Beranda / Fantasi / PEDANG TIGA ELEMEN / HMT 8 - Bimasakti

Share

HMT 8 - Bimasakti

Penulis: Dewa Amour
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-10 15:35:39

Jenderal Chou dan Ratu Yang menatap pada Lu Sicheng penuh harap. Sedangkan Lu Sicheng sendiri masih terdiam tampak sedang berpikir. Sepertinya para dewa memang memberikan jalan padanya untuk segera bertemu dengan pria bernama Yang Jingmi.

"Baik, Yang Mulia." jawab Lu Sicheng setelah hening cukup lama.

Ratu Yang dan Jenderal Chou tampak tersenyum puas.

"Silakan, Yang Mulia." Jenderal Chou mempersilakan sang ratu untuk mulai berjalan. Sedangkan dirinya dan Lu Sicheng mengapit wanita cantik itu dari belakang.

Jenderal Chou tampak langsung menyukai Lu Sicheng. Dia bertanya banyak pada pemuda itu. Namun seperti yang kita ketahui, Lu Sicheng adalah pemuda yang tak suka banyak bicara. Dia hanya menjawab secukupnya saja.

"Yang Mulia Ratu! Syukurlah Anda sudah kembali," sambut Perdana Menteri Han yang langsung menyambut Ratu Yang saat mereka tiba di tenda.

"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?" Kali ini Yihua yang bertanya. Sepasang netranya menatap wajah sang ratu dengan cemas.

"Aku baik-baik saja. Jangan cemas." Ratu Yang tersenyum.

Perdana Menteri Han dan Yihua sangat lega mendengarnya. Kemudian keduanya menoleh pada pria tampan yang berdiri bersisian dengan Jenderal Chou.

"Yang Mulia, siapa pemuda tampan itu? Apakah dia seorang Dewa yang sudah menolongmu?" bisik Yihua pada Ratu Yang. Dari caranya bicara, gadis itu sedang menggoda sang ratu.

Ratu Yang tersenyum tipis kemudian berkata, "Ya, dia yang menolongku. Namanya Lu Sicheng. Dia datang dari Barat," jawab sang ratu dengan berbisik. Keduanya pun tertawa kecil kemudian.

Lu Sicheng yang diam-diam melihat hal itu hanya tersenyum tipis.

"Wah, siapa pendekar tampan ini? Aku baru melihatnya!" tanya Perdana Menteri Han pada Jenderal Chou, lantas menoleh pada Lu Sicheng. Wajah pemuda itu terasa tidak asing baginya.

"Perdana Menteri, Pemuda ini yang telah menyelamatkan Yang Mulia Ratu. Namanya Lu Sicheng, dia datang dari Barat," jawab Jenderal Chou sembari tersenyum. Tangannya menepuk satu bahu Lu Sicheng dengan rasa bangga.

Lu Sicheng segera membungkuk memberi hormat pada Perdana Menteri Han. Pria tua itu pun tersenyum padanya. Dia memperhatikan pemuda di hadapannya itu. Entahlah, wajah pemuda ini seperti tak asing baginya. Namun ia lupa, dimana pernah melihat wajah itu.

Setelah jembatan selesai diperbaiki, para rombongan ratu pun mulai melanjutkan perjalanan menuju bukit tinggi gunung Huan Zhu. Jenderal Chou dan Lu Sicheng menaiki kudanya dan berada di barisan paling depan.

"Hei, Yang Mulia. Yihua rasa pemuda itu sangat baik dan tampan. Namun wajahnya sangat dingin," ucap Yihua pada Ratu Yang saat keduanya duduk bersisian di dalam tandu.

"Ya, dia memang sangat tampan namun sangat dingin pula. Bahkan dia seperti batu es. Tapi dia sangat pandai jurus pedang. Kau tahu, Yihua? Pangeran Tong Yi sampai lari terbirit-birit karenanya," ucap Ratu Yang, lantas tertawa kecil kemudian.

"Oh, astaga. Jika benar begitu, sepertinya si batu es itu cocok untuk menjadi Raja Dong Taiyang." Yihua tersenyum jahil pada Ratu Yang. Membuat pipi sang ratu bersemu merah karenanya.

"Kau ini," ucapnya malu-malu. Dia pun menyikap sedikit tirai tandunya. Terlihat punggung Lu Sicheng yang sedang menaiki kudanya. Bibir merah Ratu Yang mengulas senyum tipis.

Sedangkan Yihua hanya mengulum senyumnya melihat tingkah sang ratu.

Malam pun tiba. Rombongan Ratu Yang akhirnya sampai di puncak bukit gunung Huan Zhu. Para prajurit segera mendirikan tenda untuk mereka bermalam. Sedangkan Lu Sicheng dan Jenderal Chou tampak sedang menyalakan api unggun di bawah sebatang pohon besar.

Udara dingin bukit Huan Zhu bisa saja membuat tubuh mereka membeku.

"Adik Lu, katakan padaku. Apa yang membuatmu datang ke Timur?" tanya Jenderal Chou saat dirinya duduk bersisian dengan Lu Sicheng. Api unggun mulai berkobar. Suasana di bukit menjadi lebih hangat.

"Tak ada. Aku hanya mengembara saja," jawab Lu Sicheng singkat.

Jenderal Chou tersenyum tipis. Sebenarnya pemuda di sampingnya itu sangat dingin dan menyebalkan. Namun entah kenapa dirinya seperti menyukai sipat pemuda itu. Lu Sicheng tidak terlihat seperti rakyat jelata. Wajah dan sikap pemuda itu lebih mencirikan garis keturunan seorang bangsawan.

Siapa sebenarnya pemuda ini? Jenderal Chou hanya bertanya dalam hati. Mereka pun duduk bersama tanpa obrolan.

Sedangkan Ratu Yang dan Yihua sedang bersiap-siap di dalam tenda. Malam semakin larut. Gugusan bintang Bimasakti akan muncul tengah malam nanti. Mereka harus menyiapkan segalanya dari sekarang.

"Lu Sicheng, ikutlah denganku mengawal Yang Mulia Ratu melihat bintang," ajak Jenderal Chou pada Lu Sicheng yang sedang bersandar di bawah pohon besar menghadap api unggun. Pemuda itu hampir saja terlelap.

"Melihat bintang?" tanya Lu Sicheng tampak tak yakin. Apakah dia tak salah dengar? Tengah malam begini mau melihat bintang? Gumannya dalam hati.

"Benar. Ayo ikut!" ajak Jenderal Chou setengah memaksa.

"Baiklah." Meski malas akhirnya Lu Sicheng pun bangkit. Keduanya segera berjalan menuju rombongan Ratu Yang.

Sang ratu melihat Lu Sicheng dari balik tirai tandunya yang tipis. Bibirnya mengulas senyum sipu. Dia senang karena Lu Sicheng mau mengawalnya. Yihua yang melihat hal itu hanya mengulum senyumnya. Cinta memang gila. Sang ratu sampai hilang wibawa karenanya, pikirnya.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit. Akhirnya mereka pun tiba di atas puncak di mana biasa Ratu Yang melihat bintang. Lu Sicheng dan Jenderal Chou mengikat tali kuda mereka pada sebuah batang pohon, lantas segera menghampiri tandu Ratu Yang.

"Silakan, Yang Mulia." Jenderal Chou mempersilakan Ratu Yang keluar dari tandunya. Dia dan Lu Sicheng membungkuk dengan hormat.

Ratu Yang segera melangkah. Ekor matanya melirik pada Lu Sicheng yang sedang menunduk padanya. Dia terus asik memandangi pemuda itu sampai tidak konsentrasi berjalan. Akibatnya ia tersandung dan hampir saja terjatuh.

"Yang Mulia!" pekik Yihua melihat Ratu Yang tergelincir di depan tandunya. Perdana Menteri Han dan yang lain tampak kaget sekaligus cemas dibuatnya. Beruntung Lu Sicheng dengan sigap segera menyanggah sang ratu agar tidak terjatuh.

Ratu Yang memandangi wajah Lu Sicheng. Tubuhnya berada dalam dekapan pria dingin itu. Lu Sicheng pun membalas tatapannya. Keduanya saling berbagi pandangan sesaat, sampai akhirnya Lu Sicheng segera melepaskan sang ratu. Astaga, apa ini? Dia bisa dipenggal nanti, pikir Lu Sicheng dengan salah tingkah.

"Maafkan hamba, Yang Mulia." Lu Sicheng menunduk pada Ratu Yang. Dia sudah memeluk sang ratu untuk kedua kalinya. Tidak dibunuh di tempat ini pun masih beruntung, pikirnya.

"Tak apa, Lu Sicheng. Aku yang seharusnya berterima kasih padamu," tukas Ratu Yang.

Sang ratu tersenyum manis pada pemuda dengan hanbok hitam di hadapannya itu. Kemudian dia kembali melanjutkan langkahnya. Yihua segera menyusul bersama beberapa dayang. Sementara Lu Sicheng masih belum berani untuk mengangkat wajahnya. Pemuda itu hanya mengangguk.

Jenderal Chou tersenyum kagum lalu menepuk bahu Lu Sicheng dengan rasa bangga. "Ayo!" ucapnya kemudian.

Lu Shiceng hanya mengangguk dan segera mengikutinya.

Tengah malam pun tiba. Ratu Yang dan Yihua tampak mulai melakukan sebuah ritual. Mereka menaburkan bunga yang dibawa para dayang pada lembah tepi jurang. Tak lama kemudian gugusan bintang muncul di atas langit hitam malam.

"Bimasakti?"

Lu Sicheng terkagum-kagum melihat gugusan bintang itu. Sungguh indah. Jenderal Chou yang berdiri di sampingnya ikut memandangi langit bersamanya. Sedangkan Ratu Yang dan Yihua tampak tertawa bahagia sembari memandangi gugusan bintang itu.

"Kau tahu, Lu Sicheng? Sejak kematian Ayahnya, Yang Mulia Ratu selalu bersedih. Tapi malam ini dia tampak sangat bahagia. Itulah sebabnya, mengapa kami selalu menuruti keinginannya untuk datang ke tempat ini hanya untuk melihat bintang saja," tukas Perdana Menteri Han yang baru saja berdiri di samping Lu Sicheng.

Jenderal Chou mengangguk membenarkan.

"Apa? Jadi Yang Mulia telah kehilangan Ayahnya?" tanya Lu Sicheng sembari menoleh pada Perdana Menteri Han. Dia terlihat sangat terkejut mendengar hal itu.

"Benar, Yang Mulia Raja Yang Jingmi telah tiada. Itulah sebabnya di usianya yang masih muda, Tuan Puteri Yang Zhu harus menggantikan Ayahnya menaiki tahta kerajaan Dong Taiyang."

Apa?

Sepasang netra Lu Sicheng membulat sempurna. Alangkah terkejutnya dia mendengar Yang Jingmi telah tiada. Bukankah seharusnya dirinya yang membunuh pria itu? Sekarang bagaimana? Apa yang harus ia lakukan? Tujuannya datang ke Timur tak lain hanya untuk membunuh Yang Jingmi.

Ekor matanya melirik pada Ratu Yang di sana. Wanita itu tampak sedang tertawa bahagia bersama para dayangnya. Ya, gadis itu adalah puteri dari Yang Jingmi. Apakah dia saja yang ia bunuh untuk membalaskan dendamnya?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Kikid Sukantomo Adibroto
crita menarik.. lanjutkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 9 - Raja Iblis

    Malam tinggal sepertiganya. Rombongan Ratu Yang meninggalkan bukit Huan Zhu untuk kembali ke tenda mereka di kaki bukit.Dari atas langit malam yang gelap tampak beberapa asap hitam tebal yang terpecah ke seluruh arah. Gerakkan asap hitam itu sangat cepat. Melesat dari satu sisi ke sisi yang lain. Namun tampaknya asap hitam itu sedang mengincar tandu Ratu Yang.Tiga asap hitam itu berkumpul tepat di atas atap tandu sang ratu. Sedangkan dua lainnya mulai turun mendekati tandu. Perdana Menteri Han yang melihat hal itu sangat kaget. Raja Iblis? Dia segera turun dari kudanya. Jenderal Chou dan Lu Sicheng saling pandang heran."Hentikan perjalanan, lindung Yang Mulia!" teriak Perdana Menteri pada semua prajurit.Lu Sicheng segera turun dari kudanya. Ada apa ini? Dia tampak heran. Sedangkan Jenderal Chou segera menghunus pedangnya. Sepasang netranya memperhatikan asap hitam yang terus berterbangan di atas tandu sang ratu."Raja iblis? Mau apa mereka?" Ratu Yang berguman sembari menyikap tir

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 10 - Panglima Perang

    Panglima PerangMatahari pagi tampak baru muncul di upuk timur. Sinar jingganya begitu cerah menerpa bangunan megah nan menjulang istana Dong Taiyang. Rombongan Ratu Yang tampak memasuki gerbang tinggi istana. Karena insiden penculikkan yang di alami Ratu Yang, Perdana Menteri Han memutuskan untuk segera pulang.Setelah Lu Sicheng dan Jenderal Chou kembali membawa Ratu Yang, mereka segera meninggalkan gunung Huan Zhu. Perdana Menteri Han cemas jika mereka tetap bermalam di sana. Musuh bisa datang kapan saja, terutama di saat mereka sedang lengah.Lu Sicheng dan Jenderal Chou yang berada di barisan paling depan tampak segera turun dari kudanya. Kemudian keduanya menyambut Ratu Yang keluar dari tandunya. Para dayang segera berbaris di pelataran luas istana untuk menyambut kedatangan sang ratu.Taburan bunga serta karpet merah mereka gelar untuk ratu berjalan menuju pintu masuk istana. Jenderal Chou tersenyum sambil menoleh pada Lu Sicheng. Dia sangat senang karena mereka akhirnya tiba d

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 11 - Kedatangan Pangeran Lin Jiang

    Lu Sicheng masih terdiam untuk berpikir. Ekor matanya menoleh kemudian pada Jenderal Chou. Pria itu memberinya sebuah anggukkan sembari tersenyum. Dari pendar matanya Lu Sicheng melihat jika Jenderal Chou berharap dirinya menerima tawaran Ratu Yang."Maaf, Yang Mulia. Apakah ini tidak terlalu cepat Anda putuskan? Anda baru saja mengenal hamba," tukas Lu Sicheng pada Ratu Yang tanpa berani menatapnya.Ratu Yang mengulas senyum. Pemuda di hadapannya itu sungguh sangat mengagumkan. Entah kenapa dirinya serasa menyukai Lu Sicheng. Terlebih pemuda tampan itu telah muncul dalam mimpinya."Lu Sicheng, aku yakin padamu. Aku ingin kau mau menerima tawaran ini. Kerajaan Dong Taiyang membutuhkan orang sepertimu," ucap Ratu Yang. Suaranya terdengar sangat lembut dan manja."Tapi, Yang Mulia ..." Lu Sicheng tampak menunjukkan rasa ragunya."Adik Lu, terimalah tawaran Yang Mulia. Aku sangat senang jika kau bisa mengabdi pada kerajaan Dong Taiyang." kali ini Jenderal Chou yang berkata.Ratu Yang men

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 12 - Calon Suami Ratu Yang

    Lu Sicheng sedang berendam di kolam pemandian istana. Kolam pemandian itu berada di belakang istana, tepatnya di tengah taman. Tempatnya tertutup oleh pagar dari pepohonan kecil yang rimbun.Dia bersandar sembari memejamkan matanya. Membiarkan air hangat menenggelamkan setengah tubuhnya. Hubungan istinewa? Astaga, kenapa ia menjadi gelisah? Ucapan Jenderal Chou terus terngiang-ngiang di telinganya.Tidak. Ratu Yang tak boleh menikah dengan siapa pun! Dan jika Ratu Yang sampai menikah dengan teman kecilnya itu, lantas bagaimana dirinya merebut tahta kerajaan Dong Taiyang? Namun Lu Sicheng juga bingung memikirkan cara untuk merebut tahta kerajaan. Sementara dia tak mungkin memberontak. Karena itu bukan sipat seorang ksatria sejati.Sedang gelisah Lu Sicheng sendiri, tiba-tiba datang seekor burung merpati yang hinggap di tepi kolam pemandian dimana dirinya berada.Lu Sicheng melihat burung merpati itu. Dan tak lama kemudian burung itu menjelma menjadi seorang pria paruh baya."Guru Li!"

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 13 - Demam Asmara

    Dengan penuh emosi Lu Sicheng segera bangkit dari bangkunya. Dia mengepalkan buku-buku tangannya dengan bibirnya yang gemetaran. Rasa amarahnya ingin segera diledakkan sekarang juga."Panglima Lu, ada apa?" Jenderal Chou segera bangkit karena merasa heran dengan sikap Lu Sicheng.Lu Sicheng segera tersadar dari fantasinya. Semua orang sedang menoleh padanya, termasuk Ratu Yang. Wanita cantik itu tampak cemas menatapnya.Astaga, dia baru saja berfantasi jika Pangeran Lin Jiang melamar Ratu Yang di ruangan itu. Sial! Pipinya memerah menahan malu. Lu Sicheng hanya menoleh pada Jenderal Chou, lantas duduk kembali."Kau baik-baik saja, Panglima Lu?" tanya Ratu Yang tampak cemas. Penasehat Bai Jue dan Perdana Menteri Han ikut menunggu jawaban dari Lu Sicheng. Tadi pemuda itu tiba-tiba berdiri di hadapan Ratu Yang. Tentu saja semua orang menjadi kaget dan heran. Sedangkan Pangeran Lin Jiang hanya menatap jengah pada Lu Sicheng."Hamba baik-baik saja, Yang Mulia. Maaf," sesal Lu Sicheng semb

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-12
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 14 - Lukisan Cinta

    Hong Ri berjalan cepat menuju kamar Lu Sicheng bersama seorang tabib. Di belakangnya tampak Pangeran Lin Jiang, Perdana Menteri Han dan Penasehat Bai Jue yang juga sedang menuju kamar Lu Sicheng. Pangeran Lin Jiang sudah mengatakan pada Perdana Menteri Han dan Bai Jue, jika Lu Sicheng sedang sakit.Pangeran Lin Jiang tak menyangka dua petinggi istana itu sangat cemas dan bergegas ingin melihat keadaan Lu Sicheng. Padahal awalnya Pangeran Lin Jiang ingin menghasut dua orang penting itu untuk membenci Lu Sicheng.Apa sih, hebatnya pendekar dari Barat itu? Sampai-sampai Ratu Yang dan para petinggi istana begitu perhatian padanya. Hh, Pangeran Lin Jiang tampak kesal sepanjang perjalanan menuju kamar Lu Sicheng yang berada di dalam bangunan paling ujung timur di istana Dong Taiyang."Permisi semuanya, Tabib Yu mau lewat. Ups!" Hong Ri kaget bukan main melihat Ratu Yang tampak sedang mengompres Lu Sicheng dengan telaten. Saking kagetnya pemuda itu sampai membungkam mulutnya dengan kedua tela

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-12
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 15 - Sebuah Ancaman

    Langit terlihat kelabu pagi ini. Angin berhembus dingin menusuk ke tulang. Ratu Yang masih berada di kamarnya. Sedangkan di atas atap istana tampak seekor burung gagak hitam yang sedang hinggap.Burung gagak hitam itu memandangi aktivitas para prajurit di sekitar istana. Manik matanya tajam seolah sedang mengincar seseorang. Burung itu menatap buas pada Jenderal Chou yang tampak sedang berbicara pada beberapa prajurit.Burung gagak hitam itu pun terus memperhatikan sang jenderal. Sampai saat pria itu berjalan menuju kamar Lu Sicheng. Si burung gagak segera terbang dan hinggap di atas atap kamar Lu Sicheng."Adik Lu, Yang Mulia Ratu memintamu untuk menemuinya di kamarnya," tukas Jenderal Chou pada Lu Sicheng yang sedang memainkan pedangnya di teras belakang.Hong Ri yang sedang menikmati secangkir teh sembari memperhatikan Lu Sicheng berlatih di teras, tampak kaget mendengar ucapan Jenderal Chou barusan. "Apa? Yang Mulia Ratu memanggil Panglima Lu untuk datang ke kamarnya? " ucapnya de

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-13
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 16 - Danau Taiyang

    Hari mulai siang, namun cuaca tampak sejuk karena langit sedikit mendung. Rombongan Ratu Yang tampak mulai keluar dari pintu gerbang istana Dong Taiyang. Ratu Yang menyikap tirai tandunya. Sepasang netranya memindai semua arah. Dimana Lu Sicheng? Kenapa dia tidak melihatnya?"Yang Mulia, apa yang membuat Anda gelisah? tanya Yihua yang duduk di samping sang ratu.Ratu Yang hanya menggelengkan kepala dengan wajah cemas. Di mana Lu Sicheng? Apakah dia tidak ikut dengan mereka? Ratu Yang tak bisa tenang sebelum ia melihat Lu Sicheng."Jenderal Chou, di mana Lu Sicheng? Aku tidak melihatnya," tukas Ratu Yang memberi wajah cemas pada Jenderal Chou lewat tirai jendela tandunya."Entahlah, Yang Mulia. Hamba pun tidak melihatnya," jawab Jenderal Chou. Dia pun sama cemasnya dengan Ratu Yang.Sedangkan Pangeran Lin Jiang tampak tersenyum miring mendengar Ratu Yang menanyakan Lu Sicheng. Mungkin pemuda itu takut pada ancamannya tadi, pikirnya puas."Mungkin pemuda itu sedang mengencani para dayan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-13

Bab terbaru

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 120 - Putra Mahkota Langit

    Malam itu sedang turun salju di kayangan. Permaisuri menangis saat bayinya diambil oleh Dewa Ming. Dikecup berkali-kali wajah bayi laki-laki itu sebelum diserahkan pada Dewa Ming.Kaisar Langit hanya mengangguk dengan wajah sedih saat istrinya menoleh. Permaisuri menangis semakin cetar saat Dewa Ming melangkah pergi."Bayiku!" jerit Permaisuri. Ingin rasanya dia mengejar Dewa Ming lalu mengabil bayinya lagi.Kaisar Langit segera merangkul bahu istrinya. Dia pun amat sedih akan kehilangan Putra Mahkota. Namun, takdir semesta tak bisa dirubah. Putra Mahkota merupakan suku dewa terpilih. Dia yang kelak akan menghabisi suku iblis.Langkah Dewa Ming kian menjauh dari pintu kamar Permaisuri. Penasehat Yu dan kedua Dewa Utama mengikuti dari belakang. Bayi laki-laki itu digendong oleh Dewa Ming menuju aula istana.Sinar jingga menyambut di depan pintu saat langkah mereka nyaris keluar dari istana. Mata Dewa Ming menanggah ke langit hitam malam itu. Salju masih berjatuhan disertai embusan angi

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 119 - Kelahiran Putra Mahkota

    Elang hitam berjongkok di atas sebuah tebing di mana di bawahnya tampak seorang pria yang sedang berkuda. Sepasang manik merah itu memandangi pria berkuda di sana. Wu Xian memacu kudanya menuju kayangan. Urusannya dengan Chen Guo dan Siolang telah selesai, ia ingin kembali ke tempat asalnya yaitu alam suku dewa.Mata jeli Elang hitam masih mengintai dari atas tebing. Pangeran Agung Wu, ternyata benar jika pria itu adalah rinkarnasi Lu Sicheng dan merupakan perwujudan nyata dari Maha Dewa Ying.Ini sungguh tak masuk akal! Namun, dia melihatnya sendiri saat Wu Xian memusnahkan Chen Guo lalu mengunci Siolang sebagai roh penjaga. Itu mimpi buruk bagi suku iblis.Chen Guo telah tiada dan Siolang menjadi abdi setia suku dewa, ini sungguh sesuai rencana. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus kembali ke istana Raja Iblis dan menjadi budaknya lagi?Tidak, tidak, ini justru kesempatan baginya untuk terlepas dari belenggu Raja Iblis Xin Yi. Benar, dia bisa kembali ke tempat asal

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 118 - Kemunculan Maha Dewa Ying

    Salju berjatuhan dari langit disertai embusan angin dari Barat. Wu Xian memacu kudanya menyusuri lembah berbatu. Badai salju terlihat putih di depannya, tapi ksatria sejati tak gentar sedikit pun.Perpisahannya dengan Pedang Tiga Elemen telah menyisakan luka mendalam di hati Wu Xian. Dia telah gagal mengemban tugas dari para dewa.Meski darah dewa mengalir di tubuh, Wu Xian menyangkal akan dirinya yang merupakan reinkarnasi Lu Sicheng. Dia tak sehebat itu.Kuda hitam berlari makin kencang menembus badai salju. Wu Xian menyipitkan mata dengan pandangan yang samar.Dari kejauhan dilihatnya sekumpulan pasukan berkuda. Jumlahnya cukup banyak. Apa yang sedang mereka tunggu? Apakah perang masih belum berakhir. Wu Xian semakin kencang memacu kudanya ke depan.Di seberang, tampak pasukan yang sudah siap menunggu kedatangan musuh. Chen Guo membawa tentara iblis ke tanah Timur.Seperti yang dikatakan Elang Hitam, Pangeran Agung Wu telah memenggal kepala Raja Iblis lalu membawa tubuhnya entah ke

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 117 - Keputusan Wu Xian

    Salju putih berjatuhan dari langit kayangan. Angin cukup bersahabat sore itu. Bangunan istana langit diselimuti kabut putih dan rasa berkabung yang kental.Perang besar telah berakhir. Wu Xian dan Tiga Dewa Utama telah berhasil mengunci Naksu dalam Pedang Tiga Elemen.Peti mati berisi tubuh tanpa kepala Raja Iblis Xin Yi disimpan di dalam kuil tua yang berada di lereng bukit salju. Letaknya amat jauh dari kayangan dan alam iblis.Peti mati itu di segel oleh mantra suci Budha. Hanya orang khusus yang bisa membukanya. Setelah peti disimpan dalam ruangan bawah tanah, Wu Xian menutup mulut gua dengan mantra sakti.Tidak ada satu orang pun yang bisa memasuki gua dan menemukan peti mati Raja Iblis Xin Yi.Peti mati itu akan tersiman untuk waktu yang lama. Namun, Xin Yi memiliki keabadian. Tubuhnya tidak bisa busuk atau hancur meski terus berada di dalam peti hingga ribuan tahun."Apa rencanamu selanjutnya?" Kaisar Langit bertanya pada Wu Xian setelah hari berikutnya. Mereka tengah berdiri

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 116 - Iblis Dari Barat

    Raja Iblis Xin Yi membulatkan matanya melihat Wu Xian menuju sambil mengacungkan Pedang Tiga Elemen. Semuanya terjadi begitu cepat. Xin Yi tak sempat menghindar saat mata pedang pusaka itu mengenai lehernya.Elang Hitam yang sedang menyimak sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Wu Xian berhasil menebas leher Xin Yi. Dilihatnya kepala Raja Iblis yang menggelinding.Kaisar Langit dan Dewa Ming sangat tercengang. Mereka tak menyangka Xin Yi akan tewas di tangan Wu Xian. Namun, mereka tak boleh lengah. Raja Iblis Xin Yi bisa hidup kembali jika kepalanya tidak dipisahkan dari tubuhnya.Menyadari semua itu, Xi Wang pun segera melesat menuju Wu Xian yang masih berdiri sambil memegang pedangnya di depan tubuh Xin Yi yang sudah tergolek tanpa kepala.Wu Xian masih menatap siaga pada jasad Xin Yi. Dia tak yakin jika pria itu sudah tewas. Bisa saja ini hanya fantasi yang Xin Yi ciptakan. Sejatinya Raja Iblis amatlah licik.Cukup lama keadaan di sana menjadi hening. Hingga kemudian bayangan

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 115 - Kultifasi WuXian

    Langit kayangan masih diselimuti awan hitan dan petir. Wu Xian mengangkat sepasang matanya. Tatapan yang marah tapi juga terlihat lirih dan sendu.Di langit masih tampak ular besar Naksu yang sedang mengincar. Juga Raja Iblis Xin Yi dan Xi Wang yang juga sedang menatap ke arah Wu Xian.Kaisar Langit dan Dewa Ming hanya terdiam bak patung. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi untuk mengembalikan jiwa Dewi Quan Hie. Segalanya sudah berakhir.Setelah mengabsen wajah-wajah di sekelilingnya, Wu Xian mengembalikan pandanagnnya pada wajah pias Yang Zhu. Kemudian tangan kekar itu meraih bahunya, mengangkat jasad lemas Yang Zhu serayak bangkit.Mata Wu Xian menatap lurus ke depan. Sinar jingga keemasan tiba-tiba terpancar dari dahinya. Sinar itu memantul ke depan dan membentuk sebuah lingkaran suci.Raja Iblis Xin Yi mengepalkan buku-buku jemarinya sampai memutih. Hatinya perih melihat Wu Xian memasukan jasad Yang Zhu ke dalam lingkaran suci yang ia ciptakan.Yang Zhu, putrinya. Sebagai seor

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 114 - Binasanya Ratu Iblis Quensi

    Kabut hitam masih menutupi kayangan. Angin puting beliung meluluh lantakan segalanya. Juga gemuruh badai dan petir yang menyambar-nyambar. Wilayah kayangan diselimuti aura yang mencekam.Wu Xian masih terbaring di tengah ranjang. Dia sedang bermimpi. Mimpi di mana dirinya dan Yang Zhu sedang berada di sebuah sampan. Keduanya duduk berdampingan sambil menikmati angin sore.Yang Zhu mengatakan banyak hal padanya. Salah satunya tentang hubungan mereka yang mungkin akan segera berakhir. Quensi telah meminjam raganya dan menguasai jiwa Yang Zhu. Ini lebih buruk dari akhir dunia.Wu Xian mengusap pipi licin Yang Zhu. Juga bulir bening yang berjatuhan di kedua pipi gadis itu. Cintanya memang tak mungkin dapat berhasil di kehidupan ini. Namun, itulah takdir semesta."Kakak Cheng, jika kau telah kembali, cepat habisi Quensi dan selamatkan alam semesta. Biarlah aku terkunci bersama Naksu dalam Pedang Pusaka. Aku rela, asal keseimbangan semesta kembali baik," lirih Yang Zhu. Matanya menatap sen

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 113 - Pedang Pusaka Haus Darah

    Manik merah Xin Yi mengunci pandangan tajam Quensi. Ratu Iblis bisa saja menghabisinya saat ini juga. Dia tak boleh lengah.Quensi sudah berevolusi. Dia bukan lagi iblis kecil yang pernah datang padanya dulu, dan mengabdi.Sejak Quensi meninggalkan istana Raja Iblis, wanita itu bukan lagi sekutunya.Meski memiliki misi yang sama. Namun, Quensi tak sudi bersekutu dengan Raja Iblis yang licik itu."Kau tidak akan bisa menggabisiku, Quensi," desis Xin Yi. Kemudian dengan gerakan tak terbaca ia menyelinapkan tanganya ke balik punggung Quensi."Aarkhh!"Quensi mendongkak saat tangan Xin Yi mencengkeram tengkuk lehernya. Manik merah itu memutar ke atas, lantas melirik pada Xin Yi.Raja Iblis menyeringai tipis. Tanpa membuang waktu lagi, dia segera memukul dada Quensi.Pukulan yang telak. Ratu Iblis terpental cukup jauh. Namun, dia berhasil memulihkan lagi tenaganya. Xin Yi menatap murka saat Quensi melayang-layang di udara sambil tertawa."Raja Iblis Xin Yi, kau pikir kau sudah hebat, hah?!

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 112 - Tentara Iblis Menggempur Kayangan

    Raja Iblis Xin Yi amat murka mendengar kabar yang dibawa oleh Elang Hitam.Dewa Ming telah berhasil membawa jiwa Wu Xian dari gua iblis. Sementara, Janghue tampak diam saja sambil menikmati memori masa lalunya dengan Dewa Ming.Dengan penuh murka, Raja Iblis memerintah Xi Wang untuk mengurung Janghue dan semua klan Siluman Salju di gua iblis.Siluman Salju tak dibolehkan lagi meninggalkan gua iblis. Mereka dikurung untuk selamanya. Janghue amat sedih atas keputusan Raja Iblis Xin Yi. Klan Siluman Salju menyalahkan dirinya atas hukuman itu."Yang Mulia, aku dengar tiga dewa utama sedang berusaha membangkitkan Wu Xian. Apa tidak seharusnya kita segera menyerang kayangan sebelum Pangeran Agung Wu kembali sadar?"Xi Wang bicara pada Xin Yi. Dia baru saja kembali dari alam dewa. Berita hilangnya Ibu Suri dan Yang Zhu pun sudah ia sampaikan pada tuannya itu. Namun, sepertinya Xin Yi lebih tertarik untuk menghabisi Wu Xian.Raja Iblis sedang berdiri di tepi jembatan. Tangannya sibuk memberi

DMCA.com Protection Status