Hari mulai petang.Ratu Yang berada di kamarnya. Dia tampak sedang duduk di tengah ranjang ditemani oleh Yihua. Usai insiden di danau tadi, Pangeran Lin Jiang segera memerintahkan rombongan untuk segera kembali ke istana. Kemunculan iblis di danau menandakan tempat itu tidak aman untuk Ratu Yang.Para tabib tampak memenuhi kamar Ratu Yang. Bahkan di sana juga tampak Penasehat Bai Jue dan Perdana Menteri Han. Keduanya tampak mencemaskan Ratu Yang. Tentu saja.Sedangkan Pangeran Lin Jiang tampak sedang berdiri di ambang pintu kamar Ratu Yang. Pria itu sedang bicara dengan beberapa petinggi istana yang lain. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Bisa jadi kejadian di danau tadi, di mana Lu Sicheng menyentuh bibir Ratu Yang.Sebenarnya Lu Sicheng melakukan hal itu karena melihat kondisi sang ratu yang tampak kritis. Memberikan napas buatan adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kesadaran Ratu Yang. Namun hal itu jelas salah di mata para petinggi istana. Lu Sicheng tidak pantas mel
Hari-hari terus berganti. Sudah hampir tiga pekan sejak kejadian di danau Taiyang. Raja Iblis Xin Yi sangat murka karena Hao Qie telah gagal mencelakai Lu Sicheng. Alih-alih pesuruhnya itu hampir membuat Ratu Yang tiada. Karena rasa amarahnya, Raja Iblis pun mengamuk di alam para dewa. Xin Yi memporah-porandahkan istana atas langit.Kaisar langit sangat murka karenanya. Dia pun mengadakan rapat dengan semua Dewa semesta, diantaranya Dewa Bumi, Dewa Langit, Dewa Api dan Dewa Ming. Raja langit mengatakan jika reinkarnasi Maha Dewa Ying telah datang. Semua Dewa tampak sangat bahagia mendengar berita itu."Siapa manusia beruntung itu, Yang Mulia?" tanya Dewa Langit."Maha Dewa telah bereinkarnai menjadi seorang pria yang sangat tampan, berbudi luhur dan sangat mengagumkan. Dia adalah Lu Sicheng. Putra Mahkota dari Raja Lu Cia-Hao dan Permaisuri Fang Yin. Lu Sicheng adalah satu-satunya dinasti Lu yang masih tersisa." Kaisar Langit menjelaskan."Lu Sicheng? Sepertinya hamba pernah mendengar
Lu Sicheng berusaha membangunkan Ratu Yang, namun usahanya sia-sia saja. Ratu Yang tak sadarkan diri. Lu Sicheng menyapu pandangan ke sekitar. Astaga, ternyata mereka sedang berada di puncak gunung Hangciang. Salju dimana-mana. Lu Sicheng bergegas meraih tubuh Ratu Yang ke dadanya. Dia harus segera membawa sang ratu pergi ke tempat yang lebih hangat.Langkahnya terhenti di tepi sebuah gua. Sepertinya di dalam sana lebih hangat, pikir Lu Sicheng. Dia pun segera memasuki gua itu sembari menggendong Ratu Yang di dadanya.Benar, di dalam gua itu terasa lebih hangat.Lu Sicheng segera mencari tempat yang bersih untuk merebahkan tubuh Ratu Yang.Dia pun segera menyalakan api unggun sebagai penerangan.Aneh, kenapa Ratu Yang masih belum sadar juga? Lu Sicheng menghampiri sang ratu yang terbaring di atas batu besar."Yang Mulia!" Lu Sicheng berusaha membangunkan Ratu Yang dengan mengguncang pelan kedua bahunya. Namun sang ratu tidak bergerak sama sekali. Bahkan tubuhnya sangat dingin bagaikan
Pagi itu sangat cerah. Sang surya menunjukkan sinar jingganya dengan pongah. Angin berhembus sejuk membelai bendera kerajaan Dong Taiyang yang berkibar angkuh di atas bangunan megah istana.Di tempat pelatihan tampak Ratu Yang dan Pangeran Lin Jiang yang sedang berlatih pedang. Keduanya tampak serius berlatih sembari tertawa sesekali.Lu Sicheng yang berdiri di tepi balkon lantai dua istana tampak memperhatikan Ratu Yang. Kedua tangannya berada di belakang pinggang dengan bibirnya yang mengulas senyum kagum pada wanita yang sedang mengisi lubuk hatinya saat ini.Mengagumkan. Gerakkan pedang Ratu Yang sungguh menggetarkan hatinya. Gerakkan pedang yang sangat indah dan elegan. Bagaikan sebuah tarian suci para Dewi di kayangan. Lu Sicheng tak ingin berpaling walau sedetik dari pemandangan indah di hadapannya."Kakak Lu!""Kakak Lu!"Tiba-tiba Xue Ying datang menghampirinya.Lu Sicheng segera memutar tubuhnya menghadap pada gadis dengan hanfu biru muda di hadapannya itu. Xue Ying memberin
"Haaa ..." Hong Ri tak bisa meledakkan rasa kagetnya, karena Jenderal Chou segera membungkam mulut pemuda itu. Dia tak ingin Lu Sicheng dan Ratu Yang sampai merasa malu karena mereka telah memangkap basah keduanya yang sedang berciuman.Ratu Yang menatap Lu Sicheng yang baru saja melepaskan pangutan bibirnya. Pipi licin Ratu Yang bersemu merah karena ciuman panas tadi. Dia pun segera menjatuhkan wajahnya pada dada bidang pria di hadapannya.Lu Sicheng mengulas senyum dan segera menaruh kedua tangannya pada punggung sang ratu. Mengusap hingga mengecup pucuk kepal Ratu Yang penuh cinta.Jenderal Chou, Hong Ri dan Yihua sangat tercengang melihat hal itu. Astaga, apa ini? Jadi mereka benar-benar telah menjalin hubungan? Jenderal Chou tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya.Ekor mata Lu Sicheng tiba-tiba melihat tiga orang itu. Dia sangat terkejut dibuatnya. Segera Dilepaskan dekapannya dari Ratu Yang. Wajahnya ia lempar ke lain arah. Keadaan di ruangan itu pun berubah canggung."
Sepulang dari rumah Perdana Menteri Han, Ratu Yang menjadi marah dan tak mau bicara pada Lu Sicheng. Meskipun Lu Sicheng mengatakan pada Perdana Menteri Han, jika dia tak bisa menikahi putrinya, Han Xue Ying, namun tetap saja Perdana Menteri Han memaksa dan memberi waktu pada Lu Sicheng untuk berpikir.Lu Sicheng tak bisa berbuat banyak karena Perdana Menteri Han tampaknya sangat berharap dirinya mau menikahi Xue Ying."Sudahlah, Yang Mulia. Anda sudah menangis hampir dua jam. Ini tak baik untuk kesehatan Anda," tukas Yihua sembari duduk di tepi ranjang Ratu Yang. Gadis itu sangat mencemaskan sang ratu yang terus menangis sembari duduk mendekap kedua lututnya di tengah ranjang."Yihua, aku tak tahu harus bagaimana. Perdana Menteri Han bahkan memintaku untuk membujuk Lu Sicheng. Tidak mungkin aku meminta kekasihku untuk menikahi gadis lain, kan?" Ratu Yang kembali menangis.Yihua menelan ludah kasar mendengar hal itu, dia lantas berkata,"Yang Mulia tenanglah, Yihua juga tak ingin jika
Burung gagak hitam hinggap di atap istana Dong Taiyang. Sepasang matanya yang tajam sedang memperhatikan para petinggi istana yang sedang mengantar Ratu Yang menaiki tandunya.Benar, pagi ini Ratu Yang akan ikut serta dengan Pangeran Lin Jiang ke Utara. Para menteri istana mengantar rombongan sang ratu sampai keluar gerbang.Jenderal Chou dan Lu Sicheng tampak sudah menaiki kudanya. Sedangkan Perdana Menteri Han tidak ikut kali ini. Ratu Yang memerintahkan padanya untuk mengurus istana selama ia berada di Utara.Pangeran Lin Jiang tampak sangat bahagia. Jelas. Karena ia memboyong Ratu Yang ke istana Utara bukan semata untuk berkunjung saja, melainkan untuk membicarakan rencana pernikahan mereka juga. Namun sang ratu tidak mengetahui hal itu. Berangkat ke Utara bukanlah hal yang tidak biasa baginya.Karena sejak ia masih kecil, ayahnya sering kali mengajaknya ke sana. Sekedar untuk berkunjung dan bersilaturahmi. Lagi pula, kerajaan Utara masih di bawah kepemerintahan Dong Taiyang. Jadi
Ratu Yang masih berdiri di hadapan Lu Sicheng. Tatapan matanya begitu tajam, "Lu Sicheng, sebaiknya kau kembali saja ke istana Dong Taiyang," ucapnya kesal.Lu Sicheng mengulas senyum. Dia tahu Ratu Yang sedang terbakar cemburu. Entah bagaimana ia harus membujuk kekasihnya itu. Hh, dia sangat payah dengan urusan wanita."Pulanglah, aku tak mau melihatmu di sini." Ratu Yang memutar tubuhnya membelakangi Lu Sicheng.Meski sedang marah begitu, Ratu Yang tampak sangat memesona di mata Lu Sicheng. Dia pun memberanikan diri untuk mendekatinya.Secara tiba-tiba Lu Sicheng mengecup kilas bibir Ratu Yang. Sang ratu sampai tertegum dibuatnya.Lu Sicheng tersenyum gemas melihat Ratu Yang terdiam mematung. Dia segera meraih kedua tangan kekasihnya itu, lantas menatapnya lebih dalam."Yang Zhu, aku tak suka melihatmu marah-marah," ucap Lu Sicheng setengah berbisik ke wajah Ratu Yang."Lu Sicheng, umh ..." Ratu Yang tak bisa meneruskan ucapannya karena Lu Sicheng segera membungkam mulutnya dengan c
Malam itu sedang turun salju di kayangan. Permaisuri menangis saat bayinya diambil oleh Dewa Ming. Dikecup berkali-kali wajah bayi laki-laki itu sebelum diserahkan pada Dewa Ming.Kaisar Langit hanya mengangguk dengan wajah sedih saat istrinya menoleh. Permaisuri menangis semakin cetar saat Dewa Ming melangkah pergi."Bayiku!" jerit Permaisuri. Ingin rasanya dia mengejar Dewa Ming lalu mengabil bayinya lagi.Kaisar Langit segera merangkul bahu istrinya. Dia pun amat sedih akan kehilangan Putra Mahkota. Namun, takdir semesta tak bisa dirubah. Putra Mahkota merupakan suku dewa terpilih. Dia yang kelak akan menghabisi suku iblis.Langkah Dewa Ming kian menjauh dari pintu kamar Permaisuri. Penasehat Yu dan kedua Dewa Utama mengikuti dari belakang. Bayi laki-laki itu digendong oleh Dewa Ming menuju aula istana.Sinar jingga menyambut di depan pintu saat langkah mereka nyaris keluar dari istana. Mata Dewa Ming menanggah ke langit hitam malam itu. Salju masih berjatuhan disertai embusan angi
Elang hitam berjongkok di atas sebuah tebing di mana di bawahnya tampak seorang pria yang sedang berkuda. Sepasang manik merah itu memandangi pria berkuda di sana. Wu Xian memacu kudanya menuju kayangan. Urusannya dengan Chen Guo dan Siolang telah selesai, ia ingin kembali ke tempat asalnya yaitu alam suku dewa.Mata jeli Elang hitam masih mengintai dari atas tebing. Pangeran Agung Wu, ternyata benar jika pria itu adalah rinkarnasi Lu Sicheng dan merupakan perwujudan nyata dari Maha Dewa Ying.Ini sungguh tak masuk akal! Namun, dia melihatnya sendiri saat Wu Xian memusnahkan Chen Guo lalu mengunci Siolang sebagai roh penjaga. Itu mimpi buruk bagi suku iblis.Chen Guo telah tiada dan Siolang menjadi abdi setia suku dewa, ini sungguh sesuai rencana. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus kembali ke istana Raja Iblis dan menjadi budaknya lagi?Tidak, tidak, ini justru kesempatan baginya untuk terlepas dari belenggu Raja Iblis Xin Yi. Benar, dia bisa kembali ke tempat asal
Salju berjatuhan dari langit disertai embusan angin dari Barat. Wu Xian memacu kudanya menyusuri lembah berbatu. Badai salju terlihat putih di depannya, tapi ksatria sejati tak gentar sedikit pun.Perpisahannya dengan Pedang Tiga Elemen telah menyisakan luka mendalam di hati Wu Xian. Dia telah gagal mengemban tugas dari para dewa.Meski darah dewa mengalir di tubuh, Wu Xian menyangkal akan dirinya yang merupakan reinkarnasi Lu Sicheng. Dia tak sehebat itu.Kuda hitam berlari makin kencang menembus badai salju. Wu Xian menyipitkan mata dengan pandangan yang samar.Dari kejauhan dilihatnya sekumpulan pasukan berkuda. Jumlahnya cukup banyak. Apa yang sedang mereka tunggu? Apakah perang masih belum berakhir. Wu Xian semakin kencang memacu kudanya ke depan.Di seberang, tampak pasukan yang sudah siap menunggu kedatangan musuh. Chen Guo membawa tentara iblis ke tanah Timur.Seperti yang dikatakan Elang Hitam, Pangeran Agung Wu telah memenggal kepala Raja Iblis lalu membawa tubuhnya entah ke
Salju putih berjatuhan dari langit kayangan. Angin cukup bersahabat sore itu. Bangunan istana langit diselimuti kabut putih dan rasa berkabung yang kental.Perang besar telah berakhir. Wu Xian dan Tiga Dewa Utama telah berhasil mengunci Naksu dalam Pedang Tiga Elemen.Peti mati berisi tubuh tanpa kepala Raja Iblis Xin Yi disimpan di dalam kuil tua yang berada di lereng bukit salju. Letaknya amat jauh dari kayangan dan alam iblis.Peti mati itu di segel oleh mantra suci Budha. Hanya orang khusus yang bisa membukanya. Setelah peti disimpan dalam ruangan bawah tanah, Wu Xian menutup mulut gua dengan mantra sakti.Tidak ada satu orang pun yang bisa memasuki gua dan menemukan peti mati Raja Iblis Xin Yi.Peti mati itu akan tersiman untuk waktu yang lama. Namun, Xin Yi memiliki keabadian. Tubuhnya tidak bisa busuk atau hancur meski terus berada di dalam peti hingga ribuan tahun."Apa rencanamu selanjutnya?" Kaisar Langit bertanya pada Wu Xian setelah hari berikutnya. Mereka tengah berdiri
Raja Iblis Xin Yi membulatkan matanya melihat Wu Xian menuju sambil mengacungkan Pedang Tiga Elemen. Semuanya terjadi begitu cepat. Xin Yi tak sempat menghindar saat mata pedang pusaka itu mengenai lehernya.Elang Hitam yang sedang menyimak sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Wu Xian berhasil menebas leher Xin Yi. Dilihatnya kepala Raja Iblis yang menggelinding.Kaisar Langit dan Dewa Ming sangat tercengang. Mereka tak menyangka Xin Yi akan tewas di tangan Wu Xian. Namun, mereka tak boleh lengah. Raja Iblis Xin Yi bisa hidup kembali jika kepalanya tidak dipisahkan dari tubuhnya.Menyadari semua itu, Xi Wang pun segera melesat menuju Wu Xian yang masih berdiri sambil memegang pedangnya di depan tubuh Xin Yi yang sudah tergolek tanpa kepala.Wu Xian masih menatap siaga pada jasad Xin Yi. Dia tak yakin jika pria itu sudah tewas. Bisa saja ini hanya fantasi yang Xin Yi ciptakan. Sejatinya Raja Iblis amatlah licik.Cukup lama keadaan di sana menjadi hening. Hingga kemudian bayangan
Langit kayangan masih diselimuti awan hitan dan petir. Wu Xian mengangkat sepasang matanya. Tatapan yang marah tapi juga terlihat lirih dan sendu.Di langit masih tampak ular besar Naksu yang sedang mengincar. Juga Raja Iblis Xin Yi dan Xi Wang yang juga sedang menatap ke arah Wu Xian.Kaisar Langit dan Dewa Ming hanya terdiam bak patung. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi untuk mengembalikan jiwa Dewi Quan Hie. Segalanya sudah berakhir.Setelah mengabsen wajah-wajah di sekelilingnya, Wu Xian mengembalikan pandanagnnya pada wajah pias Yang Zhu. Kemudian tangan kekar itu meraih bahunya, mengangkat jasad lemas Yang Zhu serayak bangkit.Mata Wu Xian menatap lurus ke depan. Sinar jingga keemasan tiba-tiba terpancar dari dahinya. Sinar itu memantul ke depan dan membentuk sebuah lingkaran suci.Raja Iblis Xin Yi mengepalkan buku-buku jemarinya sampai memutih. Hatinya perih melihat Wu Xian memasukan jasad Yang Zhu ke dalam lingkaran suci yang ia ciptakan.Yang Zhu, putrinya. Sebagai seor
Kabut hitam masih menutupi kayangan. Angin puting beliung meluluh lantakan segalanya. Juga gemuruh badai dan petir yang menyambar-nyambar. Wilayah kayangan diselimuti aura yang mencekam.Wu Xian masih terbaring di tengah ranjang. Dia sedang bermimpi. Mimpi di mana dirinya dan Yang Zhu sedang berada di sebuah sampan. Keduanya duduk berdampingan sambil menikmati angin sore.Yang Zhu mengatakan banyak hal padanya. Salah satunya tentang hubungan mereka yang mungkin akan segera berakhir. Quensi telah meminjam raganya dan menguasai jiwa Yang Zhu. Ini lebih buruk dari akhir dunia.Wu Xian mengusap pipi licin Yang Zhu. Juga bulir bening yang berjatuhan di kedua pipi gadis itu. Cintanya memang tak mungkin dapat berhasil di kehidupan ini. Namun, itulah takdir semesta."Kakak Cheng, jika kau telah kembali, cepat habisi Quensi dan selamatkan alam semesta. Biarlah aku terkunci bersama Naksu dalam Pedang Pusaka. Aku rela, asal keseimbangan semesta kembali baik," lirih Yang Zhu. Matanya menatap sen
Manik merah Xin Yi mengunci pandangan tajam Quensi. Ratu Iblis bisa saja menghabisinya saat ini juga. Dia tak boleh lengah.Quensi sudah berevolusi. Dia bukan lagi iblis kecil yang pernah datang padanya dulu, dan mengabdi.Sejak Quensi meninggalkan istana Raja Iblis, wanita itu bukan lagi sekutunya.Meski memiliki misi yang sama. Namun, Quensi tak sudi bersekutu dengan Raja Iblis yang licik itu."Kau tidak akan bisa menggabisiku, Quensi," desis Xin Yi. Kemudian dengan gerakan tak terbaca ia menyelinapkan tanganya ke balik punggung Quensi."Aarkhh!"Quensi mendongkak saat tangan Xin Yi mencengkeram tengkuk lehernya. Manik merah itu memutar ke atas, lantas melirik pada Xin Yi.Raja Iblis menyeringai tipis. Tanpa membuang waktu lagi, dia segera memukul dada Quensi.Pukulan yang telak. Ratu Iblis terpental cukup jauh. Namun, dia berhasil memulihkan lagi tenaganya. Xin Yi menatap murka saat Quensi melayang-layang di udara sambil tertawa."Raja Iblis Xin Yi, kau pikir kau sudah hebat, hah?!
Raja Iblis Xin Yi amat murka mendengar kabar yang dibawa oleh Elang Hitam.Dewa Ming telah berhasil membawa jiwa Wu Xian dari gua iblis. Sementara, Janghue tampak diam saja sambil menikmati memori masa lalunya dengan Dewa Ming.Dengan penuh murka, Raja Iblis memerintah Xi Wang untuk mengurung Janghue dan semua klan Siluman Salju di gua iblis.Siluman Salju tak dibolehkan lagi meninggalkan gua iblis. Mereka dikurung untuk selamanya. Janghue amat sedih atas keputusan Raja Iblis Xin Yi. Klan Siluman Salju menyalahkan dirinya atas hukuman itu."Yang Mulia, aku dengar tiga dewa utama sedang berusaha membangkitkan Wu Xian. Apa tidak seharusnya kita segera menyerang kayangan sebelum Pangeran Agung Wu kembali sadar?"Xi Wang bicara pada Xin Yi. Dia baru saja kembali dari alam dewa. Berita hilangnya Ibu Suri dan Yang Zhu pun sudah ia sampaikan pada tuannya itu. Namun, sepertinya Xin Yi lebih tertarik untuk menghabisi Wu Xian.Raja Iblis sedang berdiri di tepi jembatan. Tangannya sibuk memberi