Ada yang mengatakan bahwa isteri itu bagai detektor. Ia mudah sekali mendeteksi jika ada sesuatu yang salah atau berbeda dalam tingkah laku suaminya. Dan sepertinya itulah yang terjadi pada diri Emak.
Usaha toko yang mereka kelola masih belum banyak memberikan hasil. Betul bahwa ada kontrak bisnis kayu dengan mitra dagang mereka. Tapi sebagaimana lazimnya dalam bisnis setiap kali pembayaran tentu ada termin waktu pembayaran. Dengan kondisi yang ada per hari itu, pembayaran baru akan dilakukan satu setengah bulan lagi dan kalau pun mundur bisa sampai dua bulanan. Lantas waktu selama penantian itu yang sekarang membuat Abah dan keluarganya galau karena selama itu ada perut yang harus diisi. Ada listrik yang harus diisi tokennya. Ada gadget yanh harus diisi paket datanya.
Dengan kondisi ekonomi yang lampu kuning, semestinya pengeluaran harus dihemat di berbagai bidang termasuk dalam hal biaya transport. Tapi Emak heran mengapa Abah jadi suk
Spontan tiba-tiba saja Bayu tersedak dan ingin muntah. Sesaat berikutnya ia terjatuh dengan kedua lutut dan kemudian tubuhnya terpuruk ke lantai. Melihat itu tentu saja Apip bingung apa yang terjadi. Ia makin panik ketika melihat Bayu kemudian kejang-kejang. Saat itulah Saipul yang baru kembali dari kamar kecil datang ke lokasi kejadian. “Kenapa dia?” “Nggak tau?” kata Apip panik. “Lu nggak ngapa-apain dia kan?” “Nggaaaak!” jawab Apip sambil berusaha memegangi tubuh Bayu. “Terus kenapa dia jadi begini?” kejar Saipul yang juga kini panik melihat apa yang terjadi. “Kayaknya dia kejang sehabis ngehirup botol minyak kayu putih lu, Pul.” Mendengar itu Saipul kaget. Ia kini melihat bahwa botol minyak kayu putih miliknya yang tadi ada di tas pinggangnya kini sudah ada di dekat Bayu. Dengan segera ia mengetahui apa yang telah terjadi. Bayu seolah kini kena karma dan mengalami apa yang Saipul sebelumnya per
“Kalau ada apa-apa dan mungkin tante bisa hubungi, telpon aja ya,” ia melambaikan tangan pada Lichelle dan BJ saat sudah berada di dalam gerbong. “Dan jangan lupa nelpon kalo undangan nikah kalian sudah jadi.” BJ melongo. Apalagi Lichelle. “Nikah? Masih lama banget itu sih,” cetus BJ. “Masih lama banget.” “Biar pun masih lama, kamu harus jaga dia baik-baik. Jangan bodoh dengan melepas dia pergi. Dia, gadis terbaik yang surga bisa berikan untukmu.” Pintu gerbong tertutup. Kereta bergerak sampai kemudian pergi meninggalkan stasiun dengan diiringi tatapan mereka berdua. Mendadak BJ merasa tangannya didekap. Ia menoleh dan melihat Lichelle yang tersenyum ke arahnya. Mesra. “Terima kasih, Je.” “Untuk?” “Untuk pengalaman nggak terlupakan barusan.” “Ohh...” “Kamu sering ngalamin kayak gini?” “Sesekali ada sih. Kenapa memangnya?”
Minel sudah duduk di kursi yang dirancang khusus untuk bocah seusia dirinya. Dan selama pengerjaan pemotongan rambut, seperti yang sudah BJ duga, anak itu susah diminta diam. Ini tentunya menyulitkan ibu yang memotong rambut dan BJ secara spontan membantu. Ia membujuk Minel untuk jangan banyak bergerak. “Minel tenang dong. Jangan gerak-gerak kepalanya.” Atas teguran itu Minel menurut. Tapi tak lama kemudian ia menggerak-gerakkan kepala lagi. “Lho koq gerak lagiii?” Minel menurut. Dan lagi-lagi itu tak berlangsung lama. Kali ini tangannya bergerak ketika ia merasa gatal di kepala. “Adik mau biskuit?” Minel ragu sesaat sebelum ia kemudian mengangguk. Ibu kapster itu meninggalkan sejenak pekerjaannya dan menawarkan satu buah biskuit coklat dengan krim vanilla. Cara itu lumayan efektif sepertinya karena Minel bisa lebih tenang dan ibu itu bisa melakuk
Usaha blocking ternyata gagal dan smash dinyatakan masuk. Penonton gemuruh ketika angka bertambah. Namun kegembiraan tentu saja lebih nyata di area lapangan. Di sana, di depan mereka, Bayu dan Saipul asyik menyemangati pemain yang baru saja mencetak skor tadi yang langsung di-cipika-cipiki oleh rekan-rekannya. Pemain itu kesenangan dengan berteriak-teriak serta bergerak lincah, genit dan melambai ketika disemangati Saipul dan Apip.Saipul dan Apip tentu saja mengenal pemain itu. Pemain volley itu anggota tim baru. Mulanya ia orang biasa yang kemudian berubah. Bukan berubah menjadi mutant yang hebat dan sakti mandraguna dan berubah dalam tingkah laku sehingga menjadi feminin. Itu terjadi gara-gara ia salah menghirup isi botol yang ternyata isinya adalah obat herbal dari Kalimantan yang diolah di Papua dan dijemur di Sulawesi tapi harganya cuma lima ribu perak.*BJ sebetulnya sangat kecewa dan marah pada Aba
Lichelle tidak tahu apa nama taman dimana ia dan BJ berada saat itu. Taman itu besar, sangat hijau, tertata apik dengan sebuah danau indah di tengahnya. Seperti biasa mereka mengobrol dan bercerita banyak hal. Lichelle melihat bahwa di jalan taman yang akan mereka telusuri, ada seekor angsa di sana. Angsa itu rupanya agresif sekali. Ia galak dan beberapa orang terbirit-birit ketika makhluk itu mengejar dengan leher terjulur siap mematok dengan moncongnya. Lichelle menjerit ketakutan ketika makhluk itu dengan agresif mengejar dirinya. Tapi BJ saat itu tampil menjadi pahlawan yang melindungi dirinya. Dengan gagah berani ia menghadapi sang angsa dengan memukul dan mengusir pergi. Tak dinyana angsa balik melawan sehingga sempat terjadi perlawanan berkali-kali dari kedua belah pihak. Sehebat apa pun BJ memukul dan menendang, hewan itu seolah merupakan angsa mutant hasil rekayasa sebuah lab biologi rahasia yang membuatnya digdaya dan mungkin hanya bisa dikalahkan oleh anggota The Avengers
Toh Abah juga tak perlu terlalu memusingkan jika Winda berwajah buruk rupa. Kenapa ia jadi harus ikut larut dalam kesedihan ketika kemalangan terjadi pada seorang gadis cantik? Mengenai cinta, Abah sangat percaya bahwa harus ada batas tegas antara logika dan nafsu. Cinta yang dipadankan dengan logika niscaya menghasilkan bahagia. Cinta yang dipadankan dengan nafsu melahirkan nestapa berkepanjangan. Sudah terlalu banyak contoh di luar sana apa yang terjadi ketika cinta berpadanan dengan nafsu. Awalnya indah, namun kelanjutan dari kisah itu adalah nestapa dalam berbagai bentuknya yang memualkan. Ada amarah, dendam, benci, putus asa, kekecewaan, depresi, yang bisa berujung pada aksi kriminalitas, kematian, atau setidaknya adalah rasa malu dan rusaknya reputasi diri yang tak lekang oleh waktu. Segala bentuk kepahitan hidup yang hanya sirna seiring sirnanya kehadiran orang tersebut dari muka bumi. Abah tak mau segegabah itu. Ia juga tak mau tergoyahkan hanya karena
Kebutuhan uang memang masih besar. Namun bagi Abah, keutuhan keluarga adalah di atas segalanya. Permasalahan sikap Winda adalah perkara penting yang perlu ditangani segera. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan sikap Winda. Yang salah adalah bahwa ia melakukannya di waktu dan orang yang tidak tepat. Atas dasar itulah dengan berat hati pada siang itu Hendri menyempatkan diri menemui Haryono di kantornya. “Sepertinya aku gak bisa melanjutkan tugas. Aku nggak bisa lagi jadi interpreter.” Itu adalah inti pesannya. Sebuah pesan yang tentu saja membuat Haryono terkaget dan sempat menduga bahwa Hendri kurang puas dengan kesepakatan gaji. Ada waku bermenit-menit yang ia tanyakan dan semua dijawab secara lugas dan tuntas oleh Abah. Ada juga waktu satu jam sendiri ketika mereka saling bersilang pendapat. Sekali lagi, sebuah keputusan acapkali dihasilkan dengan tanpa membahagiakan seluruh pihak. Haryono mencoba memahami kega
“Bijeeee, cute banget sih lo.”Dalam gemas dan sayang Lichelle mencubit manja pinggang BJ.Makna hidup. Dua kata yang terakhir tadi diucapkan BJ teringat lagi. Bagi Lichelle, BJ tidak perlu berpepatah-petitih. Contoh kecil yang baru saja ditunjukkan dengan membantu seorang kakek menyeberang sudah memberikan sejuta makna. Itulah makna hidup dan BJ sedang menanamkan nilai itu kepadanya.*Abah tidak macam-macam. Abah tetap menjadi suami setia sebagaimana ia sudah terangkan pada BJ. Itu seharusnya disampaikan BJ kepada Emak. Atau Abah sendiri yang sampaikan. Tapi kesalahpahaman membuat baik Abah maupun BJ berasumsi. Abah merasa BJ sudah menyampaikan pada Emak, sebaliknya BJ merasa bahwa Abah pastinya sudah menyampaikan pada Emak. Akibatnya, Emak masih tetap dalam marahnya. Terlebih semalam ia memang tidak pulang ke rumah karena berkaitan dengan tugasnya sebagai interpreter yang
“Lagu kamu udah selesai, Je?” “Ssshhhh,” BJ meminta Lichelle diam dan menikmati saja lagu riang, menghentak, yang memang diciptakan BJ untuk gadis itu. Purnama, tahukah dirimu. Mentari, sadarkah engkau. Ada api cinta yang membara tiap hari Ku ingin kalian tahu Lichelle terperangah. Hasil akhir ini dibuat lebih indah dari sebelumnya karena penuh dengan improvisasi. Dengar curhatku wahai alam Bantulah aku wahai semesta Karena mabuk aku dalam romansa Beriku kekuatan saat ku ekspresikan cinta Lichelle menggenggam telapak tangan BJ yang berada di tuas kopling. Sebuah remasan lembut dilakukan BJ menanggapi sentuhan tadi persis ketika musik memasuki reffrain. Dalam serenada cinta kulantun lagu ini Because everytime I see you I fall in love all over again Tapaki waktu bersamamu itu rinduku Dalam serenada cinta kulantun tembang ini Together with you, Lichelle Is my favorite place to be Gapai masa depan bersamamu itu rinduku Lagu itu hanya berdurasi tiga menit lebih sekian de
Tidak ada pekerjaan untuk nyambi yang bisa menghasilkan uang yang sebelumnya mereka bisa dapatkan dari Bayu membuat Saipul dan Apip cekak. Tidak punya uang sama sekali. Ini menyengsarakan buat mereka yang sudah mulai boros dan orangtua mereka pun bukan orang berada. “Lu ada rokok? Mulut gue asem nih,” kata Apip sambil menadah tangan pada Saipul. “Dasar mental gretong lu. Gue ada tapi itu buat akika sendiri, tauk!” “Masa’ gak ada sebatang lagi?” “Cacamarica aja sendiri.” “Tadi gue liat di kantong lu ada tiga batang Surya.” “Surya? Itu rokok maharani, akika gak sanggup beli.” “Nggak lah, masa’ Surya kemahalan.” “Ember. Lagi susah begindang, beli Surya. Gilingan banget dah.” Apip menggaruk kening. “Nasib oh nasib. Kenapa kita jadi cekak begini ya?” “Akika ada sih duit goceng. Belalang aja dua batang gih.” “Beli dua batang? Hhh malu-maluin.” “Capcus. Mau
Seperti biasa BJ memesankan makanan untuk dibungkus. Tapi Adhul menolak. Sepertinya ia sungkan karena BJ terus-terusan berbaik hati padanya. Dari saku celananya ia mengeluarkan ponsel candybar sederhana miliknya dan menunjukkan pada BJ. “Adhul gak usah dibeliin kak. Tadi pak Rokib, tetangga, nelpon minta Adhul cepetan pulang ke rumah sebelum maghrib.” “Maghribnya kan masih lama. Udah gak apa-apa biar kakak pesanin mie buat kamu.” Adhul terlihat malu sebelum kemudian mengangguk. “Mau yang goreng atau kuah?” “Yang kuah.” “Pake sambel?” “Iya tapi dikit aja.” Belum lagi kalimat itu usai, terdengar dering feedback dari panggung yang berada tak jauh dari lokasi mereka berada. Sepertinya manajeman pusat grosir sedang menyiapkan sebuah acara yang akan digelar beberapa jam lagi. Standing mike sudah terpasang beberapa unit berikut ampli dan terminalnya. Testing audio menyebabkan dengin
Lichelle memegangi pipi BJ. “And I trust you.” Petir menyambar, disusul gemuruh membahana. Hujan menderas. Sangat deras. Air dari langit tercurah begitu dahsyat, membentuk rinai air yang pekat dan tebal. Seolah menutup pemandangan yang terjadi di teras, antara dua sosok remaja ketika bibir keduanya bertautan. * Urusan melayani seorang pembeli yang membeli kayu reng sudah selesai dilakukan BJ. Ia baru mau menyerahkan Minel yang sejak tadi digendong ke Emak ketika Lichelle mendadak muncul di depannya. “Ada apa?” Pertanyaan BJ tak segera dijawab. Dengan gemas Lichelle menggendong Minel. Seorang bocah berumur tiga tahun sebetulnya bobotnya sudah agak berat dan berpotensi bikin pegal. Tapi postur Minel yang mungil membuat ia masih bisa dengan gampang digendong oleh Lichelle. Melihat Lichelle yang pandai dan luwes menggendong, seketika ingatan BJ teringat pada perist
Bagi Abah, kehilangan pekerjaan sebagai interpreter memang agak disayangkan. Tapi keutuhan rumah tangganya adalah di atas segalanya. Pandangan itu diaminkan Emak. Kesulitan sehari cukuplah untuk sehari. Ke depannya tantangan akan seperti apa pasti mereka berdua bisa atasi ketika keduanya saling sepakat, saling tolong, dan saling mendukung. Hanya memang ada satu masalah kecil. Keciiiiiil sekali. Biasanya Abah bangun pagi. Tapi tidak kali ini. Emak sudah berusaha bangunkan suaminya. Sekali, dua kali, dan baru di usaha ketiga Abah baru terbangun. Ia sempat membuka mata, mengobrol sebentar dengan isterinya. Hanya saja ketika Emak ‘lengah’ dan melakukan hal lain, Abah berbaring lagi. Mendengkur malah. “Lho kenapa tidur lagi?” Emak mengomel sembari membangunkan Abah. Bukanya menjawab, Abah malah mengambil bantal guling, memeluknya dan melanjutkan tidur. “Hey, bangun.” “Masih ngantuk
“Enak kan?” “Inhi enhak karhena akhu lhapar....” Lichelle tidak mau mengalah. Ia berucap dengan mulut penuh terisi makanan. “Ini adalah gado-gado terenak se-Jakarta. Kamu pergi kemana pun nggak ada gado-gado seenak ini. Bumbu kacangnya lembut dan ada aroma jeruk nipis. Wuih mantap,” BJ lantas menyuap sesendok untuk mulutnya sendiri. Tak lama ia mengambil secarik tisyu dari box-nya di atas meja dan menyapu mulut Lichelle yang terkena noda bumbu kacang. “Aku maunya ini terakhir ya kita makan di tempat kaya gini soalnya...” “Aaaaaa....” Ucapan Lichelle lagi-lagi tak terselesaikan ketika BJ menyuap satu sendok lagi. Makanan pesanan Lichelle kini datang. Sepiring kwetiau goreng dengan taburan bawang goreng yang menawan. Melihat bentuknya yang menggairahkan Lichelle tergoda untuk segera menikmati. Makanan itu sebetulnya dipesankan oleh BJ untuknya. Dan Lichelle harus mengaku
“Terima kasih,” kata Abah lirih setelah mereka melepas pelukan. “Malam ini, Abah jangan disuruh tidur di sofa ya? Sofa tua itu udah makin nggak enak. Pakunya mulai nusuk-nusuk pantat Abah kalo lagi tidur.” Emak tak tahu mau menangis atau tertawa atau kasihan mendengar ucapan jujur suaminya. Satu hal yang pasti, malam ini bisa jadi malam yang sama indahnya dengan honeymoon mereka dulu. * Dibantu temannya yaitu Charlie, Happy mulai mewujudkan pengembangan bisnisnya. Mumpung banyak waktu di rumah, sudah beberapa hari ini di dekat tempat tambal ban milik ayahnya ia juga membuka usaha tambahan yaitu penjualan mie instan berikut layanan memasak, menyediakan aneka kopi lengkap beserta air panas, serta menjual telur, dan biskuit. Semua untuk orang-orang yang menunggui ketika ban mobil mereka ditambal. Charlie juga datang dan menawarkan masker untuk dijual di sana dengan potongan harga.
“Bijeeee, cute banget sih lo.”Dalam gemas dan sayang Lichelle mencubit manja pinggang BJ.Makna hidup. Dua kata yang terakhir tadi diucapkan BJ teringat lagi. Bagi Lichelle, BJ tidak perlu berpepatah-petitih. Contoh kecil yang baru saja ditunjukkan dengan membantu seorang kakek menyeberang sudah memberikan sejuta makna. Itulah makna hidup dan BJ sedang menanamkan nilai itu kepadanya.*Abah tidak macam-macam. Abah tetap menjadi suami setia sebagaimana ia sudah terangkan pada BJ. Itu seharusnya disampaikan BJ kepada Emak. Atau Abah sendiri yang sampaikan. Tapi kesalahpahaman membuat baik Abah maupun BJ berasumsi. Abah merasa BJ sudah menyampaikan pada Emak, sebaliknya BJ merasa bahwa Abah pastinya sudah menyampaikan pada Emak. Akibatnya, Emak masih tetap dalam marahnya. Terlebih semalam ia memang tidak pulang ke rumah karena berkaitan dengan tugasnya sebagai interpreter yang
Kebutuhan uang memang masih besar. Namun bagi Abah, keutuhan keluarga adalah di atas segalanya. Permasalahan sikap Winda adalah perkara penting yang perlu ditangani segera. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan sikap Winda. Yang salah adalah bahwa ia melakukannya di waktu dan orang yang tidak tepat. Atas dasar itulah dengan berat hati pada siang itu Hendri menyempatkan diri menemui Haryono di kantornya. “Sepertinya aku gak bisa melanjutkan tugas. Aku nggak bisa lagi jadi interpreter.” Itu adalah inti pesannya. Sebuah pesan yang tentu saja membuat Haryono terkaget dan sempat menduga bahwa Hendri kurang puas dengan kesepakatan gaji. Ada waku bermenit-menit yang ia tanyakan dan semua dijawab secara lugas dan tuntas oleh Abah. Ada juga waktu satu jam sendiri ketika mereka saling bersilang pendapat. Sekali lagi, sebuah keputusan acapkali dihasilkan dengan tanpa membahagiakan seluruh pihak. Haryono mencoba memahami kega