Beranda / Romansa / PELAKOR BERKELAS / Bab 10 • Kedatangan Lidia

Share

Bab 10 • Kedatangan Lidia

Penulis: Rae_1243
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-29 23:47:48

Sementara itu, di dalam ruangan kantor Raka, hal yang sudah Nilam perkiraan memang benar-benar terjadi. 

Setelah tadi mengunci pintu ruangannya, bisa dikata kalau Raka melemparkan tubuh Angel begitu saja ke atas sofa. Dengan tidak sabar dia membuka simpul ikatan dasi dan cepat-cepat membuka kancing kemejanya.

"Baby," ujarnya, menatap bernafsu ke arah Angel yang justru hanya berbaring seolah sedang menunggunya. "Aku lapar dan aku membutuhkan tubuhmu sebagai makananku. Aku ingin memakanmu."

"Apa aku terlihat seperti hidangan yang menggiurkan, sampai-sampai kamu begitu menggila, Raka?"

"Kamu memang sudah membuatku gila, Baby. Jadi, jangan harap kalau aku akan melepaskanmu. Kamu milikku."

Angel sudah melepaskan sepatunya. Dia kini mengangkat sebelah kakinya, lalu mengarahkannya ke atas kepala Raka. Lelaki itu sama sekali tidak keberatan dan justru terlihat semakin bernafsu, saat kaki Angel yang berbalut stocking tipis sekarang sedang menelusuri wajahnya. 

Meraih kaki Angel, Raka lantas menciuminya. Mulai dari telapak kaki Angel, pergelangan, betis, lalu semakin merayap naik. Dia meninggalkan bekas ciuman basah di sepanjang stocking yang membalut kaki jenjang perempuan itu.

"Raka, akh!" Angel menengadah ketika ciuman Raka telah sampai di pahanya. Lelaki itu kini tidak hanya sekedar menciuminya, tapi juga menjilat serta menggigitnya ringan, sehingga membuat suara desahan Angel semakin sering terdengar. "Raka, hentikan."

Raka tersenyum. Dia merasa senang karena sudah berhasil memainkan gairah kekasihnya. Wajah Angel yang merah padam terlihat begitu menggemaskan baginya. 

"Baby," bisiknya, menyusupkan tangan ke dalam rok Angel. "Kamu sudah basah ternyata," sambungnya, meraba kain tipis dengan pinggiran berenda yang kini sudah begitu lembab. 

Angel melenguh ketika Raka kemudian bergerak menaiki tubuhnya. Lelaki itu membuka lebar kaki Angel dan memposisikan diri tepat di tengah-tengahnya. 

"Aku mencintaimu." Raka menyibakkan rambut Angel dan mengusap keringat di dahi perempuan itu. "Aku sangat mencintaimu, Baby."

Sekilas ada ekspresi aneh yang melintasi wajah Angel, tapi Raka sama sekali tidak menyadarinya.

Lelaki itu lalu menatap ke arah kalung yang kini melingkar di leher Angel. Raka mengelus-elus liontin safir Ceylon itu dan tersenyum.

"Cantik," bisiknya. "Segala sesuatu yang cantik, memang cocok untukmu, Baby."

Raka sudah semakin menunduk dan akan kembali mencium Angel, ketika telepon di atas meja kerjanya berbunyi. Dia berusaha untuk tidak mengacuhkan suara dering yang mengganggu itu, tapi dengan lembut Angel justru mendorong dadanya.

"Angkat saja dulu, Raka."

"Tapi, Baby. Aku sudah tidak sabar ingin segera menikmati tubuh—"

"Sebentar saja. Angkat teleponnya dulu, hm."

Lelaki tampan itu memasang ekspresi wajah tidak suka, tapi dia juga tidak lagi membantah ucapan Angel. Apa pun permintaan kekasihnya, sebisa mungkin Raka ingin mengabulkan semuanya. 

"Ada apa, Nilam?" tanyanya dengan nada kesal. "Bukankah tadi sudah kukatakan agar tidak menggangguku sedikit pun? Lalu sekarang, kenapa kamu malah berani-berani menelepon, ha?"

"Maafkan saya, Pak, tapi ada kabar penting yang perlu untuk segera saya sampaikan."

"Apa? Katakan cepat!"

"Istri Anda, Pak."

"Memangnya, kenapa dengan istriku? Bicara yang jelas, Nilam!"

"Petugas lobi tadi baru saja memberi tahu, Pak, bahwa bu Lidia baru saja datang. Istri Anda ada di sini dan sekarang sedang menuju ke ruang kantor Anda."

Raka seketika membeku mendengar kabar yang disampaikan oleh Nilam tersebut.

Mungkinkah kalau dia hanya salah dengar? Apa tadi katanya? Lidia ada di sini? 

"Gawat!" desis Raka. "Ini benar-benar gawat!"

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fiiz Hap
takut ketahuan
goodnovel comment avatar
NURUL LAILI MUFIDA
ohhh lidia bagaimn klo kamu tinggalin aja suami kampet mu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 11 • Digrebrek

    "Raka, ada apa?" Suara Angel yang mendesah, berhasil menarik kembali perhatian Raka. Lelaki itu lantas dengan cepat menguasai dirinya dan mengambil keputusan. "Tahan Lidia sebisanya, Nilam," perintahnya. "Kalau memungkinkan, bawa dia ke ruang tunggu di sebelah. Pokoknya, jauhkan dia dari sini. Paham?" Suara Nilam yang menjawabnya terdengar bagai suara cicitan tikus. Rupanya sekretarisnya itu juga ikut-ikutan merasa tegang. Sementara itu, Raka tidak ingin membuang-buang waktu. Dia bergegas menghampiri Angel, yang kini malah sedang berbaring tertelungkup menunggunya. Ah, sial! Dalam hati, Raka memaki habis-habisan. Melihat pose Angel saat ini justru membuatnya semakin bernafsu. Lihat saja. Raka sudah membayangkan saat mencengkeram pinggul yang seksi itu, lalu menariknya ke posisi yang sedikit tinggi, sehingga dia bisa menikmati tubuh Angel dari belakang. Sampai saat ini Raka masih belum pernah berhasil memasuki Angel, dan itu membuatnya malah semakin tertantang. Namun sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 12 • Lain di Bibir, Lain di Hati

    Apakah Raka sedang memandang istrinya atau dia justru sedang berhadapan dengan dewi kematian? Selama sesaat dia berdiri mematung, menatap Lidia dalam diam. "Kenapa pintunya dikunci segala, Mas?" tanya Lidia dengan nada yang jelas menuduh. "Ada apa? Apakah kamu sedang bersama dengan seseorang?" Kenapa istrinya ini terlihat begitu mengerikan, sih? Segala kecantikan yang Lidia miliki seakan menghilang begitu saja di mata Raka. Yah, coba lihat saja. Wajah Lidia yang terlihat berang, ditambah lagi dengan pandangan melotot marah kepadanya. Benar-benar jauh berbeda dengan Angel. Kekasihnya itu selalu bisa terlihat cantik di mata Raka. Bahkan meski sedang marah sekalipun, Angel masih tampak begitu imut dan menggemaskan. "Mas Raka!" Lidia membentak, berhasil membuat Raka terkejut sehingga bayangan lelaki itu soal Angel pun buyar dengan seketika. "Kenapa Mas Raka malah melamun?" "Itu—" Raka mencoba memikirkan sebuah jawaban, tapi percuma. Saat ini pikirannya hanya dipenuhi oleh Angel

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 13 • Kebohongan yang Sempurna

    Sementara Lidia membersihkan diri, Raka segera meraih ponselnya. Lelaki itu lantas mengetikkan sebuah pesan dan cepat-cepat mengirimkannya. Tujuannya siapa lagi, kalau bukan kepada Angel. "Baby, di mana dirimu?" Tidak ada jawaban. Hal tersebut membuat Raka kembali mengetik dan mengirimkan pesan yang lain. "Baby, apakah kamu baik-baik saja? Kumohon, agar kamu tidak terlalu bersedih. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk mengusirmu tadi." Tetap tidak ada jawaban. Bahkan Angel pun masih belum membaca pesannya dan membuat Raka semakin hilang kesabaran. "Baby, kumohon. Jawab pesanku." Masih juga tidak respon. Merasa tidak sabar lagi, Raka kemudian nekat menghubungi kekasihnya itu. Dia benar-benar merasa mencemaskan Angel. Sebab, bukankah kekasihnya tadi sempat menangis sewaktu Raka tiba-tiba saja memintanya pergi? "Baby, ayolah. Jawab teleponnya," gumamnya, meremas rambut dengan gelisah. "Ah, sial! Padahal kami baru saja berbaikan kembali, sekarang malah jadi seperti ini." Baga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 14 • Perfect Angel

    Pertanyaannya sekarang adalah apakah Lidia akan percaya begitu saja? Jawabannya, jelas tidak. Dia tidak sebodoh itu untuk mempercayai mentah-mentah ucapan Angel begitu saja. "Siapa kamu sebenarnya?" Lidia bertanya dengan nada menggeram. "Jangan berbohong dengan mengatakan bahwa kamu datang menemui suamiku hanya untuk urusan pekerjaan!" Ya, ampun. Adakah sesuatu yang lebih lucu dari ini? Melihat wajah marah Lidia, justru membuat Angel merasa geli. Lihat saja wajahnya yang sekarang tampak merah padam karena marah. Mengerikan sekali, apalagi ditambah dengan kerutan-kerutan halus yang mulai muncul. Diam-diam Angel merasa bahwa semua perawatan wajah yang sudah Lidia lakukan selama ini, merupakan hal yang sia-sia belaka. Sekedar buang-buang uang saja. "Ck! Sayang sekali," gumamnya, terdengar jelas baik oleh Raka maupun Lidia. "Apa maksudmu dengan berkata seperti itu?" Sedikit lagi Lidia mungkin akan histeris. Dia menyadari tatapan Angel yang seolah menilainya dari atas sampai ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 15 • Sebuah Rasa Nyaman

    Angel tertawa setelah mendengar lelucon yang baru saja Aldi ceritakan. Secara tanpa sengaja, Yasmin dan Aldi datang bersamaan ke departemen tempatnya bekerja. Yasmin hendak mengantarkan dokumen yang sudah ditandatangani oleh Head Finance, sedangkan Aldi akan mengambil dokumen kerja sama dengan Sandira Enterprise yang seharusnya sudah rampung Angel bawa siang ini. Meski sayangnya, belum. "Bukankah sesudah makan siang tadi kamu langsung pergi ke Sandira Enterprise? Lalu, ada masalah apa, sampai kamu belum mendapatkan tanda tangan di dokumen kerja sama itu?" tanya Aldi dengan nada sedikit kesal. Seharusnya kalau dokumen tersebut sudah beres, maka dia bisa pulang tepat waktu hari ini. "Jangan memasang wajah menyebalkan seperti itu." Yasmin melemparkan setumpuk sticky note ke arah Aldi. "Lagi pula, Angel juga sudah meminta agar supervisor-nya mengirimkan personil lain sebagai ganti dirinya. Makanya, tunggu saja dengan sabar." "Iya, tapi kenapa? Maksudku, tidak biasanya kan, Angel mel

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-02
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 16 • Demi Mas Raka

    Suara notifikasi ponsel Angel tidak berhenti berbunyi, sampai akhirnya perempuan itu pun mengaktifkan mode hening. Tanpa perlu untuk memeriksa ponselnya pun, dia sudah tahu siapa yang terus menerus mengiriminya pesan. Raka bahkan menelepon ratusan kali, selama tiga hari berturut-turut. Rasanya terlalu melelahkan kalau Angel harus menanggapi semuanya satu persatu. "Kabar baiknya adalah Raka bersedia menurut, sewaktu aku katakan agar jangan pernah datang ke apartemen sebelum aku ijinkan," gumamnya, dengan terampil memilih dan memilah beberapa data. "Awas saja kalau dia sampai nekat datang." Dia baru saja mengirimkan hasil pekerjaannya tersebut melalui email, sewaktu melihat Yasmin melintas dengan begitu terburu. Dahi Angel pun mengernyit. Tumben sekali Yasmin sampai berlari-lari seperti itu. Berpikir sejenak, dia lantas mengangkat bahu. Angel lalu memasukkan kembali ponselnya ke saku dan memutuskan pergi ke kantin untuk makan siang. Namun sesampainya di sana, lagi-lagi perempuan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-02
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 17 • Hari Ulang Tahun Pernikahan

    Lidia berjalan keluar dari sebuah toko perhiasan dengan langkah bahagia. Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahannya dengan Raka yang ketiga. Dia sudah membelikan pin dasi yang terbuat dari emas dan berhiaskan berlian sebagai hadiah untuk suaminya. Selain itu, nanti Lidia juga akan memasak sendiri semua menu untuk makan malam istimewa mereka nanti. "Mas Raka pasti akan senang kalau aku masakkan makanan kesukaannya." Lidia merasa begitu bahagia dan bersemangat. "Sudah lama rasanya kami tidak makan malam romantis." Cap jay, gurami asam manis dan juga kepiting telur asin. Lidia sudah menyiapkan semua bahannya. "Mas Raka juga sudah tidak lagi tidur di ruang kerjanya dan bahkan semalam kami pun berhubungan intim," gumamnya, merasa benar-benar bahagia karena mengingat bahwa semalam suaminya sendirilah yang datang dan meminta jatah kepadanya. "Dia masih mencintaiku. Suamiku masih menginginkanku. Oh, ya ampun. Berarti memang benar, kalau semua ini gara-gara perempuan rendahan itu. Nyat

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 18 • Antara Istri atau Selingkuhan

    Bahkan tanpa berganti baju atau sekedar mencuci tangan dan kaki, Angel langsung melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Dengan posisi telungkup, perempuan cantik itu mengerang. Tidak hanya tubuhnya, tapi pikirannya pun lelah. "Ini gara-gara kedatangan orang itu," gerutunya, kembali merasa kesal apabila mengingat betapa gilanya dua hari ini. Kemarin, sewaktu Angel berjalan hendak kembali ke meja kerjanya seusai istirahat makan siang, dia berpapasan dengan Yasmin yang segera saja histeris menghampirinya. Teman kerjanya itu mengeluh dengan banyaknya file dan data, serta laporan keuangan yang perlu diperiksa ulang dan dirapikan. Tidak lama setelah itu, entah apakah semesta memang sudah mengatur demikian, Aldi datang dengan wajah seperti mayat hidup. Lelaki itu terpaksa mondar-mandir antara kantornya dengan basemen tempat penyimpanan dokumen-dokumen lama, hanya untuk mensortir surat-surat kerja sama dengan para klien sejak lima tahun ke belakang. "Dan semua itu harus sudah beres b

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03

Bab terbaru

  • PELAKOR BERKELAS   Sampai Bertemu Lagi

    Halo, Para pembaca. Kisah Adam dan Angel berakhir sampai di sini. Terima kasih atas kesediannya untuk mengikuti kisah ini dan mohon maaf karena sempat vakum cukup lama. Ada satu dan lain hal yang menjadi penyebab, termasuk masalah kesehatan. Semoga kita semua selalu sehat & bahagia, ya. Saya menyadari bahwa karya ini sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu, komentar, masukan, dan saran dari Kakak sekalian sangat saya nanti dan hargai. Sampai bertemu di kisah yang lain. Apabila berkenan, silakan mampir di igeh saya: Rae_1243. Apabila ingin berhubungan melalui wa dengan saya, silakan dm saja. Sekali lagi, terima kasih. Salam sayang, ~Rae~

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 159 • Bukanlah Sebuah Akhir

    "Tahanan 2673, silakan ke sini."Lidia berjalan dengan kepala tertunduk. Setelah berada di penjara selama nyaris tiga tahun, kini dia sudah terbiasa dengan panggilan tersebut. Namun langkahnya tiba-tiba saja terhenti, saat dia melihat siapa orang yang datang mengunjunginya."Kamu lagi. Bukankah sudah aku katakan, agar tidak mengunjungiku lagi? Tapi kenapa kamu masih juga datang terus?""Kak Lidia, ish! Jangan bersikap sekasar itu dong. Lihat, Raline jadi kaget.""Kamu juga sih, Lin. Kenapa membawa anak kecil ke penjara?""Memangnya, kenapa? Raline ini juga kan, keponakan Kakak. Lagi pula, nanti juga Kakak akan tinggal bersamanya kan?"Sejenak Lidia terdiam, lalu membuang muka. "Tidak perlu. Lupakan saja omonganmu tadi. Lagi pula, dia pasti malu karena mempunyai bibi mantan napi seperti aku ini.""Siapa bilang? Memangnya, Kakak berpikir aku akan membesarkan putriku seperti apa?""Tapi—""Tujuh tahun lagi Kakak akan bebas. Pada saat itu, aku dan Raline akan datang menjemput Kakak. Titik

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 158 • Sebuah Awal yang Baru

    Lima menit pertama Angel mengedarkan pandangan. Dia masih berusaha untuk menangkap, apa sebenarnya yang sedang terjadi.Ada Ayahnya, yang berdiri di sebelah Erin. Angel juga bisa melihat teman-teman Ayahnya, yang sebagian besar dulunya merupakan orang-orang yang salah jalan. Lalu juga ada beberapa rekan kerjanya yang dulu seperti Yasmin, Aldi, dan bahkan Pak Dimas. Kemudian Keynan serta Keke.Tidak ada terlalu banyak orang di sana, kemungkinan tidak lebih dari seratus orang. Namun, suasanya begitu meriah.Dekorasi yang ada memang mewah, tapi tidak berlebihan. Ribuan bunga yang menghiasi seluruh penjuru ruangan luas ini dan bahkan sampai menjuntai dari langit-langit, membuat Angel seolah tiba-tiba saja masuk ke sebuah negeri dongeng.Kemudian, kerlip-kerlip apa itu? Terlihat seolah ada jutaan permata yang bersembunyi di balik hiasan bunga.Bahkan sampai ada banyak kupu-kupu yang berterbangan kian kemari. Seekor kupu-kupu berwarna hijau toska kemudian terbang mendekat dan hinggap di at

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 157 • Sebuah Kejutan

    Terdengar suara desahan dari sepasang bibir Angel.Perempuan itu lebih dalam menyandarkan punggung ke kursi tempatnya duduk, sembari melemparkan pandangan ke arah jendela yang ada di sampingnya. Angel mengamati hamparan awan putih mendominasi. Seketika pikirannya pun kembali melayang ke segala hal yang telah terjadi. Tidak terasa, waktu tiga tahun pun sudah berlalu. "Padahal, rasanya seperti baru kemarin," gumamnya, mendesah. "Tapi syukurlah, setidaknya aku tidak perlu lagi bertemu dengan orang-orang itu."Raka sudah divonis penjara seumur hidup. Dari kabar terakhir yang Angel dengar, lelaki itu terlibat dalam kerusuhan yang terjadi di dalam penjara sampai mengalami luka parah.Namun, ada kabar lain lagi yang lebih mengerikan. Angel mendengar bahwa Raka sampai harus kehilangan kejantanannya. Kejantanan milik lelaki itu rupanya mengalami luka dan infeksi yang didapat dari insiden kerusuhan, sehingga akhirnya terpaksa dipotong. "Ya, Tuhan." Angel berbisik. "Aku tidak bisa membayang

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 156 • Saat Persidangan

    Raka berteriak marah. Sejak tadi dia terus menendang-nendang jeruji besi tempatnya ditahan dan baru berhenti ketika dibentak balik oleh petugas jaga. "Brengsek!" Dia mengumpat, segera setelah petugas jaga pergi. "Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kenapa?"Lelaki itu meremas-remas rambut dengan frustrasi. Dia teringat kembali dengan kejadian yang dialaminya tiga hari lalu.Waktu itu dia baru saja hendak pulang kerja, sewaktu dua orang lelaki yang tidak dikenal datang. Napasnya seketika tercekat, saat salah satu dari mereka menunjukkan surat penangkapan untuknya. Rasanya benar-benar memalukan ketika dia digelandang keluar dari gedung perusahaannya sendiri. Ditambah lagi dengan pandangan para karyawan yang ada, membuat Raka begitu ingin mengubur dirinya sendiri kala itu. "Sialan! Padahal tinggal sedikit lagi semua rencanaku bisa beres." Dia menggerutu. "Tapi kenapa malah jadi begini?"Sekarang Raka benar-benar tidak bisa berkutik. Dia tidak dapat mengelak sewaktu polisi menemukan boto

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 155 • Kemungkinan paling buruk

    "Angel, tunggu!" Mobil yang Jalu kendarai masih belum sepenuhnya berhenti, tapi Angel sudah langsung membuka pintu dan meloncat keluar. Perempuan itu seolah tidak ingin membuang waktu dan segera menyeberangi pelataran parkir. "Angel! Tunggu, Nak!" Jalu berseru percuma. Putrinya itu sekarang berlari memasuki rumah sakit tanpa menoleh sedikit pun. Dengan menggerutu, Jalu berusaha mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Lelaki itu pun segera berlari, menyusul ke arah putrinya. "Pak Jalu! Terima kasih karena sudah datang secepatnya." Dokter Brian berseru, sambil berlari-lari menyongsong Jalu. "Ada keadaan mendesak yang—" "Saya paham, Dok," potong Jalu segera. "Sebenarnya, apa yang terjadi?" "Ah, itu—" "Ayah!" seru Angel. Dia menarik-narik tangan Ayahnya dengan panik. "Ayah! Ada apa dengan Kak Erin? Kenapa sekarang Kak Erin dipindahkan ke ruang ICU? Lalu, kenapa aku tidak boleh masuk dan melihatnya?" "Angel, tenang dulu. Tenang ya, Nak." "Tapi, Ayah—" "Maaf karena saya menye

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 154 • Sebuah Kabar yang lain

    Rupanya, Adam yang menelepon. Lelaki itu memberi kabar bahwa Lidia telah memasukkan tuntutan kepada Rama ke meja hijau. Ternyata Lidia memaksa pulang paksa dari rumah sakit adalah demi mencari barang bukti. Hasilnya, dia menemukan beberapa bungkus permen aneh yang seperti beberapa kali pernah dia konsumsi, serta sebotol kecil obat pil yang bisa larut dalam air dengan cepat. "Lalu?" tanya Angel dengan hati berdebar. Berita yang disampaikan Adam kepadanya ini cukup membuatnya tegang. "Dia menghubungiku dan meminta tolong agar semua temuannya itu diperiksa. Hasilnya—" Dari ujung telepon, tarikan napas Adam terdengar begitu jelas. "Apa?" desak Angel. "Hasilnya bagaimana, Adam?" Adam masih sempat menyergah napas, sebelum menjawab, "Permen itu mengandung sejenis zat adiktif, yang apabila dikonsumsi maka akan memberikan efek ketagihan. Namun, ada beberapa zat lain yang juga terdapat di dalamnya. Untuk singkatnya, permen itu bisa dikatakan sebagai obat perangsang." "Obat, apa?" Angel

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 153 • Dering telepon

    "Ayah, sudah aku katakan kalau aku baik-baik saja!"Angel merajuk. Dia terlihat sebal dan merasa tidak suka dengan segala hal yang sekarang terpaksa dia jalani. "Lagi pula, apa-apaan sih, semua ini?""Ini untuk berjaga-jaga, Angel," ujar Jalu, dengan sabar mencoba membujuk putrinya. "Jadi, sabar dulu, ya?""Berjaga-jaga bagaimana? Lidia yang pingsan, kenapa aku juga ikut-ikutan diperiksa seperti ini?""Tetap saja, Ayah khawatir, Angel. Apalagi setelah hasil pemeriksaan Lidia akhirnya keluar. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?"Angel memukul dahinya. Perempuan itu sekarang sedikit menyesali pertemuannya dengan Lidia tadi siang. Tidak berselang lama setelah Lidia melihat bukti yang disodorkan Adam kepadanya, perempuan itu tiba-tiba saja pingsan. Entah apa yang dia lihat, tapi apa pun itu yang pasti cukup membuat Lidia shok.Mereka tentu merasa panik. Jalu dengan segera membawa Lidia ke rumah sakit terdekat, diikuti oleh Angel dan juga Adam. Sampai kemudian hasil pemeriksaan Lidi

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 152 • Semua orang ingin bahagia

    Angel sama sekali tidak percaya dengan hal yang baru saja didengarnya. "Jangan berbohong!" serunya. "Kakakku tidak mungkin melakukan hal yang semacam itu!""Apa kamu kira Kakakmu itu perempuan baik-baik, ha?" Lidia membalas disertai tawa. "Kalau kamu tidak percaya, tanyakan saja langsung kepada Raka. Yang terlebih dulu merebut Raka itu adalah Erin! Jadi, tidak salah kan, kalau aku mengambil kembali apa yang menjadi milikku?"Angel memegang kepalanya yang mendadak pusing. Hal yang diceritakan Lidia ini benar-benar di luar dugaannya. "Aku dan Raka sudah bertunangan dan sebentar lagi kami akan menikah," ujar Lidia lagi. "Lalu Kakakmu tiba-tiba datang dan merusak semuanya. Dia memaksa Raka memutuskan pertunangan kami dan otomatis pernikahan kami pun batal. Saat mendengar soal itu, penyakit jantung Ayahku kumat dan beliau meninggal seketika itu juga. Harta keluargaku habis, sampai aku pun terpaksa melakukan pekerjaan haram demi menghidupi Ibu dan adikku. Keluarga dan kebahagiaanku hancur

DMCA.com Protection Status