Home / Fantasi / PEDANG TIGA ELEMEN / HMT 3 - Ruang Rahasia

Share

HMT 3 - Ruang Rahasia

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2022-12-23 16:31:11

Sang surya belum menunjukkan wajahnya. Namun Lu Sicheng sudah terjaga dari tidurnya sejak beberapa saat yang lalu. Jelas, dia tak bisa tidur tenang malam ini. Sebuah kenyataan tentang dirinya sungguh membuatnya gelisah sepanjang malam.

Kenapa?

Kenapa nasib buruk ini harus menimpanya. Ayahnya dibunuh oleh orang kepercaannya sendiri. Sedangkan ibunya? Dimana dia sekarang? Apakah masih hidup atau sudah tiada di tangan penghianat bernama Yang Jingmi itu.

Lu Sicheng berdiri sembari menatap langit yang masih kelabu. Pikirannya sudah tak sabar menunggu pagi tiba. Kakinya sudah gatal ingin melangkah ke Timur saat ini juga. Sedangkan tangannya pun sudah menariknya untuk segera pergi. Memenggal kepala Yang Jingmi segera.

"Lu Sicheng, kau sudah terjaga rupanya." Suara Guru Li tak membuat pria batu es itu menoleh padanya. Dia tampak asik sendiri dengan tatapannya yang kosong.

Guru Li mengulas senyum tipis. Sepasang tungkainya melaju mendekat sekitar satu meter dari jarak punggung pemuda di hadapannya itu.

"Langit tampak murung. Sepertinya sinar bintang sedang menggodanya untuk tersenyum. Namun langit tak punya hati dan indera perasa. Dewa sudah merenggut semua itu darinya sejak lama. Karena para Dewa cemas, kalau langit akan menghasut manusia untuk memujanya." Guru Li menggunakan sebuah kiasan untuk membuka percakapan dengan muridnya itu.

Tapi sial! Lu Sicheng si batu es itu tak merespon sedikit pun. Apakah dia tuli? Atau dia sedang mengalami sindrom tidur berjalan? Guru Li yang penasaran segera mendekat pada pemuda dengan hanbok hitam itu. Dia mencondongkan tubuhnya untuk menengok wajah Lu Sicheng.

"Hentikan tingkah konyolmu itu, Guru Li."

Guru Li terkekeh geli dengan apa yang diucapkan Lu Sicheng barusan. Astaga, pemuda yang satu ini memang sangat istinewa. Dia bahkan berani berkata sinis pada pria yang sudah membesarkannya ini, pikir Guru Li masih terkekeh geli.

"Jangan tertawa. Aku tidak senang melihamu seperti itu. Sebagai Guru Besar, harusnya kau lebih beretika, bukan? Bagaimana kalau muridmu yang lain melihatnya? Mau kau taruh dimana mukamu itu?"

Sial! Ucapannya semakin berani saja. Guru Li segera mengatupkan bibirnya. Ya, bagaimanapun Lu Sicheng adalah Putra Mahkota Kerajaan Dong Taiyang, satu-satunya keturunan raja besar dinasti Lu. Pantas kalau pemuda ini sipatnya sangat menjengkelkan. Dia bahkan berani menasehati gurunya itu.

"Baiklah, Batu es. Kau memang sulit untuk tertawa. Aku saja bingung padamu. Apa benar menurut para gadis di desa Lan Hua ini? Hm, sepertinya rumor itu menang benar," ucap Guru Li terdengar sedikit mengandung makna meledek secara tidak langsung.

"Memangnya apa yang para gadis bodoh itu katakan?" Lu Sicheng bertanya tanpa mau memutar tubuhnya pada Guru Li.

Guru Li tersenyum tipis, ternyata Lu Sicheng sangat sensitif terhadap image-nya. Dia pun berkata kemudian.

"Ya, para gadis itu mengatakan kalau kau pemuda yang sombong, keras kepala, menyebalkan dan dingin seperti balok es." Tidak tanggung-tanggung Guru Li berkata. Akibatnya Lu Sicheng mengulum senyumnya.

"Guru, sebaiknya kau tak perlu mendengarkan keluhan para gadis itu. Lagi pula, berapa usiamu sekarang? Apa pantas kau mendengarkan ocehan mereka?"

Sial!

Pemuda itu berkata seenaknya saja. Guru Li jadi sedikit geram mendengar ocehannya itu. Tapi ini bukan saatnya memberi hukuman pada murid menyebalkan yang satu ini.

Niatnya tadi menemui Lu Sicheng untuk sebuah tujuan khusus. Ya, lupakan ucapan konyol pemuda itu. Guru Li menghela napas. Dia segera mendekat pada Lu Sicheng. Berdiri sejajar dengan pemuda itu.

"Lu Sicheng, aku menemuimu untuk mengajakmu ke sebuah tempat. Tutup mulutmu dan ikutilah aku sekarang. Mengerti?" tukas Guru Li. Ternyata sulit juga menyembunyikan rasa kesalnya pada muridnya itu.

"Untuk apa aku harus mengikutimu? Aku sedang menunggu pagi. Kau sendiri 'kan yang berkata, aku harus berangkat ke Timur pagi ini juga," balas Lu Sicheng acuh. Wajahnya masih memandangi langit hitam di atas sana.

"Lu Sicheng!" Guru Li mendengkus kesal. Namun, Lu Sicheng hanya tersenyum tipis melihatnya. Dia memang selalu begitu. Dia seperti langit yang tak punya indera perasa.

"Jangan marah-marah. Lihat usiamu, pantaskah kau bersikap seperti itu?" cetus Lu Sicheng sembari melangkah menuju keluar kamar,"ayo! Katanya tadi kau mau mengajakku ke sebuah tempat," lanjutnya setelah melangkah keluar.

"Batu es itu! Ugh!" Guru Li mendengkus kesal. Langkah cepatnya segera menyusul Lu Sicheng.

"Mau kemana kita? Kenapa menuju dapur? Apa kau ingin aku buatkan pangsit sebelum aku berangkat?" tanya Lu Sicheng sembari tersenyum tipis saat dirinya tengah berjalan bersisian dengan Guru Li.

"Bodoh. Ikuti saja. Nanti juga kau akan mengetahuinya," balas Guru Li yang masih tampak kesal pada Lu Sicheng.

"Baiklah," ucap Lu Sicheng sembari tersenyum tipis. Tangannya menyatu di belakang pinggang dengan dadanya yang membusung. Dia tampak sangat gagah.

"Itu dia Kakak Cheng!"

"Wah, tampan sekali!"

"Kakak Cheng!"

Suara para gadis yang kebetulan sedang berada di halaman dapur rumah Guru Li. Hh, para gadis itu memang selalu datang ke rumah Guru Li sesuka hati. Bahkan mereka juga sering memasak makanan untuk Guru Li. Semua itu mereka lakukan semata hanya untuk melihat Lu Sicheng.

Lu Sicheng tampak tidak tertarik sedikit pun dengan teriakan heboh para gadis itu. Baginya, tak ada satu gadis pun yang bisa menggetarkan hatinya. Dan menurutnya, para gadis hanya akan membuatnya kerepotan saja. Ya, sejauh ini begitulah pemikirannya. Namun, kita tak tahu hari esok dan seterusnya. Bisa saja Lu Sicheng jatuh hati pada seorang gadis.

Ya, kita lihat saja nanti.

Langkah Guru Li berhenti di dalam sebuah kuil Budha yang ada di halaman belakang dapur. Lu Sicheng hanya menatap heran dengan apa yang sedang si tua bangka itu lakukan. Guru Li tampak sedang mengusap-usap sebuah relief Budha pada dinding. Dia mengusapnya begitu teliti seperti sedang mencari sesuatu.

'Apa sebenarnya yang sedang si tua bangka ini lakukan? Konyol sekali,' bathin Lu Sicheng. Bibirnya mengulas senyum tipis melihat apa yang sedang gurunya itu lakukan.

Braaak!

Sepasang mata Lu Sicheng membulat sempurna melihat dinding di hadapannya itu terbuka bak sebuah pintu rahasia. Apa ini? Pintu rahasia, kah? Lu Sicheng bertanya-tanya dalam hati.

"Ayo masuk, Lu Sicheng." Guru Li segera melangkah memasuki ruangan yang baru saja terbuka di hadapannya itu.

Lu Sicheng masih tercengang heran. Dia pun segera menyusul gurunya itu. Manik hitam Lu Sicheng memindai seisi ruangan. Astaga, tampak puluhan, tidak, tapi ratusan pedang dilihatnya di ruangan itu.

Pedang-pedang itu tampak tertata rapi pada dudukannya masing-masing. Sepasang matanya kemudian terpusat pada sebilah pedang yang berada di paling ujung ruangan itu. Pedang itu berada di bawah sebuah patung Budha.

Mata pedang itu berkilauan terkena sinar lentera pada ruangan itu. Pedang yang sangat memukau.

Lu Sicheng segera melangkah menghampirinya.

"Pedang Suci Tiga Elemen. Itu adalah pedang yang biasa mendiang ayahmu gunakan untuk menghabisi para musuhnya di medan tempur," ucap Guru Li yang sudah berdiri di samping Lu Sicheng.

Sejenak Lu Sicheng menoleh pada gurunya itu. Namun pandangannya kembali pada pedang yang bertengger di hadapannya.

"Ambilah pedang itu, Lu Sicheng. Kau adalah satu-satunya keturunan dinasti Lu. Darah mendiang Raja Lu mengalir dalam tubuhmu. Hanya kau yang bisa mengangkat pedang suci itu dari dudukannya." Guru Li berkata lagi.

Lu Sicheng menoleh padanya.

Guru Li mengangguk meyakinkan. Pemuda itu pun mengembalikan pandangan pada pedang di hadapannya. Dengan gerakkan mantap ia segera meraih pedang itu, mengangkatnya.

"Bagus, Lu Sicheng. Dengan ini kau sudah membuktikan, kalau dirimu memang Putra Mahkota Lu dari Dong Taiyang. Kau adalah putera Raja Lu Cia-Hao dan Permaisuri Fang Yin. Hanya kau yamg bisa mengendalikan pedang suci itu," tukas Guru Li. Dia tersenyum kagum melihat Lu Sicheng mengangkat pedang itu.

Lu Sicheng hanya tersenyum tipis.

Dia bangga pula akan dirinya. Ternyata benar, dirinya memanglah seorang Putra Mahkota.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Khanza altafunisa Arsy
tokoh utama nya mnurut ku terlalu angkuh. gk ada rasa sopan santun ny kpada orang tua dan am orang yg udah mau merawat dan mengajari ilmu bela diri,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 4 - Pedang Suci Tiga Elemen

    Lu Sicheng mengulas senyum. Dia bangga akan dirinya sendiri. Pedang besar itu kini berada dalam genggamnya. Bobotnya lumayan berat karena terbuat dari logam suci semesta, itu yang dikatakan Guru Li.Dengan gerakan halus Lu Sicheng mulai memainkan pedang itu. Aneh. Kenapa pedang itu kini terasa ringan. Dia bukan seperti sedang menghunus sebilah pedang, melainkan sedang memainkan selembar sutera.Namun kenapa perasaannya terasa berbeda. Pedang itu seolah mendorong jiwanya untuk segera bertempur. Lu Sicheng pun segera menoleh pada Guru Li dengan tegas.TAK!PRANG!"Guru Li!" pekiknya kaget.Apa yang rerjadi? Kenapa pedang itu menyerang Guru Li tanpa ia kehendaki.Untung saja Guru Li dengan sigap segera menangkis serangan Lu Sicheng. Sekarang keduanya pun mulai bertarung adu pedang dengan sengit."Lu Sicheng, kendalikan pedang itu!" perintah Guru Li sembari menahan serangan Lu Sicheng akan dirinya."Bagaimana caranya, Guru Li? Pedang ini bergerak tanpa kehendakku!" Lu Sicheng tampak mulai

    Last Updated : 2022-12-23
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 5 - Ratu Muda

    Bunga-bunga bermekaran indah dan mewangi pada taman yang ada di sebelah barat istana Dong Taiyang. Aneka bunga tumbuh di sana. Salah satunya bunga sakura yang sedang berbunga lebat saat ini.Istana Dong Taiyang terletak di sebelah timur gunung Huan Zhu. Gunung yang diyakini sebagai tempat bersemayam pada dewa dan leluhur. Gunung Huan Zhu memiliki ketinggian 3.776 meter dari permukaan laut. Gunung itu menjulang membelah antara Timur dan Barat.Kerajaan Dong Taiyang sendiri dulunya adalah tahta dinasti Lu yang turun temurun. Namu5 tahun berlalu pasca pemberontakkan yang terjadi. Kini dinasti Lu sudah menghilang dari ingatan semua rakyat Dong Taiyang.Gugurnya sang raja serta hilangnya sang ratu beserta putra mahkota, membuat lambat laun dinasti Lu mulai dilupakan.Kerajaan Dong Taiyang sendiri kini dipimpin oleh seorang ratu muda bernama, Yang Zhu atau Ratu Yang, begitu semua rakyat dan petinggi istana biasa menyapanya.Ratu Yang sendiri baru berusia 22 tahun. Dia terpaksa menaiki tahta

    Last Updated : 2022-12-28
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 6 - Penculikan

    Matahari mulai mencondongkan sinarnya. Bertanda hari mulai petang. Ratu Yang dan Yihua tanpak asik menikmati perjalanan. Jalan menuju bukit Huan Zhu memang sangatlah indah. Di sana terdapat lembah-lembah bukit yang menghijau yang ditumbuhi bunga-bunga liar yang indah dan mewangi.Tak heran jika tempat ini dijuluki serambi istana langit oleh semua orang. Dari udara segar yang berhembus tercium wangi bunga Lie Mie. Bunga keabadian yang tumbuh di tebing bukit gunung Huan Zhu.Bunga Lie Mie dipercaya semua orang dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Namun bunga Lie Mie hanya mekar menjelang malam bulan purnama saja. Seperti petang ini."Wangi itu, aku sangat menyukainya," ucap Ratu Yang segera menyikap tirai pentutup jendela tandunya. Sepasang mata melihat bunga Lie Mie yang mulai bermekaran seolah menyambut kedatangannya di gunung Huan Zhu sore itu."Yihua akan meminta prajurit memetik bunga Lie Mie untuk Yang Mulia Ratu. Kemudian Yihua akan membuatkan parfum dari sari bunga suci i

    Last Updated : 2022-12-28
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 7 - Pendekar Tampan Dari Barat

    Hari mulai gelap. Namun tampaknya sang surya enggan untuk terbenam menutup hari. Terlihat dari sinar jingganya yang masih mengapung di atas permukaan laut gunung Huan Zhu.Lu Sicheng menaiki kudanya dengan santai. Rumput di bukit Huan Zhu sangatlah hijau. Sepertinya dia harus menepi dan bermalam di tempat ini. Terlebih kudanya pun membutuhkan makan.Baru saja Lu Sicheng turun dari kudanya. Dia berjalan menuju sungai yang mengalir di antara bukit-bukit. Airnya sangat jernih. Sepertinya bisa ia gunakan untuk minum dan membersihkan diri.Bibir kemerahan pria muda itu mengulas senyum. Dia segera berjongkok di tepi sungai kecil itu. Saking jernihnya air sungai itu, dia bahkan bisa menangkap siluet dirinya di sana. Lu Sicheng menyibak rambut panjangnya ke belakang, lantas ia segera meraih air sungai dengan kedua telapak tangannya. Meminumnya serta membasuh wajahnya.Perjalanan menuju kerajaan Dong Taiyang memang sangat jauh. Sudah sepuluh hari dirinya menaiki kuda dan bermalam di beberapa t

    Last Updated : 2023-01-10
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 8 - Bimasakti

    Jenderal Chou dan Ratu Yang menatap pada Lu Sicheng penuh harap. Sedangkan Lu Sicheng sendiri masih terdiam tampak sedang berpikir. Sepertinya para dewa memang memberikan jalan padanya untuk segera bertemu dengan pria bernama Yang Jingmi."Baik, Yang Mulia." jawab Lu Sicheng setelah hening cukup lama.Ratu Yang dan Jenderal Chou tampak tersenyum puas."Silakan, Yang Mulia." Jenderal Chou mempersilakan sang ratu untuk mulai berjalan. Sedangkan dirinya dan Lu Sicheng mengapit wanita cantik itu dari belakang.Jenderal Chou tampak langsung menyukai Lu Sicheng. Dia bertanya banyak pada pemuda itu. Namun seperti yang kita ketahui, Lu Sicheng adalah pemuda yang tak suka banyak bicara. Dia hanya menjawab secukupnya saja."Yang Mulia Ratu! Syukurlah Anda sudah kembali," sambut Perdana Menteri Han yang langsung menyambut Ratu Yang saat mereka tiba di tenda."Yang Mulia, Anda baik-baik saja?" Kali ini Yihua yang bertanya. Sepasang netranya menatap wajah sang ratu dengan cemas."Aku baik-baik saj

    Last Updated : 2023-01-10
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 9 - Raja Iblis

    Malam tinggal sepertiganya. Rombongan Ratu Yang meninggalkan bukit Huan Zhu untuk kembali ke tenda mereka di kaki bukit.Dari atas langit malam yang gelap tampak beberapa asap hitam tebal yang terpecah ke seluruh arah. Gerakkan asap hitam itu sangat cepat. Melesat dari satu sisi ke sisi yang lain. Namun tampaknya asap hitam itu sedang mengincar tandu Ratu Yang.Tiga asap hitam itu berkumpul tepat di atas atap tandu sang ratu. Sedangkan dua lainnya mulai turun mendekati tandu. Perdana Menteri Han yang melihat hal itu sangat kaget. Raja Iblis? Dia segera turun dari kudanya. Jenderal Chou dan Lu Sicheng saling pandang heran."Hentikan perjalanan, lindung Yang Mulia!" teriak Perdana Menteri pada semua prajurit.Lu Sicheng segera turun dari kudanya. Ada apa ini? Dia tampak heran. Sedangkan Jenderal Chou segera menghunus pedangnya. Sepasang netranya memperhatikan asap hitam yang terus berterbangan di atas tandu sang ratu."Raja iblis? Mau apa mereka?" Ratu Yang berguman sembari menyikap tir

    Last Updated : 2023-01-10
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 10 - Panglima Perang

    Panglima PerangMatahari pagi tampak baru muncul di upuk timur. Sinar jingganya begitu cerah menerpa bangunan megah nan menjulang istana Dong Taiyang. Rombongan Ratu Yang tampak memasuki gerbang tinggi istana. Karena insiden penculikkan yang di alami Ratu Yang, Perdana Menteri Han memutuskan untuk segera pulang.Setelah Lu Sicheng dan Jenderal Chou kembali membawa Ratu Yang, mereka segera meninggalkan gunung Huan Zhu. Perdana Menteri Han cemas jika mereka tetap bermalam di sana. Musuh bisa datang kapan saja, terutama di saat mereka sedang lengah.Lu Sicheng dan Jenderal Chou yang berada di barisan paling depan tampak segera turun dari kudanya. Kemudian keduanya menyambut Ratu Yang keluar dari tandunya. Para dayang segera berbaris di pelataran luas istana untuk menyambut kedatangan sang ratu.Taburan bunga serta karpet merah mereka gelar untuk ratu berjalan menuju pintu masuk istana. Jenderal Chou tersenyum sambil menoleh pada Lu Sicheng. Dia sangat senang karena mereka akhirnya tiba d

    Last Updated : 2023-01-10
  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 11 - Kedatangan Pangeran Lin Jiang

    Lu Sicheng masih terdiam untuk berpikir. Ekor matanya menoleh kemudian pada Jenderal Chou. Pria itu memberinya sebuah anggukkan sembari tersenyum. Dari pendar matanya Lu Sicheng melihat jika Jenderal Chou berharap dirinya menerima tawaran Ratu Yang."Maaf, Yang Mulia. Apakah ini tidak terlalu cepat Anda putuskan? Anda baru saja mengenal hamba," tukas Lu Sicheng pada Ratu Yang tanpa berani menatapnya.Ratu Yang mengulas senyum. Pemuda di hadapannya itu sungguh sangat mengagumkan. Entah kenapa dirinya serasa menyukai Lu Sicheng. Terlebih pemuda tampan itu telah muncul dalam mimpinya."Lu Sicheng, aku yakin padamu. Aku ingin kau mau menerima tawaran ini. Kerajaan Dong Taiyang membutuhkan orang sepertimu," ucap Ratu Yang. Suaranya terdengar sangat lembut dan manja."Tapi, Yang Mulia ..." Lu Sicheng tampak menunjukkan rasa ragunya."Adik Lu, terimalah tawaran Yang Mulia. Aku sangat senang jika kau bisa mengabdi pada kerajaan Dong Taiyang." kali ini Jenderal Chou yang berkata.Ratu Yang men

    Last Updated : 2023-01-11

Latest chapter

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 120 - Putra Mahkota Langit

    Malam itu sedang turun salju di kayangan. Permaisuri menangis saat bayinya diambil oleh Dewa Ming. Dikecup berkali-kali wajah bayi laki-laki itu sebelum diserahkan pada Dewa Ming.Kaisar Langit hanya mengangguk dengan wajah sedih saat istrinya menoleh. Permaisuri menangis semakin cetar saat Dewa Ming melangkah pergi."Bayiku!" jerit Permaisuri. Ingin rasanya dia mengejar Dewa Ming lalu mengabil bayinya lagi.Kaisar Langit segera merangkul bahu istrinya. Dia pun amat sedih akan kehilangan Putra Mahkota. Namun, takdir semesta tak bisa dirubah. Putra Mahkota merupakan suku dewa terpilih. Dia yang kelak akan menghabisi suku iblis.Langkah Dewa Ming kian menjauh dari pintu kamar Permaisuri. Penasehat Yu dan kedua Dewa Utama mengikuti dari belakang. Bayi laki-laki itu digendong oleh Dewa Ming menuju aula istana.Sinar jingga menyambut di depan pintu saat langkah mereka nyaris keluar dari istana. Mata Dewa Ming menanggah ke langit hitam malam itu. Salju masih berjatuhan disertai embusan angi

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 119 - Kelahiran Putra Mahkota

    Elang hitam berjongkok di atas sebuah tebing di mana di bawahnya tampak seorang pria yang sedang berkuda. Sepasang manik merah itu memandangi pria berkuda di sana. Wu Xian memacu kudanya menuju kayangan. Urusannya dengan Chen Guo dan Siolang telah selesai, ia ingin kembali ke tempat asalnya yaitu alam suku dewa.Mata jeli Elang hitam masih mengintai dari atas tebing. Pangeran Agung Wu, ternyata benar jika pria itu adalah rinkarnasi Lu Sicheng dan merupakan perwujudan nyata dari Maha Dewa Ying.Ini sungguh tak masuk akal! Namun, dia melihatnya sendiri saat Wu Xian memusnahkan Chen Guo lalu mengunci Siolang sebagai roh penjaga. Itu mimpi buruk bagi suku iblis.Chen Guo telah tiada dan Siolang menjadi abdi setia suku dewa, ini sungguh sesuai rencana. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus kembali ke istana Raja Iblis dan menjadi budaknya lagi?Tidak, tidak, ini justru kesempatan baginya untuk terlepas dari belenggu Raja Iblis Xin Yi. Benar, dia bisa kembali ke tempat asal

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 118 - Kemunculan Maha Dewa Ying

    Salju berjatuhan dari langit disertai embusan angin dari Barat. Wu Xian memacu kudanya menyusuri lembah berbatu. Badai salju terlihat putih di depannya, tapi ksatria sejati tak gentar sedikit pun.Perpisahannya dengan Pedang Tiga Elemen telah menyisakan luka mendalam di hati Wu Xian. Dia telah gagal mengemban tugas dari para dewa.Meski darah dewa mengalir di tubuh, Wu Xian menyangkal akan dirinya yang merupakan reinkarnasi Lu Sicheng. Dia tak sehebat itu.Kuda hitam berlari makin kencang menembus badai salju. Wu Xian menyipitkan mata dengan pandangan yang samar.Dari kejauhan dilihatnya sekumpulan pasukan berkuda. Jumlahnya cukup banyak. Apa yang sedang mereka tunggu? Apakah perang masih belum berakhir. Wu Xian semakin kencang memacu kudanya ke depan.Di seberang, tampak pasukan yang sudah siap menunggu kedatangan musuh. Chen Guo membawa tentara iblis ke tanah Timur.Seperti yang dikatakan Elang Hitam, Pangeran Agung Wu telah memenggal kepala Raja Iblis lalu membawa tubuhnya entah ke

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 117 - Keputusan Wu Xian

    Salju putih berjatuhan dari langit kayangan. Angin cukup bersahabat sore itu. Bangunan istana langit diselimuti kabut putih dan rasa berkabung yang kental.Perang besar telah berakhir. Wu Xian dan Tiga Dewa Utama telah berhasil mengunci Naksu dalam Pedang Tiga Elemen.Peti mati berisi tubuh tanpa kepala Raja Iblis Xin Yi disimpan di dalam kuil tua yang berada di lereng bukit salju. Letaknya amat jauh dari kayangan dan alam iblis.Peti mati itu di segel oleh mantra suci Budha. Hanya orang khusus yang bisa membukanya. Setelah peti disimpan dalam ruangan bawah tanah, Wu Xian menutup mulut gua dengan mantra sakti.Tidak ada satu orang pun yang bisa memasuki gua dan menemukan peti mati Raja Iblis Xin Yi.Peti mati itu akan tersiman untuk waktu yang lama. Namun, Xin Yi memiliki keabadian. Tubuhnya tidak bisa busuk atau hancur meski terus berada di dalam peti hingga ribuan tahun."Apa rencanamu selanjutnya?" Kaisar Langit bertanya pada Wu Xian setelah hari berikutnya. Mereka tengah berdiri

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 116 - Iblis Dari Barat

    Raja Iblis Xin Yi membulatkan matanya melihat Wu Xian menuju sambil mengacungkan Pedang Tiga Elemen. Semuanya terjadi begitu cepat. Xin Yi tak sempat menghindar saat mata pedang pusaka itu mengenai lehernya.Elang Hitam yang sedang menyimak sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Wu Xian berhasil menebas leher Xin Yi. Dilihatnya kepala Raja Iblis yang menggelinding.Kaisar Langit dan Dewa Ming sangat tercengang. Mereka tak menyangka Xin Yi akan tewas di tangan Wu Xian. Namun, mereka tak boleh lengah. Raja Iblis Xin Yi bisa hidup kembali jika kepalanya tidak dipisahkan dari tubuhnya.Menyadari semua itu, Xi Wang pun segera melesat menuju Wu Xian yang masih berdiri sambil memegang pedangnya di depan tubuh Xin Yi yang sudah tergolek tanpa kepala.Wu Xian masih menatap siaga pada jasad Xin Yi. Dia tak yakin jika pria itu sudah tewas. Bisa saja ini hanya fantasi yang Xin Yi ciptakan. Sejatinya Raja Iblis amatlah licik.Cukup lama keadaan di sana menjadi hening. Hingga kemudian bayangan

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 115 - Kultifasi WuXian

    Langit kayangan masih diselimuti awan hitan dan petir. Wu Xian mengangkat sepasang matanya. Tatapan yang marah tapi juga terlihat lirih dan sendu.Di langit masih tampak ular besar Naksu yang sedang mengincar. Juga Raja Iblis Xin Yi dan Xi Wang yang juga sedang menatap ke arah Wu Xian.Kaisar Langit dan Dewa Ming hanya terdiam bak patung. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi untuk mengembalikan jiwa Dewi Quan Hie. Segalanya sudah berakhir.Setelah mengabsen wajah-wajah di sekelilingnya, Wu Xian mengembalikan pandanagnnya pada wajah pias Yang Zhu. Kemudian tangan kekar itu meraih bahunya, mengangkat jasad lemas Yang Zhu serayak bangkit.Mata Wu Xian menatap lurus ke depan. Sinar jingga keemasan tiba-tiba terpancar dari dahinya. Sinar itu memantul ke depan dan membentuk sebuah lingkaran suci.Raja Iblis Xin Yi mengepalkan buku-buku jemarinya sampai memutih. Hatinya perih melihat Wu Xian memasukan jasad Yang Zhu ke dalam lingkaran suci yang ia ciptakan.Yang Zhu, putrinya. Sebagai seor

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 114 - Binasanya Ratu Iblis Quensi

    Kabut hitam masih menutupi kayangan. Angin puting beliung meluluh lantakan segalanya. Juga gemuruh badai dan petir yang menyambar-nyambar. Wilayah kayangan diselimuti aura yang mencekam.Wu Xian masih terbaring di tengah ranjang. Dia sedang bermimpi. Mimpi di mana dirinya dan Yang Zhu sedang berada di sebuah sampan. Keduanya duduk berdampingan sambil menikmati angin sore.Yang Zhu mengatakan banyak hal padanya. Salah satunya tentang hubungan mereka yang mungkin akan segera berakhir. Quensi telah meminjam raganya dan menguasai jiwa Yang Zhu. Ini lebih buruk dari akhir dunia.Wu Xian mengusap pipi licin Yang Zhu. Juga bulir bening yang berjatuhan di kedua pipi gadis itu. Cintanya memang tak mungkin dapat berhasil di kehidupan ini. Namun, itulah takdir semesta."Kakak Cheng, jika kau telah kembali, cepat habisi Quensi dan selamatkan alam semesta. Biarlah aku terkunci bersama Naksu dalam Pedang Pusaka. Aku rela, asal keseimbangan semesta kembali baik," lirih Yang Zhu. Matanya menatap sen

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 113 - Pedang Pusaka Haus Darah

    Manik merah Xin Yi mengunci pandangan tajam Quensi. Ratu Iblis bisa saja menghabisinya saat ini juga. Dia tak boleh lengah.Quensi sudah berevolusi. Dia bukan lagi iblis kecil yang pernah datang padanya dulu, dan mengabdi.Sejak Quensi meninggalkan istana Raja Iblis, wanita itu bukan lagi sekutunya.Meski memiliki misi yang sama. Namun, Quensi tak sudi bersekutu dengan Raja Iblis yang licik itu."Kau tidak akan bisa menggabisiku, Quensi," desis Xin Yi. Kemudian dengan gerakan tak terbaca ia menyelinapkan tanganya ke balik punggung Quensi."Aarkhh!"Quensi mendongkak saat tangan Xin Yi mencengkeram tengkuk lehernya. Manik merah itu memutar ke atas, lantas melirik pada Xin Yi.Raja Iblis menyeringai tipis. Tanpa membuang waktu lagi, dia segera memukul dada Quensi.Pukulan yang telak. Ratu Iblis terpental cukup jauh. Namun, dia berhasil memulihkan lagi tenaganya. Xin Yi menatap murka saat Quensi melayang-layang di udara sambil tertawa."Raja Iblis Xin Yi, kau pikir kau sudah hebat, hah?!

  • PEDANG TIGA ELEMEN   HMT 112 - Tentara Iblis Menggempur Kayangan

    Raja Iblis Xin Yi amat murka mendengar kabar yang dibawa oleh Elang Hitam.Dewa Ming telah berhasil membawa jiwa Wu Xian dari gua iblis. Sementara, Janghue tampak diam saja sambil menikmati memori masa lalunya dengan Dewa Ming.Dengan penuh murka, Raja Iblis memerintah Xi Wang untuk mengurung Janghue dan semua klan Siluman Salju di gua iblis.Siluman Salju tak dibolehkan lagi meninggalkan gua iblis. Mereka dikurung untuk selamanya. Janghue amat sedih atas keputusan Raja Iblis Xin Yi. Klan Siluman Salju menyalahkan dirinya atas hukuman itu."Yang Mulia, aku dengar tiga dewa utama sedang berusaha membangkitkan Wu Xian. Apa tidak seharusnya kita segera menyerang kayangan sebelum Pangeran Agung Wu kembali sadar?"Xi Wang bicara pada Xin Yi. Dia baru saja kembali dari alam dewa. Berita hilangnya Ibu Suri dan Yang Zhu pun sudah ia sampaikan pada tuannya itu. Namun, sepertinya Xin Yi lebih tertarik untuk menghabisi Wu Xian.Raja Iblis sedang berdiri di tepi jembatan. Tangannya sibuk memberi

DMCA.com Protection Status