Share

EMPATI AYU

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-24 11:36:26

Meskipun di luar rencana bagaimana akhirnya Raka menceritakan masa lalu keluarganya pada Ayu, namun Raka merasa lega karena ternyata wanita itu menaruh rasa empati pada ibunya. Dari cerita Ayu juga lah Raka tahu banyak tentang masa lalu wanita itu yang ternyata juga penuh kepahitan karena pengkhianatan sang suami. 

 

Perlahan ada getaran aneh dalam hati Raka saat malam itu mengingat Ayu. Apa yang dia rasakan pada wanita yang usianya terpaut 10 tahun lebih tua darinya itu sepertinya perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Entah apa ini hanya karena  kasihan atau suka, Raka belum begitu yakin. 

 

Namun, setelah keduanya sama-sama saling jujur di dalam ruangan Ayu tadi siang, Raka merasakan bebannya sedikit berkurang. Entah kenapa dia merasa sangat nyaman dengan wanita itu. Ayu yang sangat perhatian saat mendengarkannya menumpahkan segala kekesalannya pada sang ayah. Dan setelah beberapa saat dia berpikir, ternyata baru kali ini dia bisa begitu terbuka dengan seorang wanita tentang masa lalunya.

 

Saat pikiran Raka belum juga terlepas dari sosok wanita bernama Ayu itu, tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponselnya.

 

[Sudah tidur, Raka?] 

 

Ayu ternyata yang mengiriminya pesan. Raka melirik jam di ponselnya. Sudah hampir tengah malam, dan wanita itupun ternyata belum tidur. 

 

[Belum. Kamu sedang apa sekarang? Kenapa belum tidur?]

 

[Aku sedang memikirkanmu. Memikirkan apa yang kita bicarakan tadi siang di kantor.]

 

[Kamu tidak usah ikut memikirkan itu, Yu. Simpan tenaga untuk pekerjaanmu besok.]

 

[Aku akan memecat ayahmu. Apa kamu akan senang kalau aku melakukan itu?]

 

[Kamu serius?]

 

[Aku tidak pernah main-main. Apalagi jika itu menyangkut dirimu.]

 

Raka rasanya melayang membaca kalimat terakhir wanita yang sejak tadi mengganggu pikirannya itu.

 

[Jika Kamu memiliki alasan yang tepat untuk memecatnya aku lebih senang. Maksudku, jangan hanya karena aku.]

 

[Tentu saja aku bisa. Aku bisa melakukan apa saja di perusahaanku sendiri, Raka. Tidurlah sekarang, aku akan mengurus ayahmu besok.]

 

[Baiklah. Thanks, Yu.]

 

[Aku senang bisa melakukan sesuatu untukmu, Raka. Aku merindukanmu.]

 

Raka bukannya tak tahu jika Ayu selama ini mendekatinya karena wanita itu tertarik padanya. Tapi membaca ungkapan perasaan langsung seperti yang ditulisnya sekarang di pesannya itu membuat jantung Raka seolah berhenti berdetak. Apakah dia juga telah jatuh cinta pada wanita itu?

 

Beberapa menit berikutnya Raka mencoba memejamkan mata. Hatinya begitu tenang setelah perbincangannya via w******p dengan Ayu. Kini dia seperti memiliki seorang teman. Bertahun tahun hidupnya yang hanya digunakannya untuk bekerja dan bekerja sepertinya telah sedikit berubah haluan. Raka menarik nafas panjang sebelum akhirnya terlelap.

.

.

.

"Belum tidur, Pah?" tanya Mayang saat melihat suaminya ternyata masih bersandar di headboard tempat tidur saat dia memasuki kamar.

 

"Belum mengantuk," jawab Romi sekenanya. 

 

"Lagi mikirin apa?" tanya wanita berambut panjang sedikit ikal itu penasaran, lalu mendudukkan diri di sebelah suaminya. Romi nampak mengatur nafasnya sebelum mulai bicara. 

 

"Hari ini aku bertemu Raka di kantor."

 

"Kantor siapa? Kantor Papa? Mau ngapain dia? Minta uang?" cerocos wanita itu. Romi memandang istrinya sedikit jengah. Kenapa istrinya ini cerewet sekali? gerutunya dalam hati. 

 

"Raka tidak pernah mau meminta apapun dariku, Mah. Kamu tau itu kan?"

 

"Kalau gitu ngapain dia menemui Papa di kantor kalau nggak mau minta-minta?"

 

"Dia diundang bu Direktur untuk menghadiri rapat divisi pemasaran."

 

"Apa?" Mata Mayang membelalak. "Dia diundang bu Ayu? Papa serius? Memangnya anak lelakimu itu kenal sama bu Ayu?"

 

"Itulah yang aku tidak tahu," ucap Romi putus asa. 

 

"Aneh," kata Mayang mengerutkan dahi. 

 

"Aku juga merasa aneh."

 

"Trus, kira-kira dia  ngapain Pah disana?"

 

"Ya nggak tahu, Mah. Tapi perasaanku kok jadi nggak enak ya, Mah."

 

"Nggak enak gimana?"

 

"Ya nggak enak aja. Aku merasa ada yang tidak beres.. Tapi apa?"

 

"Ah, itu cuma perasaanmu saja, Pah. Memangnya apa yang bisa dilakukan anak ingusan itu? Harta juga dia nggak punya. Palingan dia cuma disuruh bu Ayu bersihin ruangan rapat kali. Ya kan? Siapa tau?" Mayang mencoba menenangkan gundah sang suami.

 

"Enggak, Mah. Aku lihat tadi dia itu akrab banget sama Bu Ayu." 

 

“Akrab banget gimana maksud Papa? Mereka pacaran gitu? Nggak mungkin kan direktur perusahaan besar suka sama anakmu yang gelandangan itu." Mayang mendengus.

 

"Ngomongnya yang baik lah, Mah. Bagaimanapun kan dia tetap anakku. Tapi, nggak mungkin sih kalau mereka pacaran. Usia mereka jauh bedanya lho, Mah."

 

"Makanya itu, nggak mungkin kan? Lha trus maksud Papa mereka dekat gimana?"

 

"Ya aku nggak tahu Mah. Ah kamu ini mendesak terus. Udah ah aku pusing. Dari tadi mikirin itu kepalaku jadi sakit." Romi memilin pelipisnya yang terasa sakit.

 

"Ya udah tidur aja. Ngapain juga pakai mikirin anak nggak tahu diri kayak gitu," gerutu sang istri. 

 

Saat beberapa menit kemudian suara dengkuran suaminya terdengar, Mayang justru jadi gantian tidak tenang. Dia tidak bisa memejamkan matanya karena memikirkan apa yang baru saja dibicarakan suaminya. Tiba-tiba saja dia jadi kepikiran anak sulung suaminya itu. Ada rahasia apa sebenarnya yang disimpan anak itu? 

.

.

.

Tak seperti biasanya, pagi ini Romi merasa sangat malas untuk pergi ke kantor. Mayang yang melihat suaminya lesu di meja makan jadi cemberut. 

 

"Kenapa sih Pah, lemes gitu?" 

 

"Nggak tahu, Mah. Papa rasanya capek." 

 

"Kenapa sih? Mau bolos kerja? Jangan Pah, secapek apapun Papa harus masuk kerja. Nanti kalau kebanyakan bolos Papa bisa dipecat lho," selorohnya.

 

"Mamah nih. Kalau Papa capek pengen istirahat biarin aja minta ijin nggak kerja dulu kan nggak papa," celetuk Mayla yang duduk di seberang sang mama.

 

"Ah, Kamu anak kecil tahu apa? Habiskan makananmu jangan suka ngurusin masalah orang tua, May," hardik Mayang ke anak gadisnya.

 

"Ya maaf Mah, Mayla kan hanya usul. Kan kasian Papa kalau capek disuruh kerja terus. Nanti Papa bisa sakit."

 

"Papamu memang harus kerja keras, Sayang. Kalau papamu sakit nggak bisa kerja nanti kita makan apa dong, buat bayar sekolah kamu pakai apa, buat shopping mama pakai uang siapa? Repot kan?"

 

"Astaghfirullah Mah, kenapa ngomongnya begitu amat sih?" Mayla mendesis mendengar kalimat mamanya.

 

"Haishh! Jadi anak jangan kebanyakan protes ah."

 

"Sudah! Sudah! Kalian berdua ini ngeributin apa sih? Ibu dan anak tiap hari kerjaannya bantah-bantahan terus. Akur apa nggak bisa?" Romi mulai tersulut emosi. Di tengah suasana hatinya yang nggak bagus, istrinya justru membuat masalah dibanding menenangkannya. 

 

Dengan langkah tak bersemangat, Romi akhirnya berangkat juga ke kantor sekalian mengantarkan Mayla ke sekolah. Suasana hatinya yang kacau membuatnya tak banyak bicara di dalam mobil. Sementara anak perempuannya sibuk dengan ponselnya di tangan. 

 

Semenit yang lalu gadis remaja itu mengirimkan pesan pada sesorang karena melihat status orang tersebut yang nampak sedang online. 

 

[Hai, Kak Raka. Sedang apa? Apa kakak ingat aku?]

 

[Siapa ya?]

 

Gadis remaja itu sedikit kecewa karena ternyata Raka tidak mengingatnya. Namun kemudian dia tersenyum mengingat bahwa Raka memang tidak menyimpan kontaknya di ponselnya. 

 

[Aku Mayla, Kak. Yang waktu itu nggak sengaja kakak tabrak dan antar pulang.]

 

[Oooh yang itu. Gimana keadaanmu sekarang? Sudah sembuh?]

 

[Alhamdulillah sudah, Kak]

 

 

Dan selesai. Raka ternyata hanya membaca pesannya dan tidak membalasnya lagi. Gadis remaja itu makin kecewa dibuatnya.

.

.

.

Sampai di kantor, Romi langsung menuju ke ruangannya. Seperti biasa dia segera menghidupkan laptop dan memperhatikan beberapa file yang kemarin belum sempat diselesaikannya. 

 

Hari ini rasanya tubuhnya juga agak kurang sehat. Namun demi istrinya yang bawel itu, Romi nekat juga berangkat ke kantor. Dia tahu bahwa bagi Mayang harta itu segalanya. Beberapa tahun belakangan Romi baru sadar bahwa istrinya yang cantik itu memang sangat materialistis. Bahkan seringnya, gaji kantornya ludes dalam sekejap tanpa sempat untuk disisakan untuk ditabung.

 

Kebiasaan belanja istrinya yang gila-gilaan serta kehidupannya berbaur dengan banyak sosialita membuat wanita itu seperti ketergantungan. Tak pernah bisa lepas dari kegiatan-kegiatan tidak bermanfaat yang menghambur-hamburkan uang. 

 

Saat sedang sibuk memikirkan sang istri, tiba-tiba pintu ruangan Romi diketuk oleh seseorang

 

"Masuk!" ucapnya. Dan kepala HRD ternyata yang muncul dari balik pintu dengan wajah sedikit tegang.

 

"Pak Romi, anda disuruh ke ruangan bu Ayu.sekarang."

 

"Ada apa, Pak?" tanyanya keheranan. 

 

"Saya belum diberitahu masalahnya, Pak. Tapi Anda diminta segera kesana."

 

"Oke baiklah kalau begitu. Sebentar lagi saya kesana," ucap Romi sambil merapikan sedikit rambut dan pakaiannya.

 

Jantung Romi berdebar-debar seperti yang dia rasakan sebelumnya saat masih di rumahnya. Ada perasaan tidak nyaman yang menghantuinya. Apakah ini ada hubungannya dengan Raka? Kenapa direkturnya sepagi ini sudah memanggilnya?

 

Bab terkait

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   PEMECATAN ROMI

    "Pak Romi tau kenapa saya panggil?" tanya Ayu dengan serius di kursi kebesarannya di ruang direktur. Romi yang duduk di hadapannya hanya menggeleng bingung. "Sama sekali tidak, bu Direktur." "Saya baru saja mempelajari laporan kinerja Bapak selama beberapa bulan terakhir. Dan sepertinya Anda sudah banyak sekali melakukan pelanggaran, Pak." "Pelanggaran apa, Bu? Sepertinya saya melakukan pekerjaan saya dengan baik selama ini," sanggah lelaki itu. "Saya menghargai kesetiaan Anda pada perusahaan ini, tapi sayang banyak hal tidak baik yang luput dari perhatian Anda, Pak Romi. Di laporan kerja Anda banyak sekali saya temukan kejanggalan." Ayu menghempaskan berkas laporan kerja Romi di atas mejanya. "Saya ... saya tidak mengerti, Bu," ucap Romi terbata. Lemas seketika tubuhnya ketika melihat pancaran ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   KEKECEWAAN SANG IBU

    "Banyak sekali makanannya, apa yang sedang kita rayakan?" tanya Raka mengerutkan dahinya. Ayu tersenyum penuh arti mendengar pertanyaan pemuda tampan di depannya. "Kita sedang merayakan kemenanganmu, Raka," jawabnya. Beberapa saat yang lalu Raka menjemput Ayu dikantornya setelah menerima pesan dari wanita itu bahwa sang direktur Adyatama itu ingin makan siang bersamanya. Kemudian Ayu menyuruhnya melajukan mobil ke salah satu restoran terkenal favoritnya. Ayu sudah membuat reservasi beberapa menit sebelumnya dan memesan hidangan special untuk makan siangnya kali ini bersama Raka. "Kemenanganku? Apa itu?" Raka memicingkan mata ke arah wanita yang duduk di seberang tempat duduknya itu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   BELUM SAATNYA BERHENTI

    "Bang, ponsel lu tuh," teriak seorang karyawannya dari meja kerjanya. Raka yang sedang berada di meja Radit menoleh, kemudian bergegas menghampiri ponselnya yang tadi dia letakkan di atas meja si karyawan. "Halo, Yo. Kenapa?" tanyanya saat berhasil tersambung dengan sang adik. "Kak, Mama minta kakak pulang sebentar." "Kapan? Sekarang? Ada apa? Mama sakit?" "Ada yang mau Mama bicarakan sama kakak," kata Rio di seberang. "Ya udah sebentar. Kakak masih ada kerjaan dikit lagi. Kalau sudah selesai nanti kakak kesitu." . . . "Kok masih di rumah juga sih, Pah? Katanya mau pergi nyari kerjaan?" Mayang nampak tidak suka melihat suaminya ternyata masih berada di rumah saja dengan baju santainya dari tadi. Dia bahkan sudah pergi ke rumah Rani

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   ROMANSA TIGA MANUSIA

    Ayu baru saja akan bangkit dari kursi kerjanya saat tiba-tiba sambungan telepon internal dari lantai bawah menyala. Bergegas dia menekan sebuah tombol pada pesawat telepon itu. "Ya?" "Bu Ayu, ada Pak Raka di bawah," kata seorang resepsionisnya di seberang saluran. Alis Ayu tertaut. Raka tidak biasanya datang tanpa dia undang atau dia minta. Kenapa tiba-tiba dia kemari hari ini? "Minta langsung ke ruangan Saya," kata Ayu dengan hati dipenuhi tanya. "Baik, Bu," sahut si resepsionis. Beberapa menit kemudian, terdengar pintu ruangannya diketuk dari luar. "Masuk!" Dan muncullah Raka dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. "Ap

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   KELAKUAN MAYANG

    "Kamu dari mana sih, May? Jam segini baru pulang?" Mayla kaget saat tiba-tiba ibunya menyambutnya dengan wajah ditekuk tidak karuan saat dia baru saja menjejakkan kakinya di ruang tamu rumahnya. "Ada apa sih, Mah?" tanya Mayla kebingungan. "Ada apa, Ada apa? Ini sudah sore, Kamu ngelayap kemana saja? Kalau pulang sekolah itu langsung pulang, jangan ngelayap dulu. Sudah tau juga dirumah nggak ada lagi pembantu. Malah keluyuran nggak pulang-pulang." Mayang menatap anaknya dengan jengkel. "Ini kan baru jam 4, Mah, biasanya Mayla juga kan pulangnya sore," protes gadis remaja itu. "Halah kamu itu, May. Alasan saja. Udah sana ganti baju, trus makan, lalu bantuin mama di belakang," ujarnya cepat melotot ke anaknya. "Iyaa, Mah." Mayla segera berlari ke kamar, men

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   FIRST DATE

    Raka sedikit ragu saat maps di ponselnya memberi tanda bahwa dia sudah sampai di tempat yang ditujunya. Sebuah rumah sangat besar dengan halaman super luas dengan pintu gerbang tertutup rapat yang dijaga oleh seorang satpam. Raka baru akan turun dari mobilnya ketika satpam penjaga itu menghampirinya. "Selamat malam, Pak. Ada yang bisa dibantu?" tanyanya dengan nada formal. "Benar rumahnya Ibu Ayu?" "Ibu Ayu siapa?" tanya si satpam sedikit curiga. "Ayu Nindya dari Adyatama." "Maaf, kalau boleh tau ada kepentingan apa, Bapak?" "Saya mau jemput Bu Ayu. Sudah ada janji," jelas Raka sedikit kaku karena tidak nyaman dengan sikap petugas keamanan yang dirasanya terlalu berlebihan itu. Jadi, seketat ini rumah wanit

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   NERAKA DI RUMAH ROMI

    Sudah lebih dari sebulan setelah dipecat dari pekerjaannya, Romi belum juga mendapatkan pekerjaan. Setiap hari dia sudah berusaha kesana kemari, menghubungi rekan dan koleganya, tetap saja hasilnya nol. Istrinya mungkin benar, usianya sudah tidak muda lagi, itulah sebabnya tidak akan ada lagi yang mau mempekerjakannya. Ditengah terpuruknya kondisi ekonominya, kelakuan Mayang pun jadi semakin sulit dia kendalikan. Susah diatur, sering membantah, hingga tiap hari ada saja hal yang membuat dua pasangan itu bertengkar. Rumahnya sekarang jadi lebih terasa seperti neraka dibanding tempat yang nyaman untuk beristirahat. Semakin hari istri yang dulu dinikahinya dengan beda jarak usia 15 tahun itu pun juga semakin tidak betah di rumah. Setiap hari ada saja alasan untuk dia bisa meninggalkan rumah, meninggalkan kewajibannya mengurusi suami dan anak-anaknya. Kekhawatir

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   KAK RAKA

    "Apa? Orang tua lo mau cerai, May?" tanya salah seorang sahabatnya membelalakkan matanya. Ke empat gadis remaja itu sedang duduk melingkar di salah satu bangku kantin sekolah. Tiga sahabatnya sedang sangat konsen mendengarkan cerita Mayla tentang pertengkaran yang terjadi antara ayah dan ibunya akhir-akhir ini. Mereka bertiga nampak menatap gadis cantik itu dengan raut prihatin. "Yang sabar ya, May. Kita pasti akan bantu lo sebisanya kok kalau dibutuhkan," kata salah seorang sahabatnya yang lain. "Membantu? Tapi bagaimana caranya kita bantu Mayla? Uang aja kita masih minta sama orang tua, Gaess," celetuk salah seorang lainnya. "Iya juga ya," sahut yang lain lagi. Mayla yang melihat perhatian yang diberikan oleh teman-temannya pun segera menyela.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-10

Bab terbaru

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   FINALLY, LOVE (ENDING)

    Suasana haru nampak dalam pesta pernikahan yang mewah itu saat pengantin wanitanya yang begitu muda dan cantik beberapa kali menitikkan air mata karena teringat akan kedua orang tuanya. Akhirnya di sinilah dia berlabuh. Di hati seorang pangeran yang kebahagiannya bahkan telah direnggut oleh ibunya semasa wanita itu masih hidup. Mayla nampak sungguh bak putri dalam dongeng yang dipersunting pangeran tampan yang baik hati. Cintanya yang berakhir dengan kebahagiaan membuat iri banyak pasang mata yang kebetulan mengetahui jalan hidupnya. Pesta itu tidak begitu besar karena hanya dihadiri oleh tamu tamu undangan dari kalangan teman, sahabat, dan kerabat saja. Namun segala sesuatunya yang mewah mengesankan betapa sang pengantin pria yang sudah mempersiapkan pesta pernikahannya itu begitu mencintai pasangannya. Tak jauh be

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   LOVE YOU, KAKAK

    "Dia dimana, Bik?" Bik Sani langsung menyambutnya saat Raka tiba di halaman rumahnya. Raka berjalan tergesa menuju teras rumah. "Di kamarnya, Pak. Dari semalam nggak mau keluar kamar, nggak mau makan. Nangis terus," ucap Bik Sani menjelaskan sambil terus mengikuti langkah Raka menuju ke dalam. "Siapkan makanannya, bawa ke kamar, Bik." "Baik, Pak." Di depan kamar Mayla, Raka sedikit ragu untuk mengetuk. Harusnya hari ini memang dia belum ada rencana untuk menemui adiknya itu. Tapi karena Bik Sani menelponnya dengan panik dan mengabarkan bahwa Mayla yang tidak mau keluar kamar, akhirnya Raka mengurungkan niatnya untuk menemui gadis itu sampai menjelang hari pernikahan mereka. Masih dengan sedikit ragu, akhirnya Raka mengetuk beberapa kali pint

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   MARAH?

    Beberapa bulan setelah kejadian yang sangat mengesankan bagi Mayla itu, kakaknya tak pernah nampak lagi datang ke rumahnya. Hari demi hari berlalu, setiap pagi Mayla selalu bersemangat saat ada suara mobil yang tiba tiba seperti akan berhenti di depan rumah itu. Dia selalu berharap Raka yang datang untuk mengantarkannya ke sekolah seperti biasa. Lalu tiap kali dia keluar dari halaman sekolah, dia berharap kakaknya itu akan ada di luar gerbangmemanggilnya dengan nada galak seperti biasanya. Tapi semuanya itu tak pernah terjadi. Dia pergi dan pulang dari sekolah dengan naik angkot seperti sebelumnya. Tak pernah lagi ada Raka yang tiba tiba muncul mengagetkan dan menakutinya. Kakaknya itu seperti menghilang di telan bumi. Hanya terkadang ada notifikasi perbankan yang masuk ke ponsel Mayla suatu hari. Sejumlah dana masuk ke rekeningnya disertai pesan; bela

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   SORRY, LOVE

    "Semalem mau nanya apa?" tanya Raka di sela sela sarapannya dengan Mayla. Bik Sani sudah menyiapkan dua piring nasi goreng spesial pagi ini untuk kedua momongannya. "Eee, itu ... " Mayla mendadak gagu. Keinginan kuatnya semalam untuk segera bertemu Raka dan menanyakan hal yang membuatnya penasaran dari kemarin mendadak hilang seketika melihat wajah kakaknya yang menatapnya dengan intens dan mendominasi seperti biasa. "Itu apa?" tanya Raka lagi. "Katanya penting, nggak bisa diomongin lewat telpon, katanya harus malam ini. Kenapa sekarang malah diam?" sindir Raka. Mayla menelan ludah susah payah. Dia heran karena selalu saja begini. Dia kehilangan kata kata saat Raka mulai menatapnya penuh intimidasi. "Itu Kak ... kemarin May dijemput Ayah pas pulang sekolah."

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   FALLIN' IN LOVE

    "Mayla!" panggil Firman sedikit berteriak saat melihat Mayla muncul dari pintu gerbang sekolah. "Ayah!" Mata Mayla langsung berbinar melihat sang Ayah yang sedang berdiri di dekat mobil MPV keluaran tahun lama itu. "Ayah kok di sini?" tanyanya saat dirinya berhasil sampai di dekat sang Ayah. "Kebetulan tadi Ayah lewat, jadi sekalian mampir. Kamu sudah makan? Temenin Ayah makan siang yuk?" ajak Firman. Mayla pun mengangguk senang. Selain teman temannya di sekolah dan keluarga Ibu Rani, Mayla sangat jarang berinteraksi dengan orang lain. Jadi, kehadiran Ayah kandungnya kali ini nampaknya membawa suasana lain dalam hatinya. Mayla masuk ke dalam mobil sang ayah tepat pada saat mobil Raka berhenti di depan sekolahnya. Melihat Mayla dije

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   INIKAH SAATNYA?

    Tak seperti biasanya saat sedang berdua saja dengan Mayla, di rukonya ternyata Raka lebih cuek. Saat sampai di sana, Raka langsung meminta seorang karyawan wanitanya, Nindy, untuk menjelaskan pada Mayla pekerjaan barunya. Sementara dia sendiri sibuk di ruangannya bersama Radit. Kikuk dan minder. Itu yang dirasakan Mayla di kantor itu. Menjadi yang paling muda dan paling tidak tidak mengerti apa apa. Mayla jadi tersadar jika hidupnya selama ini terlalu disibukkan dengan kesengsaraan, ketidak-beruntungan. Hingga membuatnya merasa seperti orang yang terbelakang. Selain juga karena Raka tidak memperlakukannya secara spesial di tempat itu. "Setelah selesai, jangan lupa filenya disimpan ya. Buat nanti laporan mingguan ke Bang Raka," kata Nindy menjelaskan. "Ngerti kan, May?" tanya wanita cantik berambut panjang itu. "Iya, Kak. Insya Allah ngerti." &

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   BALAS BUDI

    Mayla menghentikan langkahnya di teras saat mendengar sebuah mobil memasuki halaman. Dia sudah sangat hafal betul suara mobil kakaknya. Dan jantungnya seketika berdegup sangat kencang membayangkan apa yang akan dilakukan Raka saat melihatnya baru pulang sesore ini. Kakinya mendadak gemetaran. "Dari mana Kamu?!" Dan benar saja, Raka turun dari mobil dengan wajah bersungut. Berjalan cepat menghampirinya yang berdiri tegang di teras rumah menunggunya. "Maaf Kak, Mayla telat pulangnya. Mayla habis dari rumah temen," katanya dengan terbata. "Rumah temen? Sudah mulai keluyuran ya sekarang?" "Bukan Kak, Mayla ..." Belum sempat Mayla melanjutkan bicaranya, Bik Sani sudah muncul dari dalam rumah. Wanita paruh baya itu sepertinya terganggu dengan suara

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   SANG POSESIF

    "Kamu serius, Ka?" Rani masih belum percaya apa yang baru saja dikatakan putra sulungnya. "Serius, Ma. Raka juga sudah bilang ke Om Firman soal itu." Rio yang dari tadi mendengarkan terlihat hanya mengangguk angguk saja tanda mengerti. Malam itu, Raka sengaja mengajak ibu dan adiknya makan di luar untuk membicarakan masalah keinginannya menikahi adik angkatnya. "Dan Pak Firman bilang apa? Dia mengijinkan?" tanya Rani penasaran. "Pak Firman menyerahkan semuanya sama Mayla. Tapi intinya dia setuju kalau Mayla juga mau, Ma. Mama sendiri gimana?" Seperti ada nada keraguan dari pertanyaan Raka. Dia ingat bagaimana beberapa waktu yang lalu ibunya itu begitu tidak suka melihatnya jalan bareng Mayla. "Kalau mengatakan tidak pun, Mama yakin Kamu

  • PEMBALASAN ANAK LELAKIKU   LAMARAN DINI

    "Om, Tunggu!" Firman menghentikan langkahnya menuju ke pintu keluar area pemakaman saat mendengar suara seseorang memanggilnya. Raka terlihat sedang berjalan cepat ke arah lelaki yang masih mengenakan seragam dinasnya itu. "Raka, ada apa?" tanya Firman sambil mengerutkan dahinya. "Boleh bicara sebentar?" tanya pemuda itu. "Tentu," sambut lelaki itu hangat. Yang Firman tahu, Raka adalah anak sulung dari Rani. Wanita yang telah disakiti oleh mantan kekasihnya dulu, yang bernama Mayang. Namun yang juga sangat berbesar hati menerima anak anak Mayang untuk dirawatnya. Pernah suatu kali Mayla bercerita tentang anak anak Rani saat pertemuan mereka. Salah satunya adalah Raka. Dan sebagai seorang Ayah, Firman sepertinya bisa menebak, bahwa

DMCA.com Protection Status