengan baju santainya dari tadi. Dia bahkan sudah pergi ke rumah Rani

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   ROMANSA TIGA MANUSIA

    Ayu baru saja akan bangkit dari kursi kerjanya saat tiba-tiba sambungan telepon internal dari lantai bawah menyala. Bergegas dia menekan sebuah tombol pada pesawat telepon itu. "Ya?" "Bu Ayu, ada Pak Raka di bawah," kata seorang resepsionisnya di seberang saluran. Alis Ayu tertaut. Raka tidak biasanya datang tanpa dia undang atau dia minta. Kenapa tiba-tiba dia kemari hari ini? "Minta langsung ke ruangan Saya," kata Ayu dengan hati dipenuhi tanya. "Baik, Bu," sahut si resepsionis. Beberapa menit kemudian, terdengar pintu ruangannya diketuk dari luar. "Masuk!" Dan muncullah Raka dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. "Ap

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   KELAKUAN MAYANG

    "Kamu dari mana sih, May? Jam segini baru pulang?" Mayla kaget saat tiba-tiba ibunya menyambutnya dengan wajah ditekuk tidak karuan saat dia baru saja menjejakkan kakinya di ruang tamu rumahnya. "Ada apa sih, Mah?" tanya Mayla kebingungan. "Ada apa, Ada apa? Ini sudah sore, Kamu ngelayap kemana saja? Kalau pulang sekolah itu langsung pulang, jangan ngelayap dulu. Sudah tau juga dirumah nggak ada lagi pembantu. Malah keluyuran nggak pulang-pulang." Mayang menatap anaknya dengan jengkel. "Ini kan baru jam 4, Mah, biasanya Mayla juga kan pulangnya sore," protes gadis remaja itu. "Halah kamu itu, May. Alasan saja. Udah sana ganti baju, trus makan, lalu bantuin mama di belakang," ujarnya cepat melotot ke anaknya. "Iyaa, Mah." Mayla segera berlari ke kamar, men

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   FIRST DATE

    Raka sedikit ragu saat maps di ponselnya memberi tanda bahwa dia sudah sampai di tempat yang ditujunya. Sebuah rumah sangat besar dengan halaman super luas dengan pintu gerbang tertutup rapat yang dijaga oleh seorang satpam. Raka baru akan turun dari mobilnya ketika satpam penjaga itu menghampirinya. "Selamat malam, Pak. Ada yang bisa dibantu?" tanyanya dengan nada formal. "Benar rumahnya Ibu Ayu?" "Ibu Ayu siapa?" tanya si satpam sedikit curiga. "Ayu Nindya dari Adyatama." "Maaf, kalau boleh tau ada kepentingan apa, Bapak?" "Saya mau jemput Bu Ayu. Sudah ada janji," jelas Raka sedikit kaku karena tidak nyaman dengan sikap petugas keamanan yang dirasanya terlalu berlebihan itu. Jadi, seketat ini rumah wanit

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   NERAKA DI RUMAH ROMI

    Sudah lebih dari sebulan setelah dipecat dari pekerjaannya, Romi belum juga mendapatkan pekerjaan. Setiap hari dia sudah berusaha kesana kemari, menghubungi rekan dan koleganya, tetap saja hasilnya nol. Istrinya mungkin benar, usianya sudah tidak muda lagi, itulah sebabnya tidak akan ada lagi yang mau mempekerjakannya. Ditengah terpuruknya kondisi ekonominya, kelakuan Mayang pun jadi semakin sulit dia kendalikan. Susah diatur, sering membantah, hingga tiap hari ada saja hal yang membuat dua pasangan itu bertengkar. Rumahnya sekarang jadi lebih terasa seperti neraka dibanding tempat yang nyaman untuk beristirahat. Semakin hari istri yang dulu dinikahinya dengan beda jarak usia 15 tahun itu pun juga semakin tidak betah di rumah. Setiap hari ada saja alasan untuk dia bisa meninggalkan rumah, meninggalkan kewajibannya mengurusi suami dan anak-anaknya. Kekhawatir

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   KAK RAKA

    "Apa? Orang tua lo mau cerai, May?" tanya salah seorang sahabatnya membelalakkan matanya. Ke empat gadis remaja itu sedang duduk melingkar di salah satu bangku kantin sekolah. Tiga sahabatnya sedang sangat konsen mendengarkan cerita Mayla tentang pertengkaran yang terjadi antara ayah dan ibunya akhir-akhir ini. Mereka bertiga nampak menatap gadis cantik itu dengan raut prihatin. "Yang sabar ya, May. Kita pasti akan bantu lo sebisanya kok kalau dibutuhkan," kata salah seorang sahabatnya yang lain. "Membantu? Tapi bagaimana caranya kita bantu Mayla? Uang aja kita masih minta sama orang tua, Gaess," celetuk salah seorang lainnya. "Iya juga ya," sahut yang lain lagi. Mayla yang melihat perhatian yang diberikan oleh teman-temannya pun segera menyela.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-10
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   MENCARI PEKERJAAN

    Ibunda Ayu meraih kaca mata bacanya di atas meja ruang tamu setelah membenarkan letak duduknya di sofa besarnya yang nyaman. Sementara tangan kanannya membenarkan letak kaca mata, tangan kirinya segera mengambil berkas yang beberapa saat yang lalu diberikan oleh dua lelaki bertubuh tinggi besar di hadapannya, yang merupakan orang-orang kepercayaannya selama bertahun-tahun itu. "Jadi dia anaknya mantan manajer pelaksana di kantor Adyatama?" katanya seperti berguman setelah selesai memeriksa keseluruhan hal yang ada di dalam berkas tadi. "Benar, Nyonya. Beberapa waktu yang lalu ayahnya dipecat secara tidak hormat oleh bu Direktur. Lalu, hari berikutnya istrinya datang ke kantor sambil ngamuk seperti orang gila," jelas salah seorang diantaranya yang berambut lebih cepak. "Hmmm .... Ibunya anak itu?" tanya Nyonya besar Adyatama yang duduk dengan angkuhnya di sof

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-10

Bab terbaru

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   FINALLY, LOVE (ENDING)

    Suasana haru nampak dalam pesta pernikahan yang mewah itu saat pengantin wanitanya yang begitu muda dan cantik beberapa kali menitikkan air mata karena teringat akan kedua orang tuanya. Akhirnya di sinilah dia berlabuh. Di hati seorang pangeran yang kebahagiannya bahkan telah direnggut oleh ibunya semasa wanita itu masih hidup. Mayla nampak sungguh bak putri dalam dongeng yang dipersunting pangeran tampan yang baik hati. Cintanya yang berakhir dengan kebahagiaan membuat iri banyak pasang mata yang kebetulan mengetahui jalan hidupnya. Pesta itu tidak begitu besar karena hanya dihadiri oleh tamu tamu undangan dari kalangan teman, sahabat, dan kerabat saja. Namun segala sesuatunya yang mewah mengesankan betapa sang pengantin pria yang sudah mempersiapkan pesta pernikahannya itu begitu mencintai pasangannya. Tak jauh be

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   LOVE YOU, KAKAK

    "Dia dimana, Bik?" Bik Sani langsung menyambutnya saat Raka tiba di halaman rumahnya. Raka berjalan tergesa menuju teras rumah. "Di kamarnya, Pak. Dari semalam nggak mau keluar kamar, nggak mau makan. Nangis terus," ucap Bik Sani menjelaskan sambil terus mengikuti langkah Raka menuju ke dalam. "Siapkan makanannya, bawa ke kamar, Bik." "Baik, Pak." Di depan kamar Mayla, Raka sedikit ragu untuk mengetuk. Harusnya hari ini memang dia belum ada rencana untuk menemui adiknya itu. Tapi karena Bik Sani menelponnya dengan panik dan mengabarkan bahwa Mayla yang tidak mau keluar kamar, akhirnya Raka mengurungkan niatnya untuk menemui gadis itu sampai menjelang hari pernikahan mereka. Masih dengan sedikit ragu, akhirnya Raka mengetuk beberapa kali pint

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   MARAH?

    Beberapa bulan setelah kejadian yang sangat mengesankan bagi Mayla itu, kakaknya tak pernah nampak lagi datang ke rumahnya. Hari demi hari berlalu, setiap pagi Mayla selalu bersemangat saat ada suara mobil yang tiba tiba seperti akan berhenti di depan rumah itu. Dia selalu berharap Raka yang datang untuk mengantarkannya ke sekolah seperti biasa. Lalu tiap kali dia keluar dari halaman sekolah, dia berharap kakaknya itu akan ada di luar gerbangmemanggilnya dengan nada galak seperti biasanya. Tapi semuanya itu tak pernah terjadi. Dia pergi dan pulang dari sekolah dengan naik angkot seperti sebelumnya. Tak pernah lagi ada Raka yang tiba tiba muncul mengagetkan dan menakutinya. Kakaknya itu seperti menghilang di telan bumi. Hanya terkadang ada notifikasi perbankan yang masuk ke ponsel Mayla suatu hari. Sejumlah dana masuk ke rekeningnya disertai pesan; bela

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   SORRY, LOVE

    "Semalem mau nanya apa?" tanya Raka di sela sela sarapannya dengan Mayla. Bik Sani sudah menyiapkan dua piring nasi goreng spesial pagi ini untuk kedua momongannya. "Eee, itu ... " Mayla mendadak gagu. Keinginan kuatnya semalam untuk segera bertemu Raka dan menanyakan hal yang membuatnya penasaran dari kemarin mendadak hilang seketika melihat wajah kakaknya yang menatapnya dengan intens dan mendominasi seperti biasa. "Itu apa?" tanya Raka lagi. "Katanya penting, nggak bisa diomongin lewat telpon, katanya harus malam ini. Kenapa sekarang malah diam?" sindir Raka. Mayla menelan ludah susah payah. Dia heran karena selalu saja begini. Dia kehilangan kata kata saat Raka mulai menatapnya penuh intimidasi. "Itu Kak ... kemarin May dijemput Ayah pas pulang sekolah."

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   FALLIN' IN LOVE

    "Mayla!" panggil Firman sedikit berteriak saat melihat Mayla muncul dari pintu gerbang sekolah. "Ayah!" Mata Mayla langsung berbinar melihat sang Ayah yang sedang berdiri di dekat mobil MPV keluaran tahun lama itu. "Ayah kok di sini?" tanyanya saat dirinya berhasil sampai di dekat sang Ayah. "Kebetulan tadi Ayah lewat, jadi sekalian mampir. Kamu sudah makan? Temenin Ayah makan siang yuk?" ajak Firman. Mayla pun mengangguk senang. Selain teman temannya di sekolah dan keluarga Ibu Rani, Mayla sangat jarang berinteraksi dengan orang lain. Jadi, kehadiran Ayah kandungnya kali ini nampaknya membawa suasana lain dalam hatinya. Mayla masuk ke dalam mobil sang ayah tepat pada saat mobil Raka berhenti di depan sekolahnya. Melihat Mayla dije

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   INIKAH SAATNYA?

    Tak seperti biasanya saat sedang berdua saja dengan Mayla, di rukonya ternyata Raka lebih cuek. Saat sampai di sana, Raka langsung meminta seorang karyawan wanitanya, Nindy, untuk menjelaskan pada Mayla pekerjaan barunya. Sementara dia sendiri sibuk di ruangannya bersama Radit. Kikuk dan minder. Itu yang dirasakan Mayla di kantor itu. Menjadi yang paling muda dan paling tidak tidak mengerti apa apa. Mayla jadi tersadar jika hidupnya selama ini terlalu disibukkan dengan kesengsaraan, ketidak-beruntungan. Hingga membuatnya merasa seperti orang yang terbelakang. Selain juga karena Raka tidak memperlakukannya secara spesial di tempat itu. "Setelah selesai, jangan lupa filenya disimpan ya. Buat nanti laporan mingguan ke Bang Raka," kata Nindy menjelaskan. "Ngerti kan, May?" tanya wanita cantik berambut panjang itu. "Iya, Kak. Insya Allah ngerti." &

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   BALAS BUDI

    Mayla menghentikan langkahnya di teras saat mendengar sebuah mobil memasuki halaman. Dia sudah sangat hafal betul suara mobil kakaknya. Dan jantungnya seketika berdegup sangat kencang membayangkan apa yang akan dilakukan Raka saat melihatnya baru pulang sesore ini. Kakinya mendadak gemetaran. "Dari mana Kamu?!" Dan benar saja, Raka turun dari mobil dengan wajah bersungut. Berjalan cepat menghampirinya yang berdiri tegang di teras rumah menunggunya. "Maaf Kak, Mayla telat pulangnya. Mayla habis dari rumah temen," katanya dengan terbata. "Rumah temen? Sudah mulai keluyuran ya sekarang?" "Bukan Kak, Mayla ..." Belum sempat Mayla melanjutkan bicaranya, Bik Sani sudah muncul dari dalam rumah. Wanita paruh baya itu sepertinya terganggu dengan suara

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   SANG POSESIF

    "Kamu serius, Ka?" Rani masih belum percaya apa yang baru saja dikatakan putra sulungnya. "Serius, Ma. Raka juga sudah bilang ke Om Firman soal itu." Rio yang dari tadi mendengarkan terlihat hanya mengangguk angguk saja tanda mengerti. Malam itu, Raka sengaja mengajak ibu dan adiknya makan di luar untuk membicarakan masalah keinginannya menikahi adik angkatnya. "Dan Pak Firman bilang apa? Dia mengijinkan?" tanya Rani penasaran. "Pak Firman menyerahkan semuanya sama Mayla. Tapi intinya dia setuju kalau Mayla juga mau, Ma. Mama sendiri gimana?" Seperti ada nada keraguan dari pertanyaan Raka. Dia ingat bagaimana beberapa waktu yang lalu ibunya itu begitu tidak suka melihatnya jalan bareng Mayla. "Kalau mengatakan tidak pun, Mama yakin Kamu

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   LAMARAN DINI

    "Om, Tunggu!" Firman menghentikan langkahnya menuju ke pintu keluar area pemakaman saat mendengar suara seseorang memanggilnya. Raka terlihat sedang berjalan cepat ke arah lelaki yang masih mengenakan seragam dinasnya itu. "Raka, ada apa?" tanya Firman sambil mengerutkan dahinya. "Boleh bicara sebentar?" tanya pemuda itu. "Tentu," sambut lelaki itu hangat. Yang Firman tahu, Raka adalah anak sulung dari Rani. Wanita yang telah disakiti oleh mantan kekasihnya dulu, yang bernama Mayang. Namun yang juga sangat berbesar hati menerima anak anak Mayang untuk dirawatnya. Pernah suatu kali Mayla bercerita tentang anak anak Rani saat pertemuan mereka. Salah satunya adalah Raka. Dan sebagai seorang Ayah, Firman sepertinya bisa menebak, bahwa

DMCA.com Protection Status