Beranda / Fantasi / PEDANG TIGA ELEMEN / HMT 2 - Putra Mahkota

Share

HMT 2 - Putra Mahkota

Penulis: Dewa Amour
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-23 16:19:51

25 Year Later..

Seorang pemuda tampak sedang berbaring di tengah ranjang yang sudah usang dimakan waktu. Tubuhnya dibasahi peluh dingin dengan bibirnya yang gemetaran, mengigau. Matanya masih tertutup rapat, namun bibirnya tak henti bersuara.

"Ibu ... ibu ..."

Kata itu terus keluar dari mulutnya dengan suara yang gemetaran. Sepertinya dia sedang bermimpi buruk. Bisa dilihat dari posisi tidurnya yang tampak tidak tenang.

"Ibu!!"

Dia berteriak kali ini. Sepasang netranya terbuka seketika. Tubuhnya bangkit mengambil posisi duduk di tengah ranjang dengan napasnya yang terengah-engah seperti habis berlari kencang.

"Astaga, mimpi itu lagi," gumannya pelan masih dengan napasnya yang terengah. Dia pun mengusap wajahnya. Mimpi itu. Kenapa ia selalu mengalami mimpi buruk itu?

Tak tahu sejak kapan. Seingatnya mimpi buruk itu selalu menghantui beberapa malam dalam satu pekan di tiap tidurnya. Apa arti mimpi itu? Kenapa dia sangat gelisah setiap kali terjaga dari mimpi itu?

"Lu Sicheng, kau bermimpi buruk lagi, hah?" tanya seorang pria paruh baya sembari memasuki kamarnya. Rambut dan janggutnya tampak sudah memutih, namun wajahnya masih terlihat segar dan lumayan tampan.

"Benar, Guru Li. Aku tak mengerti, kenapa mimpi itu selalu mengganggu tidurku," jawab pemuda bernama Lu Sicheng itu dengan wajah tampak cemas.

Pria yang dipanggilnya Guru Li itu pun tersenyum tipis, lantas ia mengayunkan sepasang tungkainya menghampiri pemuda dengan hanbok putih yang masih duduk di tengah ranjang.

"Lu Sicheng, apa yang kau lihat dalam mimpimu itu? Ceritakanlah," tukas Guru Li dengan tangan kanannya yang meremas satu bahu Lu Sicheng.

"Sudahlah, itu hanya mimpi. Aku tak ingin memikirkannya." Lu Sicheng tampak tak mau bercerita pada gurunya itu.

Meski dia sendiri memang sangat penasaran akan mimpinya, namun Lu Sicheng memang bukan tipikal pria yang mudah menceritakan sesuatu pada orang lain. Termasuk pria yang ia panggil dengan sebutan Guru Li itu.

Guru Li tersenyum tipis. Dia menurunkan tangannya dari bahu Lu Sicheng. Ya, dia tahu persis bagaimana sipat anak muda di sampingnya itu. Dingin dan sedikit ketus.

Lu Sicheng ini orangnya bisa dibilang seperti batu es. Itu julukkan yang diberikan oleh penduduk desa Lan Hua, desa dimana mereka tinggal. Bagaimana tidak? Lu Sicheng sedari kecil tak mudah membuka hatinya untuk berteman dengan anak sebayanya.

Dia lebih suka menyendiri. Bahkan sampai sekarang pun tetap demikian. Meski sipatnya terkesan arogan, namun tetap saja dia terlihat sangat menawan.

Apalagi para gadis di desa Lan Hua ini, mereka selalu berusaha mendekati pria batu es itu. Bagi mereka, sipat Lu Sicheng yang terkesan misterius itu membuat mereka penasaran.

Terlebih wajah Lu Sicheng yang teramat tampan dengan postur tubuh tinggi kekar, berkulit putih, rambutnya hitam panjang hampir ke pinggang. Dia terlihat berkharisma dan memukau seperti para dewa.

Sedangkan sikapnya yang dingin membuat pria berusia dua puluh enam tahun itu tampak sangat berkelas layaknya para bangsawan. Meski kadang bicaranya ketus, namun hal itu justru membuat para gadis semakin gemas padanya.

Mengagumkan!

"Lu Sicheng, aku sudah semakin tua. Sepertinya kau harus mengetahui sebuah rahasia yang selama ini aku simpan." Guru Li berkata sembari menoleh pada pemuda di sampingnya itu.

"Rahasia apa? Jangan bilang jika Guru akan menjodohkanku dengan Han Siah. Hh, gadis menor itu. Aku sama sekali tidak tertarik padanya," cela Lu Sicheng dengan nada sinisnya dan rasa percaya dirinya yang meninggi.

Guru Li terkekeh mendengar ucapan konyol muridnya itu.

"Kau ini. Siapa juga yang akan menjodohkanmu dengan gadis itu? Kau terlalu percaya diri, anak muda," ledek Guru Li masih enggan memadamkan tawanya.

Sedangkan Lu Sicheng hanya terdiam tampak mulai bosan.

"Lu Sicheng, kau tahu? Dulu aku adalah seorang Perdana Menteri di istana Dong Taiyang. Namun karena suatu pemberontakkan, aku harus meninggalkan istana dan hidup di desa terpencil ini," lanjut Guru Li kemudian.

Lu Sicheng tampak tidak tertarik dengan cerita masa lalunya itu. Pemuda itu tak bereaksi sedikit pun dari diamnya. Ekor mata Guru Li melirik pada Lu Sicheng. Sial! Bocah tengik ini tak mau mendengarkan ceritanya. Namun dia tetap melanjutkan.

"Malam itu aku dan Permaisuri Fang Yin berlarian di hutan Taiyang. Permaisuri menggendong puteranya yang baru berusia satu tahun. Setelah menjauh dari istana, sang Permaisuri menyerah karena kelelahan dan tak kuat lagi untuk melanjutkan langkahnya. Dia pun menyerahkan puteranya itu kepadaku."

Ucapan Guru Li kali ini membuat Lu Sicheng sedikit terkesiap. Pemuda itu menoleh ke arahnya seketika.

"Apa? Kenapa ceritamu itu sangat mirip dengan apa yang ada di dalam mimpiku; seorang wanita menggendong bayinya dan berlarian di tengah hutan," ucapnya dengan wajah heran.

Guru Li tersenyum tipis lantas berkata,"Apa yang ada dalam mimpimu itu adalah bayangan masa lalumu, Lu Sicheng. Rupanya Dewa Agung sudah memberimu sebuah 'titah'," ucapnya tampak bersungguh menatap dalam pada jendela hati Lu Sicheng.

"Titah Dewa? Maksudmu?" tanya Lu Sicheng masih belum bisa mencerna ucapan Guru Li padanya.

Sejenak Guru Li menarik napas. Pendar matanya kian meredup. Sesaat kemudian ia berkata lagi, "Lu Sicheng, kau adalah Putra Mahkota dari Dong Taiyang. Kau adalah putera Raja Lu Cia-Hao dan Permaisuri Fang Yin. Mimpi yang terus menghantuimu itu adalah suatu pertanda, bahwa sudah tiba saatnya bagimu membalas kematian ayahmu dan penderitaan ibumu," ringkas Guru Li.

"Apa? Aku seorang Putra Mahkota? Apa kau tidak sedang bergurau, Guru?" Lu Sicheng tersenyum sembari menggelengkan kepalanya kemudian. Apa-apaan ini? Apakah si tua bangka itu sedang mabuk? Kenapa bicaranya meracau begitu? Celotehnya hanya dalam hati.

"Dasar anak bodoh! Kau pikir aku sedang bergurau, hah? Aku bicara serius, Lu Sicheng!" Guru Li tampak marah kali ini.

Lu Sicheng segera memadamkan senyumnya. Bagaimanapun si tua bangka di hadapannya itu adalah gurunya. Orang yang sudah mengajari banyak hal padanya selama ini, termasuk jurus dan tehnik pedang yang sudah ia kuasai sekarang.

"Maaf, Guru. Aku hanya tak habis pikir saja. Jika aku seorang Putra Mahkota, lantas kenapa aku harus berada di desa terpencil ini?"

"Ceritanya panjang," jawab Guru Li. Dia menarik napas sebelum melanjutkan ucapannya. "Dahulu kerajaan Dong Taiyang dipimpin oleh ayahmu, Raja Lu Cia-Hao. Beliau adalah seorang raja yang sangat baik. Rakyat Dong Taiyang sangat makmur di bawah pemerintahannya. Namun, dua saudara tirinya yaitu, Pangeran Dilun dan Pangeran Disung telah berkhianat. Mereka mengatur sebuah pemberontakkan untuk menggulingkan sang Raja." Guru Li menoleh pada Lu Sicheng.

Pemuda itu tampak menyimak ucapannya kali ini.

"Lantas?" tanyanya dengan wajah antusias.

Guru Li mengusap jangkutnya ke bawah lantas melanjutkan ceritanya lagi,"Dua pangeran itu mengajak Jenderal Yang Jingmi untuk turut serta membantu mereka menggulingkan raja. Namun siapa sangka, ternyata Jenderal Yang juga menginginkan tahta Dong Taiyang. Setelah berhasil membunuh Raja di depan semua petinggi istana, dia pun membunuh dua pangeran serakah itu dengan sadis." Guru Li mengakhiri ceritanya.

"Lantas apa yang terjadi pada ibuku?" tanya Lu Sicheng lagi.

Guru Li menghela napas lantas berkata, "Setelah Permaisuri Fang Yin menyerahkan dirimu padaku di hutan, aku tak tahu lagi apa yang terjadi padanya. Yang aku dengar, kini Yang Jingmi telah menjadi Raja Dong Taiyang. Bisa saja Yang Jingmi menahan ibumu di istana Dong Taiyang atau membunuhnya pada malam itu juga." Guru Li meremas bahu Lu Sicheng.

Pemuda itu tampak menunduk sembari memejamkan matanya menahan emosi.

"Lu Sicheng, esok pagi berangkatlah ke Timur. Bunuh Yang Jingmi dan rebut kembali tahta kerajaan Dong Taiyang," perintah Guru Li sembari menatapnya tegas.

Lu Sicheng mengepalkan buku-buku tangannya. Amarahnya terasa mendidih seketika. Membayangkan bagaimana pria bernama Yang Jingmi itu membunuh ayahnya dan membuatnya terpisah dari ibunya.

Ya, dia harus membunuh pria itu.

Harus!

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Yeni Eria
balas dendam di mulai
goodnovel comment avatar
Kikid Sukantomo Adibroto
bagusutk di bacaa.. crita dendam ygtam Kan habis² nya... dalamsetiap masa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 3 - Ruang Rahasia

    Sang surya belum menunjukkan wajahnya. Namun Lu Sicheng sudah terjaga dari tidurnya sejak beberapa saat yang lalu. Jelas, dia tak bisa tidur tenang malam ini. Sebuah kenyataan tentang dirinya sungguh membuatnya gelisah sepanjang malam.Kenapa?Kenapa nasib buruk ini harus menimpanya. Ayahnya dibunuh oleh orang kepercaannya sendiri. Sedangkan ibunya? Dimana dia sekarang? Apakah masih hidup atau sudah tiada di tangan penghianat bernama Yang Jingmi itu.Lu Sicheng berdiri sembari menatap langit yang masih kelabu. Pikirannya sudah tak sabar menunggu pagi tiba. Kakinya sudah gatal ingin melangkah ke Timur saat ini juga. Sedangkan tangannya pun sudah menariknya untuk segera pergi. Memenggal kepala Yang Jingmi segera."Lu Sicheng, kau sudah terjaga rupanya." Suara Guru Li tak membuat pria batu es itu menoleh padanya. Dia tampak asik sendiri dengan tatapannya yang kosong.Guru Li mengulas senyum tipis. Sepasang tungkainya melaju mendekat sekitar satu meter dari jarak punggung pemuda di hadapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 4 - Pedang Suci Tiga Elemen

    Lu Sicheng mengulas senyum. Dia bangga akan dirinya sendiri. Pedang besar itu kini berada dalam genggamnya. Bobotnya lumayan berat karena terbuat dari logam suci semesta, itu yang dikatakan Guru Li.Dengan gerakan halus Lu Sicheng mulai memainkan pedang itu. Aneh. Kenapa pedang itu kini terasa ringan. Dia bukan seperti sedang menghunus sebilah pedang, melainkan sedang memainkan selembar sutera.Namun kenapa perasaannya terasa berbeda. Pedang itu seolah mendorong jiwanya untuk segera bertempur. Lu Sicheng pun segera menoleh pada Guru Li dengan tegas.TAK!PRANG!"Guru Li!" pekiknya kaget.Apa yang rerjadi? Kenapa pedang itu menyerang Guru Li tanpa ia kehendaki.Untung saja Guru Li dengan sigap segera menangkis serangan Lu Sicheng. Sekarang keduanya pun mulai bertarung adu pedang dengan sengit."Lu Sicheng, kendalikan pedang itu!" perintah Guru Li sembari menahan serangan Lu Sicheng akan dirinya."Bagaimana caranya, Guru Li? Pedang ini bergerak tanpa kehendakku!" Lu Sicheng tampak mulai

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 5 - Ratu Muda

    Bunga-bunga bermekaran indah dan mewangi pada taman yang ada di sebelah barat istana Dong Taiyang. Aneka bunga tumbuh di sana. Salah satunya bunga sakura yang sedang berbunga lebat saat ini.Istana Dong Taiyang terletak di sebelah timur gunung Huan Zhu. Gunung yang diyakini sebagai tempat bersemayam pada dewa dan leluhur. Gunung Huan Zhu memiliki ketinggian 3.776 meter dari permukaan laut. Gunung itu menjulang membelah antara Timur dan Barat.Kerajaan Dong Taiyang sendiri dulunya adalah tahta dinasti Lu yang turun temurun. Namu5 tahun berlalu pasca pemberontakkan yang terjadi. Kini dinasti Lu sudah menghilang dari ingatan semua rakyat Dong Taiyang.Gugurnya sang raja serta hilangnya sang ratu beserta putra mahkota, membuat lambat laun dinasti Lu mulai dilupakan.Kerajaan Dong Taiyang sendiri kini dipimpin oleh seorang ratu muda bernama, Yang Zhu atau Ratu Yang, begitu semua rakyat dan petinggi istana biasa menyapanya.Ratu Yang sendiri baru berusia 22 tahun. Dia terpaksa menaiki tahta

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 6 - Penculikan

    Matahari mulai mencondongkan sinarnya. Bertanda hari mulai petang. Ratu Yang dan Yihua tanpak asik menikmati perjalanan. Jalan menuju bukit Huan Zhu memang sangatlah indah. Di sana terdapat lembah-lembah bukit yang menghijau yang ditumbuhi bunga-bunga liar yang indah dan mewangi.Tak heran jika tempat ini dijuluki serambi istana langit oleh semua orang. Dari udara segar yang berhembus tercium wangi bunga Lie Mie. Bunga keabadian yang tumbuh di tebing bukit gunung Huan Zhu.Bunga Lie Mie dipercaya semua orang dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Namun bunga Lie Mie hanya mekar menjelang malam bulan purnama saja. Seperti petang ini."Wangi itu, aku sangat menyukainya," ucap Ratu Yang segera menyikap tirai pentutup jendela tandunya. Sepasang mata melihat bunga Lie Mie yang mulai bermekaran seolah menyambut kedatangannya di gunung Huan Zhu sore itu."Yihua akan meminta prajurit memetik bunga Lie Mie untuk Yang Mulia Ratu. Kemudian Yihua akan membuatkan parfum dari sari bunga suci i

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 7 - Pendekar Tampan Dari Barat

    Hari mulai gelap. Namun tampaknya sang surya enggan untuk terbenam menutup hari. Terlihat dari sinar jingganya yang masih mengapung di atas permukaan laut gunung Huan Zhu.Lu Sicheng menaiki kudanya dengan santai. Rumput di bukit Huan Zhu sangatlah hijau. Sepertinya dia harus menepi dan bermalam di tempat ini. Terlebih kudanya pun membutuhkan makan.Baru saja Lu Sicheng turun dari kudanya. Dia berjalan menuju sungai yang mengalir di antara bukit-bukit. Airnya sangat jernih. Sepertinya bisa ia gunakan untuk minum dan membersihkan diri.Bibir kemerahan pria muda itu mengulas senyum. Dia segera berjongkok di tepi sungai kecil itu. Saking jernihnya air sungai itu, dia bahkan bisa menangkap siluet dirinya di sana. Lu Sicheng menyibak rambut panjangnya ke belakang, lantas ia segera meraih air sungai dengan kedua telapak tangannya. Meminumnya serta membasuh wajahnya.Perjalanan menuju kerajaan Dong Taiyang memang sangat jauh. Sudah sepuluh hari dirinya menaiki kuda dan bermalam di beberapa t

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 8 - Bimasakti

    Jenderal Chou dan Ratu Yang menatap pada Lu Sicheng penuh harap. Sedangkan Lu Sicheng sendiri masih terdiam tampak sedang berpikir. Sepertinya para dewa memang memberikan jalan padanya untuk segera bertemu dengan pria bernama Yang Jingmi."Baik, Yang Mulia." jawab Lu Sicheng setelah hening cukup lama.Ratu Yang dan Jenderal Chou tampak tersenyum puas."Silakan, Yang Mulia." Jenderal Chou mempersilakan sang ratu untuk mulai berjalan. Sedangkan dirinya dan Lu Sicheng mengapit wanita cantik itu dari belakang.Jenderal Chou tampak langsung menyukai Lu Sicheng. Dia bertanya banyak pada pemuda itu. Namun seperti yang kita ketahui, Lu Sicheng adalah pemuda yang tak suka banyak bicara. Dia hanya menjawab secukupnya saja."Yang Mulia Ratu! Syukurlah Anda sudah kembali," sambut Perdana Menteri Han yang langsung menyambut Ratu Yang saat mereka tiba di tenda."Yang Mulia, Anda baik-baik saja?" Kali ini Yihua yang bertanya. Sepasang netranya menatap wajah sang ratu dengan cemas."Aku baik-baik saj

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 9 - Raja Iblis

    Malam tinggal sepertiganya. Rombongan Ratu Yang meninggalkan bukit Huan Zhu untuk kembali ke tenda mereka di kaki bukit.Dari atas langit malam yang gelap tampak beberapa asap hitam tebal yang terpecah ke seluruh arah. Gerakkan asap hitam itu sangat cepat. Melesat dari satu sisi ke sisi yang lain. Namun tampaknya asap hitam itu sedang mengincar tandu Ratu Yang.Tiga asap hitam itu berkumpul tepat di atas atap tandu sang ratu. Sedangkan dua lainnya mulai turun mendekati tandu. Perdana Menteri Han yang melihat hal itu sangat kaget. Raja Iblis? Dia segera turun dari kudanya. Jenderal Chou dan Lu Sicheng saling pandang heran."Hentikan perjalanan, lindung Yang Mulia!" teriak Perdana Menteri pada semua prajurit.Lu Sicheng segera turun dari kudanya. Ada apa ini? Dia tampak heran. Sedangkan Jenderal Chou segera menghunus pedangnya. Sepasang netranya memperhatikan asap hitam yang terus berterbangan di atas tandu sang ratu."Raja iblis? Mau apa mereka?" Ratu Yang berguman sembari menyikap tir

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 10 - Panglima Perang

    Panglima PerangMatahari pagi tampak baru muncul di upuk timur. Sinar jingganya begitu cerah menerpa bangunan megah nan menjulang istana Dong Taiyang. Rombongan Ratu Yang tampak memasuki gerbang tinggi istana. Karena insiden penculikkan yang di alami Ratu Yang, Perdana Menteri Han memutuskan untuk segera pulang.Setelah Lu Sicheng dan Jenderal Chou kembali membawa Ratu Yang, mereka segera meninggalkan gunung Huan Zhu. Perdana Menteri Han cemas jika mereka tetap bermalam di sana. Musuh bisa datang kapan saja, terutama di saat mereka sedang lengah.Lu Sicheng dan Jenderal Chou yang berada di barisan paling depan tampak segera turun dari kudanya. Kemudian keduanya menyambut Ratu Yang keluar dari tandunya. Para dayang segera berbaris di pelataran luas istana untuk menyambut kedatangan sang ratu.Taburan bunga serta karpet merah mereka gelar untuk ratu berjalan menuju pintu masuk istana. Jenderal Chou tersenyum sambil menoleh pada Lu Sicheng. Dia sangat senang karena mereka akhirnya tiba d

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10

Bab terbaru

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 120 - Putra Mahkota Langit

    Malam itu sedang turun salju di kayangan. Permaisuri menangis saat bayinya diambil oleh Dewa Ming. Dikecup berkali-kali wajah bayi laki-laki itu sebelum diserahkan pada Dewa Ming.Kaisar Langit hanya mengangguk dengan wajah sedih saat istrinya menoleh. Permaisuri menangis semakin cetar saat Dewa Ming melangkah pergi."Bayiku!" jerit Permaisuri. Ingin rasanya dia mengejar Dewa Ming lalu mengabil bayinya lagi.Kaisar Langit segera merangkul bahu istrinya. Dia pun amat sedih akan kehilangan Putra Mahkota. Namun, takdir semesta tak bisa dirubah. Putra Mahkota merupakan suku dewa terpilih. Dia yang kelak akan menghabisi suku iblis.Langkah Dewa Ming kian menjauh dari pintu kamar Permaisuri. Penasehat Yu dan kedua Dewa Utama mengikuti dari belakang. Bayi laki-laki itu digendong oleh Dewa Ming menuju aula istana.Sinar jingga menyambut di depan pintu saat langkah mereka nyaris keluar dari istana. Mata Dewa Ming menanggah ke langit hitam malam itu. Salju masih berjatuhan disertai embusan angi

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 119 - Kelahiran Putra Mahkota

    Elang hitam berjongkok di atas sebuah tebing di mana di bawahnya tampak seorang pria yang sedang berkuda. Sepasang manik merah itu memandangi pria berkuda di sana. Wu Xian memacu kudanya menuju kayangan. Urusannya dengan Chen Guo dan Siolang telah selesai, ia ingin kembali ke tempat asalnya yaitu alam suku dewa.Mata jeli Elang hitam masih mengintai dari atas tebing. Pangeran Agung Wu, ternyata benar jika pria itu adalah rinkarnasi Lu Sicheng dan merupakan perwujudan nyata dari Maha Dewa Ying.Ini sungguh tak masuk akal! Namun, dia melihatnya sendiri saat Wu Xian memusnahkan Chen Guo lalu mengunci Siolang sebagai roh penjaga. Itu mimpi buruk bagi suku iblis.Chen Guo telah tiada dan Siolang menjadi abdi setia suku dewa, ini sungguh sesuai rencana. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus kembali ke istana Raja Iblis dan menjadi budaknya lagi?Tidak, tidak, ini justru kesempatan baginya untuk terlepas dari belenggu Raja Iblis Xin Yi. Benar, dia bisa kembali ke tempat asal

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 118 - Kemunculan Maha Dewa Ying

    Salju berjatuhan dari langit disertai embusan angin dari Barat. Wu Xian memacu kudanya menyusuri lembah berbatu. Badai salju terlihat putih di depannya, tapi ksatria sejati tak gentar sedikit pun.Perpisahannya dengan Pedang Tiga Elemen telah menyisakan luka mendalam di hati Wu Xian. Dia telah gagal mengemban tugas dari para dewa.Meski darah dewa mengalir di tubuh, Wu Xian menyangkal akan dirinya yang merupakan reinkarnasi Lu Sicheng. Dia tak sehebat itu.Kuda hitam berlari makin kencang menembus badai salju. Wu Xian menyipitkan mata dengan pandangan yang samar.Dari kejauhan dilihatnya sekumpulan pasukan berkuda. Jumlahnya cukup banyak. Apa yang sedang mereka tunggu? Apakah perang masih belum berakhir. Wu Xian semakin kencang memacu kudanya ke depan.Di seberang, tampak pasukan yang sudah siap menunggu kedatangan musuh. Chen Guo membawa tentara iblis ke tanah Timur.Seperti yang dikatakan Elang Hitam, Pangeran Agung Wu telah memenggal kepala Raja Iblis lalu membawa tubuhnya entah ke

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 117 - Keputusan Wu Xian

    Salju putih berjatuhan dari langit kayangan. Angin cukup bersahabat sore itu. Bangunan istana langit diselimuti kabut putih dan rasa berkabung yang kental.Perang besar telah berakhir. Wu Xian dan Tiga Dewa Utama telah berhasil mengunci Naksu dalam Pedang Tiga Elemen.Peti mati berisi tubuh tanpa kepala Raja Iblis Xin Yi disimpan di dalam kuil tua yang berada di lereng bukit salju. Letaknya amat jauh dari kayangan dan alam iblis.Peti mati itu di segel oleh mantra suci Budha. Hanya orang khusus yang bisa membukanya. Setelah peti disimpan dalam ruangan bawah tanah, Wu Xian menutup mulut gua dengan mantra sakti.Tidak ada satu orang pun yang bisa memasuki gua dan menemukan peti mati Raja Iblis Xin Yi.Peti mati itu akan tersiman untuk waktu yang lama. Namun, Xin Yi memiliki keabadian. Tubuhnya tidak bisa busuk atau hancur meski terus berada di dalam peti hingga ribuan tahun."Apa rencanamu selanjutnya?" Kaisar Langit bertanya pada Wu Xian setelah hari berikutnya. Mereka tengah berdiri

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 116 - Iblis Dari Barat

    Raja Iblis Xin Yi membulatkan matanya melihat Wu Xian menuju sambil mengacungkan Pedang Tiga Elemen. Semuanya terjadi begitu cepat. Xin Yi tak sempat menghindar saat mata pedang pusaka itu mengenai lehernya.Elang Hitam yang sedang menyimak sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Wu Xian berhasil menebas leher Xin Yi. Dilihatnya kepala Raja Iblis yang menggelinding.Kaisar Langit dan Dewa Ming sangat tercengang. Mereka tak menyangka Xin Yi akan tewas di tangan Wu Xian. Namun, mereka tak boleh lengah. Raja Iblis Xin Yi bisa hidup kembali jika kepalanya tidak dipisahkan dari tubuhnya.Menyadari semua itu, Xi Wang pun segera melesat menuju Wu Xian yang masih berdiri sambil memegang pedangnya di depan tubuh Xin Yi yang sudah tergolek tanpa kepala.Wu Xian masih menatap siaga pada jasad Xin Yi. Dia tak yakin jika pria itu sudah tewas. Bisa saja ini hanya fantasi yang Xin Yi ciptakan. Sejatinya Raja Iblis amatlah licik.Cukup lama keadaan di sana menjadi hening. Hingga kemudian bayangan

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 115 - Kultifasi WuXian

    Langit kayangan masih diselimuti awan hitan dan petir. Wu Xian mengangkat sepasang matanya. Tatapan yang marah tapi juga terlihat lirih dan sendu.Di langit masih tampak ular besar Naksu yang sedang mengincar. Juga Raja Iblis Xin Yi dan Xi Wang yang juga sedang menatap ke arah Wu Xian.Kaisar Langit dan Dewa Ming hanya terdiam bak patung. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi untuk mengembalikan jiwa Dewi Quan Hie. Segalanya sudah berakhir.Setelah mengabsen wajah-wajah di sekelilingnya, Wu Xian mengembalikan pandanagnnya pada wajah pias Yang Zhu. Kemudian tangan kekar itu meraih bahunya, mengangkat jasad lemas Yang Zhu serayak bangkit.Mata Wu Xian menatap lurus ke depan. Sinar jingga keemasan tiba-tiba terpancar dari dahinya. Sinar itu memantul ke depan dan membentuk sebuah lingkaran suci.Raja Iblis Xin Yi mengepalkan buku-buku jemarinya sampai memutih. Hatinya perih melihat Wu Xian memasukan jasad Yang Zhu ke dalam lingkaran suci yang ia ciptakan.Yang Zhu, putrinya. Sebagai seor

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 114 - Binasanya Ratu Iblis Quensi

    Kabut hitam masih menutupi kayangan. Angin puting beliung meluluh lantakan segalanya. Juga gemuruh badai dan petir yang menyambar-nyambar. Wilayah kayangan diselimuti aura yang mencekam.Wu Xian masih terbaring di tengah ranjang. Dia sedang bermimpi. Mimpi di mana dirinya dan Yang Zhu sedang berada di sebuah sampan. Keduanya duduk berdampingan sambil menikmati angin sore.Yang Zhu mengatakan banyak hal padanya. Salah satunya tentang hubungan mereka yang mungkin akan segera berakhir. Quensi telah meminjam raganya dan menguasai jiwa Yang Zhu. Ini lebih buruk dari akhir dunia.Wu Xian mengusap pipi licin Yang Zhu. Juga bulir bening yang berjatuhan di kedua pipi gadis itu. Cintanya memang tak mungkin dapat berhasil di kehidupan ini. Namun, itulah takdir semesta."Kakak Cheng, jika kau telah kembali, cepat habisi Quensi dan selamatkan alam semesta. Biarlah aku terkunci bersama Naksu dalam Pedang Pusaka. Aku rela, asal keseimbangan semesta kembali baik," lirih Yang Zhu. Matanya menatap sen

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 113 - Pedang Pusaka Haus Darah

    Manik merah Xin Yi mengunci pandangan tajam Quensi. Ratu Iblis bisa saja menghabisinya saat ini juga. Dia tak boleh lengah.Quensi sudah berevolusi. Dia bukan lagi iblis kecil yang pernah datang padanya dulu, dan mengabdi.Sejak Quensi meninggalkan istana Raja Iblis, wanita itu bukan lagi sekutunya.Meski memiliki misi yang sama. Namun, Quensi tak sudi bersekutu dengan Raja Iblis yang licik itu."Kau tidak akan bisa menggabisiku, Quensi," desis Xin Yi. Kemudian dengan gerakan tak terbaca ia menyelinapkan tanganya ke balik punggung Quensi."Aarkhh!"Quensi mendongkak saat tangan Xin Yi mencengkeram tengkuk lehernya. Manik merah itu memutar ke atas, lantas melirik pada Xin Yi.Raja Iblis menyeringai tipis. Tanpa membuang waktu lagi, dia segera memukul dada Quensi.Pukulan yang telak. Ratu Iblis terpental cukup jauh. Namun, dia berhasil memulihkan lagi tenaganya. Xin Yi menatap murka saat Quensi melayang-layang di udara sambil tertawa."Raja Iblis Xin Yi, kau pikir kau sudah hebat, hah?!

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 112 - Tentara Iblis Menggempur Kayangan

    Raja Iblis Xin Yi amat murka mendengar kabar yang dibawa oleh Elang Hitam.Dewa Ming telah berhasil membawa jiwa Wu Xian dari gua iblis. Sementara, Janghue tampak diam saja sambil menikmati memori masa lalunya dengan Dewa Ming.Dengan penuh murka, Raja Iblis memerintah Xi Wang untuk mengurung Janghue dan semua klan Siluman Salju di gua iblis.Siluman Salju tak dibolehkan lagi meninggalkan gua iblis. Mereka dikurung untuk selamanya. Janghue amat sedih atas keputusan Raja Iblis Xin Yi. Klan Siluman Salju menyalahkan dirinya atas hukuman itu."Yang Mulia, aku dengar tiga dewa utama sedang berusaha membangkitkan Wu Xian. Apa tidak seharusnya kita segera menyerang kayangan sebelum Pangeran Agung Wu kembali sadar?"Xi Wang bicara pada Xin Yi. Dia baru saja kembali dari alam dewa. Berita hilangnya Ibu Suri dan Yang Zhu pun sudah ia sampaikan pada tuannya itu. Namun, sepertinya Xin Yi lebih tertarik untuk menghabisi Wu Xian.Raja Iblis sedang berdiri di tepi jembatan. Tangannya sibuk memberi

DMCA.com Protection Status