Gerakan 3M dikumandangkan yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak. Lockdown yang di-Indonesia-kan sebagai PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) mulai diterapkan dimana-mana. Satu per satu mall mulai mengurangi aktifitas kegiatan. Toko dan gerai yang ada di dalamnya semakin membatasi diri. Jumlah karyawan yang bekerja semakin dibatasi. Tapi hal itu tidak bisa menghentikan pemutusan hubungan kerja. Beberapa sudah harus dirumahkan tanpa ada kepastian kapan akan mulai bekerja.
Di pihak sekolah juga sudah mulai ada pengumuman resmi dari Kementerian terkait bahwa akan ada pembatasan belajar secara tatap muka. Sekolah dimana BJ cs bersekolah pun sudah dinyatakan bahwa dalam seminggu ke depan akan diliburkan dan bahwa semua siswa akan diberikan pembelajaran secara daring, dalam jaringan.
*
Abah diajak lagi untuk ke karaoke. Pesan itu muncul di ponselnya dan ter
Sehabis acara makan malam di rumah, rencananya BJ dan Lichelle hendak jalan bersama. Lichelle sudah siap mengeluarkan kendaraan ketika BJ menyarankan untuk mereka pergi dengan taksi daring yang tentu saja dilakukan Lichelle tanpa keberatan sedikit pun. “Aku nggak keberatan tapi.... kenapa?” “Aku mau ajak kamu malam ini nelusurin jalan-jalan di Jakarta.” “Oh, mau kemana persisnya?” “Kita naik kereta commuter. Mau?” Lichelle terakhir menaiki kereta commuter mungkin enam bulan lalu. Sudah lama ia tidak menaiki kereta yang berjejalan dengan masyarakat umum. “Keretanya nggak padat koq. Ini jam kosong,” cetus BJ seolah bisa membaca pikiran Lichelle. Dan gadis itu pun akhirnya setuju. Itulah yang menjadi agenda malam itu. Naik taksi online ke stasiun kereta commuter terdekat, pergi ke suatu tempat, balik lagi dengan kereta yang sama. Semua hanya demi membunuh waktu untuk bers
“Kondisi pandemi membuat banyak orang marah pada negaraku. Mereka menuduh kami adalah negara pembuat virus corona. Dunia menuduh terjadi kebocoran di lab Wuhan dan mereka menyalahkan pemerintah negeri kami. Aku sendiri tidak tahu mau percaya pada yang mana karena pemerintah negara kami sendiri sangat tertutup dan tidak mau terbuka. Aku malu mengatakan bahwa pemerintah kami sangat represif. Aku berasal dari Wuhan, Hendi. Kota asal muasal bencana berlangsung. Aku beruntung bahwa sebelum lockdown atas kota itu aku sudah ada di sini. Tapi aku punya keluarga di sana yang sekarang hidup dalam ketakutan.” Abah mendengarkan dengan prihatin. Ia selama ini kurang menyimak apa yang terjadi di pandemi covid-19 ini. Dan apa yang disampaikan oleh warga dari negara asal-muasal virus membuatnya melihat dari sudut pandang berbeda. Abah sama sekali tidak menduga bahwa timbul ketakutan yang besar dari warga di sana yang dibarengi dengan kepercayaan pada pemerintah yang memudar.
“Aku nggak seperti aku,” katanya dengan intonasi jauh lebih rendah. “Sama sekali nggak ada pikiran seperti itu.” “Kalo nggak seperti itu ayo buktiin!” Sebuah rangkaian kereta api datang dengan salah satu gerbong kini berada persis di depan mereka berdua. BJ dan Lichelle tidak masuk ke dalamnya karena itu bukan kereta yang mereka tunggu. “Aku mencintaimu, Lichelle. Kamu tahu itu dan.... aku....” BJ tak bisa melanjutkan ucapan untuk sesaat. “Kita berdua punya ketakutan berbeda. Ketakutan aku adalah takut tidak bisa membahagiakan dirimu. Benar-benar takut. Pernikahan puteri bangsawan dengan rakyat jelata hanya ada di dongeng, bukan di zaman milenial seperti sekarang ini.” Telapak tangan Lichelle kini menumpuk di telapak tangan BJ. “Ini tantangan awal. Kita akan hadapi bersama tantangan yang ada. Kamu nggak perlu nuntut aku, sama seperti aku juga nggak perlu nuntut kamu. Kita akan jalan bersama d
Ada yang mengatakan bahwa isteri itu bagai detektor. Ia mudah sekali mendeteksi jika ada sesuatu yang salah atau berbeda dalam tingkah laku suaminya. Dan sepertinya itulah yang terjadi pada diri Emak. Usaha toko yang mereka kelola masih belum banyak memberikan hasil. Betul bahwa ada kontrak bisnis kayu dengan mitra dagang mereka. Tapi sebagaimana lazimnya dalam bisnis setiap kali pembayaran tentu ada termin waktu pembayaran. Dengan kondisi yang ada per hari itu, pembayaran baru akan dilakukan satu setengah bulan lagi dan kalau pun mundur bisa sampai dua bulanan. Lantas waktu selama penantian itu yang sekarang membuat Abah dan keluarganya galau karena selama itu ada perut yang harus diisi. Ada listrik yang harus diisi tokennya. Ada gadget yanh harus diisi paket datanya. Dengan kondisi ekonomi yang lampu kuning, semestinya pengeluaran harus dihemat di berbagai bidang termasuk dalam hal biaya transport. Tapi Emak heran mengapa Abah jadi suk
Spontan tiba-tiba saja Bayu tersedak dan ingin muntah. Sesaat berikutnya ia terjatuh dengan kedua lutut dan kemudian tubuhnya terpuruk ke lantai. Melihat itu tentu saja Apip bingung apa yang terjadi. Ia makin panik ketika melihat Bayu kemudian kejang-kejang. Saat itulah Saipul yang baru kembali dari kamar kecil datang ke lokasi kejadian. “Kenapa dia?” “Nggak tau?” kata Apip panik. “Lu nggak ngapa-apain dia kan?” “Nggaaaak!” jawab Apip sambil berusaha memegangi tubuh Bayu. “Terus kenapa dia jadi begini?” kejar Saipul yang juga kini panik melihat apa yang terjadi. “Kayaknya dia kejang sehabis ngehirup botol minyak kayu putih lu, Pul.” Mendengar itu Saipul kaget. Ia kini melihat bahwa botol minyak kayu putih miliknya yang tadi ada di tas pinggangnya kini sudah ada di dekat Bayu. Dengan segera ia mengetahui apa yang telah terjadi. Bayu seolah kini kena karma dan mengalami apa yang Saipul sebelumnya per
“Kalau ada apa-apa dan mungkin tante bisa hubungi, telpon aja ya,” ia melambaikan tangan pada Lichelle dan BJ saat sudah berada di dalam gerbong. “Dan jangan lupa nelpon kalo undangan nikah kalian sudah jadi.” BJ melongo. Apalagi Lichelle. “Nikah? Masih lama banget itu sih,” cetus BJ. “Masih lama banget.” “Biar pun masih lama, kamu harus jaga dia baik-baik. Jangan bodoh dengan melepas dia pergi. Dia, gadis terbaik yang surga bisa berikan untukmu.” Pintu gerbong tertutup. Kereta bergerak sampai kemudian pergi meninggalkan stasiun dengan diiringi tatapan mereka berdua. Mendadak BJ merasa tangannya didekap. Ia menoleh dan melihat Lichelle yang tersenyum ke arahnya. Mesra. “Terima kasih, Je.” “Untuk?” “Untuk pengalaman nggak terlupakan barusan.” “Ohh...” “Kamu sering ngalamin kayak gini?” “Sesekali ada sih. Kenapa memangnya?”
Minel sudah duduk di kursi yang dirancang khusus untuk bocah seusia dirinya. Dan selama pengerjaan pemotongan rambut, seperti yang sudah BJ duga, anak itu susah diminta diam. Ini tentunya menyulitkan ibu yang memotong rambut dan BJ secara spontan membantu. Ia membujuk Minel untuk jangan banyak bergerak. “Minel tenang dong. Jangan gerak-gerak kepalanya.” Atas teguran itu Minel menurut. Tapi tak lama kemudian ia menggerak-gerakkan kepala lagi. “Lho koq gerak lagiii?” Minel menurut. Dan lagi-lagi itu tak berlangsung lama. Kali ini tangannya bergerak ketika ia merasa gatal di kepala. “Adik mau biskuit?” Minel ragu sesaat sebelum ia kemudian mengangguk. Ibu kapster itu meninggalkan sejenak pekerjaannya dan menawarkan satu buah biskuit coklat dengan krim vanilla. Cara itu lumayan efektif sepertinya karena Minel bisa lebih tenang dan ibu itu bisa melakuk
Usaha blocking ternyata gagal dan smash dinyatakan masuk. Penonton gemuruh ketika angka bertambah. Namun kegembiraan tentu saja lebih nyata di area lapangan. Di sana, di depan mereka, Bayu dan Saipul asyik menyemangati pemain yang baru saja mencetak skor tadi yang langsung di-cipika-cipiki oleh rekan-rekannya. Pemain itu kesenangan dengan berteriak-teriak serta bergerak lincah, genit dan melambai ketika disemangati Saipul dan Apip.Saipul dan Apip tentu saja mengenal pemain itu. Pemain volley itu anggota tim baru. Mulanya ia orang biasa yang kemudian berubah. Bukan berubah menjadi mutant yang hebat dan sakti mandraguna dan berubah dalam tingkah laku sehingga menjadi feminin. Itu terjadi gara-gara ia salah menghirup isi botol yang ternyata isinya adalah obat herbal dari Kalimantan yang diolah di Papua dan dijemur di Sulawesi tapi harganya cuma lima ribu perak.*BJ sebetulnya sangat kecewa dan marah pada Aba