Dan sesuai kesepakatan antara dirinya dan Dara, Rembulan akan bersikap pura-pura tidak tau dulu dengan kelakuan sang suami di luar sana. Apa lagi ini perselingkuhan yang dilakukan oleh Aldo tidak lain bersama saudara kembarnya sendiri. Memang Aldo sudah tidak memiliki otak sehingga ia memilih wanita yang masih ikatan darah dengan istrinya. Bukan hanya Rembulan yang merasa kesal, Dara pun ikut merasa sakit hati dengan kelakuan Aldo. Pasalnya ia sangat membenci perselingkuhan dan pernikahan Rembulan baru seumur jagung. Dan pagi itu, Rembulan harus menerima kenyataan pahit. Sang suami benar-benar tidak pulang ke rumah semalaman. Jangan tanya bagaimana ia merasa sangat berang dan emosi. Tetapi, ia ingat perkataan Dara semalam jika ia harus terlebih dulu mengumpulkan bukti-bukti.Dengan hati yang penuh keresahan, Rembulan memutuskan untuk membawakan makanan. Jika memang Aldo habis melakukan operasi dan menginap di rumah sakit tentu ia kelaparan. Dan Rembulan harus menjadi istri yang baik
"Jadi, dia tidak mau mengaku?" tanya Dara kepada Rembulan. "Ya, tapi dia mengaku jika memang Mentari datang ke rumah sakit. Apa yang harus aku lakukan,Ra?" tanya Rembulan. "Kamu bisa menyadap aplikasi chat suamimu, Lan. Nanti aku beritahu caranya dan kalau perlu kamu bisa memasang GPS di mobil suamimu itu supaya kamu tau ke mana saja dia pergi," kata Dara. "Kau bisa membantuku?" tanya Rembulan. "Serahkan saja kepadaku. Jangan khawatir, aku pasti akan membantumu. Sementara waktu kamu pura-pura saja tidak tahu, ya." "Baiklah, aku menurut saja, " kata Rembulan. Dara mengangguk dan Rembulan pun merasa sedikit tenang. Selama semua belum terungkap dan memiliki bukti yang kuat dia tidak mau bersikap sembrono. Walau bagaimana ia masih sangat mencintai sang suami dan tidak ingin pernikahannya yang baru seumur jagung itu kandas di tengah jalan. Ia pun memutuskan untuk membuat Aldo tetap dekat dengannya. Ia tidak boleh kalah dari Mentari. Sementara itu di rumah sakit, tiba-tiba saja
“Masih jauh?” tanya Rembulan manja. “Kamu masih kuat jalan kaki?” tanya Aldo, “mau kugendong?” Wajah Rembulan langsung memerah, untunglah mereka sudah hampir sampai. “Itu di depan,” kilah Rembulan sambil menunjuk. “Tanggung. Sudah mau sampai.” “Jadi, kalau masih jauh kamu mau aku gendong?” goda Aldo lagi. Ah, kenapa lelaki pandai sekali menutupi kebusukan. Kepada Rembulan mengatakan cinta tetapi kepada Mentari pun menjanjikan untuk menikahi. Mereka memasuki sebuah restoran yang kebetulan memang belum lama buka dan Aldo juga pernah membaca review di I*******m resto itu masakannya cukup enak. Rembulan dan Aldo mengambil tempat di sudut ruangan. “Kamu mau makan apa, Mas?” tanya Rembulan menatap wajah Aldo. “Kamu ‘kan tahu, aku tidak rewel soal makanan,” sahut Aldo. “Makanan apa saja bisa masuk.” “Aku punya ide,” sahut Rembulan mengedipkan mata. “Kamu pasti doyan.” “Mulai sekarang, aku agak ngeri kalau kamu bilang begitu,” kata Aldo pura-pura ketakutan. “Takut diberi jebakan yan
Seperti biasa jika sudah puas menggauli Mentari, Billy pun akan memberikan Mentari hadiah dan mengabulkan apa yang Mentari minta. Masih sama-sama berbaring di balik selimut, Mentari membelai dada Billy."Kamu minta apa?" tanya Billy sambil membelai Mentari.Mentari menghela napas, "Nggak ada Om. Sementara ini semua sudah cukup untukku."Billy menatap Mentari, jauh dari dasar lubuk hatinya yang paling dalam Billy sangat menyayangi Mentari. Bagi Billy, Mentari itu seperti sahabat untuk bertukar pikiran, kekasih dan seorang anak.Billy tau jika hubungan Mentari dengan keluarganya tidak begitu dekat bahkan mereka sering kali bertengkar. Mentari sering bercerita kepadanya. Dan, Billy pun berusaha untuk membuat Mentari merasakan kasih sayang dalam bentuk yang lain.."Kenapa Om sayang sama aku?" tanya Mentari. Billy tertawa kecil, "Kamu pantas untuk disayangi, Mentari.""Sejak dulu, Mama selalu saja membandingkan antara aku dengan Bulan dan mas Buana. Di mata Mama, selalu aku yang salah dan
"Mas, rencanamu untuk buka praktek di rumah jadi?" tanya Rembulan malam itu. Aldo mengangguk, "Tentu saja, Sayang. Kamu mengizinkan 'kan?" tanya Aldo."Masa aku melarang suamiku melakukan sesuatu yang baik dan terlebih itu untuk memberikan aku nafkah," jawab Rembulan, "besok, aku akan meminta orang yang ahli di bidang bangunan untuk merenovasi paviliun kita. Nantinya itu akan menjadi ruang praktekmu. Kamu bisa mulai praktek di sore hari, Mas."Aldo terbelalak dan langsung memeluk erat tubuh Rembulan."Ah, kamu memang terbaik, Bulan. Terima kasih, Sayang.""Sama -sama, Mas. Lalu siapa nanti perawat yang akan membantumu?" tanya Rembulan.Aldo tampak berpikir sejenak dan satu nama pun langsung melintas di benaknya."Suster Nina. Dia paling baik dan cekatan. Lagi pula dia juga sangat dekat denganmu, Lan. Bagaimana menurutmu?" tanya Aldo."Ah, tentu saja aku setuju, Mas. Suster Nina itu ramah sekali, aku setuju."***"Pagi, Dok..." sapa Nina seperti biasanya. Kali ini Nina dibantu oleh Adi
Dengan wajah serius dan tegangnya, Aldo menjemput kembali Rembulan ke rumah mertuanya. Dengan menenteng satu bungkusan yang berisi tiga buah alat tes kehamilan, Aldo mendatangi rumah mama mertuanya ini.“Ma?” panggilnya saat memasuki ruang keluarga.Rembulan langsung bangun dari duduknya dan menghampiri Aldo. Wajah mereka sama-sama tegang.“Kita ke dokter aja ya, Sayang ? Nanti, aku buatkan janji temu sama obgyn di tempatku kerja. Ada satu dokter perempuan yang sangat kompeten,” ujar Aldo tergesa-gesa.“Tapi, Mas. Kata Mama, enaknya periksa pake testpack aja dulu. Aku nggak pede juga kalau langsung ke dokter gitu,” Rembulan menghela napas panjang. “Lagian, emang aku udah positif? Kalo nanti udah dateng ke dokter terus taunya nggak ada isinya, gimana?” katanya dengan wajah yang menggemaskan.Rembulan sudah berlendotan manja di lengan Aldo. Berharap bujukannya kali ini berhasil. Setidaknya, menurut Rembulan, kalau dia menggunakan alat tes kehamilan itu dulu di rumah, dan hasilnya negati
“Kamu emang nggak praktek di rumah hari ini? Nanti kalau ada pasien yang menunggu bagaimana, Mas?” tanya Rembulan.“Aku sudah telepon Nina tadi waktu aku ke apotek. Aku bilang kemungkinan aku nggak bisa praktek. Tadi, waktu Surti bilang mau beli tespack untukmu aku langsung mengambil inisiatif,” jawab Aldo.Kemudian Aldo langsung masuk ke kamar mandi, meninggalkan Rembulan sendiri terpekur di tepi ranjang. Perlahan, Rembulan arahkan tangannya ke atas perut, dia usapkan dengan lembut di atas sana.‘Halo, sweety baby. Kamu sungguh sudah ada di sini?’ ucap Rembulan dalam hati.Datang ke rumah sakit tidak pernah menjadi setegang ini untuk Rembulan.Sepanjang menunggu giliran masuk ke ruangan periksa Dokter Nela Mirzani Sp.Og (K), Rembulan tak henti meremas tangan Aldo dan Ayunda bergantian. Jarinya dingin, kukunya pucat. Dia benar-benar merasa gugup.“Nyonya Rembulan,” panggil perawat. Seketika degup jantung Rembulan makin cepat.Dengan tatapan lembut penuh kasih sayang, Aldo mengajak Re
Di minggu kedua pasca mengetahui kehamilannya baik-baik saja, dan Rembulan sudah kembali bekerja seperti biasa, meskipun Buana membatasi jam kerjanya. Dara pun bersikap lebih protektif lagi kepada atasan sekaligus sahabatnya itu.Seperti saat ini, Rembulan dan Buana juga Dara harus presentasi di luar kantor untuk memenangkan tender. Acara yang berlangsung selama tiga jam itu sudah sukses dilakukan. Dan perusahaan mereka pun keluar sebagai pemenang tender itu. Dara menghampiri Rembulan dan memberikan sahabatnya itu sebotol air mineral.“Capek nggak Lan? Ingat usia kandunganmu itu belum terlalu kuat untuk pekerjaan yang melelahkan?” tanya Dara beruntun.Rembulan lebih dulu menenggak minumannya sebelum menjawab Dara. Rembulan menggeleng tegas, “Nggak. Capek dari mana? Kan hanya presentasi aja. Itu juga kan dibantu kalian.”“Aldo apa dia baik-baik saja? Kamu sudah melakukan apa yang aku katakan, kan?” tanya Dara. Sampai hari ini wanita itu memang belum sepenuhnya percaya jika Aldo tida