Share

KEKECEWAAN SANG IBU

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-24 11:37:45

"Banyak sekali makanannya, apa yang sedang kita rayakan?" tanya Raka mengerutkan dahinya.

 

Ayu tersenyum penuh arti mendengar pertanyaan pemuda tampan di depannya. 

 

"Kita sedang merayakan kemenanganmu, Raka," jawabnya. 

 

Beberapa saat yang lalu Raka menjemput Ayu dikantornya setelah menerima pesan dari wanita itu bahwa sang direktur Adyatama itu ingin makan siang bersamanya.  

 

Kemudian Ayu menyuruhnya melajukan mobil ke salah satu restoran terkenal favoritnya. Ayu sudah membuat reservasi beberapa menit sebelumnya dan memesan hidangan special untuk makan siangnya kali ini bersama Raka. 

 

"Kemenanganku? Apa itu?" Raka memicingkan mata ke arah wanita yang duduk di seberang tempat duduknya itu. 

 

"Akhirnya aku sudah memberhentikan ayahmu kemarin. Dan kamu tahu nggak? Hari ini istrinya datang ke kantor seperti orang gila, marah-marah nggak jelas," Ayu menggeleng-gelengkan kepala sambil berhias tawa puas di bibirnya.

 

"Oya?" Raka menatap wanita di depannya tak berkedip. Seperti ini rupanya saat wanita sudah beraksi. Raka bahkan baru melihat Ayu tertawa selebar ini selama mengenalnya. "Kamu kok kelihatan seneng banget sih? Kan harusnya aku yang seneng?" ucap Raka sedikit keheranan.

 

"Nggak tau, aku seneng aja bisa membuat mereka seperti itu. Aku sangat benci pengkhianatan," ujar wanita itu sambil tak lepas dari senyuman. "Yuuk ah makan, aku lapar," ucapnya manja. Di hadapan Raka dengan situasi yang tidak formal seperti sekarang ini, Ayu memang biasanya bersikap lebih santai dan cenderung manja, seperti wanita yang sedang jatuh cinta pada umumnya. Sangat berbeda saat dia menemui Raka di kantor atau di hadapan para karyawan mereka.

 

Dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya, dia mulai menikmati hidangan di depannya, hingga kemudian dia terhenti saat sentuhan halus tangan Raka menempel di lengannya. 

 

Ayu mendongak, menatap Raka penuh tanya. 

 

"Ada apa?" tanyanya.

 

"Thanks, Yu. Kamu sudah melakukan hal yang sangat berharga untukku." ucap Raka tulus. 

 

"Aku sudah bilang kan, aku senang melakukannya untukmu. Apa saja, Raka." 

Dan keduanya pun melanjutkan acara makan siangnya dengan senyum puas dan bahagia.

.

.

.

"Kurang ajar!! Aku yakin semua ini gara-gara ulah anak lelakimu itu, Pah. Aku akan menemuinya. Aku akan buat perhitungan dengan anak itu." Mayang tiba dirumahnya sambil ngomel-ngomel tak jelas.

 

"Ada apa sih, Mah? Datang datang ribut. Kamu habis dari mana?" tanya Romi keheranan melihat istrinya seperti orang kesurupan.

 

"Dari kantormu, Pah."

 

"Kantorku? Ngapain kesana, Mah?"

 

"Ngapain lagi? Aku minta penjelasan dong sama bu Ayu. Seenaknya aja memecatmu tiba-tiba."

 

"Malu-maluin aku aja sih kamu, Mah? Apa kata orang-orang di kantor melihat Mama kesana tadi?"

 

"Papa malu? Lebih malu mana sama nggak punya kerjaan? Lontang lantung jadi pengangguran nggak jelas? Papa lebih suka begitu?"

 

"Trus manfaatnya Mama kesana apa? Apa bu Ayu lantas mau menerimaku jadi karyawannya lagi? Enggak juga kan?"

 

"Ya setidaknya kan kita punya harga diri, Pah. Nggak trus terima begitu aja direndahkan. Dan aku juga jadi tau kalau ternyata semua ini gara-gara anakmu yang tak tahu diri itu. Aku akan bikin perhitungan sama dia. Lihat aja."

 

"Sudahlah, Mah. Nggak usah bikin ribut! Papa akan cari kerja lagi besok! Mama tenang aja di rumah!"

 

"Nggak bisa! Besok aku mau ke rumah mantan istrimu itu. Aku harus tah u dimana anak itu sekarang. Aku mau ketemu sama dia."

 

"Trus Mama mau apa nanti setelah ketemu Raka?"

 

"Ya ngasih pelajaran anak kurang ajar itu lah," ucap Mayang bersungut. 

 

"Mah, Mama sadar nggak sih? Kalau benar apa yang Mama bilang kalau bahwa ini semua gara-gara Raka, berarti anak itu sekarang tidak bisa kita anggap remeh. Bisa jadi ancaman buat kita, Mah. Bahaya, tahu nggak?"

 

"Ah, persetan! Papa takut? Sama anak sendiri takut?" Mayang mencelos. Romi makin frustasi dengan istrinya yang bersikap sangat konyol itu. Hingga akhirnya dia biarkan wanita itu ngoceh sendirii sepuasnya, sementara dia kembali ke kamarnya untuk tidur lagi. 

.

.

Rio, adik Raka, baru saja turun dari motor sportnya siang itu dan memarkirkannya di halaman rumah saat dilihatnya seorang wanita berteriak-teriak di depan pintu rumah. 

 

"Tante ngapain disini?" tanyanya sambil tergopoh-gopoh menghampiri wanita itu.

 

"Mana Mama Kamu?" tanya wanita itu sinis. Belum sempat Rio menjawab, pintu ruang tamu sudah terbuka dan muncullah Rani dari dalam. 

 

"Ada apa, Yo?"

 

"Ini, ada yang nyari Mama," ucap Rio.

 

"Dimana anak kamu, si Raka itu, Mbak?"

 

"Raka? Ada apa kamu mencari Raka?" Rani mengerutkan dahi. Wajahnya sedikit pucat kali ini, sepertinya wanita itu memang sedang tidak sehat.

 

"Ajari anakmu itu untuk menghormati ayahnya. Anak tidak tahu diri itu sudah membuat ayahnya dipecat dari pekerjaannya. Katakan dimana dia, biar kukasih pelajaran anak urang ajar itu," sungut Mayang geram.

 

"Apa? Apa yang telah dilakukan Raka? Kamu jangan sembarangan bicara, Mayang?"

 

"Sembarangan apa? Tanyakan sendiri pada anakmu itu, apa yang sudah dia lakukan sama papanya. Sekarang dimana dia, katakan!" 

 

"Tante mungkin salah. Kak Raka tidak mungkin berbuat begitu," sahut Rio tiba-tiba.

 

"Halah kamu tahu apa?! Kamu tahu kan dimana kakak kamu itu sekarang?

 

"Kak Raka sudah lama tidak tinggal bersama kami. Tante salah kalau mencari Kak Raka kemari. Lebih baik Tante pergi dari sini. Jangan ganggu Mama lagi!" Kata Rio sedikit membentak. 

 

Mayang yang merasa tak akan menemukan Raka di rumah itu pun segera berlalu setelah mengoceh panjang lebar yang membuat Rani mengelus dadanya yang terasa sesak. 

 

"Apa benar yang dikatakan wanita itu, Yo?" tanyanya pada sang anak saat mereka sudah sampai di dalam rumah.

 

"Apanya yang benar, Mah?"

 

"Kakak Kamu. Apa dia melakukan itu sama papa kalian?"

 

"Mama jangan percaya sama wanita itu. Kak Raka nggak mungkin melakukan hal yang aneh-aneh."

 

"Kamu bohong kan? Kamu tahu sesuatu kan, Yo? Kamu nggak jujur sama Mama kan?" Mata Rani berkaca-kaca. Dia sudah hidup bertahun-tahun dengan anaknya. Dan dia selalu tahu kapan anak-anaknya itu bicara bohong atau jujur.

 

"Mah, mama jangan memikirkan hal yang tidak penting seperti ini. Lebih baik mama jaga kesehatan Mama aja."

 

"Yo ..." Rani menatap anak bungsunya dengan sorot mata tajam. Seperto itu biasanya dia membuat anak-anaknya akan berbicara jujur padanya. Rio mendesah pelan. Ada bimbang di hatinya.

 

"Kak Raka nggak salah, Ma."

 

"Tapi benar kan Raka melakukan itu?" tanya Rani dengan suara lembut.

 

Rio terdiam. Hatinya semakin bimbang antara harus terus berbohong pada sang ibu atau harus menjaga janjinya pada sang Kaka kalau dia akan merahasiakan apa yang dia rencanakan untuk ayah dan juga istri barunya itu. 

 

"Tapi Mama janji ya jangan marah sama kak Raka," ucap Rio memohon.

 

"Tolong katakan yang sebenarnya sama Mama, Yo."

 

"Kak Raka memang ingin membuat Papa menyesali perbuatannya dulu sama Mama. Kak Raka benci sama Papa. Tapi dia lakukan semua itu karena dia sayang sama Mama." Dengan terpaksa akhirnya Rio bicara juga hal yang sebenarnya. 

 

"Jadi Kamu tahu semua itu? Dan Kamu nggak cerita sama Mama? Kamu tahu bahwa kakakmu menyimpan dendam dan kamu diam saja, Nak? Kenapa kalian seperti itu? Mama nggak mau kalian jadi anak-anak pendendam. Apalagi sama Papa kalian sendiri." Kali ini Rani manarik nafas panjang. Hatinya begitu sedih.

 

"Tapi Kak Raka benar, Ma. Papa sudah menyakiti Mama. Papa meninggalkan kita untuk kesenangannya sendiri tanpa mempedulikan kita semua."

 

"Tapi bukan berarti kalian boleh mendendam, Nak. Allah tidak menyukai orang-orang yang menyimpan dendam."

 

Lama ibu dan anak itu terdiam. Ada bening yang tiba-tiba meluncur dari sudut mata wanita yang sudah mulai beranjak menua itu. Raut mukanya nampak begitu pilu. Selama ini dia sangat bangga dengan anak-anaknya. Terutama anak sulungnya, Raka, yang bisa mandiri bahkan setelah lepas dari bimbingannya sejak pergi dari rumah. Namun kenyataan bahwa anak itu memiliki dendam yang disimpannya selama bertahun-tahun pada sang ayah, tak ayal membuatnya terpukul juga. 

 

Alih-alih bangga, Rani kini justru merasa gagal mendidik anaknya. Bagaimanapun lelaki bernama Romi yang telah begitu jahat meninggalkannya dan anak-anaknya itu sebenarnya juga sangat dia benci. Namun dalam hatinya, dia sama sekali tidak ingin anak-anaknya menyimpan kebencian yang sama. Romi adalah ayah kandung mereka yang harus seharusnya tetap mereka hormati.

 

"Telpon kakakmu, Yo. Suruh Raka kesini," titahnya tiba-tiba.

 

"Mama mau marahin Kak Raka? Jangan Ma, Rio mohon. Kak Raka melakukan ini semua untuk Mama."

 

"Lakukan saja apa yang Mama katakan, Yo. Suruh Raka kesini. Bilang padanya Mama mau bicara."

 

"Ya, Ma." Dengan berat hati akhirnya Rio melakukan juga perintah sang Mama untuk menghubungi kakaknya.

 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Pudji Shidarwati
Rani begitu baik.....meskipun disakiti tidak ada dendam.di.hati....lanjut baca...
goodnovel comment avatar
ghaurii
seribu banding satu ada wanita seperti Rani....dsakiti tapi gak dendam...... ceritanya menarik......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   BELUM SAATNYA BERHENTI

    "Bang, ponsel lu tuh," teriak seorang karyawannya dari meja kerjanya. Raka yang sedang berada di meja Radit menoleh, kemudian bergegas menghampiri ponselnya yang tadi dia letakkan di atas meja si karyawan. "Halo, Yo. Kenapa?" tanyanya saat berhasil tersambung dengan sang adik. "Kak, Mama minta kakak pulang sebentar." "Kapan? Sekarang? Ada apa? Mama sakit?" "Ada yang mau Mama bicarakan sama kakak," kata Rio di seberang. "Ya udah sebentar. Kakak masih ada kerjaan dikit lagi. Kalau sudah selesai nanti kakak kesitu." . . . "Kok masih di rumah juga sih, Pah? Katanya mau pergi nyari kerjaan?" Mayang nampak tidak suka melihat suaminya ternyata masih berada di rumah saja dengan baju santainya dari tadi. Dia bahkan sudah pergi ke rumah Rani

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   ROMANSA TIGA MANUSIA

    Ayu baru saja akan bangkit dari kursi kerjanya saat tiba-tiba sambungan telepon internal dari lantai bawah menyala. Bergegas dia menekan sebuah tombol pada pesawat telepon itu. "Ya?" "Bu Ayu, ada Pak Raka di bawah," kata seorang resepsionisnya di seberang saluran. Alis Ayu tertaut. Raka tidak biasanya datang tanpa dia undang atau dia minta. Kenapa tiba-tiba dia kemari hari ini? "Minta langsung ke ruangan Saya," kata Ayu dengan hati dipenuhi tanya. "Baik, Bu," sahut si resepsionis. Beberapa menit kemudian, terdengar pintu ruangannya diketuk dari luar. "Masuk!" Dan muncullah Raka dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. "Ap

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   KELAKUAN MAYANG

    "Kamu dari mana sih, May? Jam segini baru pulang?" Mayla kaget saat tiba-tiba ibunya menyambutnya dengan wajah ditekuk tidak karuan saat dia baru saja menjejakkan kakinya di ruang tamu rumahnya. "Ada apa sih, Mah?" tanya Mayla kebingungan. "Ada apa, Ada apa? Ini sudah sore, Kamu ngelayap kemana saja? Kalau pulang sekolah itu langsung pulang, jangan ngelayap dulu. Sudah tau juga dirumah nggak ada lagi pembantu. Malah keluyuran nggak pulang-pulang." Mayang menatap anaknya dengan jengkel. "Ini kan baru jam 4, Mah, biasanya Mayla juga kan pulangnya sore," protes gadis remaja itu. "Halah kamu itu, May. Alasan saja. Udah sana ganti baju, trus makan, lalu bantuin mama di belakang," ujarnya cepat melotot ke anaknya. "Iyaa, Mah." Mayla segera berlari ke kamar, men

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   FIRST DATE

    Raka sedikit ragu saat maps di ponselnya memberi tanda bahwa dia sudah sampai di tempat yang ditujunya. Sebuah rumah sangat besar dengan halaman super luas dengan pintu gerbang tertutup rapat yang dijaga oleh seorang satpam. Raka baru akan turun dari mobilnya ketika satpam penjaga itu menghampirinya. "Selamat malam, Pak. Ada yang bisa dibantu?" tanyanya dengan nada formal. "Benar rumahnya Ibu Ayu?" "Ibu Ayu siapa?" tanya si satpam sedikit curiga. "Ayu Nindya dari Adyatama." "Maaf, kalau boleh tau ada kepentingan apa, Bapak?" "Saya mau jemput Bu Ayu. Sudah ada janji," jelas Raka sedikit kaku karena tidak nyaman dengan sikap petugas keamanan yang dirasanya terlalu berlebihan itu. Jadi, seketat ini rumah wanit

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   NERAKA DI RUMAH ROMI

    Sudah lebih dari sebulan setelah dipecat dari pekerjaannya, Romi belum juga mendapatkan pekerjaan. Setiap hari dia sudah berusaha kesana kemari, menghubungi rekan dan koleganya, tetap saja hasilnya nol. Istrinya mungkin benar, usianya sudah tidak muda lagi, itulah sebabnya tidak akan ada lagi yang mau mempekerjakannya. Ditengah terpuruknya kondisi ekonominya, kelakuan Mayang pun jadi semakin sulit dia kendalikan. Susah diatur, sering membantah, hingga tiap hari ada saja hal yang membuat dua pasangan itu bertengkar. Rumahnya sekarang jadi lebih terasa seperti neraka dibanding tempat yang nyaman untuk beristirahat. Semakin hari istri yang dulu dinikahinya dengan beda jarak usia 15 tahun itu pun juga semakin tidak betah di rumah. Setiap hari ada saja alasan untuk dia bisa meninggalkan rumah, meninggalkan kewajibannya mengurusi suami dan anak-anaknya. Kekhawatir

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   KAK RAKA

    "Apa? Orang tua lo mau cerai, May?" tanya salah seorang sahabatnya membelalakkan matanya. Ke empat gadis remaja itu sedang duduk melingkar di salah satu bangku kantin sekolah. Tiga sahabatnya sedang sangat konsen mendengarkan cerita Mayla tentang pertengkaran yang terjadi antara ayah dan ibunya akhir-akhir ini. Mereka bertiga nampak menatap gadis cantik itu dengan raut prihatin. "Yang sabar ya, May. Kita pasti akan bantu lo sebisanya kok kalau dibutuhkan," kata salah seorang sahabatnya yang lain. "Membantu? Tapi bagaimana caranya kita bantu Mayla? Uang aja kita masih minta sama orang tua, Gaess," celetuk salah seorang lainnya. "Iya juga ya," sahut yang lain lagi. Mayla yang melihat perhatian yang diberikan oleh teman-temannya pun segera menyela.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-10
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   MENCARI PEKERJAAN

    Ibunda Ayu meraih kaca mata bacanya di atas meja ruang tamu setelah membenarkan letak duduknya di sofa besarnya yang nyaman. Sementara tangan kanannya membenarkan letak kaca mata, tangan kirinya segera mengambil berkas yang beberapa saat yang lalu diberikan oleh dua lelaki bertubuh tinggi besar di hadapannya, yang merupakan orang-orang kepercayaannya selama bertahun-tahun itu. "Jadi dia anaknya mantan manajer pelaksana di kantor Adyatama?" katanya seperti berguman setelah selesai memeriksa keseluruhan hal yang ada di dalam berkas tadi. "Benar, Nyonya. Beberapa waktu yang lalu ayahnya dipecat secara tidak hormat oleh bu Direktur. Lalu, hari berikutnya istrinya datang ke kantor sambil ngamuk seperti orang gila," jelas salah seorang diantaranya yang berambut lebih cepak. "Hmmm .... Ibunya anak itu?" tanya Nyonya besar Adyatama yang duduk dengan angkuhnya di sof

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-10
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   PEKERJAAN BARU

    "Mama masuk rumah sakit, Kak." Kabar singkat yang di dengar Raka lewat sambungan telepon dengan adiknya pagi itu membuat Raka kalang kabut. Baru saja dia berhasil memejamkan mata beberapa jam setelah begadang menyelesaikan calon project barunya semalam, dan tiba-tiba ponsel yang tergeletak di nakas samping tempat tidurnya berbunyi tadi. Raka melirik jam di ponselnya. Ini bahkan masih setengah 5 pagi. Secepat kilat Raka membersihkan wajahnya di kamar mandi, lalu mengenakan seragam kebanggaannya, jeans panjang dan kaos oblong. Kemudian melesat menuju rumah sakit yang disebutkan oleh sang adik. Saat akhirnya Raka tiba disana, dilihatnya Rio sedang duduk di tepi ranjang dimana sang ibunda terbaring lemah dengan selang infus di tangannya. Syukurkah, mamanya dalam kondisi sadar. Raka menghela nafas sedikit lega. Dia membayangkan tadi akan melihat mamanya terbaring

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-10

Bab terbaru

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   FINALLY, LOVE (ENDING)

    Suasana haru nampak dalam pesta pernikahan yang mewah itu saat pengantin wanitanya yang begitu muda dan cantik beberapa kali menitikkan air mata karena teringat akan kedua orang tuanya. Akhirnya di sinilah dia berlabuh. Di hati seorang pangeran yang kebahagiannya bahkan telah direnggut oleh ibunya semasa wanita itu masih hidup. Mayla nampak sungguh bak putri dalam dongeng yang dipersunting pangeran tampan yang baik hati. Cintanya yang berakhir dengan kebahagiaan membuat iri banyak pasang mata yang kebetulan mengetahui jalan hidupnya. Pesta itu tidak begitu besar karena hanya dihadiri oleh tamu tamu undangan dari kalangan teman, sahabat, dan kerabat saja. Namun segala sesuatunya yang mewah mengesankan betapa sang pengantin pria yang sudah mempersiapkan pesta pernikahannya itu begitu mencintai pasangannya. Tak jauh be

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   LOVE YOU, KAKAK

    "Dia dimana, Bik?" Bik Sani langsung menyambutnya saat Raka tiba di halaman rumahnya. Raka berjalan tergesa menuju teras rumah. "Di kamarnya, Pak. Dari semalam nggak mau keluar kamar, nggak mau makan. Nangis terus," ucap Bik Sani menjelaskan sambil terus mengikuti langkah Raka menuju ke dalam. "Siapkan makanannya, bawa ke kamar, Bik." "Baik, Pak." Di depan kamar Mayla, Raka sedikit ragu untuk mengetuk. Harusnya hari ini memang dia belum ada rencana untuk menemui adiknya itu. Tapi karena Bik Sani menelponnya dengan panik dan mengabarkan bahwa Mayla yang tidak mau keluar kamar, akhirnya Raka mengurungkan niatnya untuk menemui gadis itu sampai menjelang hari pernikahan mereka. Masih dengan sedikit ragu, akhirnya Raka mengetuk beberapa kali pint

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   MARAH?

    Beberapa bulan setelah kejadian yang sangat mengesankan bagi Mayla itu, kakaknya tak pernah nampak lagi datang ke rumahnya. Hari demi hari berlalu, setiap pagi Mayla selalu bersemangat saat ada suara mobil yang tiba tiba seperti akan berhenti di depan rumah itu. Dia selalu berharap Raka yang datang untuk mengantarkannya ke sekolah seperti biasa. Lalu tiap kali dia keluar dari halaman sekolah, dia berharap kakaknya itu akan ada di luar gerbangmemanggilnya dengan nada galak seperti biasanya. Tapi semuanya itu tak pernah terjadi. Dia pergi dan pulang dari sekolah dengan naik angkot seperti sebelumnya. Tak pernah lagi ada Raka yang tiba tiba muncul mengagetkan dan menakutinya. Kakaknya itu seperti menghilang di telan bumi. Hanya terkadang ada notifikasi perbankan yang masuk ke ponsel Mayla suatu hari. Sejumlah dana masuk ke rekeningnya disertai pesan; bela

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   SORRY, LOVE

    "Semalem mau nanya apa?" tanya Raka di sela sela sarapannya dengan Mayla. Bik Sani sudah menyiapkan dua piring nasi goreng spesial pagi ini untuk kedua momongannya. "Eee, itu ... " Mayla mendadak gagu. Keinginan kuatnya semalam untuk segera bertemu Raka dan menanyakan hal yang membuatnya penasaran dari kemarin mendadak hilang seketika melihat wajah kakaknya yang menatapnya dengan intens dan mendominasi seperti biasa. "Itu apa?" tanya Raka lagi. "Katanya penting, nggak bisa diomongin lewat telpon, katanya harus malam ini. Kenapa sekarang malah diam?" sindir Raka. Mayla menelan ludah susah payah. Dia heran karena selalu saja begini. Dia kehilangan kata kata saat Raka mulai menatapnya penuh intimidasi. "Itu Kak ... kemarin May dijemput Ayah pas pulang sekolah."

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   FALLIN' IN LOVE

    "Mayla!" panggil Firman sedikit berteriak saat melihat Mayla muncul dari pintu gerbang sekolah. "Ayah!" Mata Mayla langsung berbinar melihat sang Ayah yang sedang berdiri di dekat mobil MPV keluaran tahun lama itu. "Ayah kok di sini?" tanyanya saat dirinya berhasil sampai di dekat sang Ayah. "Kebetulan tadi Ayah lewat, jadi sekalian mampir. Kamu sudah makan? Temenin Ayah makan siang yuk?" ajak Firman. Mayla pun mengangguk senang. Selain teman temannya di sekolah dan keluarga Ibu Rani, Mayla sangat jarang berinteraksi dengan orang lain. Jadi, kehadiran Ayah kandungnya kali ini nampaknya membawa suasana lain dalam hatinya. Mayla masuk ke dalam mobil sang ayah tepat pada saat mobil Raka berhenti di depan sekolahnya. Melihat Mayla dije

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   INIKAH SAATNYA?

    Tak seperti biasanya saat sedang berdua saja dengan Mayla, di rukonya ternyata Raka lebih cuek. Saat sampai di sana, Raka langsung meminta seorang karyawan wanitanya, Nindy, untuk menjelaskan pada Mayla pekerjaan barunya. Sementara dia sendiri sibuk di ruangannya bersama Radit. Kikuk dan minder. Itu yang dirasakan Mayla di kantor itu. Menjadi yang paling muda dan paling tidak tidak mengerti apa apa. Mayla jadi tersadar jika hidupnya selama ini terlalu disibukkan dengan kesengsaraan, ketidak-beruntungan. Hingga membuatnya merasa seperti orang yang terbelakang. Selain juga karena Raka tidak memperlakukannya secara spesial di tempat itu. "Setelah selesai, jangan lupa filenya disimpan ya. Buat nanti laporan mingguan ke Bang Raka," kata Nindy menjelaskan. "Ngerti kan, May?" tanya wanita cantik berambut panjang itu. "Iya, Kak. Insya Allah ngerti." &

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   BALAS BUDI

    Mayla menghentikan langkahnya di teras saat mendengar sebuah mobil memasuki halaman. Dia sudah sangat hafal betul suara mobil kakaknya. Dan jantungnya seketika berdegup sangat kencang membayangkan apa yang akan dilakukan Raka saat melihatnya baru pulang sesore ini. Kakinya mendadak gemetaran. "Dari mana Kamu?!" Dan benar saja, Raka turun dari mobil dengan wajah bersungut. Berjalan cepat menghampirinya yang berdiri tegang di teras rumah menunggunya. "Maaf Kak, Mayla telat pulangnya. Mayla habis dari rumah temen," katanya dengan terbata. "Rumah temen? Sudah mulai keluyuran ya sekarang?" "Bukan Kak, Mayla ..." Belum sempat Mayla melanjutkan bicaranya, Bik Sani sudah muncul dari dalam rumah. Wanita paruh baya itu sepertinya terganggu dengan suara

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   SANG POSESIF

    "Kamu serius, Ka?" Rani masih belum percaya apa yang baru saja dikatakan putra sulungnya. "Serius, Ma. Raka juga sudah bilang ke Om Firman soal itu." Rio yang dari tadi mendengarkan terlihat hanya mengangguk angguk saja tanda mengerti. Malam itu, Raka sengaja mengajak ibu dan adiknya makan di luar untuk membicarakan masalah keinginannya menikahi adik angkatnya. "Dan Pak Firman bilang apa? Dia mengijinkan?" tanya Rani penasaran. "Pak Firman menyerahkan semuanya sama Mayla. Tapi intinya dia setuju kalau Mayla juga mau, Ma. Mama sendiri gimana?" Seperti ada nada keraguan dari pertanyaan Raka. Dia ingat bagaimana beberapa waktu yang lalu ibunya itu begitu tidak suka melihatnya jalan bareng Mayla. "Kalau mengatakan tidak pun, Mama yakin Kamu

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   LAMARAN DINI

    "Om, Tunggu!" Firman menghentikan langkahnya menuju ke pintu keluar area pemakaman saat mendengar suara seseorang memanggilnya. Raka terlihat sedang berjalan cepat ke arah lelaki yang masih mengenakan seragam dinasnya itu. "Raka, ada apa?" tanya Firman sambil mengerutkan dahinya. "Boleh bicara sebentar?" tanya pemuda itu. "Tentu," sambut lelaki itu hangat. Yang Firman tahu, Raka adalah anak sulung dari Rani. Wanita yang telah disakiti oleh mantan kekasihnya dulu, yang bernama Mayang. Namun yang juga sangat berbesar hati menerima anak anak Mayang untuk dirawatnya. Pernah suatu kali Mayla bercerita tentang anak anak Rani saat pertemuan mereka. Salah satunya adalah Raka. Dan sebagai seorang Ayah, Firman sepertinya bisa menebak, bahwa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status