Beranda / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 6 - Ujian Masuk Akademi Militer Kekaisaran

Share

Bab 6 - Ujian Masuk Akademi Militer Kekaisaran

Penulis: Andi Iwa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-05 01:45:04

Li Feng berdiri di tengah alun-alun akademi militer, dikelilingi oleh ratusan pemuda lain yang juga berharap bisa menjadi bagian dari pasukan kekaisaran. Cahaya matahari yang menyengat membakar tanah berpasir, membuat keringat mengalir di pelipisnya. Namun, bukan panas yang membuatnya gugup, melainkan pandangan tajam para penguji—para jenderal berpengalaman yang akan menentukan siapa yang layak melangkah lebih jauh.

Di depannya, seorang pria tinggi berotot dengan bekas luka di wajah berjalan ke tengah lapangan. Itu adalah Jenderal Zhao, pria yang dikenal karena kebengisannya dalam melatih prajurit baru.

"Siapa pun yang ingin menjadi prajurit kekaisaran harus melewati tiga ujian!" suara Jenderal Zhao menggema, membuat banyak calon prajurit menelan ludah. "Pertama, ujian fisik. Kedua, ujian pertarungan. Ketiga, ujian strategi. Jika kau gagal dalam satu saja, anggaplah impianmu berakhir di sini!"

Sorak-sorai dan desahan terdengar dari kerumunan. Beberapa wajah berubah pucat, sementara yang lain mengepalkan tangan dengan penuh tekad. Li Feng? Ia tetap diam, menatap lurus ke depan dengan sorot mata tenang.

Ujian Pertama: Ketahanan Fisik

"Ujian pertama!" Jenderal Zhao mengangkat tangannya. "Lari mengelilingi benteng sepuluh kali! Yang tidak bisa menyelesaikan dalam waktu yang ditentukan, keluar!"

Benteng akademi sangat luas. Sekali putaran saja bisa membuat orang kelelahan, apalagi sepuluh! Tapi tanpa ragu, Li Feng mulai berlari bersama yang lain.

Di sekelilingnya, ada yang mencoba mendahului, ada pula yang tertatih-tatih di belakang. Seorang pemuda kekar dengan seragam kusut berusaha menabraknya, tapi Li Feng dengan sigap menghindar.

"Lemah," gumam pemuda itu sambil melesat ke depan.

Li Feng menghela napas. Ia tahu, sejak awal, ini bukan hanya ujian fisik. Ini juga tentang menjatuhkan lawan dengan cara apa pun.

Putaran demi putaran, tubuhnya mulai lelah, napasnya memburu. Tapi ia bertahan, mengingat wajah ibunya yang ia tinggalkan di desa. Ia tidak boleh gagal!

Saat akhirnya ia melewati garis finis, ia melihat banyak yang sudah tumbang. Dari ratusan peserta, hampir setengahnya gagal.

"Bagus! Sekarang bersiap untuk ujian berikutnya!" teriak Jenderal Zhao.

Ujian Kedua: Pertarungan

Lapangan akademi diubah menjadi arena duel. Li Feng berdiri di tengah, berhadapan dengan lawannya—pemuda yang tadi mencoba menjatuhkannya saat berlari.

Namanya Han Wu, salah satu peserta terkuat di sini. Dengan tubuh tinggi dan tangan sebesar batu, ia jelas bukan lawan yang mudah.

"Gadis desa sepertimu tidak akan bertahan lebih dari tiga serangan," ejek Han Wu sambil mengayunkan tinjunya.

Li Feng menghindar dengan langkah ringan, lalu menendang ke arah kaki lawannya. Han Wu goyah, tapi tak jatuh.

"Licik!" geramnya.

Ia menyerang lagi, kali ini dengan pukulan kuat ke arah kepala Li Feng. Tapi sebelum tinju itu mengenai wajahnya, Li Feng merendahkan tubuhnya dan menghantam dada Han Wu dengan siku!

"Bugh!"

Han Wu terdorong mundur, napasnya memburu. Ia tak menyangka pemuda kurus di depannya bisa bergerak secepat itu.

"Keparat!" Han Wu menyerang lagi dengan amarah, tapi kali ini Li Feng sudah siap. Ia menghindari serangan itu, lalu dengan satu pukulan telak ke perut lawannya, Han Wu jatuh tersungkur di tanah, tak sadarkan diri.

Kerumunan bergumam. Beberapa orang menatap Li Feng dengan kagum, sementara yang lain mulai memandangnya sebagai ancaman.

Jenderal Zhao memperhatikan Li Feng dengan ekspresi sulit ditebak, lalu mengangguk pelan.

Ujian Ketiga: Strategi

Para peserta yang tersisa duduk di dalam aula besar. Di hadapan mereka, sebuah papan kayu dengan simbol-simbol perang terukir di atasnya.

"Perang bukan hanya tentang kekuatan," kata seorang pria tua dengan jubah hitam. Ini adalah Panglima Wei, salah satu ahli strategi terbaik kekaisaran. "Siapa pun bisa membunuh, tapi hanya sedikit yang bisa memimpin."

Ia menunjuk papan strategi. "Tunjukkan padaku bagaimana kau akan mempertahankan benteng ini dari serangan musuh yang lebih kuat."

Satu per satu peserta maju, memberikan jawaban mereka. Beberapa menawarkan strategi defensif, yang lain memilih menyerang langsung. Tapi ketika giliran Li Feng tiba, ia mengamati papan itu selama beberapa detik, lalu berbicara.

"Aku tidak akan bertahan di dalam benteng," katanya.

Panglima Wei menaikkan alis. "Oh? Lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan membuat jebakan di luar benteng," jelas Li Feng, tangannya bergerak menunjuk bagian peta. "Aku akan menarik musuh ke jalur sempit ini, lalu membakar jembatan di belakang mereka. Dengan begitu, mereka terjebak tanpa bisa mundur, sementara pasukan kita menyerang dari dua sisi."

Hening.

Lalu, Panglima Wei tersenyum tipis. "Kau menarik," katanya. "Dan... brilian."

Jenderal Zhao memandangnya dengan mata menyipit, tapi tak mengatakan apa-apa.

Hasil Ujian

Setelah tiga ujian berakhir, hanya sedikit peserta yang tersisa. Li Feng berdiri di antara mereka, menunggu dengan napas tertahan.

Jenderal Zhao melangkah ke depan. "Selamat. Kalian yang berdiri di sini telah diterima di Akademi Militer Kekaisaran!"

Sorak-sorai terdengar, tapi Li Feng tetap tenang. Ia tahu ini baru awal.

Namun, saat ia berbalik untuk pergi, ia merasakan tatapan dingin menusuk dari kejauhan. Ketika ia melihat ke arah sumbernya, ia melihat Han Wu menatapnya dengan penuh dendam.

Dan yang lebih mengerikan lagi... di sudut aula, seorang pria berbaju hitam berbisik pada Jenderal Zhao, matanya sesekali melirik ke arah Li Feng.

"Aku rasa... ini belum selesai," pikir Li Feng, tangannya mengepal pelan.

Siapakah pria misterius itu? Dan apakah Jenderal Zhao benar-benar menerima Li Feng, atau justru menyiapkan sesuatu di balik bayangan?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 7 - Guru yang Keras, Teman yang Berbahaya

    Mentari pagi menembus celah jendela Akademi Militer Kekaisaran, menerangi halaman luas tempat para murid baru berkumpul. Suasana terasa tegang, karena hari ini mereka akan memulai latihan pertama mereka di bawah bimbingan para jenderal kekaisaran. Li Feng berdiri di antara puluhan murid lain, sebagian besar berasal dari keluarga terpandang. Matanya menyapu kerumunan, memperhatikan wajah-wajah penuh kesombongan dan kebencian. Ia sadar, tak sedikit dari mereka yang menganggapnya hanya seorang rakyat jelata yang kebetulan beruntung bisa masuk akademi. Langkah berat terdengar mendekat. Seorang pria paruh baya bertubuh tinggi dengan jubah perang biru keperakan melangkah ke tengah lapangan. Jenderal Zhao, salah satu panglima yang paling ditakuti di kekaisaran, menatap para murid dengan sorot mata dingin. “Kalian semua ada di sini bukan karena keberuntungan, tetapi karena Kaisar memberi kesempatan!” Suaranya menggelegar, membuat beberapa murid menegakkan punggung mereka. “Namun, kesempata

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 8 - Awal Intrik di Istana

    Langit di ibu kota tampak kelabu, seakan mencerminkan suasana hati Li Feng. Sudah sebulan sejak ia masuk ke Akademi Militer Kekaisaran, dan sejauh ini ia lebih banyak menghadapi permusuhan dibandingkan sambutan hangat. Hari ini, suasana akademi terasa lebih tegang dari biasanya. Para murid berbisik-bisik di lorong, mata mereka sesekali melirik ke arah aula utama. Li Feng yang baru saja selesai berlatih dengan salah satu instruktur, mendengar gumaman mereka. "Kudengar Putri Ling’er akan datang hari ini," bisik salah satu murid. "Benarkah? Apa urusannya dengan akademi?" "Mungkin hendak memilih pengawal pribadi. Kalau beruntung, kita bisa menjadi prajurit kepercayaannya!" Li Feng tidak terlalu memikirkan hal itu. Baginya, yang lebih penting adalah bertahan di akademi ini tanpa menjadi korban intrik politik. Namun, ia tidak menyadari bahwa hari ini akan menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih besar. Di istana kekaisaran, Putri Ling’er duduk di sebuah ruangan dengan dinding kayu ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 9 - Misi Rahasia Pertama

    Malam itu, aula Akademi Militer Kekaisaran diselimuti ketegangan. Cahaya lentera menggantung rendah, memancarkan bayangan panjang di dinding batu. Para kadet berbaris rapi di depan Jenderal Zhao, yang berdiri tegak dengan tatapan dingin. “Kalian telah menyelesaikan pelatihan dasar,” suaranya bergema, penuh wibawa. “Sekarang, saatnya kalian membuktikan diri.” Li Feng berdiri di antara rekan-rekannya, merasa jantungnya berdegup lebih kencang. Sejak memasuki akademi, ia telah mengalami berbagai rintangan, dari hinaan, persaingan, hingga ujian berat. Namun, ini adalah tantangan sesungguhnya—misi pertama mereka sebagai calon prajurit kekaisaran. “Misi kalian sederhana,” lanjut Jenderal Zhao. “Pergilah ke wilayah perbatasan barat dan selidiki aktivitas kelompok bandit Serigala Hitam. Jika memungkinkan, lumpuhkan pemimpin mereka.” Desas-desus tentang Serigala Hitam telah lama beredar di ibu kota. Kelompok bandit ini dikenal brutal, sering menjarah desa-desa terpencil, membantai penduduk

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 10 - Pengkhianatan di Balik Layar

    Hutan yang lebat dan sunyi terasa mencekam, dikelilingi oleh suara rintihan angin yang menggerakkan dedaunan, seperti bisikan yang menyampaikan pesan buruk. Li Feng berjalan di barisan depan, matanya terfokus pada jejak yang tertinggal di tanah basah, mengingatkan dia pada misi yang tengah mereka jalani. Bersama sekelompok prajurit muda dari akademi militer, ia diperintahkan untuk membersihkan wilayah yang dikuasai oleh kelompok pemberontak Serigala Hitam, yang diketahui telah mengganggu ketertiban kekaisaran selama beberapa bulan terakhir. Namun, meskipun wajah mereka tampak tegas dan siap bertempur, Li Feng merasakan adanya ketegangan di udara. Sesekali, pandangannya melintas pada salah satu rekan mereka, Zhang Wei, seorang prajurit muda yang selalu terlihat penuh percaya diri, tetapi ada sesuatu dalam matanya yang membuat Li Feng merasa cemas. Kepercayaan diri itu lebih mirip sebuah topeng yang menutupi sesuatu yang lebih gelap. "Li Feng, jangan biarkan ketegangan ini membuatmu l

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 11 - Duel di Tebing Kematian

    Angin malam berhembus kencang, membawa aroma tanah basah yang tercampur dengan bau darah yang menyengat. Tebing itu begitu curam, memandang jurang yang dalam seolah-olah mengundang setiap langkah menjadi taruhan hidup mati. Li Feng berdiri tegak di atas permukaan yang licin, tatapannya tajam, menyelidik setiap gerakan pengkhianat di depannya. Udara di sekitar mereka terasa semakin berat, seperti menyelimuti pertempuran yang tak hanya melibatkan tubuh, tapi juga tekad dan kehormatan yang siap dipertaruhkan. Di hadapannya, Liang Zhou, murid akademi yang selama ini dianggapnya teman, kini berdiri dengan pedang terhunus. Wajah Liang Zhou pucat pasi, matanya terbelalak, namun ada sesuatu yang jauh lebih mengerikan yang tersirat di balik tatapan itu—keputusasaan yang tertutup oleh rasa takut. Li Feng menegakkan tubuh, merasakan betapa pedangnya kini semakin berat di tangan, terasa lebih dari sekadar logam yang dingin dan tajam. Itu adalah beban takdir yang harus ia pikul.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 12 - Penyelamatan oleh Wanita Misterius

    Li Feng terbaring tak sadarkan diri, terluka parah akibat jatuh ke dalam jurang yang dalam setelah duel sengit dengan pengkhianat. Ia mendengar suara gemuruh air yang mengalir deras di bawahnya, tubuhnya terhantam batu tajam, dan dunia terasa gelap seketika. Namun, di tengah kegelapan itu, ada sesuatu yang menariknya, suara yang begitu lembut, hampir seperti bisikan angin malam. "Bangun, pemuda... bangunlah..." Suara itu datang entah dari mana, namun terasa begitu dekat, seolah mengalir melalui setiap serat tubuhnya. Dengan susah payah, Li Feng membuka matanya yang berat. Kepalanya pusing, seolah ada sesuatu yang memengaruhinya dari dalam. Di atasnya, langit malam berkerlap-kerlip dengan bintang, dan di sekelilingnya, hanya ada pepohonan rimbun yang melindungi dari sinar bulan. Sosok seorang wanita tampak berdiri di hadapannya, mengenakan pakaian berwarna biru muda yang tampak menyatu dengan kegelapan malam. Wajahnya terselubung sebagian

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 13 - Rahasia Pedang Naga Langit

    Li Feng berbaring terkulai di tanah, tubuhnya lelah setelah perjalanan panjang dan pertempuran yang melelahkan. Nona Lan, yang misterius dan penuh rahasia, menatapnya dengan tatapan yang dalam, seolah ada sesuatu yang ia coba ungkapkan namun ragu untuk diucapkan. Angin berhembus pelan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan hutan yang lebat. "Nona Lan," suara Li Feng terengah-engah, "Apa yang sebenarnya kamu ketahui tentang Pedang Naga Langit?" Nona Lan diam sejenak, seolah mengukur kata-katanya. Ia duduk di sampingnya, matanya tetap tertuju pada pedang yang masih terselip di punggung Li Feng. Pedang itu kini terasa lebih berat dari sebelumnya, seolah ada kekuatan yang menunggu untuk dibangunkan. "Pedang itu bukan hanya senjata biasa," katanya pelan, "Itu adalah simbol takdir, kekuatan yang bisa menghancurkan atau menyelamatkan. Namun, ada kutukan yang mengikutinya. Setiap pemegangnya akan merasakan dampak dari kekuatannya, dan tidak semu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 14 - Kembali ke Akademi dengan Luka

    Li Feng terengah-engah, darahnya mengalir deras dari luka yang terbuka di sepanjang lengan kanan. Dia baru saja berjuang melawan gelombang pengkhianatan yang melanda dirinya. Pukulannya masih terasa berat, otot-ototnya terasa kaku akibat luka yang dideritanya. Namun, rasa sakit yang merayap di seluruh tubuhnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan beban yang ada di dalam hati. Perjalanan pulang ke akademi terasa panjang. Langkahnya terseok-seok, namun tekadnya tak goyah. Pikirannya terfokus pada satu hal: membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Pengkhianatan yang menimpanya tidak hanya menghancurkan tubuhnya, tetapi juga harga dirinya sebagai prajurit kekaisaran. Namun, di dalam hatinya, Li Feng tahu—ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar luka fisik. Ada sebuah takdir yang tak dapat dihindari. Sebuah takdir yang melibatkan Pedang Naga Langit dan keberaniannya untuk menanggung beban dunia. Setibanya di akademi, Li Feng langsung dibawa ke ruang pemeri

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08

Bab terbaru

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 76 – Kembali ke Dunia Nyata

    Angin pagi menyapu puncak Gunung Terlarang, membawa serta aroma tanah basah dan dedaunan tua yang gugur. Kabut perlahan-lahan menyingkir dari celah bebatuan, seperti tirai yang dibuka perlahan, memperlihatkan seorang pemuda berdiri diam di tengah lingkaran batu suci. Li Feng. Tubuhnya tegak, meski jubahnya compang-camping dan bercak darah mengering di lengan kanan. Matanya... ya, mata itu bukan lagi mata seorang pemuda desa yang lugu. Ada kilatan api di dalamnya, seperti bara yang telah menyala terlalu lama di dalam kegelapan. "Hufff..." Ia menarik napas panjang, lalu menatap langit. "Sudah cukup lama, ya?" Tidak ada jawaban, kecuali desir angin dan bisikan halus pepohonan. Tapi Li Feng tahu, di tempat ini, diam pun bisa berbicara lebih nyaring dari teriakan. Tiga bulan. Tiga bulan penuh penderitaan, pertarungan, dan latihan. Tiga bulan ia menghilang dari dunia, terkubur dalam kutukan Pedang Na

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 75 - Pertarungan Melawan Diri Sendiri

    "Haaah… haaah…" Nafas Li Feng tersengal. Darah menetes dari sudut bibirnya. Di tengah kehancuran aula batu itu, ia berdiri limbung, menatap sosok bercahaya merah yang kini perlahan berjalan mendekat, langkah demi langkah, seolah tak terburu-buru—seolah waktu tunduk padanya. "Zhou Ming… Nona Lan… kalian…" gumamnya lirih, tak percaya. Pengkhianatan mereka barusan seperti luka yang tak tampak di tubuh, namun terasa jauh lebih menyakitkan dari ribuan tusukan pedang. Namun, sebelum ia bisa berkata lebih, dunia mendadak runtuh. Grrrkk! Dinding-dinding gua bergetar. Cahaya merah dari sosok misterius itu tiba-tiba melonjak, menelan segalanya, dan—brengsek!—segala sesuatunya menjadi putih. “Ugh…” Li Feng terbangun dengan tubuh dingin oleh keringat. Ia tidak tahu di mana dirinya. Tempat itu putih. Tak ada dinding. Tak ada langit. Tak ada tanah. Hanya kabut. Dan suara.

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 74 - Pengkhianatan di Balik Bayangan

    “Apa yang kau lihat belum tentu kebenaran. Dan mereka yang berdiri di sisimu... bisa jadi adalah orang pertama yang menusuk dari belakang.” Angin malam di Gunung Terlarang menggigit seperti seribu jarum dingin yang menusuk hingga tulang. Kabut tebal turun perlahan, membungkus bumi dalam selimut kelabu yang mencekam. Di tengah kabut itu, Li Feng berdiri terpaku. Matanya menatap sosok bercahaya merah yang baru saja muncul dari balik bayangan. "Apa ini...?" gumamnya, napasnya membeku di udara. Sosok itu melayang tanpa suara. Wujudnya samar, bercahaya merah seperti bara api yang tertutup debu. Tetapi ada yang aneh. Li Feng merasakan... kehangatan. "Li Feng..." suara itu serak, tetapi familiar. Deg! Jantung Li Feng berdetak lebih cepat. "Itu... suara..." “Guru Fan?” bisiknya, nyaris tak percaya. Sosok itu tersenyum samar, tapi senyumnya tak membawa kedamaian seperti dulu. "Aku bukan l

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 73 - Lawan dari Dunia Lain

    Hening. Itulah suara pertama yang menyambut Li Feng saat ia membuka matanya. Tapi bukan keheningan biasa. Ini adalah keheningan yang menelan, membungkam, membekukan—seakan seluruh dunia menahan napas. “Ngh… Di mana ini…?” gumamnya, matanya menyipit menatap sekeliling. Tak ada langit. Tak ada tanah. Hanya kabut kelabu yang tak berujung, menggulung seperti awan mati. Udara dingin menusuk tulangnya, tetapi tak ada angin. Yang ada hanyalah tekanan—tekanan yang menindih tubuh dan jiwanya. Baru saja ia melewati latihan yang hampir membunuhnya. Tubuhnya remuk, jiwa terkoyak. Tapi ia bertahan. Bertahan demi ibunya, demi tanah kelahirannya… dan demi dirinya sendiri. Tapi sekarang? “Apakah aku… mati?” tanyanya, suara bergetar. Tiba-tiba… suara langkah terdengar. Tap… tap… tap… Li Feng menoleh cepat. Jantungnya berdetak kencang. Dari balik kabut, muncul sesosok bayangan. Langkahnya mantap,

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 72 - Latihan yang Menyakitkan

    Li Feng masih terpaku di hadapan sang pertapa tua. Setelah menyelamatkannya dari amukan roh jahat di Gunung Terlarang, pertapa itu akhirnya mengungkapkan tujuan sebenarnya: mengajari Li Feng cara mengendalikan Pedang Naga Langit. Namun, sebelum itu, ada satu hal yang harus dilakukan terlebih dahulu. "Dengarkan baik-baik, bocah. Pedang Naga Langit bukanlah senjata biasa. Ia memiliki kutukan yang hanya bisa dikendalikan oleh mereka yang telah menguasai seni bela diri tingkat tinggi dan mengendalikan hati mereka sepenuhnya," ujar sang pertapa dengan suara yang dalam dan misterius. Li Feng mengangguk, merasakan bulu kuduknya berdiri. "Apa yang harus aku lakukan, Guru? Aku siap menjalani latihan apa pun!" Sang pertapa tertawa pelan, lalu menunjuk ke sebuah gua besar di balik rerimbunan pohon tua. "Masuki gua itu. Kau akan menghadapi cobaan pertama. Jika kau bisa keluar dengan selamat, barulah kita bicara soal latihan sebenarnya."

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 71 - Bertemu dengan Pertapa Sakti

    Li Feng terengah-engah, tubuhnya dipenuhi luka setelah berhasil menghindari jebakan terakhir yang hampir saja mencabut nyawanya. Gunung Terlarang ternyata lebih mengerikan dari yang ia bayangkan. Bayangan hitam berkelebat di sekelilingnya, suara bisikan dari roh-roh jahat bergema di udara. “Kau tidak akan selamat… Kau akan menjadi bagian dari kami…” Li Feng menggigit bibirnya, menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. “Tidak… Aku harus bertahan!” batinnya. Namun, sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, tubuhnya kehilangan keseimbangan. Pandangannya kabur, kakinya melemas, dan akhirnya semuanya berubah menjadi gelap. Saat kesadaran kembali perlahan, Li Feng merasakan tubuhnya terasa ringan, seakan beban yang selama ini ia pikul menghilang. Perlahan ia membuka mata. “Di mana ini?” gumamnya. Atap bambu yang sederhana menyambut pandangannya. Aroma herbal menyengat hidungnya, bercampur dengan hawa sejuk khas pegunungan. “Akhirnya kau

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 70 - Misteri di Gunung Terlarang

    Hembusan angin dingin menyapu wajah Li Feng saat ia berdiri di kaki Gunung Terlarang. Kabut pekat menyelimuti puncaknya, menciptakan aura mistis yang membuat bulu kuduknya meremang. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar. "Hah... Tempat ini benar-benar menyeramkan," gumamnya sambil menggenggam erat pedangnya. Di belakangnya, langkah kaki samar terdengar. Li Feng menoleh cepat, matanya tajam menelusuri kegelapan. Tidak ada siapa-siapa, hanya dedaunan kering yang berguguran dihembus angin. "Aku harus tetap waspada. Gunung ini bukan tempat biasa." Dengan hati-hati, ia mulai menapaki jalur setapak yang terjal. Batu-batu licin akibat embun malam membuat langkahnya sedikit terseok. Ia harus ekstra hati-hati, satu langkah salah bisa membuatnya tergelincir ke jurang di bawah. Tiba-tiba, suara gemeretak terdengar di kejauhan. Li Feng langsung berhenti dan mengamati sekeliling. Semak-semak be

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 69 - Perjalanan yang Berbahaya

    Langit mulai meredup saat Li Feng menapaki jalan setapak berbatu yang mengarah ke Gunung Terlarang. Angin dingin berembus, membawa aroma dedaunan basah dan tanah yang lembap. Sesekali, ranting-ranting pohon bergoyang, menciptakan bayangan yang menyeramkan di antara kabut yang mulai turun. "Hah… siapa sangka perjalanan ini akan seberat ini," gumamnya sambil mengusap keringat di pelipisnya. Baru beberapa li meninggalkan perbatasan ibu kota, Li Feng sudah merasakan bahaya yang mengintainya. Ia tahu bahwa banyak pihak menginginkan kepalanya, baik karena hadiah yang ditawarkan atau dendam yang mendalam. Dan benar saja, di depan sebuah persimpangan, tiga sosok berjubah gelap telah menunggunya. Mata mereka menatap tajam seperti serigala yang kelaparan. "Li Feng! Akhirnya kau muncul juga!" salah satu dari mereka berseru sambil mencabut pedang panjangnya. Li Feng menajamkan pandangannya. "Pemburu hadiah, ya?" Ia menar

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 68 - Perjalanan ke Gunung Terlarang

    Malam di ibu kota terasa lebih sunyi dari biasanya. Li Feng berdiri di ambang jendela, memandang ke kejauhan dengan tatapan penuh tekad. Keputusan telah diambil—ia harus pergi dari sini sebelum musuh yang lebih kuat datang memburunya. "Xiao Lan, kau yakin tidak apa-apa jika aku pergi sekarang?" tanya Li Feng dengan suara yang sarat kekhawatiran. Xiao Lan yang terbaring di atas tempat tidur dengan perban di lengannya mengangguk pelan. "Aku lebih baik sekarang. Kau harus pergi sebelum mereka menemukan tempat ini." Li Feng mengepalkan tangannya. "Aku bersumpah, aku akan kembali dengan lebih kuat. Tidak ada yang bisa menginjak-injak kita lagi." Tanpa menunggu lebih lama, ia mengenakan jubah hitamnya dan memasukkan beberapa perbekalan ke dalam kantong kain. Xiao Lan menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Hati-hati di Gunung Terlarang, Li Feng. Banyak yang mengatakan tempat itu menyimpan lebih dari sekadar rahasia."

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status