Beranda / Fantasi / PARADOX: Mimpi Buruk / BAB 1: Awal Segalanya.

Share

PARADOX: Mimpi Buruk
PARADOX: Mimpi Buruk
Penulis: Samuel Julius

BAB 1: Awal Segalanya.

Penulis: Samuel Julius
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-13 14:47:47

Hell York City, 25 September 2053.

Musim gugur telah tiba di awal September, cuaca hari ini segar dan seperti biasa. Selalu dingin. Aku memandang keluar jendela, cuaca hari ini lebih mendung dari biasanya. Aku merasakan ada yang yang tidak beres hari ini.

"Hmm... apa karena aku terlalu sensitif hari ini? Ah lupakan saja." Gumamku sembari merapihkan meja kasir.

Namaku Alden. Seorang mahasiswa di Universitas kota Hell York. Umurku baru 18 tahun. Aku merupakan anak tunggal. Untuk anak seumuranku, tidak ada yang spesial tentang diriku. Rambutku berwarna hitam, pendek, dan sedikit bergelombang. Karena sedang liburan semester kuliah, tak terhitung berapa kali sudah aku bolak balik dari rumah ke toko untuk mengisi kebosanan yang tak kunjung usai dan yup, bekerja paruh waktu. Pasti kalian bertanya-tanya kenapa aku tidak main dengan temanku seperti anak remaja pada umumnya? Ya, jawabannya karena aku memang tidak memiliki banyak teman. Terlalu banyak teman membuatku lebih cepat lelah dan itu sebabnya aku di sini sendirian saat liburan.

"Huh.. Sepertinya aku harus menyiapkan payung," ucapku sembari melihat ke jendela.

*ting tong*

Suara bel berbunyi.

'wah, pelanggan pertama nih,' ucapku dalam hati.

Seorang wanita masuk ke dalam toko.

"Halo selamat datang, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanyaku sambil memasang wajah ramah dan tersenyum.

"Anu... permisi? Apakah anda menjual buku ini?" tanya wanita itu sambil menunjukkan buku tersebut.

aku yang melihat buku tersebut pun spontan langsung berkata dalam hati, 'huh, darimana ibu tua ini mendapatkan buku seperti itu?'

Sambil mengerutkan dahiku, Aku berpikir keras lalu menjawab, "Maaf Bu, buku yang ibu cari mungkin ada di dalam sana. Sebentar ya, saya carikan dulu. Permisi." Aku pun langsung bergegas masuk ke dalam sana berharap semoga buku yang dicari langsung ketemu dengan sekali lihat.

Selang beberapa menit kemudian,

"Fiuh, akhirnya ketemu." Aku keluar dari dalam perpustakaan kemudian berjalan menghampiri ibu tua tadi.

"Permisi Bu, ini buku yang Anda cari. Apakah ibu berniat membelinya atau meminjamnya?"

"Emm... saya beli saja deh, repot kalau meminjam. Saya kurang lihai merawat buku," jawab ibu itu sambil tersipu malu.

"Baik Bu. Untuk harga bukunya senilai 70.000 rupiah tapi karena ibu pelanggan baru, saya akan kasih potongan 10.000."

Ibu itu tampak antusias ketika mendengar kata "potongan". Yup, ibu-ibu mana yang tidak tergiur dengan harga diskon?

"Oke." sahut ibu itu sembari menganggukkan kepalanya.

"Baik Bu, untuk pembayarannya bisa lewat cash atau e bank–"

*DUAAAAAARRRRRR*

Bunyi menggelegar ke seluruh ruangan disertai getaran yang hebat, cukup kuat untuk menembus gendang telinga seseorang. Akibat efek suara ledakan tersebut, semua orang menjadi panik sambil berhamburan ke jalan raya untuk mencari tempat perlindungan.

Aku yang mendengar suara ledakan tersebut pun terkejut dan langsung reflek menarik ke arah ibu itu untuk menyelamatkannya dari reruntuhan bangunan.

"SEMBUNYI KE BAWAH MEJAA!!!!." Aku berteriak sambil menarik ibu tersebut untuk masuk ke dalam kolong meja.

*CTAK*

Seketika ruangan gelap padam, rak buku dan isinya langsung berjatuhan disertai getaran yang hebat, dan teriakan dimana mana.

"Uhh apa itu barusan?," gumamku bertanya-tanya dengan perasaan cemas serta kebingungan.

Pasalnya, akhir-akhir ini aku tidak melihat berita tentang konflik negara ataupun bencana gunung meletus. Kalaupun ada, sudah pasti itu tidak mungkin. Dikarenakan di tempatku tinggal dan bekerja tidak ada satupun gunung di sekitar kota yang aku tempati. 'Lalu apa itu barusan?' aku merenung penuh dengan kebingungan

Saat terhanyut dalam lamunannya tiba tiba saja aku teringat sesuatu, "Ibu.. sial semoga saja ibu baik-baik saja," aku panik dan dengan cemas aku bergegas berdiri untuk mencari handphone di rak kasir.

Beruntungnya, ledakan misterius itu sudah berhenti beserta getaran yang agak hebat tersebut. Sehingga tidak butuh waktu lama untuk ku menemukan ponselku.

"Huft, untungnya ketemu." aku menghembuskan nafas lega lalu tersenyum sambil menyalakan handphoneku. Namun saat dinyalakan, berbanding terbalik dengan apa yang kuharapkan. "Ck, disaat seperti ini kenapa bisa tidak ada jaringan?" geramku kesal.

"Umm... p-permisi nak, a-apa yang sedang terjadi disini? Apakah ada perang? Atau gunung meletus? Kenapa tiba tiba ada ledakan.. ahh anakku.. semoga anakku baik-baik saja," ucap ibu itu yang aku tidak tau namanya itu dengan nada khawatir sambil memeluk kakinya yang gemetaran.

Aku yang melihat ibu tersebut pun turut prihatin. Pasalnya, kami punya situasi yang sama saat ini–sama sama menghawatirkan seseorang.

"Saya juga kurang tau bu apa yang sedang terjadi disini, tapi yang pasti kita di sini saja dulu untuk sementara waktu sampai situasi agak aman lalu kita keluar untuk melihat situasi," ucapku penuh percaya diri sembari mencoba menenangkan ibu tersebut.

Aku sendiri pun sebenarnya agak panik, namun dikarenakan hari ini kebetulan Aku shift sendirian jadi mau tak mau aku harus berusaha terlihat kuat supaya tidak terjadi kepanikan di antara kami. Yah beginilah yang harusnya dilakukan seorang pria hahaha.

Beberapa saat kemudian, pukul 08.20 AM.

Aku melihat jam di handphoneku. 'Uhh sepi sekali diluar, tidak ada suara apapun. Sepertinya situasi sudah agak aman, lebih baik sekarang aku keluar untuk melihat situasi,' pikirku.

"Ayo Bu, mari kita keluar. Sepertinya situasi sudah agak aman." Aku berdiri sambil menepuk-nepuk an tanganku ke bagian celanaku yang kotor.

"Umm... Baiklah nak, kamu yang pimpin jalannya." Aku mengangguk sembari mencoba menyingkirkan puing puing atap yang sudah rubuh setengahnya.

Bab terkait

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 2: Situasi Tak Terduga.

    Suasana di luar sangat kacau, banyak bangunan yang runtuh terutama gedung gedung yang menjulang tinggi. Tidak ada satupun yang tersisa, yang masih tersisa pun cuman ada beberapa yang berdiri dan itupun tidaklah utuh. Aku yang melihat pemandangan tak biasa pun terkesima dengan heran sambil memperhatikan sekelilingku. 'What the hell-, apa yang sebenarnya terjadi disini? Gilaa apa apaan pemandangan ini? Dan kemana perginya semua orang? Uh lebih baik aku telusuri lebih lama lagi,' pikirku sambil memperhatikan jalanan di sekitarku dengan perasaan terkejut, dan takut. Jalanan tampak sepi dan agak tenang, Aku melihat banyak puing bangunan bertebaran dimana-mana, jalanan yang retak, dan mobil yang rusak. Disaat kami sudah menelusuri jalanan cukup lama Aku melihat ada sekumpulan mobil yang cukup bagus (baca : tidak rusak parah). " Ayok bu kita kesana sepertinya ada mobil yang tidak terpakai." Aku menunjuk ke arah sebrang jalan. "T-Tapi nak... itukan bukan mobil kamu," jawab Bu Widya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 3: Waktu Kritis.

    Sesudah keluar dari gang yang panjang dan berlika-liku, akhirnya aku dan Bu Widya selamat dari kejaran monster tersebut, yeah untung saja tadi aku menemukan sebuah gang sempit, kalau waktu itu aku tidak melihatnya sudah pasti bakal tamat riwayat kami dengan ending dijadikan santapan monster besar itu. Kami berhenti sejenak untuk menstabilkan nafasku. Aku yang sudah mulai hampir kehabisan tenaga karena menggendong Bu Widya pun celinguk ke kanan dan ke kiri dengan waspada untuk melihat situasi. "Ughh... semoga saja monster tersebut tidak mengejar kita," ucapku sembari memegangi dadaku yang ngos-ngos an. "Umm, Nak. Lebih baik kita bergegas dari sini ke tempat perlindungan. Firasatku tidak enak, takutnya monster tersebut berhasil menemukan kita," usul Bu Widya dengan raut wajah khawatir.Aku yang mendengar hal tersebut pun setuju dengan usulan Bu Widya. "Baiklah, lebih baik kita cari bangunan untuk berlindung terlebih dahulu."Tidak lama setelah kami berjalan, muncul sepucuk atap bangun

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 4: Berkorban.

    Akhirnya setelah beberapa waktu kupikirkan untuk mengumpankan diri−tentu saja dengan strategi−ku pikir inilah saatnya. Saat akhirnya aku menggunakan otakku semaksimal mungkin. Behasil atau tidaknya, kita lihat saja nanti."Bu, biar saya yang akan jadi umpan. Setelah monster itu menjauh ibu bisa lari sekencang mungkin ke sebelah sana." Aku menunjuk ke arah pintu di depan monster tersebut.Bu Widya yang mendengar hal tersebut pun sontak menggelengkan kepala sambil menahan isak tangis. “Tapi, Nak... Bagaimana denganmu?" lirih Bu Widya khawatir."Tidak usah dipikirkan, di situasi seperti ini tidak ada solusi yang sempurna. Tapi gapapa, ibu harus bisa lolos supaya bisa melaporkan ke pihak berwajib, ya." bisikku sembari tersenyum percaya diri. Bu Widya menunduk sedih mendengar perkataanku di depannya itu barusan. Tak lama Bu Widya berpikir−entah apa yang dipikirkannya−dan dia akhirnya mengangguk setuju dengan wajah penuh tekad. "Baiklah, Nak. Kamu harus berhati-hati dan pastikan kamu bisa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 5: Sedikit Peluang.

    POV: Bu WidyaDeg… Deg… Deg… Itulah yang kurasakan ketika monster mengerikan itu melewati diriku. Sensasi tegang menyelimuti atmosfer ruangan di tempatku bersembunyi, begitu mencekam seolah-olah ruangan tersebut akan memangsamu kapan saja. Sementara monster itu terus berjalan kesana-kemari, aku menutup mulut dan hidungku yang entah sampai kapan sembari menunggu monster tersebut pergi. "Ugh, kenapa monster sialan itu belum juga pergi, sih?" rutukku dalam hati.Andai saja jika kejadian ini tidak ada sudah pasti aku sedang bersantai-santai di rumah sembari menunggu anakku tercinta pulang dari sekolahnya. Huft, mau gimana lagi hidup memang tidak bisa ditebak, kan? Baru saja kemarin aku memikirkan bagaimana caranya untuk membayar tagihan air yang belum ku bayar selama satu bulan ini, ehh sekarang malah jadi seperti ini. Dikejar monster mengerikan yang tidak jelas darimana asalnya itu dan harus bersembunyi supaya tidak diterkam olehnya. Memikirkannya saja sudah buat aku bergidik ngeri. Ju

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13

Bab terbaru

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 5: Sedikit Peluang.

    POV: Bu WidyaDeg… Deg… Deg… Itulah yang kurasakan ketika monster mengerikan itu melewati diriku. Sensasi tegang menyelimuti atmosfer ruangan di tempatku bersembunyi, begitu mencekam seolah-olah ruangan tersebut akan memangsamu kapan saja. Sementara monster itu terus berjalan kesana-kemari, aku menutup mulut dan hidungku yang entah sampai kapan sembari menunggu monster tersebut pergi. "Ugh, kenapa monster sialan itu belum juga pergi, sih?" rutukku dalam hati.Andai saja jika kejadian ini tidak ada sudah pasti aku sedang bersantai-santai di rumah sembari menunggu anakku tercinta pulang dari sekolahnya. Huft, mau gimana lagi hidup memang tidak bisa ditebak, kan? Baru saja kemarin aku memikirkan bagaimana caranya untuk membayar tagihan air yang belum ku bayar selama satu bulan ini, ehh sekarang malah jadi seperti ini. Dikejar monster mengerikan yang tidak jelas darimana asalnya itu dan harus bersembunyi supaya tidak diterkam olehnya. Memikirkannya saja sudah buat aku bergidik ngeri. Ju

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 4: Berkorban.

    Akhirnya setelah beberapa waktu kupikirkan untuk mengumpankan diri−tentu saja dengan strategi−ku pikir inilah saatnya. Saat akhirnya aku menggunakan otakku semaksimal mungkin. Behasil atau tidaknya, kita lihat saja nanti."Bu, biar saya yang akan jadi umpan. Setelah monster itu menjauh ibu bisa lari sekencang mungkin ke sebelah sana." Aku menunjuk ke arah pintu di depan monster tersebut.Bu Widya yang mendengar hal tersebut pun sontak menggelengkan kepala sambil menahan isak tangis. “Tapi, Nak... Bagaimana denganmu?" lirih Bu Widya khawatir."Tidak usah dipikirkan, di situasi seperti ini tidak ada solusi yang sempurna. Tapi gapapa, ibu harus bisa lolos supaya bisa melaporkan ke pihak berwajib, ya." bisikku sembari tersenyum percaya diri. Bu Widya menunduk sedih mendengar perkataanku di depannya itu barusan. Tak lama Bu Widya berpikir−entah apa yang dipikirkannya−dan dia akhirnya mengangguk setuju dengan wajah penuh tekad. "Baiklah, Nak. Kamu harus berhati-hati dan pastikan kamu bisa

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 3: Waktu Kritis.

    Sesudah keluar dari gang yang panjang dan berlika-liku, akhirnya aku dan Bu Widya selamat dari kejaran monster tersebut, yeah untung saja tadi aku menemukan sebuah gang sempit, kalau waktu itu aku tidak melihatnya sudah pasti bakal tamat riwayat kami dengan ending dijadikan santapan monster besar itu. Kami berhenti sejenak untuk menstabilkan nafasku. Aku yang sudah mulai hampir kehabisan tenaga karena menggendong Bu Widya pun celinguk ke kanan dan ke kiri dengan waspada untuk melihat situasi. "Ughh... semoga saja monster tersebut tidak mengejar kita," ucapku sembari memegangi dadaku yang ngos-ngos an. "Umm, Nak. Lebih baik kita bergegas dari sini ke tempat perlindungan. Firasatku tidak enak, takutnya monster tersebut berhasil menemukan kita," usul Bu Widya dengan raut wajah khawatir.Aku yang mendengar hal tersebut pun setuju dengan usulan Bu Widya. "Baiklah, lebih baik kita cari bangunan untuk berlindung terlebih dahulu."Tidak lama setelah kami berjalan, muncul sepucuk atap bangun

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 2: Situasi Tak Terduga.

    Suasana di luar sangat kacau, banyak bangunan yang runtuh terutama gedung gedung yang menjulang tinggi. Tidak ada satupun yang tersisa, yang masih tersisa pun cuman ada beberapa yang berdiri dan itupun tidaklah utuh. Aku yang melihat pemandangan tak biasa pun terkesima dengan heran sambil memperhatikan sekelilingku. 'What the hell-, apa yang sebenarnya terjadi disini? Gilaa apa apaan pemandangan ini? Dan kemana perginya semua orang? Uh lebih baik aku telusuri lebih lama lagi,' pikirku sambil memperhatikan jalanan di sekitarku dengan perasaan terkejut, dan takut. Jalanan tampak sepi dan agak tenang, Aku melihat banyak puing bangunan bertebaran dimana-mana, jalanan yang retak, dan mobil yang rusak. Disaat kami sudah menelusuri jalanan cukup lama Aku melihat ada sekumpulan mobil yang cukup bagus (baca : tidak rusak parah). " Ayok bu kita kesana sepertinya ada mobil yang tidak terpakai." Aku menunjuk ke arah sebrang jalan. "T-Tapi nak... itukan bukan mobil kamu," jawab Bu Widya dengan

  • PARADOX: Mimpi Buruk   BAB 1: Awal Segalanya.

    Hell York City, 25 September 2053. Musim gugur telah tiba di awal September, cuaca hari ini segar dan seperti biasa. Selalu dingin. Aku memandang keluar jendela, cuaca hari ini lebih mendung dari biasanya. Aku merasakan ada yang yang tidak beres hari ini. "Hmm... apa karena aku terlalu sensitif hari ini? Ah lupakan saja." Gumamku sembari merapihkan meja kasir. Namaku Alden. Seorang mahasiswa di Universitas kota Hell York. Umurku baru 18 tahun. Aku merupakan anak tunggal. Untuk anak seumuranku, tidak ada yang spesial tentang diriku. Rambutku berwarna hitam, pendek, dan sedikit bergelombang. Karena sedang liburan semester kuliah, tak terhitung berapa kali sudah aku bolak balik dari rumah ke toko untuk mengisi kebosanan yang tak kunjung usai dan yup, bekerja paruh waktu. Pasti kalian bertanya-tanya kenapa aku tidak main dengan temanku seperti anak remaja pada umumnya? Ya, jawabannya karena aku memang tidak memiliki banyak teman. Terlalu banyak teman membuatku lebih cepat lelah dan itu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status