“Kondisi pandemi membuat banyak orang marah pada negaraku. Mereka menuduh kami adalah negara pembuat virus corona. Dunia menuduh terjadi kebocoran di lab Wuhan dan mereka menyalahkan pemerintah negeri kami. Aku sendiri tidak tahu mau percaya pada yang mana karena pemerintah negara kami sendiri sangat tertutup dan tidak mau terbuka. Aku malu mengatakan bahwa pemerintah kami sangat represif. Aku berasal dari Wuhan, Hendi. Kota asal muasal bencana berlangsung. Aku beruntung bahwa sebelum lockdown atas kota itu aku sudah ada di sini. Tapi aku punya keluarga di sana yang sekarang hidup dalam ketakutan.”
Abah mendengarkan dengan prihatin. Ia selama ini kurang menyimak apa yang terjadi di pandemi covid-19 ini. Dan apa yang disampaikan oleh warga dari negara asal-muasal virus membuatnya melihat dari sudut pandang berbeda. Abah sama sekali tidak menduga bahwa timbul ketakutan yang besar dari warga di sana yang dibarengi dengan kepercayaan pada pemerintah yang memudar.<
“Aku nggak seperti aku,” katanya dengan intonasi jauh lebih rendah. “Sama sekali nggak ada pikiran seperti itu.” “Kalo nggak seperti itu ayo buktiin!” Sebuah rangkaian kereta api datang dengan salah satu gerbong kini berada persis di depan mereka berdua. BJ dan Lichelle tidak masuk ke dalamnya karena itu bukan kereta yang mereka tunggu. “Aku mencintaimu, Lichelle. Kamu tahu itu dan.... aku....” BJ tak bisa melanjutkan ucapan untuk sesaat. “Kita berdua punya ketakutan berbeda. Ketakutan aku adalah takut tidak bisa membahagiakan dirimu. Benar-benar takut. Pernikahan puteri bangsawan dengan rakyat jelata hanya ada di dongeng, bukan di zaman milenial seperti sekarang ini.” Telapak tangan Lichelle kini menumpuk di telapak tangan BJ. “Ini tantangan awal. Kita akan hadapi bersama tantangan yang ada. Kamu nggak perlu nuntut aku, sama seperti aku juga nggak perlu nuntut kamu. Kita akan jalan bersama d
Ada yang mengatakan bahwa isteri itu bagai detektor. Ia mudah sekali mendeteksi jika ada sesuatu yang salah atau berbeda dalam tingkah laku suaminya. Dan sepertinya itulah yang terjadi pada diri Emak. Usaha toko yang mereka kelola masih belum banyak memberikan hasil. Betul bahwa ada kontrak bisnis kayu dengan mitra dagang mereka. Tapi sebagaimana lazimnya dalam bisnis setiap kali pembayaran tentu ada termin waktu pembayaran. Dengan kondisi yang ada per hari itu, pembayaran baru akan dilakukan satu setengah bulan lagi dan kalau pun mundur bisa sampai dua bulanan. Lantas waktu selama penantian itu yang sekarang membuat Abah dan keluarganya galau karena selama itu ada perut yang harus diisi. Ada listrik yang harus diisi tokennya. Ada gadget yanh harus diisi paket datanya. Dengan kondisi ekonomi yang lampu kuning, semestinya pengeluaran harus dihemat di berbagai bidang termasuk dalam hal biaya transport. Tapi Emak heran mengapa Abah jadi suk
Spontan tiba-tiba saja Bayu tersedak dan ingin muntah. Sesaat berikutnya ia terjatuh dengan kedua lutut dan kemudian tubuhnya terpuruk ke lantai. Melihat itu tentu saja Apip bingung apa yang terjadi. Ia makin panik ketika melihat Bayu kemudian kejang-kejang. Saat itulah Saipul yang baru kembali dari kamar kecil datang ke lokasi kejadian. “Kenapa dia?” “Nggak tau?” kata Apip panik. “Lu nggak ngapa-apain dia kan?” “Nggaaaak!” jawab Apip sambil berusaha memegangi tubuh Bayu. “Terus kenapa dia jadi begini?” kejar Saipul yang juga kini panik melihat apa yang terjadi. “Kayaknya dia kejang sehabis ngehirup botol minyak kayu putih lu, Pul.” Mendengar itu Saipul kaget. Ia kini melihat bahwa botol minyak kayu putih miliknya yang tadi ada di tas pinggangnya kini sudah ada di dekat Bayu. Dengan segera ia mengetahui apa yang telah terjadi. Bayu seolah kini kena karma dan mengalami apa yang Saipul sebelumnya per
“Kalau ada apa-apa dan mungkin tante bisa hubungi, telpon aja ya,” ia melambaikan tangan pada Lichelle dan BJ saat sudah berada di dalam gerbong. “Dan jangan lupa nelpon kalo undangan nikah kalian sudah jadi.” BJ melongo. Apalagi Lichelle. “Nikah? Masih lama banget itu sih,” cetus BJ. “Masih lama banget.” “Biar pun masih lama, kamu harus jaga dia baik-baik. Jangan bodoh dengan melepas dia pergi. Dia, gadis terbaik yang surga bisa berikan untukmu.” Pintu gerbong tertutup. Kereta bergerak sampai kemudian pergi meninggalkan stasiun dengan diiringi tatapan mereka berdua. Mendadak BJ merasa tangannya didekap. Ia menoleh dan melihat Lichelle yang tersenyum ke arahnya. Mesra. “Terima kasih, Je.” “Untuk?” “Untuk pengalaman nggak terlupakan barusan.” “Ohh...” “Kamu sering ngalamin kayak gini?” “Sesekali ada sih. Kenapa memangnya?”
Minel sudah duduk di kursi yang dirancang khusus untuk bocah seusia dirinya. Dan selama pengerjaan pemotongan rambut, seperti yang sudah BJ duga, anak itu susah diminta diam. Ini tentunya menyulitkan ibu yang memotong rambut dan BJ secara spontan membantu. Ia membujuk Minel untuk jangan banyak bergerak. “Minel tenang dong. Jangan gerak-gerak kepalanya.” Atas teguran itu Minel menurut. Tapi tak lama kemudian ia menggerak-gerakkan kepala lagi. “Lho koq gerak lagiii?” Minel menurut. Dan lagi-lagi itu tak berlangsung lama. Kali ini tangannya bergerak ketika ia merasa gatal di kepala. “Adik mau biskuit?” Minel ragu sesaat sebelum ia kemudian mengangguk. Ibu kapster itu meninggalkan sejenak pekerjaannya dan menawarkan satu buah biskuit coklat dengan krim vanilla. Cara itu lumayan efektif sepertinya karena Minel bisa lebih tenang dan ibu itu bisa melakuk
Usaha blocking ternyata gagal dan smash dinyatakan masuk. Penonton gemuruh ketika angka bertambah. Namun kegembiraan tentu saja lebih nyata di area lapangan. Di sana, di depan mereka, Bayu dan Saipul asyik menyemangati pemain yang baru saja mencetak skor tadi yang langsung di-cipika-cipiki oleh rekan-rekannya. Pemain itu kesenangan dengan berteriak-teriak serta bergerak lincah, genit dan melambai ketika disemangati Saipul dan Apip.Saipul dan Apip tentu saja mengenal pemain itu. Pemain volley itu anggota tim baru. Mulanya ia orang biasa yang kemudian berubah. Bukan berubah menjadi mutant yang hebat dan sakti mandraguna dan berubah dalam tingkah laku sehingga menjadi feminin. Itu terjadi gara-gara ia salah menghirup isi botol yang ternyata isinya adalah obat herbal dari Kalimantan yang diolah di Papua dan dijemur di Sulawesi tapi harganya cuma lima ribu perak.*BJ sebetulnya sangat kecewa dan marah pada Aba
Lichelle tidak tahu apa nama taman dimana ia dan BJ berada saat itu. Taman itu besar, sangat hijau, tertata apik dengan sebuah danau indah di tengahnya. Seperti biasa mereka mengobrol dan bercerita banyak hal. Lichelle melihat bahwa di jalan taman yang akan mereka telusuri, ada seekor angsa di sana. Angsa itu rupanya agresif sekali. Ia galak dan beberapa orang terbirit-birit ketika makhluk itu mengejar dengan leher terjulur siap mematok dengan moncongnya. Lichelle menjerit ketakutan ketika makhluk itu dengan agresif mengejar dirinya. Tapi BJ saat itu tampil menjadi pahlawan yang melindungi dirinya. Dengan gagah berani ia menghadapi sang angsa dengan memukul dan mengusir pergi. Tak dinyana angsa balik melawan sehingga sempat terjadi perlawanan berkali-kali dari kedua belah pihak. Sehebat apa pun BJ memukul dan menendang, hewan itu seolah merupakan angsa mutant hasil rekayasa sebuah lab biologi rahasia yang membuatnya digdaya dan mungkin hanya bisa dikalahkan oleh anggota The Avengers
Toh Abah juga tak perlu terlalu memusingkan jika Winda berwajah buruk rupa. Kenapa ia jadi harus ikut larut dalam kesedihan ketika kemalangan terjadi pada seorang gadis cantik? Mengenai cinta, Abah sangat percaya bahwa harus ada batas tegas antara logika dan nafsu. Cinta yang dipadankan dengan logika niscaya menghasilkan bahagia. Cinta yang dipadankan dengan nafsu melahirkan nestapa berkepanjangan. Sudah terlalu banyak contoh di luar sana apa yang terjadi ketika cinta berpadanan dengan nafsu. Awalnya indah, namun kelanjutan dari kisah itu adalah nestapa dalam berbagai bentuknya yang memualkan. Ada amarah, dendam, benci, putus asa, kekecewaan, depresi, yang bisa berujung pada aksi kriminalitas, kematian, atau setidaknya adalah rasa malu dan rusaknya reputasi diri yang tak lekang oleh waktu. Segala bentuk kepahitan hidup yang hanya sirna seiring sirnanya kehadiran orang tersebut dari muka bumi. Abah tak mau segegabah itu. Ia juga tak mau tergoyahkan hanya karena