Vladivostok, Mei 2025
“Сила есть , (Sheelah yest)” ujar suara di seberang.
Kalimat singkat itu seolah menjadi kunci sebuah kotak ingatan Xabi yang kemudian terbuka sehingga gadis itu otomatis menjawab.
“Ума не надо . (umah ni nahda)”
“Xavier?”
“Vasily.”
“Seagull atau Pandora Box?”
“Tidak keduanya.”
“Bagus, tetaplah berjalan.”
“Kenapa?”
“Assassin dari Seagull sedang menuju markas Pandora Box.” Telepon ditutup.
Xabi hanya mengingat kata sandi itu, sisanya adalah informasi dari Agnes dan inisiatifnya sendiri. Vasily mengontaknya dan hal itu seharusnya dihindari.
Kini gadis itu justru bimbang. Apakah ia harus meneruskan perjalanannya atau kembali dan memperingatkan Ravil? Tunggu, kalau hanya memperingatkan ia bisa menggunakan ponselnya. Namun, Ravil tidak mengangkat teleponnya hingga tiga kali.
Gadis itu pun kesal dan turun di pemberhentian berikutnya agar bisa menaiki bus ke arah sebaliknya. Begitu berada di halte, ia kembali bingung. Ia baru saja kabur dan jika kembali apa yang akan dikatakan oleh Ravil. Pemuda itu memang kasar, tapi Xabi tidak tega membiarkannya mati. Ia hanya sendirian dan bisa jadi pembunuh bayaran yang dikirim tidak hanya satu. Jika Ravil mati maka hal itu adalah kesalahan Xabi setelah insiden yang menimpa Yuri dan Annet.
Perasaan bersalah tersebut yang membuatnya kembali. Apa pun yang terjadi pada Ravil, paling tidak ia sudah berusaha. Malam telah turun ketika bus yang membawa Xabi berhenti tak jauh dari kediaman Wayne. Gadis itu memastikan revolvernya masih berada di saku dan terisi penuh enam peluru.
Ia termangu cukup lama di depan rumah dan berpikir apakah ia terlambat. Tak ada tanda-tanda atau suara-suara aneh dari dalam sehingga ia memberanikan diri untuk menyentuh kenop pintu.
“Здравствуйт (zdorovat’sya).”
Xabi menoleh dan di belakangnya berdiri seorang remaja. “Hai!”
“Permisi, Nona. Apakah ini kediaman Wayne?”
“Ya, benar. Ada yang bisa aku bantu?”
“Syukurlah, aku sedang mencari dan ingin bertemu dengan ketua dari Pandora Box.”
Xabi agak heran dibuatnya. Remaja itu adalah tamu pertama yang datang selama ia tinggal di sana. Nama Pandora Box sendiri tak banyak diketahui orang.
“Adik kecil, siapa namamu? Kenapa kau ingin bertemu Wayne?” tanya Xabi sedikit membungkukkan badan agar tinggi badan mereka sama.
Bocah itu tersenyum kecut dan memutar bola matanya. “Maaf kalau membuatmu salah paham, ini memang biasa terjadi. Namaku Vash dan usiaku dua puluh lima tahun.”
Xabi mencoba mencerna informasi tersebut sambil mengamati wajah kekanak-kanakan sang pengunjung. Tingginya tak lebih dari seratus lima puluh senti dengan rambut pirang potongan pixy dan mata hijau. Bibirnya tipisnya membentuk satu garis meski saat tidak tersenyum dan lesung pipit di bagian kanan pipinya terlihat jelas.
“Tidak mungkin!” Xabi berucap tanpa sadar. Sepertinya ada beberapa orang yang tidak jua menua setelah masa pubernya.
Vash hanya tersenyum memahami dan meneruskan kalimatnya, “Aku datang ke sini sebagai perwakilan Seagull untuk membicarakan beberapa hal dengan ketua Wayne.”
***Sushka adalah kue manis berbentuk donat kecil yang sangat enak jika dinikmati bersama teh hangat. Agak sulit dipercaya tapi Ravil lah yang membuatnya. Xabi perlahan menggigit Sushka lalu meminum tehnya. Di meja makan telah tersedia sebuah wadah teh dengan ornament poci kecil di atasnya. Benda mirip piala lebar itu dilingkari sebagian donat-donat kecil, sebagian lainnya ada di piring.
Andai suasananya tidak seperti sore itu, ritual menikmati camilan ini tentunya akan menjadi pengalaman yang menenangkan. Xabi hanya bisa mendesah mendengar perabotan rumah dilempar kesana-kemari karena Ravil dan tamu misterius mereka sore itu sedang bermain ‘tag’.
Permainan sudah berlangsung selama tiga babak dan separuh isi rumah sudah hancur berantakan. Jika setelah ini skor mereka masih tetap imbang, maka babak berikutnya adalah momen penentuan. Apa pun hasilnya, siapa pun pemenangnya, Xabi tidak peduli lagi. Ia hanyalah pihak tertindas yang dipaksa menjadi saksi dan wasit.
Kali ini adalah giliran Ravil mengejar Vash dan mereka sudah berlari selama hampir lima menit. Pemuda kecil itu berhasil mencapai lantai dua, tapi ia terpeleset ketika hendak melompati meja kerja Ravil. Asisten Wayne tersebut tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia meraih kaki Vash dan berputar tiga ratus enam puluh derajat sebelum melemparnya. Anggota Seagull itu mendarat di meja makan dan membuat perkakasnya berantakan.
“Panas!” teriak Vash spontan sambil berdiri. Terang saja, ia jatuh persis di atas wadah teh dan membuatnya penyok.
Xabi bangun dan menggebrak meja. Ia sudah tidak tahan lagi.
“Cukup! Bisakah aku berada di luar selama kalian melakukan ini?” Ia khawatir tubuh berikutnya akan mendarat tepat di atasnya.
“Tidak bisa, bus masih berjalan hingga pukul sepuluh malam. Kau masih bisa melarikan diri,” tolak Ravil.
“Benar-benar alasan yang masuk akal,” gumam Xabi sambil memutar bola matanya.
Xabi menarik napas panjang mencoba menenangkan diri. “Baiklah. Ini babak terakhir. Vash harus menangkap Isyanov dalam waktu kurang dari lima menit. Jika berhasil, Seagull menang. Jika tidak, maka pemenangya adalah Pandora Box. Aku akan masuk ke kamarku. Pertandingan dimulai ketika pintu ditutup. Mengerti?”Ravil mengangguk dan Vash masih sempat berkata “Ok!” sambil memegangi pinggangnya.
Xabi berjalan ke kamar. “Setelah lima menit aku akan keluar dan memastikan siapa yang menang,” ujarnya sebelum menutup pintu.
Keributan yang tadi kembali terulang. Ravil pastinya mengerahkan seluruh tenaga untuk mengeksplorasi kediaman Wayne yang katanya sudah digadaikan. Suara gaduh dari perabot-perabot yang diperlakukan semena-mena tak luput dari pendengaran Xabi meski ia telah pindah ke kamar.Ia membayangkan bagaimana reaksi Wayne jika melihat ini semua. Mungkin bosnya itu akan merekrut asisten baru dan tentunya Xabi bukan salah satu kandidat karena ia akan segera pulang ke Indonesia atau mungkin berada di tempat lain. Yang jelas, apa pun hasil pertandingan ini, ia akan segera hengkang.
Sebagai wasit, Xabi telah memperkirakan siapa pemenang pertandingan ini. Permainan ‘tag’ mengharuskan seseorang menyentuh lawannya sebelum batas waktu tertentu di sebuah arena. Dalam hal ini, kediaman Wayne adalah arenanya kecuali wilayah atap dan teras. Ravil tentunya berada di atas angin karena ia paham betul semua isi dan posisi dalam arena. Vash sendiri meski bertubuh kecil dan lincah akan mengalami kesulitan jika yang diuji adalah ketahanan fisiknya. Terlebih lagi sang tuan rumah terlihat memiliki stamina yang lebih banyak.
Engsel-engsel pintu kamar Xabi terlepas dan pintunya roboh beserta tubuh mungil Vash. Ravil melemparnya lagi untuk ketiga kalinya. Untungnya Xabi sedang duduk di dekat jendela dan tidak terkena dampak langsung. Ia memandang prihatin Vash yang hampir kehilangan kesadarannya. Sebelum benar-benar pingsan, gadis itu masih sempat mendengar sang pembunuh bayaran mengatakan “Kau curang!” pada lawannya.
Berikutnya gadis itu ganti melihat Ravil yang menyeringai di depan kamarnya.
“Kau tahu kan kalau ia yang harus menangkapmu, bukan sebaliknya,” ujarnya terenyuh.
***Аппети́т прихо́дит во вре́мя еды́(Ahpeteet prihohdit va vryemya yedy)“Nafsu makan datang dengan makan.”Vladivostok, Mei 2025Pertandingan absurd sore itu bermula ketika Xabi mengizinkan Vash masuk. Melihat penampilan dan cara bicara Vash, sulit dipercaya ia adalah seorang assassin. Dengan mudah Xabi membuka pintu karena baik Wayne maupun Ravil selalu membiarkan pintu depan tidak terkunci sebelum jam sebelas malam.“Isyanov kau di dalam?”“Lihat siapa yang datang! Kupikir kau sudah lari ke ujung dunia,” sambutnya dari lantai dua yang dibatasi beranda kayu. “Apa maksudmu hah? Melarikan diri seperti itu.”“Ada tamu yang ingin bertemu Wayne.”“Dia sudah pergi, katakan untuk datang lagi nanti.” Ravil tidak suka jika lawan bicaranya mengalihkan pembicaraan.&nbs
Доверя́й, но проверя́й(daviryay noh praveryay)“Percaya tapi verifikasi”Vladivostok, Mei 2025Xabi tidur dengan keadaan kamar tanpa pintu dan Vash terikat di sudut kamar. Tentu saja tidurnya tidak nyenyak. Belum lagi ia mendapati Ravil sibuk melakukan sesuatu sepanjang malam. Persiapan untuk ke Vorkuta, katanya. Keesokan paginya Ravil pergi entah ke mana lalu kembali membawa makanan. Ah ya, tentu saja ia tidak bisa memasak karena dapur berantakan.“Bolehkah Vash makan bersama kita?” tanya Xabi saat Ravil memberikan jatah untuknya dan Vash.“Tidak bisa, dia sudah kalah dan aku tidak bisa membiarkannya kabur.”“Ты жульничаешь[1] (ty zhul’nichayesh), Isyanov!”“Berisik! Заткнись и ешь![2] (Zatknis’ I yesh’!)” hardik Ravil.Xabi membawa makanannya da
Ста́рый друг — лу́чше но́вых двух(Stahry drug luchsheh nohvyh dvukh)“Seorang teman lama lebih baik daripada dua teman baru.”Vorkuta, Mei 2025Jarak antara Vladivostok dan Vorkuta kurang lebih lima ribu kilometer. Setelah melakukan penerbangan selama dua puluh satu jam, Ravil dan seorang anggota Pandora Box lainnya bersiap hendak turun.“Apa kau bilang? Bekal makanan kita sudah habis?” tanya anggota yang baru dilihat Xabi untuk pertama kalinya. Menurut perkiraannya, pemuda itu pastilah Sergei.“Iya, Xavier yang menghabiskannya,” jawab Ravil santai membuat gadis itu terhenyak kaget. Ia memang makan hampir di sepanjang perjalanan, itu pun karena Ravil mengizinkan bahkan menyuapinya.“Kau ini! Nanti kita makan apa?” Sergei menepuk wajahnya sementara Ravil melirik Xabi. Ancaman akan memakan gadis itu akan segera te
Друг познаётся в беде́(Drug paznayotsya v byedye)“Kau akan menemukan teman sejati ketika kau mengalami kesusahan.”Vorkuta, Mei 2025Xabi, Vash, dan Sergei tengah menikmati daging kering yang disediakan Sergei ketika derik-derik sepatu itu mendekat. Vash yang menyadarinya lebih dulu dan berbisik, “Кто-тоидет[1] (kto-to idet).”Sergei buru-buru membereskan perlengkapannya tanpa mengeluarkan suara. Xabi hanya bisa berdoa semoga itu bukan Ravil. Kalau iya, gadis itu tidak akan segan-segan menghambur dan menggigit telinganya hingga putus. Sergei sudah siap dengan pistol dan belatinya ketika sosok itu berdiri di ambang pintu. Kedua pemuda itu sama-sama terkejut ketika sang tamu tak diundang menampakkan wajahnya dibalik topi lebar yang mengingatkan mereka pada warga Orok di pulau Shakalin.“Wayne!!” teriak Xabi. “Dasar Brengsek!!! Beraninya kau dan
St. Petersburg, 2015Satu minggu berada di negara orang lain sebenarnya cukup membuat Xabi tidak kerasan. Ia sungguh ingin pulang dan berkumpul dengan mama-papanya. Biarlah ia tidak kuliah dan jadi kasir toko swalayan dekat rumah, atau bahkan membuka toko kelontong sendiri. Ia bersedia menjaga toko dua puluh jam sehari sambil bermain game. Namun, keinginan itu buyar tatkala ia ingat Syed. Cowok blasteran Minang – Aussie itu sukses membuatnya minder dengan prestasinya mendapat beasiswa hingga kuliah di Malaysia.“Main game itu nggak guna. Belajar yang rajin biar masa depan cerah.” Alasan klasik Syed berulang kali menohok Xabi.Jika saja Xabi tidak naksir Syed, rasanya mungkin tidak sesakit itu. Dipandang sebelah mata oleh orang yang dikagumi membuat gadis berkulit putih dan bermata sipit itu menyimpan dendam. Ia bertekad akan membuktikan kalau gamer juga bisa berprestasi. Jadi jangan heran setelah memena
Глаза боятся, а руки делают(Glazah bayatsa, a ruki dyelayut)“Mata merasa ketakutan tapi tangan tetap melakukan.”St. Petersburg, 2017Teriknya mentari siang itu tak menghalangi para tentara yang sedang berlatih. Xabi dan Sembilan orang lainnya bersila di tepi lapangan menunggu giliran. Mereka memakai kaus putih, celana hijau khas tentara, dan sepatu bot.“Kau tahu kenapa aku memakai anting?” Bisik Xabi pada Vasily yang duduk di depannya.“Нет, зачем?[1] (net, zachem?)” pemuda itu bertanya balik sepelan mungkin.“Hal itu adalah salah satu kebiasaan bajak laut. Jika seorang pelaut terdampar lalu mati di daratan, maka orang yang menemukannya bisa menggunakan perhiasan itu untuk membayar biaya pemakaman.”“Интересно[2] (interesno).”“Dan mereka mengambil antingk
Twilight Valey, Desember 2024Tujuh legion di bawah naungan orde Silverwing berhasil memancing Tiamat hingga lembah senja atau Twiligh Valey. Harapan mereka adalah membatasi pergerakan naga sepanjang tiga puluh meter itu di antara lebatnya pepohonan. Namun, hal itu tidaklah mudah. Dengan sekali semburan, hutan itu habis terbakar menyisakan abu tebal di hamparan rerumputan. Masing-masing kepala divisi yang menyebut dirinya Archangel menarik mundur pasukan mereka. Korban-korban yang terluka segera dibawa ke belakang agar dapat disembuhkan oleh para penyembuh sebagai legion ke delapan.Gabriel sebagai ketua divisi satu sekaligus panglima perang berteriak memastikan berapa jumlah prajurit yang masih bisa bertarung. Total keseluruhan mereka adalah seratus lima puluh orang. Jumlah sebanyak itu belum mampu menaklukan buasnya amukan Tiamat.“Sial! Padahal kita sudah membawa seluruh pasukan,” gerutu Gabriel setelah me
В чужо́й монасты́рь со свои́м уста́вом не хо́дят(V chuzhoy manastyr’ sa svayim ustavam ni hodyat)“Jangan pergi ke kerajaan lain dengan membawa kitab undang-undang sendiri.”Twilight Valey, Desember 2024“Morning angels![1]” sapa Lucifer melalui alat transmisi. Ia sebenarnya berniat masuk ke Vacuum dan bergabung dengan para Archangel tapi Xabi melarangnya.“Morning, Luci!” Hanya para gadis yang menjawab sementara para pemuda diam saja karena sapaan itu dirasa terlalu feminin.“Aku senang bisa bertemu kembali dengan kalian dalam formasi lengkap seperti ini. Terima kasih telah bersedia berkumpul dan atas kerja kalian selama ini. Baiklah, langsung saja. Aku datang karena Xavier mengatakan ada hal penting yang ingin ia sampaikan di sini. Semoga petualangannya selama tiga tahun ini berbuah manis untuk kita. Untuk meny