Home / Fantasi / PARADOX: Mimpi Buruk / BAB 5: Sedikit Peluang.

Share

BAB 5: Sedikit Peluang.

Author: Samuel Julius
last update Last Updated: 2023-03-13 14:55:42

POV: Bu Widya

Deg… Deg… Deg… 

Itulah yang kurasakan ketika monster mengerikan itu melewati diriku. Sensasi tegang menyelimuti atmosfer ruangan di tempatku bersembunyi, begitu mencekam seolah-olah ruangan tersebut akan memangsamu kapan saja. Sementara monster itu terus berjalan kesana-kemari, aku menutup mulut dan hidungku yang entah sampai kapan sembari menunggu monster tersebut pergi.

 "Ugh, kenapa monster sialan itu belum juga pergi, sih?" rutukku dalam hati.

Andai saja jika kejadian ini tidak ada sudah pasti aku sedang bersantai-santai di rumah sembari menunggu anakku tercinta pulang dari sekolahnya. Huft, mau gimana lagi hidup memang tidak bisa ditebak, kan? Baru saja kemarin aku memikirkan bagaimana caranya untuk membayar tagihan air yang belum ku bayar selama satu bulan ini, ehh sekarang malah jadi seperti ini. Dikejar monster mengerikan yang tidak jelas darimana asalnya itu dan harus bersembunyi supaya tidak diterkam olehnya. Memikirkannya saja sudah buat aku bergidik ngeri. Jujur saja aku takut, tapi semua orang juga pasti takut, kan? Orang gila mana yang tidak takut di situasi seperti ini apalagi ini situasi yang mengancam nyawa. Yeah, kecuali orang orang yang nekat. 

Sesudah beberapa lama menunggu, akhirnya aku tidak tahan lagi. Dengan mengandalkan pendengaranku aku mengamati dengan seksama. Sepertinya tidak ada suara apapun di sekitar sini, kemudian dengan nekat walaupun disertai dengan rasa takut, aku pun mencoba untuk mengecek situasi yang ada di belakangku.

Situasi di sini sangat sunyi, sampai sampai aku bisa mendengar suara jantungku sendiri, Yah, tak usah tanya gimana suara detak jantungku, sudah pasti kalian tau kalau suara jantungku itu melebihi suara detak jantung seorang wanita yang men-jomblo selama 25 tahun lalu tiada hujan tiada angin tiba-tiba saja dia bertemu dengan seorang pangerannya. Yups, pasti kalian kebanyakan tidak bisa membayangkannya kan? Kira-kira seperti itulah kondisi detak jantungku saat ini. Ah, aku malah jadi melantur yang aneh-aneh, duh.

Huft kenapa sunyi banget, kok enggak ada suara monster? Apa jangan-jangan monsternya hilang? Atau sudah ke atas? Bisa gawat kalau sampai ke atas, bagaimana nanti nasib anak muda yang tadi?

Aku menengok ke arah kanan dan kiri berharap tidak ada monster yang muncul disekitarku dan untungnya saja tidak terlihat satupun monster yang berkeliaran di sini. 

"Fiuh, untung saja monsternya sudah pergi, baiklah. Mari segera keluar dari tempat ini sebelum monster itu kembali lagi kesini." Aku langsung mempercepat jalanku ke arah pintu depan. 

Namun entah kebetulan atau apa, sialnya saat selangkah lagi menuju pintu keluar, tiba-tiba saja monster tersebut mulai kembali ke tempat semula. 

GRUUU GRUU....

Sial, aku yang mendengar suara dengkuran monster itu langsung cepat-cepat bersembunyi di balik pintu dengan tegang. Sembari berharap monster tersebut pergi lagi.

 "Aduuh! Kenapa monster itu kembali lagi sih?" rutuk ku dalam hati.

Memang apa sih yang dicari monster itu di sini? Ah iya, apa jangan-jangan monster itu mempunyai kecerdasan intelektual? Gak, gak, gak mungkin. Kayaknya mustahil deh. Kalaupun iya, sudah pasti monster tersebut bisa mengetahui diriku dalam beberapa menit saja, Ihh, amit-amit jangan sampe monster itu bisa mempunyai kecerdasan. Bisa tamat riwayatku nanti. Ugh kesal rasanya, tapi ya mau gimana lagi. Aku terpaksa harus bersembunyi dulu sampai monster itu pergi lagi. 

1 menit... 

2 menit...

3 menit.... 

5 menit telah berlalu, namun monster mengerikan itu masih aja disini. 

"Duh, kenapa lama banget sih!" Aku melenguh pelan dengan kesal setengah mati. 

Asal kalian tau, 5 menit aku menunggu di sini terasa seperti sudah berjam-jam aku menunggu. Yah, mungkin ini yang dimaksud kata ‘waktu akan terasa singkat bilang bersama orang yang kau cintai’ dan mungkin saja kebalikannya begitu, seperti diriku ini yang dengan tegang mematung entah kenapa terasa seperti berjam-jam waktu yang aku lalui disini padahal baru 5 menit aku menunggu. Yeah wajar saja aku bersikap begitu, yang ku tunggu itu bukan manusia tapi monster mengerikan bermuka jelek. 

Entah kenapa aku mulai menyesal karena telah merutuki monster mengerikan itu, dalam hatiku mulai berharap harap cemas. Semoga saja monster tersebut pergi meninggalkan diriku ini, toh lagian tubuhku ini gak gemuk-gemuk amat kok, gak ada yang menarik juga buat diliat monster itu. 

"BRAKKK"

Suara benda jatuh menggema ke seluruh ruangan yang kuduga suara tersebut berasal dari lemparan benda keras. Monster yang mendengar suara itu pun langsung berlari menghampiri sumber suara tersebut yang tidak lain adalah suara bantingan kursi. Melihat hal tersebut pun aku langsung menghembuskan nafas lega, sensasi tegang dan keringat dingin yang menyelimuti punggungku mulai perlahan menghilang. 

"Akhirnya pergi juga. Yang tadi itu nyaris saja, huh apakah Alden di sana akan baik-baik saja?" Aku mematung sembari memasang ekpresi wajah yang cemas. Tentu saja cemas, siapa orang yang tidak cemas di situasi seperti ini? Apalagi orang tersebut telah bersedia berkorban untukku dan aku sendiri malah kabur sembari memikirkan diri sendiri? Bukankah itu egois namanya? 

"Bukan salah kamu bodoh, kamu udah melakukan yang terbaik."

Aku terus mengenyahkan pikiran yang terus menggangguku namun semakin disingkirkan semakin kepikiran pula pikiran-pikiran yang menggangguku.

Langkahku terhenti, bingung akan tindakanku yang seolah-olah menentang hati nuraniku. Aduh! gimana ini, apakah pemuda itu baik baik saja? Haruskah aku pergi kesana untuk mengeceknya? Huft tidak... Jangan bodoh, dia sudah cape-cape berkorban masa iya aku kesana untuk menyia-nyiakan pengorbanan nya? Tapi, arghhhh sudahlah. Aku meneruskan langkahku menjauhi bangunan tersebut sambil mencoba mengenyahkan pikiran yang mengganggu ini. 

Tap… Tap... Tap…

Suara langkah kaki terdengar dari ujung sana, seolah-olah langkah tersebut sedang menginjak lantai kaca yang amat sangat rapuh begitu pula dengan diriku yang sedang melangkahkan kakiku kembali masuk kedalam bangunan maut tersebut. Suprise! Pasti itu yang akan kukatakan jika bukan saja aku sedang berada di situasi begini, pasti kalian bingung situasi macam apa yang membuat ku sampai seperti itu. Tentu saja itu acara ulang tahun, kamu harus berjingkat-jingkat seperti anak kecil yang mengambil uang gajian bulanan ayahnya untuk dibawa ke tempat judi. Ya, coba bayangkan gimana rasanya kalau kamu ada di posisi itu hahaha, duh aku malah jadi melantur lagi. 

"Arghhhh!"

Aku mendongak ke atas tangga. 

"Alden!" 

Dengan spontan aku langsung menuju ke lantai 2. Huft, sudah pasti itu suaranya Alden. Dari suaranya saja sudah pasti kalau kemungkinan terburuknya adalah.... Hush! Jangan berpikir yang tidak-tidak dulu, Ayo fokus cepat ke lari ke lantai dua sebelum para monster itu menyadari keberadaan diriku. 

........ 

"Sunyi sekali disini." Aku menapakan kakiku di lantai dua dengan berhati-hati. 

Yeah memangnya aku mengharapkan apa? bukannya bagus kalau disini sunyi, berarti monster tersebut tidak ada dong, sebentar... bukannya itu juga buruk? Kemungkinan terburuknya adalah Alden.... Huh jangan yang berpikir yang tidak- tidak lagi, lebih baik aku segera pergi ke atas untuk memeriksa lantai 3.

Sesaat setelah dirasa sudah mengecek hampir seluruh ruangan di lantai dua, aku pun mulai menuju ke koridor yang bertujuan ke arah lift. Tapi disaat baru saja aku hendak berbelok, aku melihat sesuatu yang membuat sekujur tubuhku kaku.

Deg.... jantungku serasa diremas dengan kuat. Perasaan sesak dan tegang menyelimuti seluruh badanku, ya sesuatu yang tidak diharapkan pun muncul. Aku melihat monster mengerikan itu sedang berdiam di depan lift, dan sialnya disitu ada dua monster. Di antara kedua monster itu ada yang salah satu tangannya terputus. Yang kuduga pasti karena Alden yang memotong salah satu tangannya atau monster itu terjepit sesuatu? Ah, yang kedua rasanya tidak mungkin deh, memangnya kejepit apaan sampai sampai bisa jadi seperti itu?

"KREYAAAAKKK"

Mendengar jeritan tersebut aku langsung tersadar akan lamunanku.

"Ugh, aku harus bergegas pergi dari sini! Sial aku jadi tidak bisa memakai lift itu. Jadinya harus mencari jalan memutar. Tunggu dulu, bukannya di setiap hotel ada tangga darurat di sekitar lift? Argh! kenapa baru kepikiran? Oke deh aku harus lari terlebih dahulu sambil mencari jalan keluarnya. Aku bergegas berlari ke arah belakang dan untungnya saja disaat aku sedang berlari tidak ada monster di sekitarku. Jadinya aku bisa fokus berlari supaya monster yang di belakangku ini tidak bisa menyusulku. 

Dan sekarang sepertinya kesialan terus menimpa kepadaku. Yups, tiba-tiba saja ada masalah di bagian kakiku. Huft, ayolah walaupun sudah tua kamu harus bisa untuk sekarang ini. Aku tidak akan menyesal jika kakiku akan mengalami cedera atau apapun asalkan bisa menemui anakku dan menyelamatkan anak muda yang tadi. Namun kesialanku tak berhenti sampai situ. Juga, monster yang mengejarku melaju semakin cepat dari detik ke detik entah monster itu yang semakin cepat atau dikarenakan tenagaku yang sudah mulai habis.

Related chapters

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 1: Awal Segalanya.

    Hell York City, 25 September 2053. Musim gugur telah tiba di awal September, cuaca hari ini segar dan seperti biasa. Selalu dingin. Aku memandang keluar jendela, cuaca hari ini lebih mendung dari biasanya. Aku merasakan ada yang yang tidak beres hari ini. "Hmm... apa karena aku terlalu sensitif hari ini? Ah lupakan saja." Gumamku sembari merapihkan meja kasir. Namaku Alden. Seorang mahasiswa di Universitas kota Hell York. Umurku baru 18 tahun. Aku merupakan anak tunggal. Untuk anak seumuranku, tidak ada yang spesial tentang diriku. Rambutku berwarna hitam, pendek, dan sedikit bergelombang. Karena sedang liburan semester kuliah, tak terhitung berapa kali sudah aku bolak balik dari rumah ke toko untuk mengisi kebosanan yang tak kunjung usai dan yup, bekerja paruh waktu. Pasti kalian bertanya-tanya kenapa aku tidak main dengan temanku seperti anak remaja pada umumnya? Ya, jawabannya karena aku memang tidak memiliki banyak teman. Terlalu banyak teman membuatku lebih cepat lelah dan itu

    Last Updated : 2023-03-13
  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 2: Situasi Tak Terduga.

    Suasana di luar sangat kacau, banyak bangunan yang runtuh terutama gedung gedung yang menjulang tinggi. Tidak ada satupun yang tersisa, yang masih tersisa pun cuman ada beberapa yang berdiri dan itupun tidaklah utuh. Aku yang melihat pemandangan tak biasa pun terkesima dengan heran sambil memperhatikan sekelilingku. 'What the hell-, apa yang sebenarnya terjadi disini? Gilaa apa apaan pemandangan ini? Dan kemana perginya semua orang? Uh lebih baik aku telusuri lebih lama lagi,' pikirku sambil memperhatikan jalanan di sekitarku dengan perasaan terkejut, dan takut. Jalanan tampak sepi dan agak tenang, Aku melihat banyak puing bangunan bertebaran dimana-mana, jalanan yang retak, dan mobil yang rusak. Disaat kami sudah menelusuri jalanan cukup lama Aku melihat ada sekumpulan mobil yang cukup bagus (baca : tidak rusak parah). " Ayok bu kita kesana sepertinya ada mobil yang tidak terpakai." Aku menunjuk ke arah sebrang jalan. "T-Tapi nak... itukan bukan mobil kamu," jawab Bu Widya dengan

    Last Updated : 2023-03-13
  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 3: Waktu Kritis.

    Sesudah keluar dari gang yang panjang dan berlika-liku, akhirnya aku dan Bu Widya selamat dari kejaran monster tersebut, yeah untung saja tadi aku menemukan sebuah gang sempit, kalau waktu itu aku tidak melihatnya sudah pasti bakal tamat riwayat kami dengan ending dijadikan santapan monster besar itu. Kami berhenti sejenak untuk menstabilkan nafasku. Aku yang sudah mulai hampir kehabisan tenaga karena menggendong Bu Widya pun celinguk ke kanan dan ke kiri dengan waspada untuk melihat situasi. "Ughh... semoga saja monster tersebut tidak mengejar kita," ucapku sembari memegangi dadaku yang ngos-ngos an. "Umm, Nak. Lebih baik kita bergegas dari sini ke tempat perlindungan. Firasatku tidak enak, takutnya monster tersebut berhasil menemukan kita," usul Bu Widya dengan raut wajah khawatir.Aku yang mendengar hal tersebut pun setuju dengan usulan Bu Widya. "Baiklah, lebih baik kita cari bangunan untuk berlindung terlebih dahulu."Tidak lama setelah kami berjalan, muncul sepucuk atap bangun

    Last Updated : 2023-03-13
  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 4: Berkorban.

    Akhirnya setelah beberapa waktu kupikirkan untuk mengumpankan diri−tentu saja dengan strategi−ku pikir inilah saatnya. Saat akhirnya aku menggunakan otakku semaksimal mungkin. Behasil atau tidaknya, kita lihat saja nanti."Bu, biar saya yang akan jadi umpan. Setelah monster itu menjauh ibu bisa lari sekencang mungkin ke sebelah sana." Aku menunjuk ke arah pintu di depan monster tersebut.Bu Widya yang mendengar hal tersebut pun sontak menggelengkan kepala sambil menahan isak tangis. “Tapi, Nak... Bagaimana denganmu?" lirih Bu Widya khawatir."Tidak usah dipikirkan, di situasi seperti ini tidak ada solusi yang sempurna. Tapi gapapa, ibu harus bisa lolos supaya bisa melaporkan ke pihak berwajib, ya." bisikku sembari tersenyum percaya diri. Bu Widya menunduk sedih mendengar perkataanku di depannya itu barusan. Tak lama Bu Widya berpikir−entah apa yang dipikirkannya−dan dia akhirnya mengangguk setuju dengan wajah penuh tekad. "Baiklah, Nak. Kamu harus berhati-hati dan pastikan kamu bisa

    Last Updated : 2023-03-13

Latest chapter

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 5: Sedikit Peluang.

    POV: Bu WidyaDeg… Deg… Deg… Itulah yang kurasakan ketika monster mengerikan itu melewati diriku. Sensasi tegang menyelimuti atmosfer ruangan di tempatku bersembunyi, begitu mencekam seolah-olah ruangan tersebut akan memangsamu kapan saja. Sementara monster itu terus berjalan kesana-kemari, aku menutup mulut dan hidungku yang entah sampai kapan sembari menunggu monster tersebut pergi. "Ugh, kenapa monster sialan itu belum juga pergi, sih?" rutukku dalam hati.Andai saja jika kejadian ini tidak ada sudah pasti aku sedang bersantai-santai di rumah sembari menunggu anakku tercinta pulang dari sekolahnya. Huft, mau gimana lagi hidup memang tidak bisa ditebak, kan? Baru saja kemarin aku memikirkan bagaimana caranya untuk membayar tagihan air yang belum ku bayar selama satu bulan ini, ehh sekarang malah jadi seperti ini. Dikejar monster mengerikan yang tidak jelas darimana asalnya itu dan harus bersembunyi supaya tidak diterkam olehnya. Memikirkannya saja sudah buat aku bergidik ngeri. Ju

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 4: Berkorban.

    Akhirnya setelah beberapa waktu kupikirkan untuk mengumpankan diri−tentu saja dengan strategi−ku pikir inilah saatnya. Saat akhirnya aku menggunakan otakku semaksimal mungkin. Behasil atau tidaknya, kita lihat saja nanti."Bu, biar saya yang akan jadi umpan. Setelah monster itu menjauh ibu bisa lari sekencang mungkin ke sebelah sana." Aku menunjuk ke arah pintu di depan monster tersebut.Bu Widya yang mendengar hal tersebut pun sontak menggelengkan kepala sambil menahan isak tangis. “Tapi, Nak... Bagaimana denganmu?" lirih Bu Widya khawatir."Tidak usah dipikirkan, di situasi seperti ini tidak ada solusi yang sempurna. Tapi gapapa, ibu harus bisa lolos supaya bisa melaporkan ke pihak berwajib, ya." bisikku sembari tersenyum percaya diri. Bu Widya menunduk sedih mendengar perkataanku di depannya itu barusan. Tak lama Bu Widya berpikir−entah apa yang dipikirkannya−dan dia akhirnya mengangguk setuju dengan wajah penuh tekad. "Baiklah, Nak. Kamu harus berhati-hati dan pastikan kamu bisa

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 3: Waktu Kritis.

    Sesudah keluar dari gang yang panjang dan berlika-liku, akhirnya aku dan Bu Widya selamat dari kejaran monster tersebut, yeah untung saja tadi aku menemukan sebuah gang sempit, kalau waktu itu aku tidak melihatnya sudah pasti bakal tamat riwayat kami dengan ending dijadikan santapan monster besar itu. Kami berhenti sejenak untuk menstabilkan nafasku. Aku yang sudah mulai hampir kehabisan tenaga karena menggendong Bu Widya pun celinguk ke kanan dan ke kiri dengan waspada untuk melihat situasi. "Ughh... semoga saja monster tersebut tidak mengejar kita," ucapku sembari memegangi dadaku yang ngos-ngos an. "Umm, Nak. Lebih baik kita bergegas dari sini ke tempat perlindungan. Firasatku tidak enak, takutnya monster tersebut berhasil menemukan kita," usul Bu Widya dengan raut wajah khawatir.Aku yang mendengar hal tersebut pun setuju dengan usulan Bu Widya. "Baiklah, lebih baik kita cari bangunan untuk berlindung terlebih dahulu."Tidak lama setelah kami berjalan, muncul sepucuk atap bangun

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 2: Situasi Tak Terduga.

    Suasana di luar sangat kacau, banyak bangunan yang runtuh terutama gedung gedung yang menjulang tinggi. Tidak ada satupun yang tersisa, yang masih tersisa pun cuman ada beberapa yang berdiri dan itupun tidaklah utuh. Aku yang melihat pemandangan tak biasa pun terkesima dengan heran sambil memperhatikan sekelilingku. 'What the hell-, apa yang sebenarnya terjadi disini? Gilaa apa apaan pemandangan ini? Dan kemana perginya semua orang? Uh lebih baik aku telusuri lebih lama lagi,' pikirku sambil memperhatikan jalanan di sekitarku dengan perasaan terkejut, dan takut. Jalanan tampak sepi dan agak tenang, Aku melihat banyak puing bangunan bertebaran dimana-mana, jalanan yang retak, dan mobil yang rusak. Disaat kami sudah menelusuri jalanan cukup lama Aku melihat ada sekumpulan mobil yang cukup bagus (baca : tidak rusak parah). " Ayok bu kita kesana sepertinya ada mobil yang tidak terpakai." Aku menunjuk ke arah sebrang jalan. "T-Tapi nak... itukan bukan mobil kamu," jawab Bu Widya dengan

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 1: Awal Segalanya.

    Hell York City, 25 September 2053. Musim gugur telah tiba di awal September, cuaca hari ini segar dan seperti biasa. Selalu dingin. Aku memandang keluar jendela, cuaca hari ini lebih mendung dari biasanya. Aku merasakan ada yang yang tidak beres hari ini. "Hmm... apa karena aku terlalu sensitif hari ini? Ah lupakan saja." Gumamku sembari merapihkan meja kasir. Namaku Alden. Seorang mahasiswa di Universitas kota Hell York. Umurku baru 18 tahun. Aku merupakan anak tunggal. Untuk anak seumuranku, tidak ada yang spesial tentang diriku. Rambutku berwarna hitam, pendek, dan sedikit bergelombang. Karena sedang liburan semester kuliah, tak terhitung berapa kali sudah aku bolak balik dari rumah ke toko untuk mengisi kebosanan yang tak kunjung usai dan yup, bekerja paruh waktu. Pasti kalian bertanya-tanya kenapa aku tidak main dengan temanku seperti anak remaja pada umumnya? Ya, jawabannya karena aku memang tidak memiliki banyak teman. Terlalu banyak teman membuatku lebih cepat lelah dan itu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status